Anda di halaman 1dari 14

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Jual Beli Dalam Islam


Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia dianjurkan untuk mencari rezeki yang
halal sesuai dengan syariat dan ketentuan hukum islam yang ada, kegiatan yang paling sering
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia adalah berbisnis dan berdagang. Bisnis
dan perdagangan merupakan proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela
dari masing-masing pihak. Kedua belah pihak yang terlibat dalam transaksi bisnis secara
bebas menentukan untung rugi pertukaran tersebut. Bisnis dan perdagangan terjadi apabila
tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan atau manfaat tidak ada pihak lain yang
merasa dirugikan dalam kegiatan tersebut. Islam secara jelas memberikan resep transaksi
bisnis yang mampu menghindarkan orang lain dari kerugian. Norma-norma syari’ah dalam
Islam ditempatkan sebagai kerangka dasar yang paling utama yang dapat dijadikan payung
strategis bagi pelaku bisnis.
Dengan sinaran nilai-nilai syari’ah, maka bisnis yang dilakukan seseorang diarahkan
untuk mencapai empat hal:
1. Profit: materi dan non materi
2. Pertumbuhan, artinya terus meningkat
3. Keberlangsungan dalam kurun waktu yang selama mungkin
4. Keberkahan dan keridaan Allah.
Keempat hal tersebut menjadi suatu karakter dasar yang membedakan tujuan bisnis
dan dan perdagangan dalam perspektif Islam dengan tujuan bisnis secara umum. Kegiatan
bisnis dalam kerangka pemahaman umum mengarahkan individu atau organisasi pada
pencapain profit yang tampak wujudnya (tangible). Berbeda bisnis dengan pandangan Islam
yang menempatkan profit dalam dua sisi yang saling menyatu yaitu, material dan non
material (spiritual). Islam memandang kegiatan transaksi bisnis sebagai suatu aktivitas yang
memiliki nilai ganda bagi kehidupan individu dan masyarakat dalam memenuhi hajat
meterial dan spritualnya. Melalui interaksi dan transaksi antara penjual dan pembeli yang
kemudian apa yang dikenal dengan pasar, yaitu tempat dimana antara penjual dan pembeli
bertemu dalam rangka melaksanakan aktivitas jual beli, atau tempat dimana penjual
menawarkan barang maupun jasa kepada pembeli, mendapat apresiasi positif dalam Islam
selama tidak dilakukan di luar konteks yang digariskan Islam. Secara etimologis, bai’ berarti
tukar menukar secara mutlak. Adalah mengambil sesuatu meskipun dalam bentuk ariyah
3

(sewa) dan wadi’ah (penitipan). Secara terminologis para fuqaha berbeda pendapat mengenai
definisi bai’. Definisi yang dipilih adalah tukar menukar (barter) harta dengan harta, atau
manfaat (jasa) yang mubah meskipun dalam tanggungan. Penjelasan definisi diatas adalah
sebagai berikut :
1. Tukar menukar (barter) harta dengan harta. Harta mencakup semua bentuk benda
yang boleh dimanfaatkan meskipun tanpa hajat (ada kebutuhan), Tukar menukar
(barter) harta dengan harta. Harta mencakup semua bentuk benda yang boleh
dimanfaatkan meskipun tanpa hajat (ada kebutuhan)
2. Atau manfaat (jasa) yang mubah. Maksudnya tukar menukar harta dengan
manfaat (jasa) yang diperbolehkan. Syarat mubah dimasukan sebagai proteksi
terhadap manfaat (jasa) yang tidak halal.
3. Meskipun dalam tanggungan. Kata meskipun (lau) disini tidak berfungsi sebagai
indikasi adanya perbedaan, tetapi menunjukan arti bahwa harta yang
ditransaksikan ada kalanya telah ada (saat transaksi) da nada kalanya berada
dalam tanggungan (jaminan). Kedua hal ini dapat terjadi dalam bai’.
Dalam Islam melakukan jual beli harus melihat batasan-batasan dalam melakukan
aktivitas jual beli, termasuk dalam kejelasan objek yang diperjualbelikan, batasan – batasan
dan syarat benda yang menjadi objek ialah sebagai berikut :
1. Barangnya suci atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah penjualan
benda-benda najis seperti anjing, babi, dan yang lainya.
2. Memberi manfaat menurut shara tidaklah sah memperjualbelikan jangkrik, ular,
semut, atau binatang buas. Akan tetapi boleh dijual kalau hendak diambil kulitnya
untuk disamak, dijadikan sepatu, tas, dan dimanfaatkan untuk kebaikan lainya.
Namun tidak sah bila digunakan untuk permainan karena menurut shara tidak ada
manfaatnya. Begitu juga alat – alat permainan yang digunakan untuk melakukan
perbuatan yang haram atau untuk meninggalkan kewajiban kita terhadap Allah.
Perbuatan itu digolongkan mubazir (sia-sia) dan dilarang keras oleh agama.
3. Jangan ditaklikan, yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain, seperti
jika ayahku pergi, kujual motor ini kepadamu.
4. Tidak dibatasi waktunya.
5. Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat tidaklah sah menjual binatang
yang sedang berlari dan tidak dapat ditangkap lagi. Barang yang sudah hilangatau
barang yang sulit diperoleh kembali karena samar.
4

6. Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak seizing
pemiliknya atau barang-barang yang baru akan jadi miliknya.
7. Diketahui (dilihat), barang yang dijual belikan harus dapat diketahui banyaknya,
beratnya, takaranya, maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguan
salah satu pihak.
Secara umum rambu-rambu perdagangan yang harus dihindari pelaku pasar adalah
memperdagangkan barang dan jasa yang membawa mafsadat atau kerusakan bagi konsumen
maupun pembeli. Dengan kata lain objek yang diperdagangkan adalah komoditas yang tidak
mendatangkan mudarat bagi dirinya sendiri maupun orang lain (harmfullness dan impurity),
sepanjang komoditas yang diperdagangkan itu tidak mengandung mudarat, maka sepanjang
itu pula transaksi perdagangan diperbolehkan dalam Islam.
B. Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam
Adapun jual beli yang dilarang dalam islam dan batal hukumnya adalah sebagai
berikut :
1. Barang yang dihukumkan najis oleh agama, seperti anjing, babi, hewan buas,
berhala, bangkai, dan khamr. Tidak diperbolehkan membeli binatang buas kecuali
yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai hewan pemburu. Sedangkan hewan
yang tidak mungkin dijadikan sebagai hewan pemburu, tidak boleh menjualnya
atau pun membelinya, karena tidak ada manfaat mubah yang bisa diambil darinya.
Para ulama mengatakan bahwa hewan buas itu tidak bisa dijadikan sebagai hewan
pemburu dan tidak boleh diperjualbelikan. An Nawawi Asy Syafii dalam Al-
Majmu 9:286 mengatakan, “Binatang yang tidak mungkin diambil manfaatnya itu
tidak sah diperjualbelikan contohnya kumbang, kalajengking, ular, serangga,
tikus, semut dan berbagai serangga yang lain serta binatang yang semisal. Para
ulama Syafi’iyyah mengatakan bahwa segelintir manfaat yang ada pada hewan
tersebut karena karakter khas hewan tersebut tidaklah teranggap karena manfaat
tersebut adalah manfaat yang tergolong remeh.
2. Jual beli mani hewan (sperma). Seperti mengawinkan seekor domba jantan
dengan betina agar dapat memperoleh turunan.
3. Jual beli anak binatang yang masih dalam kandungan induknya. Jual beli ini
dilarang karena barangnya belum ada dan tidak nampak.
4. Jual beli dengan mukhad {aqalah, menjual tanaman yang masih diladangnya.
Baqalah berarti tanah, sawah, dan kebun. Hal ini dilarang agama sebab ada
persangkaan riba didalamnya.
5

5. Jual beli dengan mukhad{arah, menjual buah-buahan yang belum pantas untuk
dipanen. Seperti menjual rambutan yang masih hijau, manga yang masih kecil.
Hal ini dilarang dalam islam karena masih samar.
6. Jual beli dengan mula>masah, jual beli secara sentuh menyentuh. Hal ini dilarang
karena dapat merugikan salah satu pihak dan mengandung unsur penipuan.
7. Jual beli dengan munabadhah, jual beli secara lempar melempar.
8. Jual beli dengan muzabanah, menjual buah yang basah dengan buah yang kering
9. Menentukan dua harga untuk satu barang yang dijual belikan.
10. Jual beli dengan syarat. Jual beli seperti ini sama dengan jual beli dengan
menentukan dua harga, hanya saja disini dianggap sebagai syarat, seperti seorang
berkata “aku jual rumahku yang butut ini kepadamu dengan syarat kamu mau
menjual mobilmu kepadaku”.
11. Jual beli dengan gharar. Jual beli yang samar, kemungkinan terjadi penipuan,
seperti penjualan ikan yang masih di kolam atau menjual kacang tanah yang
atasnya kelihatan bagus tetapi didalamnya jelek.
12. Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang dijual.
13. Larangan menjual makanan hingga dua kali ditakar. Hal ini menunjukan
kurangnya saling percaya antara penjual dan pembeli. Jumhur ulama berpendapat
bahwa seseorang yang membeli sesuatu dengan takaran dan ia telah menerimanya,
kemudian ia menjual kembali, maka ia tidak boleh menyerahkan kepada pembeli
kedua dengan takaran yang pertama sehingga ia harus menakar lagi untuk pembeli
yang kedua itu.
C. Pandangan Para Ulama Mengenai Jual Beli Hewan
Menurut Hanafiyah, semua jenis hewan yang memiliki gigi taring bisa saja dijual,
seperti anjing, harimau, singa, serigala, dan kucing. Kerena, anjing dan semacamnya adalah
sesuatu yang bernilai sebab bisa dimanfaatkan dan islam membolehkan untuk
menggunakanya dalam hal penjagaan dan berburu. Boleh juga jual beli serangga dan
binatang melata seperti ular dan kalajengking, kalau memang bisa dimanfaatkan Menjual
barang bernajis boleh, begitu pula memanfaatkanya selain untuk dimakan, seperti dipakai
untuk menyamak, mengecat, dan dibuat lampu selain di masjid. Namun tidak boleh
memanfaatkan minyak yang terbuat dari bangkai karena tidak sah secara shara’ untuk
memanfaatkanya. Ketentuanya menurut Hanafiyah, semua yang bisa dimanfaatkan dan halal
menurut agama maka boleh saja menjualnya, karena pada dasarnya semua benda diciptakan
untuk kepentingan manusia, berdasarkan firman- Nya,
6

‫اَّلِذْي َجَعَل َلُك ُم اَاْلْر َض ِفَر اًش ا َّو الَّس َم ۤاَء ِبَنۤاًءۖ َّو َاْنَز َل ِم َن الَّس َم ۤاِء َم ۤاًء َفَاْخ َر َج ِبه ِم َن الَّثَم ٰر ِت ِر ْز ًقا‬

‫َّلُك ْم ۚ َفاَل ْجَتَعُلْو ا ِلّٰلِه َاْنَد اًدا َّو َاْنُتْم َتْع َلُمْو َن‬

Artinya :” Dialah Allah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit,lalu dia hasilkan dengan (hujan)
itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu.karna itu, jangan lah kamu mengadakan tandingan-
tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui ”( QS. Al-Baqarah:22)

Adapun Malikiyah mengatakan bahwa jual beli minuman keras, babi, dan bangkai
adalah batal, ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Allah dan Rasul-Nya
mengharamkan jual beli minuman keras, bangkai, babi, dan patung berhala. Untuk jual beli
anjing, meskipun bersih, baik sebagai penjaga maupun anjing buruan dianggap batal, karena
adanya menjual anjing. “ Nabi Saw melarang menjual anjing, pemberian mahar wanita
pelacur, dan uang dukun. Begitu pula yang dianggap batal jual beli barang bernajis yang tidak
bisa dibersihkan, seperti minyak, madu, dan minyak mentega yang terkena najis. Adapun
sesuatu yang bernajis dan bisa dibersihkan seperti pakaian maka boleh saja dijual. Tidak sah
jual beli benda yang memang najis seperti kotoran hewan yang tidak bisa dimakan
dagingnya, kotoran manusia, tulang bangkai, dan kulitnya. Akan tetapi, boleh saja jual beli
kotoran sapi, domba unta, dan semacamnya karena dibutuhkan untuk tanaman dan bentuk-
bentuk pemanfaatan lainya.
Adapun Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa tidak boleh menjual barang
yang tidak ada manfaatnya, seperti serangga dan binatang buas ang tidak bisa digunakan
untuk berburu, singa, serigala misalnya. Juga burung-burung yang tidak dimakan dan tidak
pula untuk berburu, seperti burung gagak, rajawali, dan nasar. Karena sesuatu yang tidak
punya manfaat tidak ada nilainya, maka menerima uang atau imbalan dari barang tersebut
termasuk memakan harta orang dengan bathil. Begitupun sebaliknya, memberi imbalan atas
barang seperti itu termasuk perilaku yang bodoh.
Kesimpulanya, Hanafiyah dan Zahiryah membolehkan jual beli hewan yang bisa
dimanfaatkan. Bolehnya dijual suatu barang tergantung pada bermanfaat atau tidaknya
barang itu. Maka menurut kelompok ini, semua yang bisa dimanfaatkan bisa pula dijual.
Namun, Syafi’iyah, Hanabilah, dan pendapat yang mahsyur dalam pengikut Hanafiyah, tidak
membolehkan jual beli yang tidak ada manfaatnya, karena boleh tidaknya dijual suatu barang
tergantun pada manfaat dan bersih tidaknya barang itu. Dengan demikian, semua barang yang
7

bermanfaat dan bersih artinya barang yang dibolehkan oleh agama untuk digunakan maka
bisa dijual, menurut Syafi’iyah.

Menurut Erwandi, dijelaskan dalam bukunya bahwa Para ulama berbeda pendapat
tentang hukum jual beli kulit hewan. Madzhab Hanafiyah dan Malikiyah membolehkan
menjualnya, dan uang hasil penjualannya halal. Sedangkan para ulama madzhab Syafi’iyah
dan Hanablah mengharamkan jual beli kulit hewan tersebut, bukan karena najis, tetapi karena
penggunaan kulit tersebut dilarang oleh Nabi Saw. menyerupai orang-orang kafir dan dapat
mendatangkan keangkuhan, dengan demikian tidak boleh dijual dan hasil penjualannya
termasuk harta haram.
Dalam Al-qur’an dan hadis sudah dijelaskan aturan mengenai jual beli yang berkaitan
dengan aqidah, sighat, dan ma’qud‘alayh, para fuqaha sepakat bahwa sesuatu yang tidak
dapat menerima hukum akad tidak dapat menjadi objek akad. Dalam jual beli, barang yang
diperjualbelikan harus benda bernilai dan mengandung manfaat bagi pihak-pihak yang
mengadakan akad jual beli. Seperti contoh minuman keras adalah barang yang tidak bernilai
bagi kaum muslimin, maka ia tidak memenuhi syarat sebagai objek akad jual beli. Sedangkan
pengertian manfaat dalam hal ini adalah nilai guna bagi kebaikan dan keselamatan lima
pokok tujuan syara’ atau dikenal dengan istilah Al-maqāṣid Al-Syarī’at Al-Khamsah. Yaitu
keselamatan agama, jiwa, benda, akal, dan keturunan. Maka, tidak dapat disebut manfaat
barang yang memabukkan meskipun secara ekonomis mendatangkan keuntungan. Mengenai
perihal pengharaman bangkai yang dimanfaatkan, yang dimaksud hanyalah soal memakanya.
Adapun memanfaatkan kulit, tanduk, tulang, atau rambutnya tidaklah terlarang. Bahkan, satu
hal yang terpuji karena barang-barang tersebut masih mungkin dipergunakan. Oleh karena
itu, tidak boleh disia-siakan.
D. Jual Beli Hewan Langka Dalam Islam
Pada dasarnya jual-beli diperbolehkan dan legal menurut syara', dalam konteks jual-
beli satwa langka hukum jual-belinya tidak berlaku lagi. Jika kita kembali ke hukum berburu
satwa langka yang sudah jelas hukumnya haram, maka pemanfaatannya pun akan menjadi
haram. Praktek jual-beli yang awalnya halal diperbolehkan akan menjadi haram menjadi
tidak diperbolehkan karena termasuk dalam kategori tolong-menolong dalam hal kemaksiatan
dan hal ini juga melanggar undang-undang yang telah dibuat oleh pemerintah. Ada unsur jual
beli hewan yang tidak ada manfaatnya menurut syariat, walaupun sebagian kecil individu ada
yang menganggapnya barang bermanfaat. Bahkan dampak kepunahannya lebih jelas, dan
akan berdampak terhadap ketidakseimbangannya alam, sehingga jual beli demikian adalah
8

termasuk larangan syara'. Disisi lain pemerintah juga sudah menetapkan undang-undang
tentang dilarangnya perburuan satwa langka yang dilindungi. Hal ini menjadi penguat tentang
hukum keharaman berburu satwa langka dan perdagangannya.
Berkaitan dengan keseimbangan kehidupan di alam ini Allah Swt , dalam Al-Qur’an Surat Al-
Mulk, ayat 3 berfirman:

‫َم ا َتٰر ى َخ ْلِق الَّر ٰمْحِن ِم ْن َتٰف ٍۗت َفاْر ِج ِع اْلَبَص َۙر َه َتٰر ى ِم ْن ُفُطْو ٍر‬ ‫ٰمَسٰو ٍت ِط اًقۗا‬
‫َب‬
‫ِذ‬
‫اَّل ْي َخ َلَق َس ْبَع‬
‫ْل‬ ‫ُو‬ ‫ْيِف‬
Artinya : "Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali
lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?.
Berdasarkan Firman Allah ini, maka sebenarnya manusia tidak mempunyai hak untuk
mengurangi dan menghilangkan suatu spesies hewan, karena semua spesies mempunyai
fungsi sebagai penyeimbang kehidupan dalam lingkungan. Selanjutnya Rasulullah SAW juga
melarang membunuh binatang dengan cara menganiaya yaitu dengan cara menahan
(mengurung) dalam keadaan hidup kemudian melemparnya sampai mati. Nabi pun
menganjurkan bila akan menyembelih hewan harus menyembelihnya dengan pisau yang
tajam agar tidak menyiksa atau menyebabkan hewan itu lama dalam kesakitan. Secara tidak
disadari memperjual belikan hewan liar yang dilindungi dapat berdampak buruk terhadap
pelestarian lingkungan, salah satu diantaranya adalah mengakibatkan ketidak stabilan
ekosistem di bumi ini. Banyak hewan – hewan liar menjadi langka dan punah sehingga
ekosistem dibumi ini menjadi terganggu. Padahal islam melarang merusak lingkungan dan
dianjurkan untuk selalu memelihara bumi ini dn berbuat kebajikan antar sesame makhluk
hidup.
E. Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Hewan Yang Sakit
Pada dasarnya semua transaksi jual beli jika dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan ketentuan syara’ maka jual beli tersebut dapat dikatakan sah, akan tetapi jika transaksi
jual beli tersebut tidak dilakukan dengan benar dan tidak sesuai dengan ketentuan syara’,
maka jual beli tersebut dapat dikatakan tidak sah.Jika dikaitkan dengan jual beli hewan ternak
kambing sakit dalam praktiknya dapat dikatakan jual beli ternak kambing tidak dijalankan
sesuai ketentuan syara’.Sebab penjual tidak menjelaskan secara benar atau jujur kepada
pembeli tentang kualitas dan keadaannya jika kambing yang dijualnya tersebut merupakan
kambing yang terserang penyakit masuk angin (kembung) dan keracunan.
9

F. Macam-Macam Jual Beli


Jual beli dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
1. Ditinjau dari segi bendanya dapat dibedakan menjadi:
a. Jual beli benda yang kelihatan, yaitu jual beli yang pada waktu akad, barangnya
ada di hadapan penjual dan pembeli.
b. Jual beli salam, atau bisa juga disebut dengan pesanan. Dalam jual beli ini harus
disebutkan sifat-sifat barang dan harga harus dipegang ditempat akad
berlangsung.
c. Jual beli benda yang tidak ada, Jual beli seperti ini tidak diperbolehkan dalam
agama Islam.
2. Ditinjau dari segi pelaku atau subjek jual beli:
a. Dengan lisan, akad yang dilakukan dengan lisan atau perkataan. Bagi orang bisu
dapat diganti dengan isyarat.
b. Dengan perantara, misalnya dengan tulisan atau surat menyurat. Jual beli ini
dilakukan oleh penjual dan pembeli, tidak dalam satu majlis akad, dan ini
dibolehkan menurut syara’.
c. Jual beli dengan perbuatan, yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab
kabul. Misalnya seseorang mengambil mie instan yang sudah bertuliskan label
harganya. Menurut sebagian Ulama syafiiyah hal ini dilarang karena ijab kabul
adalah rukun dan syarat jual beli, namun sebagian syafiiyah lainnya seperti
Imam Nawawi membolehkannya.
G. Pandangan para ulama tentang jual beli anjing
1. Pendapat Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing
Dalam kitab al-Muwatta' disebutkan bahwa hukum ṡaman (hukum dari
jual beli anjing) adalah makruh baik anjing yang bermanfaat maupun tidak
bermanfaat maupun tidak karena Nabi SAW melarangnya. Beliau mendasarkan
pada sabda Nabi SAW, sebagai berikut:
Artinya:dari, Syihab Ibni dari Malik diberitahu kami, Yusuf bin Abdullah
Diberitakan: Abi Bakar bin Abd al-Rahman dari Abi Mas’ud al-Anshari,
sesungguhnya Rasulullah SAW melarang harga anjing, mahar pezina dan ongkos
peramal. (HR. Bukhari).
10

Meskipun dalam hadiṡ di atas sudah jelas ada larangan dari Nabi SAW,
akan tetapi Imam Malik memberikan hukum makruh bukan haram. Hukum
makruh jual beli anjing bukan karena najisnya melainkan karena adanya
larangan langsung dari Nabi SAW. Imam Malik tidak menghukumi najis pada
anjing meskipun beliau mewajibkan membasuh anjing tujuh kali, hal ini bukan
karena najisnya melainkan karena murni beribadah kepada Allah SWT. Tidak
najisnya anjing menurut Imam Malik didasarkan pada firman Allah SWT QS.
Al-Maidah: 4

‫َّل‬ ‫ِب‬ ‫َّل‬ ‫َّط ُۙت‬ ‫ِح ْۗم ِح‬


‫َيْس َٔـُلْو َنَك َم اَذٓا ُا َّل ُهَل ُقْل ُا َّل َلُك ُم ال ِّيٰب َو َم ا َع ْم ُتْم ِّم َن اَجْلَو اِر ِح ُم َك ِّل َنْي ُتَعِّلُمْو َنُه َّن َّمِما َع َم ُك ُم‬

‫الّٰل ُه َفُك ُل ا َّمِمٓا َاْم ْك َعَلْيُك اْذُك وا اْس الّٰلِه َعَلْيِهۖ اَّتُقوا الّٰل َهۗ ِاَّن الّٰل َه ِر ْي اِحْل اِب‬
‫َس ُع َس‬ ‫َو‬ ‫ْم َو ُر َم‬ ‫َس َن‬ ‫ْو‬

Artinya: Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “Apakah yang dihalalkan bagi


mereka?” Katakanlah, ”Yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik
dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk
berburu, yang kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka
makanlah apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah (waktu
melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat cepat
perhitungan-Nya.”

buruannya ketika anjing membawanya kepada tuannya. Dilihat dari


bagaimana kebiasaan anjing ketika menyerahkan hasil buruan kepada tuannya
yaitu dengan menggigit, padahal dalam sebuah hadiṡ dijelaskan bahwa jilatan
anjing itulah yang menyebabkan sebuah bejana najis yang wajib dibasuh tujuh
kali basuhan yang salah satunya dicampur dengan tanah, di awal atau di
akhirannya. Otomatis jika anjing tersebut membawa hasil buruannya kepada
tuannya dengan cara tersebut maka sudah pasti jilatan atau air liurnya menenai
hasil buruan tersebut Pembolehan memelihara anjing yang digunakan untuk
berburu, menjaga ternak maupun menjaga tanaman Mengenai hukum jual beli
anjing Imam Malik menghukumi makruh karena melihat apa yang tampak
pada sebuah hadiṡ yang ada larangan mengenai harga anjing. Meskipun dalam
hadiṡ tersebut jelas menggunakan kata Naha yang berarti larangan yang dalam
kaidah fikih larangan itu menunjukkan pada keharaman. Akan tetapi dalam
11

hadiṡ lain setelah larangan atau pencegahan disebut istisna’ (pengecualian)


untuk anjing pemburu. Berarti Imam Malik mengumpulkan hadiṡ- hadiṡ yang
sama pembahasannya, yakni hadiṡ-hadiṡ yang terkait masalah anjing baik
yang menjelaskan cara membasuh bejana ketika terkena jilatan anjing, hukum
memelihara anjing di rumah sampai hadiṡ yang menjelaskan tentang harga
anjing. Kemudian Imam Malik mentakhrij dari hadiṡ-hadiṡ tersebut sehingga
munculah hukum makruh. Kronologi hukum makruh tersebut muncul dari
hasil penggabungan larangan dan pengecualian Di samping berdasarkan pada
hadiṡ beliau juga menggali dari al-qur’an yaitu surat al-Maidah ayat 4, dalam
ayat tersebut dijelaskan bahwa hasil buruan hewan buas dan anjing yang
terlatih dan taat pada tuannya dikategorikan makanan-makanan yang halal lagi
baik. Dalam ayat tersebut diperintahkan untuk memakan dari hasil buruan
yang diperoleh binatang buas dan anjing yang terlatih. Mengenai hukum
memelihara anjing itu boleh asal ada tujuan yang jelas dalam pemeliharaan
tersebut. Seperti digunakan untuk menjaga rumah, ternak dan tanaman. Kalau
tidak ada tujuan yang jelas dalam pemeliharaan lebih baik tidak memelihara
anjing karena akan mengurangi pahala tiap harinya Apabila ada dua hadiṡ
yang bertentangan dalam ushul fiqh maka disebut ta'arud, yakni dua dalil yang
salah satunya menunjukkan hukum yang berbeda dengan hukum yang
dikehendaki oleh nash yang lainnya.
2. Pendapat Imam Syafi’i Tentang Jual Beli Anjing
Dalam kitab al-Umm Imam Syafi'i berpendapat bahwa jual beli anjing itu
tidak diperbolehkan, di mana beliau mendasarkan pendapatnya tersebut pada hadiṡ
Nabi SAW sebagai berikut:
artinya: dari, Syihab Ibni dari Malik diberitahu kami, Yusuf bin Abdullah
Diberitakan: Abu Bakar bin Abdul al-Rahman dari Abi Mas’ud al-Anshari,
sesungguhnya Rasulullah SAW melarang harga anjing, mahar pezina dan ongkos
peramal. (HR. Bukhari).
Dari hadiṡ tersebut Imam Syafi'i berpendapat bahwa jual beli anjing itu adalah haram
hukumnya dan beliau beralasan haramnya anjing itu karena anjing itu najis (rijs: keji)
Dengan hadiṡ ini Imam Syafi'i mengatakan bahwa harga anjing dengan keadaan
apapun juga, apabila tidak halal harganya maka tidak halal anjing itu diambil, kecuali
oleh orang yang berburu atau menjaga ladang atau menjaga binatang ternak. Selain
dari itu tidak halal mengambilnya dan tiadalah baginya harga kalau anjingnya itu
12

dibunuh oleh seseorang Imam Syafi'i dalam mengambil hukum haram itu dengan
mengumpulkan hadiṡ-hadiṡ yang di dalamnya terdapat larangan-larangan dari
Rasulullah SAW, dan beliau menghukumi haram karena najis. Seperti yang telah
dijelaskan di atas karena ada larangan dari Rasulullah SAW untuk memelira anjing
kecuali oleh orang yang berburu dan menjaga rumah boleh mengambil manfaatnya,
selain dari pada itu tidak boleh mengambil anjing tersebut. Walaupun di sini terdapat
pengecualian siapa yang boleh memelihara anjing namun Imam Syafi'i tetap
menghukumi haram. Hukum najisnya anjing dikarenakan jual beli barang najis itu
dilarang, seperti yang telah diketahui bahwa syarat dalam jual beli itu haruslah suci
H. Perbandingan Pendapat Imam Malik dan Imam Syafi’i Tentang Jual Beli Anjing
Persoalan hukum jual beli anjing telah menimbulkan silang pendapat antara Imam Malik
dan Imam Syafi’i. Imam Malik mengatakan bahwa hukum jual beli anjing adalah makruh dan
menganggap bahwa anjing itu hewan yang suci sekalipun tidak boleh dikonsumsi sedangkan
Imam Syafi’i berpendapat bahwa menjual anjing tidak dibolehkan sama sekali dan hukum
menjualnya adalah haram serta beliau menganggap anjing itu binatang yang najis. Selisih
pendapat ini terjadi kerena perbedaan dalam memahami nash syara Dalam masalah jual beli
anjing ini Imam Malik berpegang pada firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat al-Maidah
ayat 4 tentang dihalalkannya memakan hasil buruan dari pada tangkapan binatang buas, dan
kepada beberapa yaitu hadiṡ yang menjelaskan tentang larangan mengambil harga dari
penjualan anjing, hadiṡ tentang cara mensucikan apabilah terkena jilatan anjing, hadiṡ tentang
pengecualian terhadap anjing yang digunakan untuk berburu dan hadiṡ- hadiṡ lain yang
berkaitan dengan masalah anjing Imam Syafi’i dalam hal jual beli anjing ini beliau berpegang
pada hadiṡ Nabi SAW tentang laragan mengambil harga dari penjualan anjing dan hadiṡ
tentang berkurangnya amalan sebanyak satu qiradh setiap hari bagi orang yang memelihara
anjing yang tidak digunakan untuk menjaga tanaman dan ternak. Melihat pada keterangan di
atas, maka terjadi perbedaan pendapat antara Imam Malik dan Imam Syafi’i dalam penetapan
hukum jual beli anjing ini ialah pada penggunaan dalil yang berbeda dan pada perbedaan
dalam menilai otentitas nash yang ada dalam hal jual beli anjing itu sendiri.
Dari ayat ini para ulama mengambil sebuah kaidah bahwa seluruh bentuk jual beli adalah
mubah (boleh) kecuali jual beli yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya yaitu setiap transaksi
jual beli yang tidak memenuhi syarat sahnya atau terdapat larangan dalam unsur jual beli
tersebut. Secara umum memang demikian akan tetapi apabila ada hal lain yang
mempengaruhi maka hukum jual beli tersebut tidak sah Sebagaimana anjing yang oleh
sebagian ulama tidak boleh diperjualbelikan karena mereka menekankan pada sucinya objek
13

atau benda yang diperjualbelikan. Sebagaimana pendapat Imam Syafi'i, Imam Ahmad, dan
Sayyid Tsabiq. Dan sebagian yang lain ada yang memperbolehkan jual beli benda najis
asalkan bermanfaat sebagaimana pendapat Abu Hanifah dan Imam Malik anjing dalam
keadaan apapun juga, dan apabila tidak halal harganya maka tidak halal juga anjing itu
diambil kecuali oleh orang pemburu atau menjaga ternak dan menjaga ladang. Maksudnya
tidak halal menyimpan anjing kecuali orang yang dimaksudkan dalam hadiṡ Dari hadiṡ
tersebut ada persamaan pemikiran dari kedua tokoh, yaitu pengecualian untuk memiliki
anjing bagi orang yang telah disebutkan dalam hadiṡ yaitu bagi pemburu dan untuk menjaga
ternak. Dari sini dapat dikaji dan dipahami pemikiran Imam Malik dan Imam Syafi'i dari
berbagai literatur yang berhubungan dengan pemikiran keduanya, penulis mendapatkan
bahwa perbedaan pendapat yang sering terjadi di antara mereka adalah karena pemahaman
atau penafsiran terhadap nash-nash yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari karya-karya
mereka dalam mengemukakan pendapatnya, termasuk dalam persoalan hukum jual beli
anjing. Mengenai istinbat hukum jual beli anjing,
Imam Malik dan Imam Syafi’i mengumpulkan hadiṡ-hadiṡ yang berkaitan dengan anjing.
Dalam sebuah hadiṡ ada yang melarang harga anjing, serta pengecualian dan pemilihan dari
segi manfaatnya. Sebagai ulama ahli fikih dan ahli hadiṡ Imam Malik dan Imam Syafi’i
menggunakan dalil al-qur’an dan hadiṡ Nabi SAW dalam mengemukakan pendapatnya.
Bagitu juga dalam masalah jual beli anjing, Imam Malik menghukuminya makruh. Oleh
sebab adanya larangan dan pengecualian maka muncullah hukum makruh. Akan tetapi Imam
Syafi’i tetap menghukumi haram pada harga anjing dan tidak boleh diperjualbelikan.
Menurut pandangan penulis dalam masalah jual beli anjing ini. Penulis sendiri lebih
cenderung kepada pendapat Imam Syafi’i, yaitu haram hukumnya melakukan jual beli anjing,
karena dalam hadiṡ Nabi SAW sudah jelas mengatakan tentang larangan mengambil harga
dari penjualan anjing. Dalam hal status anjing itu sendiri, apakah tergolong dalam binatang
yang bernasjis atau tidak, maka penulis juga sependapat dengan Imam Syafi’i yaitu anjing
merupakan binatang yang bernajis ‘ainnya, baik air liur maupun keseluruhan badannya itu
najis.
I. Jual Beli Sperma Hewan Pejantan
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma (gamet jantan) yang terjadi
dalam testi, tepatnya pada tubulus seminiferus. Testis mamalia tersusun atas ratusan tubulus
seminiferus yang merupakan bagian terpenting dalam pembentukan sperma. Proses
pembentukan sperma dikendalikan oleh hormon. Sedangkan bentuk sel sperma pada berbagai
hewan bervariasi, tetapi pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi bagian kepala, bagian
14

tengah, dan ekor. 23 Selama proses spermatogenesis, spermatogonia akan berkembang baik
dengan cara membelah, menghasilkan spermatosit primer, spermatosit skunder, dan akhirnya
spermatid. Spermatid akan mengelami proses diferensiasi dan pemasakan atau
(maturasi )sehingga akhirnya terbentuk sperma atau spermatozoon haploid Pembuahan pada
hewan mamalia terjadi di dalam induk betina. Setelah mengalami perkawinan antara hewan
pejantan dan betina kemudian terjadi peleburan antara sel telur dan sel spermatozoa yang
menghasilkan zigot. Selanjutnya, zigot tumbuh menjadi embrio. Embrio akan tumbuh
menjadi individu baru Sebagaimana apa yang telah diuraikan diatas bahwa sperma adalah air
lendir yang bersih yang keluar ketika melakukan hubungan intim antara pejantan dan betina.
Adapun jual beli sperma pejantan yang dimaksud adalah ketika masing-masing
pihak yaitu penjual (pemilik hewan pejantan) dan pembeli (pemilik hewan betina) sepakat
untuk mengkawinkan hewan betina pembeli dengan hewan pejantan milik penjual dengan
imbalan tertentu Adapun cara yang dimaksud adalah perkawinan alami, bukan perkawinan
yang sudah menggunakan teknologi seperti inseminasi buatan. Caranya yaitu dengan
mencampur antara hewan pejantan dengan hewan betina kedalam satu tempat khusus. Jika
pada sapi biasanya menggunakan alat khusus berupa dua kayu yang panjangnya sekitar 5
meter yang diikatkan dipohon dengan membentuk huruf V. Kemudian sapi betina di ikat di
dalamnya, barulah setelah itu sapi pejantan ikut dimasukan Jika pada kucing perkawinan
alami yang memerlukan perlakuan khusus biasannya di lakukan di dalam kandang dengan
masa pencampuran antara 1-3 hari tergantung dari cepat atau tidaknya proses perkawinan
terjadi.
Hal demikian ini biasa kita jumpai di pet shop tertentu yang menyediakan jasa kawin
kucing. Kucing telah dipelihara manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Kucing merupakan
hewan karnivora berdarah panas yang dapat melihat dengan baik pada malam hari karena
memiliki biji mata yang terbuka lebar yang dapat menangkap cahaya sebanyak-banyaknya.
Aneka macam kucing peliharaan merupakan keturunan dari kucing liar di Afrika Kucing
sudah menjadi bagian dari hidup manusia 7.000-8.000 tahun lalu. Di Afrika, hewan-hewan
pengerat suka masuk lumbung dan memakan hasil panen. Itu sebabnya kucing-kucing liar
dibiarkan masuk untuk membasmi. Hubungan antara kucing dan manusia baru dimulai pada
kebudayaan Mesir Kuno kira-kira 4.000 tahun lalu. Masyarakat Mesir memuja kucing
sebagai titisan salah satu dewi. Jika seekor kucing peliharaan mati, seluruh anggota keluarga
berduka cita. Tidak sedikit kucing diawetkan menjadi mumi Pengertian barang yang dapat
dimanfaatkan tentunya sangat relatif, sebab pada hakikatnya seluruh barang yang dijadikan
sebagai objek jual beli adalah barang yang dapat dimanfaatkan, seperti utuk dikonsumsi
15

(seperti beras, buah-buahan, ikan, sayurmayur dan lain-lain), dinikmati keindahannya (seperti
hiasan rumah, bunga-bungaan dan lain-lain), dinikmati suaranya (seperti radio, televisi dan
lain-lain).
Barang yang diperjualbelikan adalah sesuatu yang bermanfaat. Alasannya adalah
bahwa yang hendak diperoleh dari transaksi ini adalah manfaat itu sendiri. Bila barang
tersebut tidak ada manfaatnya, bahkan dapat merusak seperti ular atau kalajengking, maka
tidak dapat dijadikan objek transaksi Apabila dalam suatu jual beli keadaan barang dan
jumlah harganya tidak diketahui, maka perjanjian jual beli itu tidak sah. Sebab bisa jadi
perjanjian tersebut mengandung unsur penipuan. Mengetahui di sini dapat diartikan secara
lebih luas, yaiu melihat sendiri keadaan barang baik hitungan, takaran, timbangan atau
Sebagaimana apa yang telah diuraikan diatas bahwa sperma adalah air lendir yang bersih
yang keluar ketika melakukan hubungan intim antara pejantan dan betina.
Adapun jual beli sperma pejantan yang dimaksud adalah ketika masing-masing pihak
yaitu penjual (pemilik hewan pejantan) dan pembeli (pemilik hewan betina) sepakat untuk
mengkawinkan hewan betina pembeli dengan hewan pejantan milik penjual dengan imbalan
tertentu Chopper Pet Shop Kota Metro adalah toko yang menjual produk dan jasa khusus
untuk berbagai keperluan hewan sehari-hari., sehingga tercetuslah ide untuk mendirikan
sebuah toko dengan tema hewan. Dibidang produk toko ini menyediakan berbagai keperluan
hewan pelihraan mulai dari vitamin, makanan, dan keperluan yang berkaitan dengan
kebersihan hewan seperti shampo, prfum, bedak Selain itu, toko ini juga menyediakan jasa
berupa pacak/kawin hewan (khusus kucing) dan salon hewan seperti mandi, potong rambut,
dan berbagai keperluan untuk kebersihan hewan perliharaan.
Ide menjual jasa ini muncul ketika adanya peluang pasar dengan menciptakan sedikit
rasa ulet dan telaten. Karena umumnya manusia yang seakan sibuk dengan rutinitas harianya
cenderung lebih malas atau tidak sempat untuk merawat hewan peliharaannya Terbukti,
adanya jasa perawatan hewan semacam ini pemilik hewan tidak perlu repot untuk merawat
hewan kesayangannya agar tetap bersih dan wangi karena hanya dengan membayar uang
sekitar Rp. 50.000 sampai Rp. 100.000 para pemilik hewan bisa mempercayakan perawatan
hewan pada toko ini Begitu pula dengan pemilik hewan yang ingin mengembangbiakan atau
hanya sekedar ingin memperbanyak koleksi hewannya (khusus kucing) dan bingung, karena
belum mempunyai hewan pejantan, maka cukup dengan membayar sekitar Rp 80.000 sampai
Rp. 120.000 pemilik hewan bisa menggunakan jasa pacak hewan di toko ini Teknik
pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.

Anda mungkin juga menyukai