Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jual beli adalah memberikan sesuatu dengan alat pembayaran yang

resmi (uang), juga dapat ditukarkan dengan harta benda yang lain. Perlu

diketahui nahwa transaksi jual beli dalam agama islam terdapat istilah ijab

dan qabul, adapun ijab dan qabul adalah kedua belah pihak saling menerima

untuk menukar serta membelanjakan hartanya saat transaksi jual beli tersebut.

Jual beli merupakan bukti sebagai makhluk sosial yaitu makhluk yang

membutuhkan makhluk lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanpa

melakukan jual beli, manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Jual

beli adalah kegiatan perdagangan yang mempunyai tujuan dan maksud untuk

mendapatkan keuntungan. Dalam islam, jual beli disebut dengan al-bai’, al-

bai’ memiliki pengertian secara bahasa memindahkan kepemilikan benda

dengan akad saling mengganti.

Jual beli selalu mewarnai kegiatan kehidupan masyarakat. Namun

masih ada yang berusaha dalam urusan jual beli tidak mengikuti aturan-aturan

dan norma-norma yang telah ditetapkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Sifat

dasar manusia yang tamak dan serakah menjadikan orang berperilaku tidak

jujur dan sering melakukan praktik-praktik kecurangan, padahal ajaran islam

telah memberikan aturan yang jelas dalam melakukan praktik jual beli.

Dalam bisnis, sebenarnya sebagian besar aktivitas mengarah pada

persoalan jual beli, meskipun prinsip jual beli bisa berarti sangan luas,

1
melakukan jual beli dibenarkan dalam Al-Qur’an “Allah menghalalkan jual

beli, dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah ayat 275). Seiiring dengan

perkembangan pengetahuan dan kebutuhan manusia pada saat ini, kegiatan

ekenomi khususnya jual beli mengalami perkembangan yang sangan cepat.

Kondisi ini mebuka peluang terjadinya berbagai macam sistem jual beli yang

didalamnya terjadi penyimpangan yang mengakibatkan teraniaya salah satu

pihak baik penjuala maupun pembeli.

Dalam ayat lain mengenai jual beli, Allah berfiramn yang artinya

“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan harta sesamu

dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali dalam jual beli yang berlaku

atas dasar kesepakatan bersama diantara kamu. Dan jangan lah kamu

membunuh dirimu. Sungguh Allah maha penyayang kepadmu” (QS. An-Nisa

ayat 29).

Nabi Muhammad SAW pernah ditanya oleh sahabatnya: “Pekerjaan

apa yang paling bagus?” Maka beliau menjawab: “Bahwa sebaik-baiknya

pekerjaan, yaitu pekerjaan yang dilakukan manusia dengan tangannya sendiri

dan transaksi yang diperjualbelikan tanpa melanggar aturan syariat islam”.

Jual beli berfungsi sebagai salah satu alat untuk menjalankan kegiatan

perekonomian. Aktivitas seorang muslim sehari-hari tidak bisa lepas dari

permasalahan aturan Islam, baik ketika melakukan ibadah kepada Allah SWT

maupun kegiatan sosial di lingkungan masyarakat. Namun, apabila jual beli

tersebut tidak sesuai dengan etika bisnis islamm, maka bisa jadi tidak

mendapatkan manfaat akan tetapi mendatangkan kehancuran.

2
Seperti yang dilakukan petani Desa Jatibaru Kec. Ciasem Kab.

Subang, sebagian petani di Desa Jatibaru melakukan transaksi jual beli yang

masih dipertanyakan kebenerannya atau kebolehannya menurut agama.

Penghasilan utama masyarakat Desa Jatibaru adalah dari bertani padi, selain

cukup mudah, bertani padi juga menjanjikan hasil panen yang

menguntungkan. Setiap panen padi, para petani menjual hasil panen mereka

(gabah) kepada tengkulak (calo), dengan sistem pembayaran ada yang

langsung, bertempo, dan tebas.

Dari pemaparan diatas, perlu dilakukan penelitian, apakah praktik jual

beli gabah basah di Desa Jatibaru sudah sesuai dengan tinjauan ekonomi

islam atau belum. Dalam islam tidak boleh ada ketidakjelasan ataupun gharar

dalam jual beli. Berdasarkan hasil keterangan dan fakta yang diperoleh itulah

yang melatar belakangi penulis untuk meneliti mengenai pelaksanaan jual beli

gabah basah di Desa Jatibaru dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang

penulis beri judul “TINJAUAN EKONOMI ISLAM DALAM PRAKTIK

JUAL BELI GABAH BASAH (STUDI KASUS DESA JATIBARU KEC.

CIASEM KAB. SUBANG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dibuat beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana tinjauan etika bisnis islam dalam praktik jual beli gabah

basah ?

3
2. Bagaimana transaksi praktik jual beli gabah basah di Desa Jatibaru Kec.

Ciasem Kab. Subang ?

3. Apakah praktik jual beli gabah basah di Desa Jatibaru Kec. Ciasem

Kab.Subang sudah sesuai dengan syariat islam ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Adapun

tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tinjauan etika bisnis islam dalam praktik jual beli

gabah basah.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan praktik jual beli gabah basah di Desa

Jatibaru Kec. Ciasem Kab. Subang.

3. Untuk mengetahui praktik jual beli gabah basah di Desa Jatibaru Kec.

Ciasem Kab. Subang apakah sudah sesuai dengan syariat islam.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoritis, dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang dapat

dijadikan sumbangan pemikiran dalam menambah khasanah keilmuan

khususnya yang berkaitan dengan ekonomi islam dalam praktik jual beli

gabah basah.

2. Secara praktis, dapat menjadikan pengetahuan khususnya bagi peneliti,

dan umumnya dapat dijadikan pertimbangan dan masukan bagi pembaca

4
dan masyarakat umum tentang bagaimana praktik di lapangan mengenai

ekonomi islam dalam praktik jual beli gabah basah.

E. Kerangka Pemikiran

Jual beli dalam bahasa Arab yaitu al-bai’ artinya jual, tukar dan

menukar (barter). Dengan demikian, maka kata al-bai’ berarti jual, tetapi

sekaligus juga beli. Persoalan jual beli dalam fiqh Islam dibahas secara luas

oleh ulama fiqh, sehingga dalam berbagai literatur ditemukan pembahasan

dengan topik kitab al-bai; (kitab jual beli).

Dalam buku Fiqh Muamalah karya Prof. Dr. H. Hendi Suhendi,

perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-bai’, al-tijarah dan al-

mubadalah, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Fathir ayat 29

yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah

dan mengerjakan shalat dan menafkahkan sebagian rezekinya yang kami

berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan,

mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi”.

Adapun jual beli menurut terminologi, para ulama berbeda-beda

pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain:

1. Menurut para ulama Hanafiyah, jual beli didasarkan pada cara khusus

(yang diperbolehkan) yaitu menukar harta (barang) dengan harta.

2. Menurut Imam Nawawi, jual beli adalah pertukaran harta untuk

kepemilikan.

5
3. Menurut Ibnu Qudamah dalam Kitab Al-Mugni, jual beli adalah tukar

menukar harta dengan harta, saling menjadikan harta.

Definisi lain dikemukakan ulama mazhab Maliki, Syafi’I dan hambali,

menurut meraka jual beli adalah saling tukar menukar harta dengan harta

dalam bentuk pemindahan hak milik dan pemilikan. Dalam hal ini mereka

melakukan penegasan pada kata “milik” dan “pemilikan” karena ada juga

tukar-menukar harta tersebut yang sifatnya bukan pemilikan, seperti sewa-

menyewa (ijarah).

Islam mengatur perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya, yaitu dalam kegiatan bisnis yang membawa kemaslahatan.

Berdasarkan hal itu, Islam telah menawarkan beberapa aturan dasar dalam

bertransaksi, perjanjian, atau mencari kekayaan sebagai berikut:

1. Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 275 yang

artinya “Sedang orang-orang yang selalu makan riba, mereka itu nanti

tidak bangkit, kecuali seperti orang yang kemasukan setan. Hal itu karena

mereka berpendapat bahwa jual beli sama dengan riba, sedangkan Allah

SWT menghalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa yang

menerima anjuran dari Tuhannya, kemudian berhenti dari riba, maka

untuknya harta yang dimiliki sebelumnya, sedang persoalannya diserahkan

kepada Allah SWT. Bagi yang kembali memekan riba, dialah penghuni

neraka, mereka abadi disana”.

2. Hadits, Al-Abbas Bin Al-Walid Al-Damasyqi telah diceritakan kepada

anda dari Dawud Bin Salih Al-Madini dan Abdul Al-Aziz Bin Muhammad

6
dari ayahnya mengatakan, saya mendengar bahwa ketika Abu Said Al-

Khudri berkata bahwa Rasulullah SAW sesungguhnya jual beli atas dasar

suka sama suka.

3. Aturan Fiqh Muamalah, dalam hukum fiqh menyatakan bahwa sesuatu

diperbolehkan selama tidak ada alasan melarangnya. Pada dasarnya dalm

hal-hal yang sifatnya berguna bagi manusia hukumnya adalah boleh

dimanfaatkan. Lebih jauh adat kebiasaan suatu masyarakt dibangun atas

dasar nilai-nilai yang dianggap oleh masyarakat tersebut. Nilai-nilai itu

diketahui, dipahami, disepakati, dan dilaksanakan atas dasar kesadaran

masyarakat tersebut.

Ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa rukun jual beli yaitu ijab

dan qabul. Menurut para ulama, yang menjadi rukun dalam jual beli itu

hanyalah kerelaan (keridhaan) kedua belah pihak untuk berjual beli. Namun

karena unsur kerlaan itu merupakan unsur hati yang sering tidak kelihatan,

maka ijab dan qabul menjadi indikasi adanya kerelaan yang sulit terukur

karena biasanya tidak terlihat, atau melalui cara saling memberikan barang dan

harga barang tanpa adanya paksaan.

Mayoritas ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat,

yaitu:

1. Orang yang berakad (Penjual dan pembeli)

2. Sighat (Lafal ijab dan qabul)

3. Barang yang dibeli

4. Nilai tukar pengganti barang

7
F. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu ini pada dasarnya adalah untuk

mendapatkan gambaran hubungan tema yang akan diteliti dengan penelitian

yang sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya, sehingga

diharapkan tidak ada pengulangan materi penelitian secara mutlak. Skripsi

yang sudah ada dan yang berkaitan dengan jual beli gabah adalah penelitian

yang dilakukan oleh Eko Dwi Susilo yang berjudul “Tinjauan Etika Bisnis

Islam Terhadap Praktik Jual Beli Gabah Basah Di Desa Gandukepuh Kec.

Sukerejo Kab. Ponorogo” Tahun 2019. Skripsi ini membahas tentang jual beli

gabah basah antara tengkulak dengan pabrik penggilingan beras dan

tengkulak dengan petani. Para tengkulak memberikan harga gabah basah

perkilonya 6.000 dan di lapangannya para tengkulak memberikan harga

5.700.

Sedangkan Skripsi yang diteliti oleh Winda Purnama Sari tentang

“Jual Beli Gabah Padi Perspektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Desa

Durian Sebatang Kec. Kedurang Kab. Bengkulu Selatan)” Tahun 2018/2019.

Skripsi ini membahas tentang bagaimana mekanisme jual beli gabah padi di

Desa Durian Sebatang Kec. Kedurang Kab. Bengkulu Selatan dan bagaimana

jual beli gabah padi di Desa Durian Sebatang Kec. Kedurang Kab. Bengkulu

Selatan perspektif etika bisnis islam.

Selanjutnya skripsi yang diteliti oleh Zahrul Nuraini “Tinjaun Etika

Bisnis Islam Dalam Transaksi Jual Beli Padi Pedagang Gabah Di Desa

8
Sempu Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan” Tahun 2021. Skripsi ini

membahas tentang kejanggalan-kejanggalan yang dilakukan oleh pedagang

gabah padi di Desa Sempu Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan yang

tidak sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis islam.

Berdasarkan uraian dari beberapa hasil penelitian terdahulu maka

dapat diketahui bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki

perbedaan dengan penelitian yang sebelumnya. Pada masalah yang ingin

penulis bahas, yaitu tentang jual beli gabah basah dengan pembayaran

kontan(langsung), tempo dan tebas dalam ekonomi islam.

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

pemikiran, hasil penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, bab ini berisi tentang kajian teoritis sistematis

mengenai aspek atau variabel yang diteliti dengan menggunakan

teori, konsep, dalil dan peraturan yang relevan.

BAB III Metodologi Penelitian, bab ini berisi tentang pendekatan dan jenis

penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,

analisis data dan tempat dan waktu penelitian.

BAB IV Temuan dan Hasil Penelitian, bab ini berisi tentang temuan

penelitian dan pembahasan. Temuan penelitian ini membahas

9
tentang masalah yang ditemukan dilokasi penelitian. Sedangkan

pembahasan berisi tentang informasi yang diperoleh dari lapangan

setelah melalui prosedur metodologi. Bab ini merupakan inti dari

penelitian dengan menguraikan data-data yang telah diolah

sehingga terlihat hasil akhir dari penelitian.

BAB V Penutup, bab ini berisi tentang bagian terakhir dari penelitian yang

terdiri dari kesimpulan dari seluruh masalah yang dibahas, dan

saran bagi pihak-pihak terkait sesuai dengan hasil penelitian yang

ada diharapkan akan menjadi masukan sebagai tindak lanjut dari

penelitian ini.

10
Daftar Pustaka

Dwi Susilo, Eko. 2019. Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Praktik Jual Beli

Gabah Basah Di Desa Gandukepuh Kec. Sukorejo Kab. Ponorogo. Skripsi. IAIN

Ponorogo. Ponorogo.

Purnama Sari, Winda. 2019. Jual Beli Gabah Padi Perspektif Etika Bisnis Islam

(Studi Kasus Desa Durian Sebatang Kec. Kedurang Kab. Bengkulu Selatan).

Skripsi. IAIN Bengkulu. Bengkulu.

Nuraini, Zahrul. 2021. Tinjauan Etika Bisnis Islam Dalam Transaksi Jual Beli

Pada Pedagang Gabah Di Desa Sempu Kecamatan Nawangan Kabupaten

Pacitan. Skripsi. IAIN Ponorogo. Ponorogo.

Suhendi, H. Pendi. 2010. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hal 67.

Yusuf Ali, Abdullah. 1993. Qur’an Dan Tafsirnya. Jakarta: Pustaka Firdaus. Hal

111.

Anwar, Yazid. 2009. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Logung Pustaka. Hal 67.

Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan

Penelitian. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media. Hal 186, 204-205, 212 dan 238

Nasir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 54.

Sugiyono, 2020. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

CV. Albeta.

11
J. Lexy, Moleong. 2008. Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hal 125.

Burhan, Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga

University Press. Hal 129.

12

Anda mungkin juga menyukai