MAKALAH
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Sri Rahayu
NIM : 21020010011
Putri Hasma
NIM : 2102010016
NIM : 2102010011
(STAI-DDI) PINRANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita sehingga berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Pemasaran Syariah yang berjudul “Peranan kebijakan
fisikal dalam perekonomian”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Pemasaran Syariah di STAI DDI Pinrang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca dan khususnya bagi para mahasiswa sebagai penambah pengetahuan.
Kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT yang punya dan maha
kuasa. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah
bersedia membaca makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Transaksi yang Dilarang dalam Islam...........................................................5
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
ii
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Mukhtashar Kitab Al Umm fi Al
Fiqh. Penerj.Muhammad Yasir Abd Muthalib. Ringkasan kitab Al Umm, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2007), cet. Ke-III, h. 1.
BAB II
PEMBAHASAN
5
mengandung ketidakjelasan karena kuantitasnya tidak dapat diukur
dengan pasti serta zalim terhadap salah satu pihak.
4. Transaksi yang bersifat tadlis (talaqi rukban)
Transaksi tadlis yaitu transaksi yang mengandung unsur penipuan,
yaitu dimana salah satu pihak yag bertransaksi mempunyai informasi
yang berpotensi menguntungkan pihaknya dan merugikan pihak lain,
sementara pihak lainnya tidak mempunyai informasi yang setara. Hal
ini bisa berbentuk kuantitas (quantity), kualitas (quality), harga (price),
ataupun waktu penyerahan (time of delivery) atas objek yang
ditransaksikan. Salah satunya adalah dengan memberhentikan
pedagang yang belum masuk pasar, hal ini jelas menimbulkan
kezaliman karena harga yang terbentuk tidak sesuai dengan harga
keseimbangan pasar yang berlaku. Bisa jadi informasi harga di pasar
diketahui oleh pembeli sehingga dia melakukan pembelian dengan
harga yang semurah – murahnya. Sebaliknya bagi penjual ketika ia
mengetahui informasi harga yang ada di pasar, maka ia akan
melakukan penawaran harga dengan harga yang semahal – mahalnya.
5. Transaksi yang berobjek haram
Transaksi yang berobjek haram dilarang karena objek transaksinya
merupakan barang – barang haram yang dilarang oleh Allah SWT.
Walaupun proses transaksinya sah, tetap saja tidak boleh dilakukan
karena jelas akan mengundang kemudharatan yang lebih besar serta
mengundang murka Allah SWT. Contohnya seperti menjual minuman
keras dan menjual daging babi.
6. Transaksi yang bersifat ta’alluq
Transaksi ta’alluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaitkan di
mana berlakunya akad pertama tergantung pada akad kedua, sehingga
dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun akad yaitu objek akad.
Contohnya adalah ketika pemilik A akan membeli mobil seharga Rp
50.000.000,00 kepada pihak B dengan syarat bahwa pihak B harus
membeli motor pihak A seharga 10.000.000,00. Hal ini jelas bahwa
akad kedua akan sangat tergantung dari dijalankannya atau tidak akad
yang pertama dan jelas ini menghilangkan rukun akad yaitu objek akad
sehingga transaksi menjadi tidak sah.
7. Transaksi yang bersifat bai najasy
Bai najasy adalah sekelompok orang bersepakat dan bertindak
secara berpura – pura menawar barang dipasar dengan tujuan untuk
menjebak orang lain agar ikut dalam proses tawar – menawar tersebut
sehingga orang ketiga ini kahirnya membeli barang dengan harga yang
6
jauh lebih mahal dari harga sebenarnya. Cara yang bisa ditempuh
bermacam-macam seperti menyebarkan isu, melakukan order
pembelian, dan sebagainya. Ketika harga telah naik maka yang
bersangkutan akan melakukan aksi ambil untung dengan melepas
kembali barang yang sudah dibeli, sehingga akan mendapatkan
keuntungan yang besar.
8. Transaksi yang bersifat bai al ma’dum
Bai al ma’dum adalah melakukan penjualan atas objek barang yang
tidak ada. Hal ini jelas menimbulkan ketidakpastian karena barangnya
tidak ada serta kemungkinan zalim terhadap salah satu pihak sangatlah
besar. Salah satu kasusnya adalah short selling dalam pasar saham,
ketika saham yang baru kita beli langsung dijual ke pihak lain padahal
saham tersebut baru tercatat menjadi kepemilikan kita pada keesokan
harinya.
9. Transaksi yang bersifat ikhtikar
Ikhtikar adalah sebuah situasi di mana produsen / penjual
mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara
mengurangi penawaran agar harga produk yang dijualnya naik.
Ikhtikar ini biasanya dilakukan dengan membuat hambatan masuk
pasar kemudian mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan cara
menimbun persediaan. Hal ini jelas menyebabkan kenaikan harga yang
cukup tajam di pasar. Ketika harga telah naik, produsen tersebut akan
menjual barang tersebut dengan mengambil keuntungan yang
melimpah. Salah satu contoh kasusnya adalah tengkulak yang
menimbun beras di waktu panen untuk dijual pada saat beras mulai
langka (musim panceklik).
10. Transaksi yang mengandung risywah
Risywah adalah suap, yaitu pembayaran kepada seseorang di luar
gaji resminya dalam bentuk apapun karena yang bersangkutan
memegang jabatan tertentu. Transaksi ini digunakan sebagai salah satu
cara agar menurunkan harga sebuah produk lalu dijual kembali dalam
dengan harga yang lebih mahal sehingga pembeli bisa mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dan timbul kezaliman terhadap pihak lain.
11. Transaksi yang bersifat ghabn
Transaksi yang bersifat ghabn adalah transkasi yang memanfaatkan
ketidaktahuan pembeli akan harga pasar dengan menaikkan harga
produk di atas harga pasar. Misalkan seorang tukang becak yang
menawarkan jasanya kepada turis asing dengan menaikkan tarif
7
becaknya 10 kali lipat dari tarif normalnya. Hal ini dilarang karena
turis asing tersebut tidak mengetahui harga pasar yang berlaku.
12. Transaksi yang bersifat ikrah
Ikrah adalah segala bentuk tekanan dan pemaksaan dari salah satu
pihak untuk melakukan suatu akad tertentu sehingga menghapus
komponen mutual free consent. Jenis pemaksaan dapat berupa
ancaman fisik atau memanfaatkan keadaan seseorang yang sedang
butuh atau the state of emergency.
13. Transaksi yang bersifat bai al mudtarr
Bai Al Mudtarr adalah jual beli dan pertukaran dimana salah satu
pihak dalam keadaan sangat memerlukan (in the state of emergency)
sehingga sangat mungkin terjadi eksploitasi oleh pihak yang kuat
sehingga terjadi transaksi yang hanya menguntungkan sebelah pihak
dan merugikan pihak lainnya. Jual butuh adalah merupakan contoh
klasik yang sering terjadi di tengah – tengah masyarakat sehingga
pihak penjual, karena sangat memerlukan uang tunai, terpaksa harus
menjual asetnya dengan harga yang jauh dari harga pasar. Sangat
dikhawatirkan bahwa unsur kerelaan dalam transaksi seperti ini tidak
berwujud pada pihak penjual sehingga tidak mencerminkan prinsip
keadilan yang sesuai dengan prinsip syariah.5
5
“Transaksi – Transaksi Yang Dilarang Oleh Islam,” n.d., 1–5.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Suhendi, Hendi, and Fiqih Muamalah. “ َﻰ ﻠ ﺐْ ـﺴَ ﻜ ﻟْ ا ﱡيأ ﻞِٔ ـ ﺳُ ِ ﱠﻢ ﻠ ﺳَ َ و ﮫْ ﯿَ ﻠ ﻋَ ُ ﷲ ﱠ
ِ ْ وُ ﺮ ﺒْ ﻣَ ﻊِ ﯿْ َ ﺑ٦٦ - ﺻ ﻲ ﱠِ ﺒﱠﻨﻟا ﱠنأُ ﮫ ﻨْ ﻋَ ُ ﷲَ ﻲِ ﺿَ ر ﻊِ ِ ﻓاَ رِ ﻦْ ﺑَ ﺔ ﻋَ ﺎَ ﻓ رِ ْ ﻦَ ﻋ
ِ ه ﺪِ َ ﯿِ ﺑِ ﻞُ ﺟ ﺮ ﱠ ﻟا ﻞَ ﻤ ﻋَ َ لﺎَ ﻗ ؟ُ ﺐَ ﯿ ط، ﱡﻞُ ﻛَ و,” n.d., 1–13.
“Transaksi – Transaksi Yang Dilarang Oleh Islam,” n.d., 1–5.
Suhendi, Hendi, “Fiqih Muamalah”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008).
Mardani, “Fiqh Ekonomi Syariah”:Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana,
2012).