Anda di halaman 1dari 18

Jual - Beli

Disusun Oleh:
Kelompok 3

NAMA : Zawil Birri


Unit :1
Sem :2
Dosen : Siti Hawa, MA

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH (STIS)

AL HILAL SIGLI
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul: “Jual - Beli (A-Bay')”. Shalawat dan
salam kita panjatkan kehadirpat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada Dosen Pembimbing, atas bimbingan kepada penulis sehingga
tersusunnya makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat bagai semua pihak.
Penulis menyadari, dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritikan dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di masa akan datang.

Sigli, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I ..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
BAB DUA.............................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 2
A. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli .................................................................... 2
B. Dasar Hukum Jual Beli ........................................................................................... 5
C. Rukun dan Syarat Jual Beli .................................................................................... 8
D. Jual Beli yang diharamkan ................................................................................... 11
BAB III................................................................................................................................ 14
PENUTUP........................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14
DAFTRA PUSTAKA ......................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial, yakni tidak dapat hidup sendiri dan selalu

membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Terutama dalam

hal muamalah, seperti jual beli, baik dalam urusan diri sendiri maupun untuk

kemaslahatan umum. Namun sering kali dalam kehidupan sehari-hari banyak kita

temui kecurangan-kecurangan dalam urusan muamalah ini dan merugikan

masyarakat. Untuk menjawab segala problema tersebut, agama memberikan

peraturan dan pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kita yang telah diatur

sedemikian rupa dan termaksud dalam Al-Qur’an dan hadits, dan tentunya untuk

kita pelajari dengan sebaik-baiknya pula agar hubungan antar manusia berjalan

dengan lancar dan teratur.

Oleh karna itu, dalam makalah ini, sengaja kami bahas mengenai jual beli,

karena sangat kental dengan kehidupan masyarakat. Disini pula akan banyak

dibahas mulai dari tata cara jual beli yang benar sampai hal-hal yang diharamkan

atau dilarang tujuannya untuk mempermudah praktek muamalah kita dalam

kehidupan sehari-hari dan supaya kita tidak mudah untuk terjerat dalam

lingkaran kecurangan yang sangat meresahkan dan merugikan masyarakat.

Maka dari itu penjelasan jual beli dan tata cara nya akan dibahas dengan

selengkap nya dalam makalah itu.

1
BAB DUA

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli

Sebelum mengkaji secara luas dalam kehidupan sehari-hari, salah satu cara untuk

memenuhi kebutuhan adalah dengan usaha perdagangan atau jual beli, untuk terjadinya

usaha tersebut diperlukan adanya hubungan timbal balik antara penjual dan

pembeli.Jual beli adalah saling tukar menukar antara benda dengan harta benda atau

harta benda dengan uang ataupun saling memberikan sesuatu kepada pihak lain, dengan

menerima imbalan terhadap benda tersebut dengan menggunakan transaksi yang

didasari saling ridha yang dilakukan secara umum.

Berdasarkan penjabaran di atas terdapat beberapa masalah tentang jual beli, maka

terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa pengertian jual beli baik secara etimologi

maupun secara terminologi. Jual beli menurut istilah atau etimologi

Tukar menukarsesuatu dengan sesuatu yang lain.1

Sedangkan jual beli menurut bahasa adalah sebagaimana di jelaskan berikut ini.

1
Ahmad Wardi Muslich, Fikih Muamalah. Amzah, Jakarta, 2010, Cet Ke-1, hlm., 173

2
Pengertian jual beli menurut bahasa adalah tukar menukar secara mutlak.2

Berdasarkan pengertian tersebut maka jual beli adalah tukar menukar apa

saja, baik antara barang dengan barang, barang dengan uang atau uang dengan

uang.

Untuk lebih jelas tentang pengertian jual beli dapat dilihat dibawah ini:

a. Menurut Hanafiah sebagaimana dikemukakan oleh Ali Fikri, menyatakan bahwa

jual beli memiliki dua arti yaitu arti khusus dan arti umum.

1) Arti Khusus yaitu

Artinya: Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan

perak) dan semacamnya, atau tukar-menukar barang dengan uang atau semacam

menurut cara yang khusus.3

2) Arti Umum, yaitu

Artinya: Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta menurut cara yang khusus,

harta mencakup zat (barang) atau uang. 4

Dapat disimpulkan akad yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu penjual dan

pembeli yang objeknya bukan manfaat yakni benda, dan bukan untuk kenikmatan

seksual.Menurut syafi’iyah memberikan definisi jual beli sebagai berikut :


2
Sayyid Sabiq, Alih Bahasa Oleh, Kamaluddin A. Marzuki, Fikih Sunnah,Alma’rif,
Bandung, 1997, hlm., 47
3
Ahmad Wardi Muslich, Op., Cit. hlm., 175
4
Ahmad Wardi Muslich, Op., Cit. hlm., 176

3
Artinya:Jual beli menurut syara’ adalah suatu aqad yang mengandung tukar

menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan nanti untuk

memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya .5

b. Menurut Hanabilah memberikan definisi jual beli sebagai berikut.

Artinya: Pengertian jual beli menurut syara’ adalah tukar-menukar harta dengan harta

tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu

selamanya, bukan riba dan bukan hutang. 6

c. Menurut Hasbi ash-shiddiqie adalah:

Artinya: aqad yang tegak atas dasar pertukaran harta dengan harta, maka

jadilah harta penukaran milik secara tetap.7

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli adalah

suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai, secara

sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak

5
Ahmad Wardi Muslich, Op., Cit. hlm., 170
6
Ahmad Wardi Muslich, Op., Cit. hlm., 176
7
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1987, hlm.,
97

4
lain menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan

syara’.

B. Dasar Hukum Jual Beli

Islam mensyariatkan jual beli dengan berlandasan dalil-dalil dari Al-Qur`an,

As-Sunnah, dan Ijma` Ulama.

a. Al-Qur`an

Dasar hukum jual beli disebutkan di dalam Al-Quran, sehingga dapat

memberi petunjuk dan dapat dijadikan rujukan sebagai sumber hukum jual beli.

Adapun yang dinyatakan sebagai dasar hukum jual beli, terdapat dalam surat Al-

Baqarah ayat 275 yaitu:

)٧٢۵ : ‫ ( البقرة‬...‫وأحل هللا البيع وحرم الراب‬...


Artinya : “…dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba…”. (Al-Baqarah: 275).8

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT menghalalkan segala jual beli

yang sesuai dengan ketentuan syari`at dan jual beli yang diridhai Allah SWT. Serta

bukan jual beli yang mengandung perbuatan riba. Perbuatan riba merupakan

perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah SWT, karena dapat menimbulkan

8
Kementrian Agama R.I, Al Qur`an dan Terjemahan, (Jakarta: Insan Media Pustaka,
2012), hal. 47.

5
kerugian bagi salah satu pihak. Oleh karena itu, Allah mengharamkan riba dan

memberikan sekian banyak peringatan dan siksaan bagi pelaku riba.9

Selanjutnya dalam surat Al-Baqarah ayat 198 juga dapat dijadikan petunjuk

untuk dijadikan dasar hukum jual beli yaitu:

‫ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضال من ربكم فاذا افضتم من عرفات فاذكروا هللا عند‬
)٨٩١ :‫املشعر احلرام واذكروه كما هادىكم وان كنتم من قبله ملن الضالني (البقرة‬
Artinya : Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karuni dari Tuhanmu. Maka
apabila kamu bertolak dari arafah, berzikirlah kepada Allah di
Masy`arilharam. Dan berzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah
memberi petunjuk kepadamu, sekalipun sebenarnya kamu benar-benar
termasuk orang yang tidak tahu. (Al-Baqarah: 198).10
Ayat di atas ditafsirkan bahwa Ukazh, Majinah. dan Dzul Majas adalah

pasar yang terkenal dimasa jahiliyah. Orang-orang merasa berdosa jika melakukan

perniagaan pada musim haji. Lalu mereka menanyakan hal itu kepada Rasulullah,

sebagai jawabnya. Allah menurunkan ayat ini yang isi kandungan menerangkan

bahwasanya tidak ada dosa bagi orang-orang untuk mencari karunia (rezeki hasil

perniagaan) dari Tuhanmu (rezaki) dalam musim haji.11

Berdasarkan ayat di atas Allah memerintahkan kepada hambanya supaya

mencari rezeki yang halal, dengan cara usaha salah satunya yaitu berniaga atau jual

beli, karena mencari nafkah dalam berjual beli tidak dilarang dalam syariat dan

tidak mendapatkan dosa, sesungguhnya Allah menyukai hamba mencari karunia

dari perniagaan.

b. As-Sunnah

9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 593-594.
10
Kementrian Agama R.I, Al Qur`an dan Terjemahannya…, hal. 31.
11
Shahab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah…, hal. 435-436.

6
Kebolehan untuk melakukan jual beli juga terdapat di dalam hadits
Rasulullah Saw, yaitu :

:‫ اي الكسب اطيب؟ فقال‬: ‫سئل النىب ملسو هيلع هللا ىلص‬: ‫عن رفاعة ابن رافع رضى هللا عنهما قال‬
)‫عمل الرخل بيده وكل بيع مربور (رواه البزار واحلاكم‬
Artinya : “Dari Rifa`ah ibn Rafi` r.a, Nabi Saw, ditanya salah seorang sahabat

mengenai pekerjaan apa yang paling baik?. Maka Rasulullah

menjawab: Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang

mabrur (diberkati)”. (Diriwayatkan oleh Al-Bazaar dan Al Hakim).12

Dalam hadist tersebut dimaksudkan jual beli kedalam usaha yang lebih baik

dengan adanya catatan “mabrur” yang secara umum diartikan atas dasar suka sama

suka dan bebas dari penipuan dan pengkhianatan. Ini merupakan prinsip pokok dari

suatu transaksi.13 Oleh karena itu, jual beli harus dilakukan sesuai dengan aturan-

aturan yang telah ditetapkan oleh ketentuan syara`.

Selanjutnya sabda Rasulullah yang dapat dijadikan petunjuk dalam transaksi

jual beli yang mabrur adalah:

)‫التاجر الصدوق األمني مع النبيني والصديقني والشهداء )رواه الرتمذى‬


Artinya : “Pedagang yang jujur dan terpercaya sejajar (tempatnya di surga)

dengan para Nabi, Siddiqin dan Shuhada`.” (Diriwayatkan oleh At-

Turmudzi)

c. Ijma`

12
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah…, hal. 38.
13
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Cet I, (Bogor: Kencana, 2003), hal. 194.

7
Mengenai dengan hukum jual beli, para ulama telah sepakat bahwa “jual beli

diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi

kebutuhan dirinya tanpa adanya bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau

barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu harus diganti dengan barang

lainnya yang sesuai”.14 Para ulama fikih mengambil suatu kesimpulan, bahwa jual

beli itu hukumnya mubah (boleh). Namun, menurut Imam asy-Syatibi (ahli fikih

Mazhab Imam Maliki), hukumya bisa berubah menjadi wajib dalam situasi

tertentu.15

Dari landasan-landasan syara` di atas, maka jelaslah bahwa hukum tentang

jual beli adalah boleh (mubah) dan dihalalkan selama tidak melanggar ketentuan-

ketentuan syara` yang telah ditentukan oleh Allah SWT, sehingga jual beli tersebut

menjadi menjadi jual beli yang mabrur dan mendapatkan keridhaan dari Allah

SWT.

C. Rukun dan Syarat Jual Beli

Di dalam Islam telah ditetapkan rukun dam syarat jual beli, agar jual beli

dapat dikatakan sah menurut hukum Islam apabila telah memenuhi rukun dan syarat

tersebut. Secara bahasa, syarat adalah ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus

14
Rachmat Syafe`i, Fiqih Muamalah, Cet I, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 16.
15
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), Ed. 1, Cet. 2,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 117.

8
dipatuhkan dan dilakukan,16 sedangkan rukun adalah yang harus dipenuhi untuk

sahnya suatu pekerjaan.17

Mengenai rukun dan syarat jual beli, terdapat perbedaan pendapat menurut

Mazhab Hanafi dengan Jumhur Ulama. Menurut Mazhab Hanafi rukun jual beli

hanya ijab dan kabul saja.18 Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli

itu hanyalah kerelaaan (rida/taradhi) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi

jual beli.19 Namun, karena unsur kerelaan berhubungan dengan hati yang sering

tidak kelihatan, maka diperlukan indikator (Qarinah) yang menunjukkan kerelaan

tersebut dari kedua belah pihak. Dapat dalam bentuk perkataan (ijab dan kabul) atau

dalam bentuk perbuatan, yaitu saling memberi (penyerahan barang dan penerimaan

uang).20

Hukum jual beli online dalam Islam sah dan diperbolehkan, asal syarat-

syarat di bawah ini terpenuhi:

1. Produk Halal

Kewajiban menjaga hukum halal-haram dalam objek perniagaan tetap

berlaku, termasuk dalam perniagaan secara online. Sebagaimana yang diterangkan

dalam hadis berikut ini:

16
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), hal. 1114.
17
Ibid, hal. 966.
18
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah)…, hal. 118.
19
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat…, hal. 71.
20
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat)..., hal. 118.

9
“Sesungguhnya bila Allah telah mengharamkan atas suatu kaum untuk memakan

sesuatu, pasti Ia mengharamkan pula hasil penjualannya.” (HR Ahmad, dan

lainnya).

2. Kejelasan Status

Dalam hukum jual beli online, pihak yang berniaga juga harus

memerhatikan kejelasan statusnya. Apakah kamu sebagai pemilik, atau sebagai

perwakilan dari pemilik barang, sehingga berwenang menjual barang. Ataukah

kamu hanya menawaran jasa pengadaan barang, dan atas jasa ini mensyaratkan

imbalan tertentu. Bisa juga berstatus sebagai seorang pedagang yang tidak memiliki

barang, namun bisa mendatangkan barang yang ditawarkan.

3. Kesesuaian Harga dan Kualitas

Hukum jual beli online juga mengatur perihal kesesuaian harga dan kualitas

barang yang dijual. Tidak adanya pertemuan langsung antara pihak penjual dan

pembeli membuat jual beli online cukup riskan terhadap penipuan. Islam pun tidak

memperbolehkan seseorang untuk berdagang barang yang tidak sesuai dengan

harganya. Sebab, ini bisa diindikasikan sebagai upaya penipuan dan membawa

kerugian bagi orang lain.

4. Kejujuran

Aspek penting lain yang tidak boleh terlupakan saat jual beli online yaitu

kejujuran. Islam benar-benar akan melaknat para penjual yang tidak jujur.

Sebagaimana firman Allah SWT di Alquran dalam Surah Almuthaffifin ayat 1-3

yang artinya:

10
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (dalam berbisnis), (yaitu)

orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,

dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka

mengurangi”.

D. Jual Beli yang diharamkan

Islam tidak mengharamkan perdagangan kecuali perdagangan yang

mengandung unsur kedzaliman, penipuan, eksploitasi, atau mempromosikan hal-hal

yang dilarang. Perdagangan khamr, ganja, babi, patung, dan barang-barang sejenis,

yang dikonsumsi, distribusi atau pemanfaatannya diharamkan, perdagangannya juga

diharamkan Islam. Setiap penghasilan yang didapat melalui praktik itu adalah

haram dan kotor.21

Jual beli yang dilarang di dalam Islam di antaranya sebagai berikut:

1. Menjual kepada seorang yang masih menawar penjualan orang lainnya, atau

membeli sesuatu yang masih ditawar orang lainnya. Misalnya, “tolaklah

harga tawarannya itu, nanti aku yang membeli dengan harga yang lebih

mahal”. Hal ini dilarang karena akan menyakitkan orang lain.

2. Membeli dengan tawaran harga yang sangat tinggi, tetapi sebetulnya dia

tidak menginginkan benda tersebut, melainkan hanya bertujuan supaya

orang lain tidak berani membelinya.

21
Yusuf Qardawi, Halal Haram Dalam Islam, (Solo: Era Intermedia, 2000), hal. 204.

11
3. Membeli sesuatu sewaktu harganya sedang naik dan sangat dibutuhkan oleh

masyarakat, kemudian barang tersebut disimpan dan kemudian dijual setelah

harganya melambung tinggi.22

4. Menjual suatu barang yang berguna, tetapi kemudian dijadikan alat maksiat

oleh yang membelinya. Misalnya, menjual buah anggur kepada orang yang

biasa membuat khamr dengan anggur tersebut.

5. Membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam masa

khiyar.23

6. Jual beli secara ‘arbun, yaitu membeli barang dengan membayar sejumlah

harga terlebih dahulu, sendirian, sebagai uang muka..24

7. Jual beli secara najasy (propaganda palsu), yaitu menaikkan harga bukan

karena tuntutan semestinya, melainkan hanya semata-mata untuk

mengelabuhi orang lain (agar mau membeli dengan harga tersebut).25

8. Menjual sesuatu yang haram adalah haram. Misalnya jual beli babi, khamr,

makanan dan minuman yang diharamkan secara umum, juga patung,

lambang salib, berhala dan sejenisnya. Perbolehan dalam menjual dan

memperdagangkan barang tersebut berarti mendukung praktik maksiat,

22
Ahmad Soleh, Terjemah dan Penjelasan Kitab Sahih Bukhari, (Semarang: Usaha
Keluarga, 1985), hal. 37-38.
23
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), hal. 284-285.
24
Hasbi Ash Shiiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam (Tinjauan Antar Madzab), (Semarang:
PT Pustaka Rizki Putra, 2001), hal. 354-355.
25
Moch. Anwar, Terjemah Fathul Mu’in, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), hal.
792-793.

12
merangsang orang untuk melakukannya, atau mempermudah orang untuk

melakukannya, sekaligus mendekatkan mereka kepadanya.

9. Jual beli yang tidak transparan. Setiap transaksi yang memberi peluang

terjadinya persengketaan, karena barang yang dijual tidak transparan, atau

ada unsur penipuan yang dapat membangkitkan permusuhan antara dua

belah pihak yang bertransaksi.

10. Mencegat atau menghadang orang-orang yang datang dari desa di luar kota,

lalu membeli barangnya sebelum mereka sampai ke pasar dan sewaktu

mereka belum mengetahui harga pasar. Hal ini tidak diperbolehkan karena

dapat merugikan orang desa yang datang, dan mengecewakan gerakan

pemasaran karena barang tersebut tidak sampai di pasar

Berhubungan dengan apa yang penulis teliti tentang jual beli sisa material

konstruksi oleh tukang/mandor/pekerja, bahwa jual beli dengan yang demikian

hukumnya haram, karena tanpa izin pemilik dan digolongkan dalam pencurian.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa jual beli itu

diperbolehkan dalam islam. Hal ini dikarenakan jual beli adalah sarana manusia

dalam mencukupi kebutuhan mereka, dan menjalin silaturahmi antar mereka.

Namun demikian, tidak semua jual beli yang diperbolehkan ada juga jual beli

yang dilarang karena tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli yang sudah

disyariatkan. Rukun jual beli adalah adanya akad (ijab kabul), subjek akad dan

objek akad yang kesemuannya mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi,

dan itu semua telah dijelaskan di atas.

Bagi umat islam yang melakukan bisnis dan selalu berpegang teguhpada

norma-norma hukum islam, akan mendapat berbagai hikmah diantaranya; bahwa

jual beli dalam islam dapat bernilai sosial atau tolong menolong, bisnis dalam

islam merupakan salah satu cara untuk menjaga kebersihan dan halal nya harta

yang dimakan, bisnis dalam islam merupakan cara untuk memberantas

kemalasan, pengangguran dan pemerasan kepada orang lain, dan bisnis dengan

jujur, sabar, ramah, memberikan pelayanan yang memuaskan sebagaimana

dianjurkan dalam islam akan selalu menjalin persahabatan kepada sesama

manusia.

14
DAFTRA PUSTAKA

Ahmad Soleh, Terjemah dan Penjelasan Kitab Sahih Bukhari, (Semarang: Usaha

Keluarga, 1985)

Ahmad Wardi Muslich, Fikih Muamalah. Amzah, Jakarta, 2010

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Cet I, (Bogor: Kencana, 2003)

Hasbi Ash Shiiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam (Tinjauan Antar Madzab),

(Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001)

Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1987

Kementrian Agama R.I, Al Qur`an dan Terjemahan, (Jakarta: Insan Media Pustaka,

2012)

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), Ed. 1,

Cet. 2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004)

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002)

Moch. Anwar, Terjemah Fathul Mu’in, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994)

Rachmat Syafe`i, Fiqih Muamalah, Cet I, (Bandung: Pustaka Setia, 2001)

Sayyid Sabiq, Alih Bahasa Oleh, Kamaluddin A. Marzuki, Fikih Sunnah,Alma’rif,

Bandung, 1997

Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005)

Yusuf Qardawi, Halal Haram Dalam Islam, (Solo: Era Intermedia, 2000)

15

Anda mungkin juga menyukai