Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FIKIH MUAMALAH

“HUKUM JUAL BELI”

Dosen Pengampu :

Dr. Nasrullah Bin Sapa, Lc., M.M

Anggota Kelompok :

Noval 90200121047
Nur Fasila 90200121055
Siti Nur Aisyahrani R. 90200121062

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang dimana atas kelimpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah
berpartisipasi baik dari segi pikiran maupun materi untuk makalah ini.

Kami sangat berharap kepada teman-teman sekalian semoga makalah yang


berjudul “HUKUM JUAL BELI” ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi teman-teman yang membacanya. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Sekali lagi kami berterima kasih kepada teman-teman
semua.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Samata/Gowa, 30 Maret 2022

KELOMPOK B

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4

C. Tujuan ................................................................................................................ 5

BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................................... 6

A. Konsep Jual-Beli dalam Fiqih Muamalah .......................................................... 6

B. Dasar Hukum Jual Beli ...................................................................................... 8

C. Hak & Kewajiban Penjual dan Pembeli ........................................................... 10

D. Konsep Khiyar dalam Islam ............................................................................. 12

BAB III : PENUTUP ................................................................................................. 14

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14

B. Saran................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, dimana pihak yang satu
menerima benda-benda dan pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian atau
ketentuan yang telah dibenarkan secara syara’ dan disepakati. Sesuai dengan ketetapan
hukum maksudnya ialah memenuhi persyaratan, rukun-rukun dan hal-hal lain yang ada
kaitanya dengan jual beli, sehingga bila syarat-syarat dan rukunnya tidak terpenuhi
berarti tidak sesuai dengan kehendak syara’.

Jual beli merupakan akad yang sangat umum digunakan oleh masyarakat,
karena dalam setiap pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, masyarakat tidak bisa
berpaling untuk meninggalkan akad ini. Dari akad jual beli ini masyarakat dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan pokok (primer), kebutuhan
tambahan (sekunder) dan kebutuhan tersier.

B. Rumusan Masalah

Dari makalah yang kami buat ini,yang dapat kami paparkan adalah sebagai
berikut:
1. Apa saja konsep jual-beli dalam fiqih muamalah ?
2. Apa saja dasar hukum jual beli ?
3. Apa saja hak dan kewajiban penjual dan pembeli ?
4. Bagaimana konsep khiyar dalam islam ?

4
C. Tujuan

Selain untuk memenuhi tugas kuliah, makalah ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui konsep jual-beli dalam fiqih muamalah.

2. Untuk mengetahui dasar hukum jual beli.

3. Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban penjual dan pembeli.

4. Untuk mengetahui konsep khiyar dalam islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Jual-Beli dalam Fiqih Muamalah

Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai’ yang berarti menjual,
mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam bahasa Arab
digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata asy-syira’ (beli).

Secara etimologi, jual beli adalah proses tukar menukar barang dengan
barang, kata bai’ yang artinya jual beli termasuk kata bermakna ganda yang
berseberangan, seperti hal-halnya kata syira’. Hal tersebut sebagaimana firman
Allah SWT dalm surat yusuf ayat 20 yang berbunyi:

Artinya: “Dan mereka menjualnya dengan harga rendah.”

Secara istilah (terminologi) berdasarkan pendapat para ulama antara lain


sebagai berikut :

a. Ulama Hanafiyah membagi definisi jual beli ke dalam dua macam, yaitu :
1) Definisi dalam arti umum, yaitu :

6
Artinya: “Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan
perak) dan semacamnya, atau tukar menukar barang dengan
uang atau semacamnya menurut cara yang khusus.”

2) Definisi dalam arti khusus, yaitu :

Artinya: “Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta menurut cara
yang khusus.”

b. Ulama Malikiyah membagi definisi jual beli ke dalam dua macam, yaitu dalam
arti umum dan arti khusus.
1) Definisi dalam arti umum, yaitu :

Artinya : “Jual beli adalah akad mu’awadhah (timbal balik) atas selain
manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan.”

Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar menukar sesuatu
yang bukan kemanfaatan atau kenikmatan. Perikatan adalah akad yang
mengikat kedua belah pihak. Sesuatu yang bukan manfaat ialah bahwa benda
yang ditukarkan adalah dzat (berbentuk), ia berfungsi sebagai objek
penjualan, jadi bukan manfaatnya atau hasilnya.

7
2) Definisi dalam arti khusus, yaitu :

Artinya : “Jual beli adalah akad mu’awadhah (timbal balik) atas selain
manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan, bersifat
mengalahkan salah satu imbalannya bukan emas dan bukan
perak, objeknya jelas bukan utang.”

Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar menukar sesuatu yang
bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya tarik,
penukarannya bukan emas dan bukan pula perak, bendanya dapat direalisir
dan ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang
itu ada di hadapan pembeli maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifat-
sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa inti jual beli ialah
suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara
sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak
lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan
syara’ dan disepakati.

B. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia
mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw.
Terdapat beberapa ayat Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. yang berbicara
tentang jual beli, antara lain:

8
1. Surat Al-Baqarah ayat 275 :

ِّ ‫ّللاه ْالبيْع وحرم‬


‫الر ٰبوا‬ ٰ ‫ا حل‬
Artinya : “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”
2. Surat Al-Baqarah ayat 198 :

‫ک ْم هجنا ح ا ْن تبْتغه ْوا فض ًْل ِّم ْن ر ِّب ه‬


‫ک ْم‬ ‫ليْس عل ْي ه‬
Artinya : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu.”
3. Surat An-Nisa ayat 29 :

...‫ا اِّّل ا ْن ت هك ْون تِّجا رة ً ع ْن ترا ض ِّم ْن هك ْم‬...


Artinya : “… kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu…”

Dasar hukum jual beli berdasarkan sunnah Rasulullah, antara lain:


1. Hadis yang diriwayatkan oleh Rifa’ah ibn Rafi’ :

‫ َع َم ُل‬: ‫ال‬
َ َ‫ب ؟ ق‬
ُ َ‫ب أَطْي‬ ُّ ‫ أ‬: ‫اَّللُ َعلَْي يه َو َسلَّ َم ُسئي َل‬
‫َي الْ َك ْس ي‬ َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫اعةَ بْ ين َرافي ٍع أَ َّن الني‬
َ ‫َِّب‬ َ َ‫َع ْن يرف‬

‫الر ُج يل بييَ يدهي َوُكلُّ بَ ْي ٍع َم ْْبُوٍر‬


َّ
“Rasulullah saw. ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan
(profesi) apa yang paling baik. Rasulullah saw. menjawab: Usaha tangan
manusia sendiri dan setiap jual beli yang diberkati” (HR. Al-Bazzar dan Al-
Hakim).
Artinya jual beli yang jujur, tanpa diiringi kecurangan-kecurangan,
mendapat berkat dari Allah swt.
2. Hadis dari Al-Baihaqi, Ibn Majah dan Ibn Hibban, Rasulullah menyatakan :

ٍ ‫إي ََّّنَا الْبَ ْي ُع َع ْن تَ َر‬


‫اض‬
“Jual beli itu didasarkan atas suka sama suka.”

9
3. Hadis yang diriwayatkan Al-Tirmizi, Rasulullah saw. berdasabda :

‫ق‬
ُ ‫ص د ُْو‬ ِ َّ ‫الت‬: ‫ص لَّى للا ُ عَ ل َيْ ِه َو سَ لَّ َم قَا َل‬
َّ ‫اج ُر ال‬ َ ِ ‫ع َْن أ َبِى سَ ِع يْ د عَ ِن النَّبِي‬
ِ ‫األ َ ِم يْ ُن َم َع النَّبِي ِيْ َن َو‬
‫لص ِد يْ قِ يْ َن َو الشُّ َه دَا ِء‬

“Pedagang yang jujur dan terpecaya sejajar (tempatnya di surga) dengan


para nabi, shaddiqin, dan syuhada.”

Dari beberapa ayat Al-Qur’an dan hadis di atas maka dapat dilihat bahwa jual
beli mempunyai landasan yang kuat. Sehingga ulama’ sepakat mengenai
kebolehan jual beli (dagang) sebagai perkara yang telah dipraktekan sejak zaman
Nabi Muhammad saw. hingga masa kini.
Dari ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan darinya, tanpa bantuan oran
lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yanag dibutuhkannya
itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.
Dari penjelasan ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw. tersebut,
maka hukum asal jual beli itu adalah mubah (boleh), dan hal itu dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT.

C. Hak & Kewajiban Penjual dan Pembeli

Jual beli diatur dalam buku III KUHPerdata, bab ke-5 tentang “jual beli”.
Dalam pasal 1457 KUHPerdata dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan jual beli
adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu (penjual) mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain (pembeli) untuk
membayar harga yang telah dijanjikan. Perjanjian jual beli termasuk dalam

10
kelompok perjanjian bernama, artinya Undang-Undang telah memberikan nama
tersendiri dan memberikan peraturan secara khusus terhadap perjanjian ini.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikemukakan lebih lanjut bahwa
perjanjian jual beli merupakan perjanjian timbal balik sempurna, dimana
kewajiban penjual merupakan hak dari pembeli dan sebaliknya kewajiban pembeli
merupakan hak dari penjual. Dalam hal ini, penjual berkewajiban untuk
menyerahkan suatu kebendaan serta berhak untuk menerima pembayaran,
sedangkan pembeli berkewajiban untuk melakukan pembayaran dan berhak untuk
menerima suatu kebendaan. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, maka tidak akan
terjadi perikatan jual beli.

Berikut pemaparan secara singkat dan terperinci mengenai hak dan kewajiban
penjual maupun pembeli, sebagai berikut:

1. Hak dan Kewajiban Penjual

Penjual memiliki dua kewajiban utama, yaitu menyerahkan hak milik atas
barang dan menanggung cacat tersembunyi. Sedangkan hak dari penjual yaitu
berhak untuk menerima pembayaran dari pembeli.

2. Hak dan Kewajiban Pembeli

Pembeli berkewajiban membayar harga barang sebagai imbalan haknya


untuk menuntut penyerahan hak milik atas barang yang dibelinya.
Pembayaran harga dilakukan pada waktu dan tempat yang ditetapkan dalam
perjanjian. Harga tersebut harus berupa uang. Meski mengenai hal ini tidak
ditetapkan oleh Undang-Undang namun dalam istilah jual beli sudah
termaktub pengertian di satu pihak ada barang dan di lain pihak ada uang.

11
D. Konsep Khiyar dalam Islam

1. Pengertian Khiyar

Pengertian khiyar adalah hak untuk meneruskan atau membatalkan


perjanjian jual beli. Secara etimologi, al-khiyar berarti pilihan. Secara
terminologi, khiyar itu mencari kebaikan dari dua perkara, melangsungkan
atau membatalkan (jual beli). Atau, hak hak menentukan pilihan antara dua
hal bagi pembeli dan penjual, apakah akad jual beli akan diteruskan atau
dibatalkan.

2. Hukum Khiyar

Hukum khiyar dalam pandangan ulama fiqih mubah (dibolehkan),


karena suatu keperluan yang mendesak dalam mempertimbangkan
kemaslahatan masing-masing pihak yang melakukan transaksi.

3. Macam-Macam Khiyar

Khiyar itu ada yang bersumber dari syara’, seperti khiyar majlis, aib,
dan ru’yah. Selain itu, ada juga khiyar yang bersumber dari kedua belah pihak
yang berakad, seperti khiyar syarat dan ta’yin. Berikut ini dikemukakan
pengertian masing-masing khiyar tersebut:
a) Khiyar Majlis, yaitu hak pilih dari kedua belah pihak yang berakad untuk
membatalkan akad, selama keduanya masih berada dalam majelis akad
(diruangan tokoh) dan belum berpisah badan.
b) Khiyar ‘Aib, yaitu hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli
bagi kedua belah pihak yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada
objek yang diperjualbelikan, dan cacat itu tidak diketahui pemiliknya
ketika akad berlangsung.

12
c) Khiyar Ru’yah, yaitu khiyar (hak pilih) bagi pembeli untuk menyatakan
berlaku atau batal jual beli yang ia lakukan terhadap suatu objek yang
belum ia lihat ketika akad berlangsung.
d) Khiyar Syarat, yaitu khiyar (hak pilih) yang dijadikan syarat oleh
keduanya (pembeli dan penjual), atau salah seorang dari keduanya
sewaktu terjadi akad untuk meneruskan atau membatalkan akadnya itu,
agar dipertimbangkan setelah sekian hari. Lama syarat yang diminta
paling lama 3 hari.
e) Khiyar Ta’yin, yaitu hak pilih bagi pembeli dalam menentukan barang
yang berbeda kualitas dalam jual beli.

4. Hikmah Khiyar

Diantara hikmah khiyar sebagai berikut:


a) Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip-
prinsip Islam, yaitu suka sama suka antara penjual dan pembeli.
b) Mendidik masyarakat agar berhati-hati dalam melakukan akad jual beli,
sehingga pembeli mendapatkan barang dagangan yang baik atau benar-
benar disukainya.
c) Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli, dan
mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan keadaan barangnya.
d) Terhindar dari unsur-unsur penipuan, baik dari pihak penjual maupun
pembeli, karena ada kehati-hatian dalam proses jual beli.
e) Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih antar
sesama. Adapun ketidakjujuran atau kecurangan pada akhirnya akan
berakibat dengan penyesalan, dan penyesalan di salah satu pihak biasanya
dapat mengarah kepada kemarahan, kedengkian, dendam, dan akibat
buruk lainnya.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, dimana pihak yang
satu menerima benda-benda dan pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian
atau ketentuan yang telah dibenarkan secara syara’ dan disepakati.
Perjanjian jual beli merupakan perjanjian timbal balik sempurna, dimana
kewajiban penjual merupakan hak dari pembeli dan sebaliknya kewajiban pembeli
merupakan hak dari penjual. Dalam hal ini, penjual berkewajiban untuk
menyerahkan suatu kebendaan serta berhak untuk menerima pembayaran,
sedangkan pembeli berkewajiban untuk melakukan pembayaran dan berhak untuk
menerima suatu kebendaan. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, maka tidak akan
terjadi perikatan jual beli.
Pengertian khiyar adalah hak untuk meneruskan atau membatalkan perjanjian
jual beli. Dalam khiyar memungkinkan sebuah kesepakatan jual beli dapat
dibatalkan atau diteruskan transaksinya dengan perjanjian tertentu.

B. Saran

Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak
kesalahan, baik dari penyusunan kalimatnya maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami selaku Kelompok B menerima saran dari pembaca agar dapat menjadi
bahan evaluasi bagi kami dalam membuat makalah terkait materi jual beli
berikutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fia Afifah R. Hadits dan Ayat Al-Qur’an Tentang Jual Beli. 2021. Parenting Islami :
orami.co.id. https://www.orami.co.id/magazine/hadits-dan-ayat-alquran-tentang-jual-
beli
Kamaluddin, A. Marzuki q. 1987. Fiqih Sunnah, Jilid 12. Bandung: PT. Al-Ma’rif.
Prof. Dr. H. Abdul Rahman Ghazaly, M.A.; Drs. H. Ghufron Ihsan, M.A.; Drs.
Sapiudin Shidiq, M.A. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Prenadamedia Group.
Rachmat Syafi’i. 2001. Fiqih Mu’amalah. Bandung: Pustaka Setia.

15

Anda mungkin juga menyukai