Dosen Pengampu :
Ibnu Rozali S.Pd.I., M.Pd
Kelompok : 2
Disusun oleh :
1. Refina Aprilya 2220504039
2. Meilani Putri Utami 2220504046
3. M. Nur Mahyudin 2220504049
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "jual beli”.
Dalam penyusunan makalah ini, semua isi ditulis berdasarkan buku-buku dan jurnal
referensi yang berkaitan dengan sistem jual beli. Apabila dalam isi makalah
ditemukan kekeliruan atau informasi yang kurang valid, kami sebagai penyusun
sangat terbuka dengan kritik dan saran yang membangun untuk diperbaiki selanjutnya
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca. Akhir kata, kami penyusun makalah mengucapkan terima
kasih.
II
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................II
Daftar isi...............................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan Penulis...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. Pengertian jual beli....................................................................................................................2
B. Dasar Hukum Jual Beli...............................................................................................................2
1. Al-Qur’an...............................................................................................................................2
2. Hadist.....................................................................................................................................3
C. Rukun dan Syarat Jual beli.........................................................................................................3
D. Macam macam jual beli.............................................................................................................5
E. Manfaat dan Hikmah Jual beli...................................................................................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam mengatur setiap segi kehidupan umatnya. Mengatur hubungan
seorang hamba dengan Tuhannya yang biasa disebut dengan muamalah ma’allah dan
mengatur pula hubungan dengan sesamanya yang biasa disebut dengan muamalah
ma’annas. Nah, hubungan dengan sesama inilah yang melahirkan suatu cabang ilmu
dalam Islam yang dikenal dengan Fiqih muamalah. Aspek kajiannya adalah sesuatu
yang berhubungan dengan muamalah atau hubungan antara umat satu dengan umat
yang lainnya. Mulai dari jual beli, sewa menyewa, hutang piutang dan lain-lain.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari, setiap muslim pasti
melaksanakan suatu transaksi yang biasa disebut dengan jual beli. Si penjual menjual
barangnya, dan si pembeli membelinya dengan menukarkan barang itu dengan
sejumlah uang yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Jika zaman dahulu
transaksi ini dilakukan secara langsung dengan bertemunya kedua belah pihak, maka
pada zaman sekarang jual beli sudah tidak terbatas pada satu ruang saja. Dengan
kemajuan teknologi, dan maraknya penggunaan internet, kedua belah pihak dapat
bertransaksi dengan lancar.
Jual beli dimasyarakat merupakan kegiatan rutinitas yang dilakukan setiap
waktu oleh semua manusia. Tetapi jual beli yang benar menurut hokum Islam belum
tentu semua orang muslim melaksanakannya. Bahkan ada pula yang tidak tahu sama
sekali tentang ketentutan- ketentuan yang di tetapkan oleh hukum Islam dalam hal
jual beli.
Jual beli merupakan interaksi sosial antar manusia yang berdasarkan rukun
dan syarat yang telah di tentukan. Jual beli diartikan “al-bai‟, al-Tijarah dan al-
Mubadalah”. Pada intinya jual beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar barang
atau benda yang mempunyai manfaat untuk penggunanya, kedua belah pihak sudah
menyepakati perjanjian yang telah dibuat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jual beli ?
2. Apa saja hukum jual beli dalam Al-Qur’an dan Hadits ?
3. Apa saja rukun rukun dan syarat syarat jual beli ?
4. Sebutkan macam macam jual beli ?
5. Manfaat dan hikmah apa saja yang ada dalam jual beli ?
C. Tujuan Penulis
1. Mahasiswa dapat memahami ruang lingkup Jual Beli dalam Fiqih Muamalah
2. Untuk memperdalam materi Jual Beli agar bisa menerapkan keluar.
3. Mememuhi tugas mata kuliah fiqih muamalah
IV
BAB II
PEMBAHASAN
V
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al-Baqarah : 275)
َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل َتْأُك ُلٓو ۟ا َأْم َٰو َلُك م َبْيَنُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل ِإٓاَّل َأن َتُك وَن ِتَٰج َر ًة َعن َتَر اٍض ِّم نُك ْم ۚ َو اَل َتْقُتُلٓو ۟ا َأنُفَس ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن ِبُك ْم َرِح يًم ا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An-Nisa 29)
Allah mengharamkan kepada umat Islam memakan harta sesama dengan jalan
batil, misalnya dengan cara mencuri, korupsi, menipu, merampok, memeras, dan
dengan jalan lain yang tidak dibenarkan Allah, kecuali dengan jalan perniagaan atau
jual beli dengan didasari atas dasar suka sama suka dan saling menguntungkan.
2. Hadist
1. Nabi SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam Bazzar
yang berarti Dari Rif‟ah Ibn Rafi sesungguhnya Rasulullah pernah ditanya
“usaha apa yang paling baik? Rasulullah SAW menjawab “Usaha
seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur
(jujur)”,(H.R. Al-Al-Bazzar dan disahihkan oleh al- Hakim)
2. Dalam Hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi,
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Dari Hurairah RA. Rasulullah
SAW mencegah dari jual beli melempar kerikil dan jual beli garar (H.R.
Muslim)
Berdasarkan dalil tersebut diatas, maka jelaslah bahwa hukum jual beli adalah jaiz
(boleh). Namun tidak menutup kemungkinan perubahan status jual beli itu
sendiri,semuanya tergantung pada terpenuhi atau tidaknya syarat dan rukun jual beli
VI
Menurut jumhur ulama rukun jual beli itu ada empat, yaitu :
1. Akad (Ijab Kabul)
mengumpulkan dua tepi tali dan mengikat salah satunya dengan yang lain,
sehingga bersambung, lalu keduanya menjadi sebagai sepotong benda. para ulama
menerangkan beberapa cara yang ditempuh dalam akad diantaranya
a. Dengan cara tulisan
b. Dengan cara isyarat
c. Dengan cara ta’ahi (saling memberi)
d. Dengan cara lisan al-hal
2. Orang yang berakad (subjek), dua pihak terdiri dari bai (penjual) dan mustari
(pembeli).
Dalam jual beli tidak mungkin terjadi tanpa adanya orang yang melakukannya,
dan orang yang melakukan harus :
a. Beragama Islam
b. Berakal
c. Dengan kehendaknya sendiri
d. Baligh
e. Keduanya tidak mubazir
3. Ada barang yang dibeli (Ma’qud alaih )
barang menjadi objek jual beli atau yang menjadi sebab terjadinya perjanjian
jual beli. Barang yang di jadikan sebagai objek jual beli ini harus memenuhi
syarat- syarat sebagai
a. Bersih barangnya
b. Dapat dimanfaatkan
c. Milik orang yang melakukan aqad
d. Mengetahui
e. Barang yang di aqadkan ada ditangan
4. ada nilai tukar pengganti barang
nilai tukar pengganti barang, yaitu sesuatu yang memenuhi tiga syarat
a. bisa menyimpan nilai (storeof value)
b. bisa menilai atau menghargakan suatu barang (unit of account) dan
c. bisa dijadikan alat tukar.
Menurut ulama hanafiyah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dannilai
tukar barang termasuk kedalam syarat syarat jual beli, bukan rukun jual beli.
Adapun syarat syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang
dikemukakan jumhur ulama diatas, sebagai berikut :
VII
sadar. Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang
gila, hukumnya tidak sah.
2. Atas dasar suka sama suka, yaitu kehendak sendiri dan tidak dipaksa pihak
manapun.
3. Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda, maksudnya seorang
tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual
sekaligus sebagai pembeli.
b. Syarat yang terkait dalam ijab qabul
1. Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal.
2. Qabul sesuai dengan ijab. Apabila antara ijab dan qabul tidak sesuai maka
jual beli tidak sah.
3. Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis. Maksudnya kedua belah
pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topic yang sama
c. Syarat-syarat barang yang diperjual belikan
1. Suci, dalam islam tidak sah melakukan transaksi jual beli barang najis,
seperti bangkai, babi, anjing, dan sebagainya.
2. Barang yang diperjualbelikan merupakan milik sendiri atau diberi kuasa
orang lain yang memilikinya.
3. Barang yang diperjualbelikan ada manfaatnya
4. Barang yang diperjualbelikan jelas dan dapat dikuasai.
5. Barang yang diperjualbelikan dapat diketahui kadarnya, jenisnya, sifat,
dan harganya
6. Boleh diserahkan saat akad berlangsung
d. Syarat-syarat nilai tukar (harga barang)
1. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.
2. Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukumseperti
pembayaran dengan cek dan kartu kredit. Apabila harga barang itu dibayar
kemudian (berutang) maka pembayarannya harus jelas.
3. Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang
maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan
oleh syara’, seperti babi, dan khamar, karena kedua jenis benda ini tidak
bernilai menurut syara.
VIII
2. Dengan perantara, misalnya dengan tulisan atau surat menyurat. Jual beli
ini dilakukan oleh penjual dan pembeli, tidak dalam satu majlis akad, dan
ini dibolehkan menurut syara.
3. Jual beli dengan perbuatan, yaitu mengambil dan memberikan barang
tanpa ijab kabul. Misalnya seseorang mengambil mie instan yang sudah
bertuliskan label harganya. Menurut sebagian ulama syafiiyah hal ini
dilarang karena ijab kabul adalah rukun dan syarat jual beli, namun
sebagian syafiiyah lainnya seperti Imam Nawawi membolehkannya.
c. Ditinjau dari segi hukumnya
Jual beli dinyatakan sah atau tidak sah bergantung pada pemenuhan syarat dan
rukun jual beli yang telah dijelaskan di atas. Dari sudut pandang ini, jumhur ulama
membaginya menjadi dua, yaitu:
1. Shahih, yaitu jual beli yang memenuhi syarat dan rukunnya.
2. Ghairu Shahih, yaitu jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan
rukunnya.
Sedangkan fuqaha atau ulama Hanafiyah membedakan jual beli menjadi tiga,
yaitu:
1. Shahih, yaitu jual beli yang memenuhi syarat dan rukunnya
2. Bathil, adalah jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli,
dan ini tidak diperkenankan oleh syara, misalnya
a. Jual beli atas barang yang tidak ada (Bai’ al-ma’dum)
b. Jual beli barang yang zatnya haram dan najis
c. Jual beli bersyarat
d. Jual beli yang menimbulkan kemudharatan
e. Segala bentuk jual beli yang mengakibatkan penganiayaan.
3. Fasid yaitu jual beli yang secara prinsip tidak bertentangan dengan syara’
namun terdapat sifat-sifat tertentu yang menghalangi keabsahannya.
Misalnya
1. jual beli barang yang wujudnya ada, namun tidak dihadirkan ketika
berlangsungnya akad.
2. Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota atau pasar,
yaitu menguasai barang sebelum sampai ke pasar agar dapat
membelinya dengan harga murah
3. Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian
akan dijual ketika harga naik karena kelangkaan barang tersebut.
4. Jual beli barang rampasan atau curian.
5. Menawar barang yang sedang ditawar orang lain
IX
3. Masing-masing pihak merasa puas. Penjual melepas barang dagangannya
dengan ikhls dan menerima uang, sedangkan pembeli memberikan uang dan
menerima barang dagangan dengan puas pula. Dengan demikian, jual beli juga
mampu mendorong untuk saling bantu antara keduanya dalam kebutuhan
sehari-hari.
4. Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram.
5. Penjual dan pembeli mendapat rahmat dari Allah swt.
6. Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan
X
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli itu
diperbolehkan dalam Islam.Hal ini dikarenakan jual beli adalah sarana manusia
dalam mencukupi kebutuhan mereka, dan menjalin silaturahmi antara mereka.
Namun demikian, tidak semua jual beli diperbolehkan.Ada juga jual beli yang
dilarang karena tidak memenuhi rukun atau syarat jual beli yang sudah
disyariatkan. Rukun jual beli adalah adanya akad (ijab kabul), subjek akad dan
objek akad yang kesemuanya mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, dan
itu semua telah dijelaskan di atas.Walaupun banyak perbedaan pendapat dari
kalangan ulama dalam menentukan rukun dan syarat jual beli, namun pada intinya
terdapat kesamaan, yang berbeda hanyalah perumusannya saja, tetapi inti dari
rukun dan syaratnya hampir sama
B. Saran
Jual beli merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap manusia,
namun pada zaman sekarang manusia tidak menghiraukan hukum islam. Oleh
karena itu, sering terjadi penipuan dimana-mana. Untuk menjaga perdamaian dan
ketertiban sebaiknya kita berhati-hati dalam bertransaksi dan alangkah baiknya
menerapkan hukum islam dalam interaksinya.
Allah SWT telah berfirman bahwasannya Allah memperbolehkan jual beli dan
mengharamkan riba.Maka dari itu, jauhilah riba dan jangan sampai kita
melakukun riba. Karena sesungguhnya riba dapat merugikan orang lain.
XI
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Bisnis/article/download/1494/1372
sumber : journal.iainkudus.ac.id pertama kali diindeks oleh Google pada January 2020
https://journal.uhamka.ac.id/index.php/jei/article/download/836/350
sumber : journal.uhamka.ac.id pertama kali diindeks oleh Google pada May 2016
http://repository.radenintan.ac.id/1609/3/BAB_II_revisi.pdf
sumber : repository.radenintan.ac.id pertama kali diindeks oleh Google pada June 2016
http://repository.syekhnurjati.ac.id/5061/2/BAB%201.pdf
sumber : repository.syekhnurjati.ac.id pertama kali diindeks oleh Google pada December 2016
XII