Makalah Ini Diajukan untuk memenuhi salah-satu tugas dari mata kuliah
Fikih Muamalah, program studi Hukum Tata Negara (HTN) kelompok 1
Fakultas Syariah dan Hukum Islam semester 4
Oleh:
Fatwa
NIM : 742352021022
Rian Anugrah
NIM : 742352021011
2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis senantiasa tercurah atas kehadirat Allah Subhana Wa
Ta ’ala sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana waktu yang telah di
tetapkan. Sholawat dan salam juga kepada Nabiullah Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam, sebagai revolusioner sejati yang mengajarkan ilmu serta menebarkan kasih
sayang di muka bumi ini hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah-satu tugas kelompok pada mata
kuliah Fikih Muamalah. Ucapan terima kasih kepada dosen pengajar, Ibu Hj. Andi
Darna, S. HI., M. H. atas penjabaran materi dalam perkuliahan ini. Sebagaimana
kebenaran datangnya dari Allah dan kesalahan datang dari diri pribadi penulis, oleh
karena kritik maupun saran dari pembaca yang budiman merupakan solusi yang
dibutuhkan penulis untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, dimana pihak yang
satu menerima benda-benda dan pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian
atau ketentuan yang telah dibenarkan secara syara’ dan disepakati. Sesuai dengan
ketetapan hukum maksudnya ialah memenuhi persyaratan, rukun-rukun dan hal-
hal lain yang ada kaitannya dengan jual beli, sehingga bila syarat-syarat dan
rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara’.
Suatu akad jual beli di katakan sebagai jual beli yang sah apabila jual beli
Itu disyariatkan, memenuhi rukun dan syarat sah yang di tentukan, bukan milik
Orang lain, tidak tergantung pada hak khiyar. Sebaliknya jual beli di katakan
batal apabila salah satu rukun atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual
beli itu pada dasarnya tidak disyariatkan, seperti jual beli yang di lakukan anak
kecil, orang gila, atau barang yang di jual itu barang-barang yang di haramkan
oleh syara’, seperti bangkai, darah, babi, dan khamar.4 Akan tetapi, dewasa ini,
masyarakat melakukan transaksi jual beli dengan menghalalkan segala cara
hanya untuk meraup keuntungan yang besar tanpa memperhatikan apakah
1
transaksi jual beli yang diakukannya sudah sesuai apa yang telah disyariatkan
atau tidak.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian jual beli?
2. Apa macam-macam jual beli?
3. Bagaimana prinsip-prinsip jual beli?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian jual beli.
2. Mengetahui macam-macam jual beli.
3. Mengetahui bagaimana prinsip-prinsip jual beli.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian jual beli
Secara etimologis, Jual beli berarti menukar harta dengan harta. Adapun
secara terminologi adalah transaksi penukaran selain dengan fasilitas dan
kenikmatan. Menurut syara' jual beli adalah pertukaran harta atas dasar suka
sama suka. Dengan demikian perkataan jual beli menunjukkan adanya perbuatan
dalam satu kegiatan, yaitu pihak penjual dan pembeli. Maka dalam hal ini
terjadilah transaksi jualbeli yang mendatangkan akibat hukum, Jual beli dalam
Islam telah ditentukan baik berdasarkan Al-Qur'an maupun As-Sunnah.
3
yang berbeda-beda. Dan apabila sudah menjadi milik orang, maka itu tidak boleh
direbut atau diambil kecuali dengan transaksi yang dibenarkan syari'at.
Khususnya yang terkait dengan pengelolaan dana (harta). Akad atau transaksi itu
sangat penting. Karena transaksi inilah yang mengatur hubungan antara dua
belah pihak yang melakukan transaksi sejak akad dimulai sampai masa
berlakunya habis.
Dan Jual beli juga merupakan akad yang umum digunakan oleh
masyarakat untuk melakukan transaksi, karena dalam setiap pemenuhan
kebutuhannya, masyarakat tidak bisa berpaling atau meninggalkan akad, yang
dimana untuk mendapatkan makanan dan minuman. Misalnya, terkadang ia tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan itu dengan sendirinya, tapi akan
membutuhkan dan berhubungan dengan orang lain, sehingga kemungkinan besar
akan terbentuk akad jual-beli. Sehingga jika ada orang yang mengikat dirinya
dengan transaksi yang harus dilaksanakan saat itu juga atau beberapa waktu
berikutnya. Namun belum diketahui secara pasti bagaimana pemikiran untuk
mengadakan transaksi itu muncul dan faktor dominan yang melatar belakangi
mereka untuk melakukan transaksi yang pasti.
4
menurut hukum, dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli Ditinjau dari segi
benda yang dijadikan objek jual beli dapat diketahui:
Pada waktu melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjual
belikan ada didepan penjual dan pembeli. Hal ini lazim dilakukan masyarakat
banyak dan boleh dilakukan, seperti membeli beras dipasar.
5
3. Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat.
Adalah jual beli yang dilarang oleh agama Islam karena barangnya tidak
tentu atau masih gelap sehingga di khawatirkan barang tersebut diperoleh dari
curian atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu
pihak.
Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli terbagi menjadi tiga
bagian, dengan lisan, dengan perantara, dan dengan perbuatan.
Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang dilakukan
kebanyakan orang. Sedangkan bagi orang bisu digantikan dengan isyarat karena
isyarat merupakan pembawaan alami dalam menampakkan kehendak. Hal yang
dipandang dalam akad adalah maksud atau kehendak dan pengertian, bukan
pembicaraan dan pernyataan.
Selain pembelian di atas, jual beli ada yang dibolehkan dan ada yang
dilarang, jual beli yang dilarang juga ada yang batal ada pula yang terlarang tetapi
sah.
Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah sebagai berikut:
6
1. Barang yang dihukumkan najis oleh agama, seperti anjing, babi, berhala,
bangkai, dan khamar.
2. Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan seekor domba jantan
dan betina agar dapat memperoleh keturunan.
3. Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya. Jual beli
seperti ini dilarang karena, barangnya belum ada dan tidak tampak
4. Jual beli dengan mukhadarak, yaitu menjual buah-buahan yang belum
pantas untuk dipanen, seperti menjual buah rambutan yang masih hijau,
mangga yang masih kecil dan yang lainnya. Hal ini dilarang karena masih
samar, dalam artian mungkin saja buah itu jatuh tertiup angin kencang
atau yang lainnya sebelum diambil oleh pembeli.
5. Jual beli dengan muhagallah, berarti tanah, sawah, dan kebun. Maksud
muhaqallah disini adalah menjual tanaman-tanaman yang masih diladang
atau disawah. Hal ini dilarang agama sebab ada persangkaan riba
didalamnya.
6. Jual beli dengan muammasah, yaitu jual beli secara sentuh menyentuh
7. Jual beli dengan munabazah, yaitu jual beli secara lempar melempar.
Seperti orang berkata” lemparkan kepadaku apa yang ada padamu, nanti.
kulempar pula apa yang ada padaku”.
Ada beberapa jual beli yang dilarang oleh agama, tetapi sah hukumnya,
tetapi orang yang melakukannya itu mendapat dosa. Jual beli tersebut antara lain:
7
c. Jual beli dengan najasyi, seorang menambah atau melebihi harga
temannya dengan maksud memancing-mancing agar orang itu mau
membeli barang kawannya.
Menurut Islam adil merupakan norma paling utama dalam seluruh aspek
perekonomian. Kebalikan sikap adil adalah Zalim, yaitu sifat yang dilarang Allah
pada dirinya. Allah menyukai orang yang bersikap adil dan sangat memusuhi
kezaliman, bahkan melaknatnya “Ingatlah kutukan Allah (ditimpakan) atas
orang-orang yang zalim (QS. Al-hadid: 18).
Salah satu ciri keadilan adalah tidak memaksa manusia membeli barang
dengan harga tertentu, tidak boleh ada monopoli, tidak boleh ada permainan
harga, serta tidak boleh ada cengkeraman orang yang bermodal kuat terhadap
orang kecil yang lemah.
8
2. Suka sama suka
“Jual beli itu sah hanya dengan suka sama suka” (HR. Ibnu majah).
Benar adalah merupakan ciri utama orang mukmin, bahkan ciri pada
Nabi. Tanpa kebenaran, agama tidak akan tegak dan tidak akan stabil.
Bencana terbesar di dalam pasar saat ini adalah meluasnya tindakan dusta dan
bathil, misalnya berbohong dalam mempromosikan barang dan menetapkan
harga, oleh sebab itu salah satu karakter pedagang yang penting dan diridhai
oleh Allah ialah kebenaran. Karena kebenaran mendatangkan berkah bagi
penjual maupun pembeli, jika keduanya bersikap benar dan mau menjelaskan
kekurangan barang yang diperdagangkan maka keduanya mendapatkan
berkah dari jual belinya. Namun jika keduanya saling menutupi aib barang
dagangan itu dan berbohong, maka jika mereka mendapat laba, hilanglah
berkah jual beli itu.
b. Amanah
9
kualitas dan harga barang dagangan kepada pembeli tanpa melebih-
lebihkannya.
Di dalam hadis Qudsi, Allah berfirman: “ Aku adalah yang ketiga dari
dua orang berserikat, selama salah satu dari keduanya tidak menghianati
temannya. Apabila salah satu dari keduanya berkhianat, aku keluar dari
mereka.
c. Jujur (setia)
10
tidak dibenarkan membelanjakan uangnya dijalan yang halal dengan melebihi
batas kewajaran. Islam membenarkan pengikutnya menikmati kebaikan dunia,
dan memperhatikan prinsip" merenggangkan ikat pinggang." dan
mengutamakan kesederhanaan, tidak melewati batas kewajaran. Hal ini telah
dijelaskan dalam Q.S Al-Maidah ayat 87.
Kasih sayang dijadikan lambang dari risalah. Saw, dan Nabi sendiri
menyikapi dirinya dengan kasih sayang beliau berkata “Saya adalah seorang
yang pengasih dan mendapat petunjuk”. Islam mewajibkan mengasih sayangi
manusia dan seorang pedagang jangan hendaknya perhatian umatnya dan
tujuan usahanya untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Macam-macam jual beli juga dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau
dari segi hukumnya, jual beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum
dan jual beli yang batal menurut hukum, dari segi objek jual beli dan segi pelaku
jual beli Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat diketahui:
1. Prinsip keadilan
2. Suka sama suka
3. Bersikap benar dan jujur.
12
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, masih
terdapat begitu banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca
sangat diharapkan guna memperbaiki cara pembuatan makalah dimasa yang akan
datang.
13
DAFTAR PUSTAKA
M Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo,
2004) edisi 1, cet ke 2, h. 118
https://pengusahamuslim.com/1061-prinsip-jual-beli-dalam-ajaran-islam.html.
14