Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Pengertian Fiqih Perdangan, Macam-Macamnya Dan Syarat Sahmya


Dosen Pengampu:
Drs. H. Hariono, M.S.I

Oleh Kelompok 5
1. Baiq Nurul Annisa : 220501143
2. Ainun Muliati : 220501134
3. Awali Ehsan : 220501137
4. Muhammad Rizki Sahrul Ramdan : 220501142
5. Zaidan Alpian : 220501135
6. Azrul Hadi : 220501118

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS NEGERI MATARAM
2022
KATA PENGHATAR

Puji syukur kam haturkan kehadran allah SWT. Berkat taufik,hidayah dan
inayahnya kami bisa menyelesaikan tugas kelompok berupa makalah yang berjudul
“pengertuian fiqih perdangan, macam-macamnya dan syarat sahnya”
Sholawat serta salam kehadiran nabi Muhammad saw.yang sukses dalam
menghantarkan ummatnya ke gerbang”Ad-Diinul islam”yang dapat kita rasakan
sampai saat kini sehinga dapat melaksanakn makalah ini.
Tak pula kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak dosen pengampu mata kuliah fikih dan ushul fikih bapak Yusul Al-
Hamdani, M.Ag. yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini,dan kami
ucapan terima kasih juga kepada saudara-saudari yang sudah berkontribusi.
Sebagai penulis kami hanya manusia yang tak luput dari salah jika ada
kesalahan kata yang mengusik ketenangan jiwa kami meminta maaf dan kami
meminta kepada saudara-saudari yang budiman kritik dan sarannya apabila ada
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah kami,akhirnya kami sebagai penulis
makalah agar makalah kami bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Daftar Isi

Contents
BAB I............................................................................................................................................................4
Pendahuluan...............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
Pembahasan................................................................................................................................................5
A. Pengertian Jual Beli Dan Dasar Hukum Jual Beli..................................................................................5
B. Macam-macam jual beli dalam Islam..................................................................................................6
C. Syarat Jual Beli.....................................................................................................................................7
BAB III........................................................................................................................................................10
Penutup.....................................................................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................................................10
B. Daftar isi.........................................................................................................................................10
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang membutuhkan banyak hal dalam menjalankan
kehidupannya. Tentu saja jika tidak dipenuhi, manusia akan kesulitan untuk bisa hidup
dengan baik dan optimal dalam menjalankan proses aktivitas-nya. Untuk itu, segala
kehidupan manusia membutuhkan alat atau sarana untuk memenuhinya termasuk
berhubungan dengan interaksi sosial bersama manusia lainnya agar mencapai  Tujuan
Penciptaan Manusia, Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut
Islam sesuai dengan fungsi agama, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara
Sukses Menurut Islam

Jual beli adalah aktivitas sehari-hari yang pasti dilakukan oleh semua manusia,
termasuk umat islam. Pada kenyataannya di masyarakat, jual beli terkadang menjadi hal
yang melanggar aturan dan melanggar hak-hak orang lain. Jual beli ini menjadi sarana
untuk melakukan kedzaliman seperti penipuan, pengambilan untung yang tidak sesuai,
dan lain sebagainya. Untuk itu, berikut adalah kaidah fiqih muamalah jual beli dalam
islam.Islam dalam hal ini mengatur segala aspek kehidupan manusia sebagaimana islam
mengatur-nya dengan tujuan melindungi dan membuat kemaslahatan untuk manusia itu
sendiri. Salah satunya adalah dengan jual beli. Istilah dalam islam adalah
bermuammalah yang sesuai dengan hukum syariat.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian perdagangan jual beli
2. Macam-macam jual beli
3. Syarat sahnya jual beli

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian perdagangan jual beli
2. Mengetahui macam-macam jual beli
3. Mengetahui syarat-syarat sahnyab jual beli
4.
BAB II

Pembahasan
A. Pengertian Jual Beli Dan Dasar Hukum Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli

Sebelum mengkaji secara luas dalam kehidupan sehari-hari, salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan adalah dengan usaha perdagangan atau jual beli, untuk terjadinya
usaha tersebut diperlukan adanya hubungan timbal balik antara penjual dan pembeli.Jual
beli adalah saling tukar menukar antara benda dengan harta benda atau harta benda
dengan uang ataupun saling memberikan sesuatu kepada pihak lain, dengan menerima
imbalan terhadap benda tersebut dengan menggunakan transaksi yang didasari saling
ridha yang dilakukan secara umum.

Berdasarkan penjabaran di atas terdapat beberapa masalah tentang jual beli, maka
terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa pengertian jual beli baik secara etimologi
maupun secara terminologi. Jual beli menurut istilah atau etimologi

‫مقابلة شيئ بشيئ‬


Tukar menukarsesuatu dengan sesuatu yang lain.

Sedangkan jual beli menurut bahasa adalah sebagaimana di jelaskan berikut ini.

‫البيع معناه لغة مطلق المبالة‬


Pengertian jual beli menurut bahasa adalah tukar menukar secara mutlak.

Berdasarkan pengertian tersebut maka jual beli adalah tukar menukar apa saja,
baik antara barang dengan barang, barang dengan uang atau uang dengan uang.

Untuk lebih jelas tentang pengertian jual beli dapat dilihat dibawah ini:

Menurut Hanafiah sebagaimana dikemukakan oleh Ali Fikri, menyatakan bahwa


jual beli memiliki dua arti yaitu arti khusus dan arti umum.

1) Arti khusus yaitu:


Artinya: Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan perak)
dan semacamnya, atau tukar-menukar barang dengan uang atau semacam menurut
cara yang khusus.
2) Arti umum yaitu:

Artinya: Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta menurut cara yang
khusus, harta mencakup zat (barang) atau uang.

2. Dasar Hukum Jual Beli

Berdasarkan permasalahan yang dikaji menyangkut masalah hidup dan kehidupan


ini, tentunya tidak terlepas dari dasar hukum yang akan kita jadikan sebagai rujukan
dalam menyelesaikan permasahan yang akan dihadapi. Jual beli sudah dikenal
masyarakat sejak dahulu yaitu sejak zaman para Nabi.Sejak zaman itu jual beli dijadikan
kebiasaan atau tradisi oleh masyarakat hingga saat ini. Adapun dasar hukum yang
disyari’atkannya jual beli dalam Islam yaitu:

a. Al-Qur’an
Manusia hidup di dunia secara individu mempunyai kebutuhankebutuhan yang
harus dipenuhi, baik itu berupa sandang, pangan papan dan lain sebagainya.kebutuhan
seperti itu tidak pernah terputus dan tidak pernah terhenti selama manusia itu hidup. oleh
karena itu, tidak ada satu hal pun yang lebih sempurna dalam memenuhi kebutuhan itu
selain dengan cara pertukaran, yaitu dimana seorang memberikan apa yang ia miliki
untuk kemudian ia memperoleh sesuatu yang berguna dari orang lain sesuai kebutuhan.
Jual beli ini adalah suatu perkara yang telah dikenal masyarakat sejak zaman
dahulu yaitu sejak zaman para Nabi hingga saat ini. dan Allah mensyariatkan jual beli ini
sebagai pemberian keluangan dan keleluasaan dari-Nya untuk hambahamba-Nya itu
dalam surat tentang diperbolehkan jual beli ini didasarkan pada Firman Allah yang
berbunyi: Q.S. al-Baqarah ayat: 275
‫واحل هللا البيع وحرم الربوا‬

Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.1

B. Macam-macam jual beli dalam Islam


Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya, jual beli ada
dua macam, jual beli yang sah menurut hukum dan jual beli yang batal menurut hukum, dari
segi obyek jual beli dan segi pelaku jual beli.

Sedangkan ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan
pendapat Imam Taqqiyuddin bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu :

1
http://repository.radenintan.ac.id/1609/3/BAB_II_revisi.pdf
1) Jual beli benda yang kelihatan
2) Jual beli benda yang hanya disebutkan sifat-sifatnya dalam janji
3) jual beli benda yang tidak sah.
Jual beli benda yang kelihatan wujudnya ialah pada waktu melakukan akad jual beli
benda atau barang yang diperjualbelikan tersebut ada ditempat akad. Hal ini lazim dilakukan
masyarakat banyak dan boleh dilakukan, seperti membeli beras dipasar.

Jual beli benda yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli Salām
(pesanan) . menurut kebiasaan para pedagang, Salām adalah untuk jual beli tidak tunai
(kontan), Salām pada awalnya berarti meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang
dengan harga tertentu, maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-barangnya
ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad.

Sedangkan, jual beli yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang
dilarang oleh agama Islam karena, barangnya tidak tentu atau masih gelap sehingga
dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau 35 barang titipan yang akibatnya
dapat menimbulkan kerugian salah satu pihak.

Ditinjau dari segi akid (orang yang melakukan akad atau subyek), jual beli terbagi
menjadi tiga bagian, dengan lisan, dengan perantara, dan dengan perbuatan.

Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang dilakukan oleh
kebanyakan orang. Hal yang dipandang dalam akad adalah maksud atau kehendak dan
pengertian, bukan pembicaraan dan pernyataan.

Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan, atau surat-menyurat
sama halnya dengan ijab qabul dengan ucapan.

C. Syarat-syarat Jual Beli


Adapun syarat sahnya jual beli menurut jumhur ulama, sesuai dengan rukun jual beli
yaitu terkait dengan subjeknya, objeknya dan ijab qabul. Selain memiliki rukun, al-bai῾ juga
memiliki syarat. Adapun yang menjadi syarat-syarat jual beli adalah sebagai berikut :

Pertama tentang subjeknya, yaitu kedua belah pihak yang melakukan perjanjian jual
beli (penjual dan pembeli) disyaratkan:

1) Berakal sehat
Maksudnya, harus dalam keadaan tidak gila, dan sehat rohaninya.
2) Dengan kehendaknya sendiri (tanpa paksaan)
Maksudnya, bahwa dalam melakukan perbuatan jual beli salah satu pihak
tidak melakukan tekanan atau paksaan atas pihak lain, sehingga pihak lain tersebut
melakukan perbuatan jual beli bukan disebabkan kemauan sendiri, tapi ada unsur
paksaan. Jual beli yang dilakukan bukan atas dasar kehendak sendiri tidak sah.
3) Kedua belah pihak tidak mubadzir
Keadaan tidak mubadzir, maksudnya pihak yang mengikatkan diri dalam
perjanjian jual beli bukanlah manusia yang boros (mubadzir). Sebab orang yang boros
di dalam hukum dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap bertindak.
Maksudnya,dia tidak dapat melakukan sendiri sesuatu perbuatan hukum walaupun
kepentingan hukum itu menyangkut kepentingannya sendiri.
4) Baligh atau Dewasa
Baligh atau dewasa menurut hukum Islam adalah apabila laki-laki telah
berumur 15 tahun, atau telah bermimpi (bagi laki-laki)dan haid (bagi perempuan).
Namun demikian, bagi anak-anak yang sudah dapat membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk,tetapi belum dewasa (belum mencapai umur 15 tahun dan
belum bermimpi atau haid), menurut pendapat sebagian ulama diperbolehkan
melakukan 30 perbuatan jual beli, khususnya barangbarang kecil yang tidak bernilai
tinggi.
Kedua, tentang objeknya. Yang dimaksud objek jual beli adalah benda yang
menjadi sebab terjadinya perjanjian jual beli. Benda tersebut harus memenuhi syarat-
syarat:
1) Suci barangnya

Maksudnya, barang yang diperjualbelikan bukanlah benda yang


dikualifikasi sebagai benda najis, atau digolongkan sebagai benda yang
diharamkan. Jadi tidak semua barang dapat diperjual belikan.

2) Dapat di manfaatkan

Pengertian barang yang dapat dimanfaatkan tentunya sangat relatif, sebab


pada hakikatnya seluruh barang yang dijadikan sebagai objek jual beli merupakan
barang yang dapat dimanfaatkan, seperti untuk dikonsumsi, (beras,buah-
buahan,dll),dinikmati

Keindahannya (perabot rumah, bunga, dll.) dinikmatisuaranya (radio, TV,


burung,dll.) serta dipergunakan untuk keperluan yang bermanfaat seperti
kendaraan, anjing pelacak, dll.
3) Milik orang yang melakukan akad

Maksudnya, bahwa orang yang melakukan perjanjian jual beli adalah


pemilik sah barang tersebut atau telah mendapat izin dari pemilik sah barang. Jual
beli barang yang dilakukan oleh orang yang bukan pemilik atau yang berhak
berdasarkan kuasa pemilik tidak sah.

4) Mampu menyerahkan
Maksudnya, penjual baik sebagai pemilik maupun sebagai kuasa dapat
menyerahkan barang yang dijadikan sebagai objek jual beli dengan bentuk dan
jumlah yang diperjanjikan pada waktu penyerahan barang kepada pembeli.

5) Mengetahui

Maksudnya, melihat sendiri keadaan barang baik mengenai hitungan,


takaran, timbangan atau kualitasnya. Apabila dalam suatu jual beli keadaan
barang dan jumlah harganya tidak diketahui, maka perjanjian jual 32 beli itu tidak
sah. Sebab bisa jadi perjanjian tersebut mengandung unsur penipuan.

6) Barang yang diakadkan di tangan

Menyangkut perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang belum di tangan
(tidak berada dalam penguasaan penjual) dilarang sebab bisa jadi barang tersebut
rusak atau tidak dapat diserahkan sebagaimana telah diperjanjikan.

Ketiga, lafadz atau ijab qabul. Ijab adalah pernyataan pihak pertama
mengenai isi perikatan yang diinginkan. Sedang qabul adalah pernyataan pihak kedua
untuk menerimanya. Ijab qabul itu diadakan dengan maksud untuk menunjukkan
adanya suka rela timbal balik terhadap perikatan yang dilakukan oleh dua pihak yang
bersangkutan.
Sedangkan, suka sama suka itu tidak dapat diketahui dengan jelas kecuali
dengan perkataan, karena perasaan suka itu bergantung hati masing-masing. Ini
kebanyakan pendapat ulama.
a) Menurut ulama yang mewajibkan lafal, lafal itu diwajibkan memenuhi beberapa
syarat, yaitu sebagai berikut : Keadaan ijab dan qabul berhubungan. Artinya
ssalah satu dari keduanya pantas menjadi jawaban dari yang lain dan belum
berselang lama.
b) Makna keduanya hendaklah sama walaupun lafal keduanya berlainan.
c) Keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain, seperti katanya, “kalau
saya pergi, saya jual barang ini sekian”.
d) Tidak berwaktu, sebab jual beli berwaktu, seperti sebulan atau setahun tidak
sah.2

2
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6833/3/BAB%20II.pdf
BAB III

Penutup
A. Kesimpulan
Bagi umat Islam yang melakukan bisnis dan selalu berpegang teguh pada norma-norma
hukum Islam, akan mendapatkan berbagai hikmah diantaranya;

a) bahwa jual beli (bisnis) dalam Islam dapat bernilai sosial atau tolong menolong terhadap
sesama, akan menumbuhkan berbagain pahala,
b) bisnis dalam Islam merupakan salah satu cara untuk menjaga kebersihan dan halalnya
barang yang dimakan untuk dirinya dan keluarganya,
c) bisnis dalam Islam merupakan cara untuk memberantas kemalasan, pengangguran dan
pemerasan kepada orang lain,
d) berbisnis dengan jujur, sabar, ramah, memberikan pelayanan yang memuaskan sebagai
mana diajarkan dalam Islam akan selalu menjalin persahabatan kepada sesama manusia.

B. Daftar isi
http://repository.radenintan.ac.id/1609/3/BAB_II_revisi.pdf
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6833/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai