Anda di halaman 1dari 11

Hukum Jual Beli dalam islam

HUKUM
JUAL BELI DALAM ISLAM
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia

Dosen pembimbing:
SITI RUMILAH, S.Pd

Disusun Oleh :
Kang Firman
NIM
C02210043

FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN MUAMALAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011

KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir yang diutus dengan membawa
syari’ah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan
akhirat.
Makalah berjudul Hukum Jual Beli dalam Islam ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah bahasa Indonesia. Saya telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang
ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan.
Sesuai dengan fitrahnya, manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari
kesalahan dan kekhilafan, maka dalam makalah yang saya susun ini pun belum mencapai tahap
kesempurnaan.
Saya sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Ibu Siti Rumilah s.Pd. yang telah memberikan tugas
makalah ini. Dan umumnya kepada rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dalam bentuk
moril maupun materiil.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat, dan semoga amal ibadah serta
kerja keras kita, senantiasa mendapat ridho dan ampunan dari-Nya. Amin.

Surabaya, 01 Januari 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
................................................................................
DAFTAR ISI
.......................................................................................
........
BABI : PENDAHULUAN
..........................................................................
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................
1.3. Tujuan Masalah ............................................................................
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................
BAB II :
PEMBAHASAN.......................................................................
....
2.1. Pengertian Jual
Beli........................................................................
2.2. Syarat, Rukun dan Hukum Jual Beli dalam
Islam..........................
2.3. Jual Beli yang
Terlarang.................................................................
BAB III:
PENUTUPAN.........................................................................
.......
3.1.
Kesimpulan.........................................................................
............
3.2. Saran-
saran.................................................................................
....
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................
......

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.


Jual beli merupakan suatu interaksi antara penjual dan pembeli dimana keduanya
melakukan kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tata cara tertentu. Termasuk
dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar seperti uang. Allah telah berfirman dalam
Al-qur’an surat Al-baqoroh ayat 275 yang artinya:“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”.
Pada makalah ini akan dibahas tentang hukum-hukum jual beli menurut hukum islam.
Dalam hukum jual beli terdapat bentuk akad jual beli yang telah dibahas oleh para ulama’ dalam
fiqih muamalah. Tentang syarat-syarat, rukun-rukun dan hukum-hukum jual beli dalam islam.
Dalam dunia islam, jual beli harus memberi manfaat antara penjual dan pembeli tanpa ada
yang dirugikan. Karena jual beli juga merupakan sarana tolong-menolong sesama manusia.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam penulisan karya tulis ilmiyah ini ada beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa pengertian jual beli?
2. Apa syarat, rukun dan hukum jual beli dalam islam?
3. Apa sajakah jual beli yang terlarang?

1.3. Tujuan Masalah


Dalam penulisan karya tulis ilmiyah ini mempunyai beberapa tujuan masalah, yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian jual beli.
2. Untuk mengetahui dan memahami syarat, rukun dan hukum jual beli dalam islam.
3. Untuk mengetahui dan memahami beberapa jual beli yang telarang.

1.4. Manfaat Penelitian


Dalam penelitian karya tulis ilmiyah ini terdapat beberapa manfaat, yaitu:
1. Denagan mengetahui pengertian jual beli, masyarakat dapat mengetahui definisi-definisi jual beli.
2. Dengan mengetahui syarat-syarat, rukun-rukun dan hukum-hukum jual beli dalam islam,
masyarakat dapat mengetahui hal-hal tersebut.
3. Dengan mengetahui jual beli yang terlarang, masyarakat dapat mengetahui macam-macam jual beli
yang dilaang dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut bahasa adalah suatu bentuk akad penyerahan sesuatu dengan sesuatu
lain. Sedangkan menurut istilah jual beli adalah transaksi antara penjual dan pembeli untuk
melakukan tukar-menukar barang atas dasar suka sama suka yang disertai dengan akad. Akad jual
beli dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan bentuk perkataan dan perbuatan.
 Bentuk perkataan terdiri dari ijab dan qobul, ijab adalah kata yang keluar dari penjual seperti
ucapan “saya jual” dan qobul adalah kata yang keluar dari pembeli seperti ucapan “saya beli”.
 Bentuk perbuatan yaitu muathoh (saling memberi)yang terdiri dari perbuatan mengambil dan
member seperti penjual memberikan barang kepada pembeli dan pembeli memberikan harga yang
wajar (telah ditentukan)
A. Pengertian Khiyar
Khiyar menurut bahasa adalah memilih, sedangkan menurut istilah adalah antara penjual dan
pembeli memilih yang terbaikdari dua perkara untuk melangsungkan atau membatalkan akad jual
beli. Khiyar terdiri dari delapan macam, yaitu:
 Khiyar Majlis (Pilihan Majlis)
Yaitu taempat berlangsungnya jual beli. Maksudnya bagi yang berjual beli mempunyai hak untuk
memilih selama keduanya ada di dalam majlis. Rasulullah SAW bersabda “jika dua orang saling
berjual beli, maka masing-masing mempunyai hak untuk memilih selama belum berpisah dan
keduanya ada di dalam majlis”.
Khiyar majlis menjadi bubar ada kalanya disebabkan berpisahnya kedua belah pihak dari tempat
akadnya atau penjual dan pembeli memilih menggugurkan akadnya.
 Khiyar Syarat
Yaitu masing-masing dari penjual dan pembeli mensyaratkan adanya khiyar ketika melakukan
akad atau setelahnya selama khiyar majlis dalam waktu tertentu. Dan dua orang yang bertransaksi
sah untuk mensyaratkan khiyar terhadap salah seorang dari keduanya karena khiyar merupakan hak
dari keduanya, maka selama keduanya ridho berarti hal itu boleh.
 Khiyar Ghobn
Yaitu jika seorang tertipu dalam jual beli dengan penipuan yang keluar dari kebiasaan, maka
seorang telah tertipu diberi pilihan akan melangsungkan transaksinya atau membatalkannya. Dan
orang yang tertipu tidak akan lapang jiwanya dengan penipuan, kecuali kalau penipuan tersebut
adalah penipuan ringan yang sudah biasa terjadi, maka tidak ada khiyar baginya.
 Khiyar Tadlis
Yaitu menampakkan barang yang aib (cacat) dalam bentuk yang bagus seakan-akan tidak ada
cacat. Tadlis diambil dari kata ad-dzulma (gelap) yaitu penjual menunjukkan barang kepada
pembeli yang bagus di dalam kegelapan sehingga barang tersebut tidak terlihat secara sempurna.
Tadlis ada dua macam, yaitu:
a. Menyembunyikan cacat barang
b. Menghiasi dan memperindahnya dengan sesuatu yang menyebabkan harganya bertambah.
Tadlis hukumnya adalah haram, dan bagi pembeli yang sudah terlanjur membeli barang tadlis
maka syariat memperbolehkan mengembalikan barang pembeliannya.
 Khiyar aib
Yaitu khiyar bagi pembeli yang disebabkan adanya aib dalam suatu barang yang tidak disebutkan
oleh penjual atau tidak diketahui olehnya, akan tetapi jelas aib itu ada dalam barang-barang
dagangan sebelum dijual. Adapun ketentuan aib yang memperbolehkan adanya khiyar adalah
dengan adanya aib itu biasanya menyebabkan nilai barang berkurang atau mengurangi harga barang
itu sendiri.
Apabila pembeli mengetahui aib setelah akad, maka baginya berhak khiyar untuk melanjutkan
membeli dan mengambil ganti rugi seukuran perbedaan antara harga barang yang baik dengan yang
terdapat aib. Atau boleh bagi pembeli untuk membatalkan pembelian dengan mengembalikan
barang dan meminta kembali uang yang telah ia berikan.
 Khiyar Takhbir Bitsaman
Yaitu menjual barang dengan harga pembelan, kemudian penjual mengkhabarkan kadar barang
tersebut ternyata tidak sesuai dengan hakikat dari barang tersebut.

 Khiyar Bisababi Takhaluf


Khiyar yang terjadi apabila pembeli dan penjual berselisih dalam sebagian perkara,
sepertiberselisih dalam kadar harganya, ukurannya atau berselisih dalam keadaan tidak ada
kejelasan dari keduanya, maka ketika itu terjadi perselisihan dan keduanya mempunyai keinginan
yang berbeda. Maka keduanya boleh membatalkan jika ia tidak ridha dengan perkataan lainnya.
 Khiyar Ru’yah
Yaitu khiyar bagi pembeli, jika ia membeli suatu barang berdasarkan penglihatan sebelumnya,
kemudian ia mendapati adanya perubahan sifat barang tersebut. Maka ketika itu baginya berhak
untuk memilih antara melanjutkan atau membatalkan pembelian.
B. Pengertian Riba
Riba menurut bahasa adalah ziyadah yang artinya tambahan, sedangkan menurut istilah adalah
pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau
bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalat dalam islam.
Riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba hutang piutang dan riba jual beli. Riba hutang piutang
yang terdiri riba qiradh dan riba jabiliyah sedangkan riba jual beli terbagi atas:
 Riba Fadhl
Yaitu pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan yang
dipertukarkan itu termasukdalam jenis barang ribawi
 Riba Nasi’ah
Yaitu penangguhan penyarahan atau penerimaan barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis
barang ribawi lainnya. Riba nasi’ah muncul karena adanya perbedaan perubahan atau tambahan
antara yang diserahkan saat ini dengan yang diserahkan kemudian.
C. Hikmah Jual Beli
Dalam jual beli terkandung beberapa hikmah bagi penjual, pembeli, masyarakat dan negara.
 Hikmah Bagi Penjual
 Mendapat rahmat dan keberkataan daripada Allah dengan mengikut apa yang telah disyariatkan.
 Dapat berjualan dengan aman tanpa berlakunya khianat mengkhianati antara satu sama lain.
 Hikmah Bagi Pembeli
 Mendapat keridhaan dan rahmat dari Allah
 Terhindar daripada siksaan api neraka.
 Hikmah Bagi Masyarakat
 Menyenangkan manusia bertukar-tukarfaedah harta dalam kehidupan seharian
 Menghindarkan kejadian rampas merampas dan ceroboh mencerobohi dalam usaha memiliki harta
 Menggalakkan orang ramai supaya hidup berperaturan, bertimbang rasa, jujur dan ikhlas.
 Hikah Bagi Negara
 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara ke tahap yang lebih baik.
 Dapat menarik pelabur asing untuk melabur dalam ekonomi negara.
 Menggalakkan persaingan ekonomi yang sihat sesama negara islam.

2.2. Syarat, Rukun dan Hukum Jual Beli dalam Islam


Dalam syariat islam jual beli mempunyai beberapa persyaratan dan ketentuan-ketentuan
tersendiri yang harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli. Sahnya suatu jual beli ada dua unsur
pokok yaitu bagi yang berakad dan barang yang diakadi, apabila salah satu dari syarat tersebut
hilang atau gugur maka tiddakk sah jual belinya. Adapun syarat tersebut adalah:
 Bagi yang Berakad
 Adanya saling ridha antara penjual dan pembeli, tidak sah bagi suatu jual beli apabila salah satu
dari keduanya ada unsur terpaksa. Tanpa haq (sesuatu yang diperbolehkan). Namun apabila
keterpaksaan itu adalah perkara yang haq (dibenarkan syariah), maka sah jual belinya.
 Yang berakad adalah orang yang diperkenankan oleh syariat untuk melakukan transaksi, yaitu orang
yang merdeka, mukallaf, dan orang yang sehat akalnya. Dan tidak sah jual beli dari anak kecil,
orang bodoh, orang gila, hamba sahaya yang tanpa izin majikannya. (jual beli yang tidak boleh
dilakukan anak kecil adalah jual beli yang biasa dilakukan orang dewasa, seperti jual beli rumah,
kendaraan dan lain-lain. Bukan jual beli yang sifatnya sepele seperti jual beli jajanan anak kecil).
 Bagi Barang yang Diakadi
 Barang tersebut adalah sesuatu yang dapat diambil manfaatnya secara mutlaq, dan tidak sah
menjual sesuatu yang diharamkan mengambil manfaatnya seperti khomer, alat-alat music dan
bangkai.
 Yang diakadi berupa harga atau sesuatu yang dihargai mampu untuk dikuasai, karena sesuatu yang
tidak dapat dikuasai menyerupai sesuatu yang tidak ada, maka tidak sah jual belinya..
 Barang yang diakadi tersebut diketahui ketika terjadi akad oleh yang berakad, karena ketidak
tahuan terhadap barang tersebut merupakan suatu bentuk penipuan, sedangkan penipuan itu
terlarang. Maka tidak sah membeli sesuatu yang tidak terlihat atau terlihat namun tidak diketahui
hakikatnya.
 Rukun Jual Beli
 Ada penjual dan ada pembeli yang keduanya harus berakal sehat, atas kemauannya sendiri, dewasa
dan tidak mubadzir (tidak boros)
 Ada barang atau jasa yang diperjual belikandan barang penukar seperti uang, dinar, emas, dirham
perak dan barang atau jasa.
 Ada ijab qobul, yaitu ucapan transaksi antara penjual dan pembeli.
 Hukum Jual Beli
 Haram, jika tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli, atau melakukan jual beli yang terlarang.
 Mubah, jual beli secara umum memang hukumnya adalah mubah.
 Wajib, jual beli menjadi wajib hukumnya tergantung situasi dan kondisi, seperti menjual harta
anak yatim dalam keadaan terpaksa.
 Larangan dalam Jual Beli
 Membeli barang di atas harga pasaran
 Membeli barang yang sudah dibeli atau dipesan orang
 Menjual atau membeli barang dengan cara menipu
 Menghambat orang lain mengetahui harga pasar agar membeli barangnya
 Menimbun barang yang dijual agar harga naik karena dibutuhkan masyarakat
 Menyakiti penjual atau pembeli untuk melakukan transaksi
 Menyembunyikan cacat barang kepada pembeli
 Menjual barang dengan cara kridit dengan imbalan bunga yang ditetapkan
 Menjual atau membeli barang haram
 Jual beli yang bertujuan buruk, seperti untuk merusak ketentraman umum, menyempitkan gerakan
pasar, mencelakai para pesaing dan lain-lain.

2.3. Jual Beli yang Terlarang


A. Jual Beli Ketika Panggilan adzan
Tidak sah jual beli yang dilakukan ketika telah masuk kewajiban untuk melakukan shalat jum’at.
Yaitu setelah terdengar panggilan adzan yang kedua. Allah SWT melarang jual beli, agar tidak
menjadikannya sebagai kesibukan yang menghalangi untuk melaksanakan shalat jum’at. Dan Allah
SWT mengkhususkan melarang jual beli karena itu adalah perkara terpenting yang sering
menyebabkan kesibukan seseorang. Dan melakukan kesibukan dengan perkara selain jual beli
sehingga mengabaikan shalat jum’at adalah perkara yang diharamkan. Demikian juga shalat fardhu
lainnya, tidak boleh disibukkan dengan aktifitas jual beli ataupun yang lainnya setelah ada
panggilan untuk menghadirinya.
B. Jual Beli untuk Kejahatan
Allah SWT melarang menjual sesuatu yang membantu terwujudnya kemaksiatan dan
dipergunakan kepada yang diharamkan Allah SWT.
C. Menjual Budak Muslim kepada Non Muslim
Allah SWT melarang menjual hamba sahaya muslim kepada seorang kafir jika tidak
membebaskannya. Karena hal tersebut akan menjadikan budak tersebut hina dan rendah di
hadapan orang kafir.
D. Jual Beli di atas Jual Beli Saudaranya
Diharamkan menjual barang di atas penjualan saudaranya, dan diharamkan juga membeli barang
di atas pembelian saudaranya. Maka diwajibkan untuk umat islam untuk menjauhi perbuatan
tersebut dan melarang manusia dari perbuatan seperti itu serta mengingkari segenap pelakunya.
E. Samsaran
Merupakan jual beli yang diharamkan. Samsaran adalah seorang penduduk kota menghadang
orang yang datang dari tempat lain (luar kota), kemudian orang itu meminta kepadanya untuk
menjadi perantara dalam jual belinya, begitu juga sebaliknya.
F. Jual Beli dengan ‘Inah
Di antara jual beli yang terlarang adalah jual beli dengan cara ‘inah, yaitu menjual suatu barang
kepada seseorang dengan harga kridit, kemudian ia membelinya lagi dengan harga kontan akan
tetapi lebih rendah dari harga kridit.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Jual beli merupakan transaksi antara penjual dan pembeli untukmelakukan tukar-menukar
barang atas dasar suka sama suka yang disertai dengan akad. Dalam jual beli penjual dan pembeli
diberi kesempatan untuk berkhiyar sebelum berakad. Allah SWT memperbolehkan jual beli namun
mengharamkan riba.
Untuk melakukan jual beli terdapat beberapa syarat dan rukun jual beli yang harus
dipenuhi penjual dan pembeli, jika tidak dipenuhi maka tidak sah jual beli di antara kedua pihak
tersebut.
Pada dasarnya hukum jual beli adalah mubah, namun bisa berubah wajib jika memang
sangat terpaksa untuk melakukan jual beli tersebud. Dan bisa juga berubah haram jika tidak
memenuhi syarat dan rukun jual beli. Selain itu, juga dikarenakan kecurangan atau penipuan dari
salah satu penjual dan pembeli.

3.2. Saran-saran
1. Jual beli merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap manusia, namun pada zaman
sekarang manusia tidak menghiraukan hukum islam. Oleh karena itu, sering terjadi penipuan
dimana-mana. Untuk menjaga perdamaian dan ketertiban sebaiknya kita berhati-hati dalam
bertransaksi dan alangkah baiknya menerapkan hukum islam dalam interaksinya.
2. Allah SWT telah berfirman bahwasannya Allah memperbolehkan jual beli dan mengharamkan riba.
Maka dari itu, jauhilah riba dan jangan sampai kita melakukun riba. Karena sesungguhnya riba
dapat merugikan orang lain.
3. Hendaklah meninggalkan jual beli dan segala kesibukan lainnya kemudian beribadahlah kepada
Allah ketika mendengarkan seruan adzan. Karena sesungguhnya Allah SWT mengharamkan jual beli
di waktu tertentu. Dimana kita harus melakukan ibadah, seperti shalat jum’at dan shalat fardhu.
DAFTAR PUSTAKA

 Sunarto, Achmad. Fat-hul qarib. 1991. Surabaya: Al-Hidayah


 http// www. Hukum jual beli dalam islam. Com

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam ( Fiqh Muamalat ), 128-138

Anda mungkin juga menyukai