Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERDAGANGAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Ekonomi
yang Diampu Oleh:

Bapak H. M. Bashri Asy’ari, MA.,M.Phil

Disusun Oleh :
Rudy firmansyah (20393021152)
Salaman al farisi (20383021153)
Embeng wahyuni (20383022016)
Hikmatul auliya (20383022018)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami masih diberi kesehatan dan sempat untuk menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul perdagangan. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan pada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa serta membimbing kita dari zaman
jahiliyah menuju zaman cahaya islam seperti saat ini.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H. M. Bashri Asy’ari, MA.,M.Phil yang telah memberikan judul


makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan pada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
3. Pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan makalah ini. Atas segala
sesuatunya kami ucapkan banyak terima kasih.

Pamekasan, 07Oktober 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

PENDAHULUAN................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB II....................................................................................................................................

PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3

D. Pengertian perdagangan .......................................................................................... 3

E. Penjelasan ayat ......................................................................................................... 3

BAB III ..................................................................................................................................

PENUTUP ........................................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 9

B. Saran ......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai agama Allah yang telah disempurnakan, memberi pedoman bagi
kehidupan manusia baik spiritual-materialisme, individual-sosial, jasmani-rohani,
duniawi-ukhrawi muaranya hidup dalam keseimbangan dan kesebandingan. Islam juga
mempunyai prinsip-prinsip lengkap yang meliputi semua aspek kehidupan, seperti
sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dalam konteks sistem ekonomi, misalnya Islam
mempunyai model, karakter, dan rumusan-rumusan teori yang dapat digunakan umat
Islam menjalankan usahanya, baik dalam aktivitas konsumsi, produksi maupun
distribusi.

Sistem ekonomi Islam membentuk karakter manusia ekonomi yang bertakwa serta
kepemilikan individu sangat dijunjung tinggi selama tidak merugikan orang lain.
Namun mampu menimbulkan rasa sosial dan empati yang tinggi kepada sesama. Hal
inilah yang menjadikan manusia dalam setiap aktivitas ekonomi yang akan dilakukan
sangat berhati-hati dalam melakukan keputusan ekonomi.

Dalam bidang kegiatan ekonomi, Islam memberikan pedoman-pedoman/aturan


hukum yang pada umumnya dalam bentuk garis besar. Hal ini dimaksudkan untuk
memberi peluang bagi perkembangan kegiatan perekonomian di kemudian hari.
Aktivitas ekonomi dalam pandangan islam bertujuan untuk: (1) memenuhi kebutuhan
hidup seseorang secara sederhana; (2) memenuhi hidup keluarga; (3) memenuhi
kebutuhan jangka panjang; (4) menyediakan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan; (5)
memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan Allah.

Salah satu bentuk kegiatan ekonomi adalah perdagangan. Perdagangan dalam


konsep fiqh diartikan sebagai jual beli. Perdagangan atau jual beli menurut bahasa
berarti al-bai’, al-tijârah dan al-mubâdalah artinya mengambil, memberikan sesuatu
atau barter. Secara istilah (syariah) ulama ahli fikih dan pakar mendefinisikan secara
berbeda-beda bergantung pada sudut pandangannya masing-masing.Menurut Ibnu
Qadamah, perdagangan adalah pertukaran harta dengan harta untuk menjadikan
miliknya. Nawawi menyatakan bahwa jual beli pemilikan harta benda dengan secara
tukar menukar yang sesuai dengan ketentuan syariah. Pendapat lain dikemukakan oleh
Al-Hasani, ia mengemukakan pendapat Mazhab Hanafiyah, jual beli adalah pertukaran
harta (mâl) dengan harta melalui sistem yang menggunakan cara tertentu. Maksud dari
1
kata cara tertentu adalah menggunakan ungkapan (sighâh ijâb qabûl).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, dalam penulisan makalah ini ada
beberapa rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
1. Bagaimana pengertian perdangan?

2. Apa saja ayat-ayat yang termasuk dalam perdagangan?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian perdagangan.

2. Untuk mengetahui apa saja ayat-ayat yang termasuk dalam perdagangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian perdagangan
Perdagangan merupakan transaksi jual beli barang yang dilakukan antara penjual dan
pembeli di suatu tempat. Transaksi perdagangan dapat timbul jika terjadi pertemuan antara
penawaran dan permintaan terhadap barang yang dikehendaki. Perdagangan sering dikaitkan
dengan berlangsungnya transaksi yang terjadi sebagai akibat munculnya problem kelangkaan
barang. Perdagangan juga merupakan kegiatan spesifik, karena di dalamnya melibatkan
rangkaian kegiatan produksi dan distribusi barang.
Islam memang menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan dan atau jual beli. Namun
tentu saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan secara Islam, dituntut
menggunakan tata cara khusus, ada aturan mainnya yang mengatur bagaimana seharusnya
seorang muslim berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah dan ridha Allah
SWT di dunia dan akhirat.
Pada hakikatnya dalam sebuah perdagangan menurut Islam di kenalnya pasar dan
landasan dalam perniagaan Islam adalah pasar. Aturan yang paling mendasar untuk menegakkan
yang benar dan yang salah dalam perniagaan adalah menurut fiqh yang bersumber al-quran dan
sunnah kepada contoh ilmu dan amal dimulai masa Rasulullah SAW dan tiga generasi awal
yang terbaik. Pasar adalah empat dimana terjadi jual beli barang dan jasa. Pasar adalah tempat
umum bagi khalayak. Pasar tidak dimiliki, namun setiap orang yang datang berhak
menggunakan lapaknya, dan berjual beli sampai malam.

B. Penjelasan ayat
An -nisa’ ayat 29
Sebagai umat muslim, kita diwajibkan untuk menghindari perbuatan batil. Kata batil
sendiri berlawanan dengan kebenaran, karena ia bermakna perbuatan sia-sia dan
merusak. Terkait dengan jual beli dalam Islam, Allah Swt melarang seseorang mencari
harta dengan cara yang batil sebagaimana firmannya dalam QS. An-Nisa’ ayat 29
berikut:

َ ُ‫اض م ْنكُ ْم ۚ َو ََل ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف‬


‫سكُ ْم ۚ إ َّن َّللاَّ َ َكانَ بكُ ْم‬ ٍ ‫ع ْن ت ََر‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذينَ آ َمنُوا ََل ت َأْكُلُوا أ َ ْم َوالَكُ ْم بَ ْينَكُ ْم ب ْالبَاطل إ ََّل أ َ ْن تَكُونَ ت َج‬
َ ً ‫ارة‬
‫َرحي ًما‬

3
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya
Allah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa’ ayat 29)”

Tafsir ayat:
Ayat di atas menjelaskan larangan Allah Swt mengkonsumsi harta dengan cara-cara
yang batil. Kata batil oleh Al-Syaukani dalam kitabnya Fath Al-Qadir, diterjemahkan
ma laisa bihaqqin (segala apa yang tidak benar). Bentuk batil ini sangat banyak. Dalam
konteks ayat di atas, sesuatu disebut batil dalam jual beli jika dilarang oleh syara’.
Adapun perdagangan yang batil jika di dalamnya terdapat unsur “MAGHRIB” yang
merupakan singkatan dari maisir (judi), gharar (penipuan), riba dan batil itu sendiri.
Lebih luas dari itu, perbuatan yang melanggar nash-nash syar’i, juga dipandang sebagai
batil seperti mencuri, merampok, korupsi dan sebagainya.

Imam Nasafi dalam karyanya, Tafsir An-Nasafi menyebutkan maksud dari larangan
makan harta sesama dengan cara batil adalah segala sesuatu yang tidak dibolehkan
syari’at seperti pencurian, khianat, perampasan atau segala bentuk akad yang
mengandung riba. Kecuali dengan perdagangan yang dilakukan atas dasar suka sama
suka atau saling rela.
Alih-alih melakukan perbuatan batil, Al-Qur’an menawarkan cara lain untuk
memperoleh atau mendapatkan harta yang benar, yaitu lewat perdagangan (tijarah).
Perdagangan yang dimaksud bukan sekadar menjual dan membeli barang tertentu,
tanpa mempedulikan kondisi pembeli. Lebih dari itu, perdagangan yang dilakukan
harus memenuhi prinsip suka sama suka (‘an taradin minkum). Kata ‘an taradin
merupakan sifat dari tijarah. Sehingga kalimat ini menunjukkan antara kedua belah
pihak sama-sama rela untuk melakukan aktifitas perdagangan, semisal jual beli, sewa
menyewa, kerja sama dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa QS. An-Nisa’ ayat 29 secara
jelas melarang orang yang memakan harta sesamanya dengan cara yang batil. Larangan
ini berfungsi sebagai penyelamat bagi diri sendiri dan orang lain. Karena Allah telah
menawarkan salah satu cara untuk mendapatkan harta dengan cara yang halal yaitu
melalui perdagangan. Setiap perdagangan diperbolehkan dengan prinsip suka sama
suka namun harus tetap sesuai dengan ketentuan nash-nash Al-Qur’an dan hadis.

4
Wallahu ‘alam.

Surah al-Jumu’ah ayat 9-11


Ayat 9
‫ (رواه البخاري و‬.‫صلُّ ْوا َو َما فَاتَكُ ْم َفأَت ُّم ْوا‬ َ َ‫صالَة ُ فَالَ تَأْت ُ ْوهَا ت َ ْسعَ ْونَ َوأْت ُ ْوهَا ت َ ْمش ُْون‬
َ َ‫علَ ْيكُ ُم السَّك ْينَةَ فَ َما أَد َْر ْكت ُ ْم ف‬ َّ ‫إذَا أُق ْي َمت ال‬
)‫مسلم عن أبي هريرة‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat
pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Tafsir ayat:
Jika seorang muazin telah mengumandangkan azan kedua untuk salat Jum’at, maka
bersegeralah ke masjid untuk mendengarkan khotbah kemudian salat Jum’at. Dan
tinggalkanlah jual-beli (perdagangan), ataupun semua yang menyibukkanmu dari salat
Jum’at. Karena sesungguhnya salat Jum’at itu lebih baik bagimu di dunia maupun di
akhirat; karena dosamu akan diampuni dan kamu akan mendapatkan pahala, jika kamu
mengetahuinya.

Ayat 10
َ‫َّللا كَثي ًْرا لَّعَلَّكُ ْم ت ُ ْفل ُح ْون‬
َ ‫َّللا َواذْكُ ُروا ه‬ َ ْ ‫ص ٰلوة ُ فَا ْنت َش ُر ْوا فى‬
‫اَل ْرض َوا ْبتَغُ ْوا م ْن فَضْل ه‬ َّ ‫فَاذَا قُضيَت ال‬

Artinya :
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.”

Tafsir ayat:
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa setelah selesai melakukan salat Jumat, umat
Islam boleh bertebaran di muka bumi untuk melaksanakan urusan duniawi, dan
berusaha mencari rezeki yang halal, sesudah menunaikan yang bermanfaat untuk
akhirat. Hendaklah mengingat Allah sebanyak-banyaknya dalam mengerjakan
usahanya dengan menghindarkan diri dari kecurangan, penyelewengan, dan lain-
lainnya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi apalagi yang tampak
nyata.
Ayat 11
َ‫الرزقيْن‬
‫َّللاُ َخي ُْر ه‬ ‫ارة ً ا َ ْو لَ ْه ًوا ۨا ْنفَض ُّْْٓوا الَ ْي َها َوت ََركُ ْوكَ قَ ۤا ِٕى ًم ۗا قُ ْل َما ع ْندَ ه‬
َ ‫َّللا َخي ٌْر ِّمنَ اللَّ ْهو َومنَ الت ِّ َج‬
‫ار ۗة َو ه‬ َ ‫اذَا َرا َ ْوا ت َج‬
5
Artinya:
“Dan sebagian orang muslimin, jika mereka melihat perdagangan ataupun kesenangan
dunia dan perhiasannya, mereka mendatanginya dan meninggalkanmu -wahai Nabi
Muhammad ‫ – ﷺ‬sedang berdiri diatas mimbar sambil berkhotbah. Katakanlah kepada
mereka wahai Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬-, “Apa yang ada di sisi Allah berupa pahala dan
kenikmatan lebih bermanfaat bagi kalian dari pada senda gurau ataupun perdagangan,
dan Allah yang Mahaesa adalah sebaik-baik pemberi rezeki, maka mintalah rezeki itu
dari-Nya, dan mohonlah pertolonganlah kepada-Nya dengan melakukan ketaatan
kepada-Nya.”
Tafsir ayat 11
Pada ayat ini Allah mencela perbuatan orang-orang mukmin yang lebih mementingkan
kafilah dagang yang baru tiba dari pada Rasulullah, sehingga mereka meninggalkan
Nabi saw dalam keadaan berdiri berkhotbah.

Ayat ini ada hubungannya dengan peristiwa kedatangan Dihyah al-Kalbi dari Syam
(Suriah), bersama rombongan untanya membawa barang dagangannya seperti tepung,
gandum, minyak dan lain-lainnya. Menurut kebiasaan apabila rombongan unta
dagangan tiba, wanita-wanita muda keluar menyambutnya dengan menabuh gendang,
sebagai pemberitahuan atas kedatangan rombongan itu, supaya orang-orang datang
berbelanja membeli barang dagangan yang dibawanya.

Selanjutnya Allah memerintahkan Nabi-Nya supaya menyampaikan kekeliruan


perbuatan mereka dengan menegaskan bahwa apa yang di sisi Allah jauh lebih baik
daripada keuntungan dan kesenangan dunia. Kebahagiaan akhirat itu kekal, sedangkan
keuntungan dunia akan lenyap.
Ayat ini ditutup dengan satu penegasan bahwa Allah itu sebaik-baik pemberi rezeki.
Oleh karena itu, kepada-Nyalah kita harus mengarahkan segala usaha dan ikhtiar untuk
memperoleh rezeki yang halal, mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya dan rida-Nya.

Al-shaf 10-11
Ayat 10
‫ب أَليم‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذينَ آ َمنُوا ه َْل أَدُلُّكُ ْم‬
َ ‫علَى ت َج‬
َ ‫ارةٍ ت ُ ْنجيكُ ْم م ْن‬
ٍ ‫عذَا‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang
dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?”
6
Tafsir ayat:
Kemudian perniagaan yang besar lagi tidak akan mengalami kerugian dan dapat
menghantarkan untuk meraih tujuan dan melenyapkan semua halangan ditafsirkan oleh
firman Allah Swt.
Ayat 11

‫َّللا بأ َ ْم َوالكُ ْم َوأ َ ْنفُسكُ ْم ذَلكُ ْم َخي ٌْر لَكُ ْم إ ْن كُ ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمو َن‬ َ ‫اَّلل َو َرسُوله َوت ُ َجاهد ُونَ في‬
َّ ‫سبيل‬ َّ ‫تُؤْ منُونَ ب‬

Artinya:
“kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta
dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya”
Tafsir ayat:
Yakni lebih baik bagimu daripada perniagaan dunia, bersusah payah untuknya dan
menyibukkan diri hanya dengan perniagaan dunia semata. Kemudian disebutkan dalam
firman.

An-nur ayat 37
‫ص ُر‬ ُ ُ‫ب فِي ِه ٱ ْلقُل‬
َ َٰ ‫وب َوٱ ْْل َ ْب‬ ُ ‫لزك ََٰوةِ ۙ يَخَافُونَ يَ ْو ًما تَتَقَلا‬
‫صلَ َٰوةِ َو ِإيتَآءِ ٱ ا‬ َ ‫ِر َجا ٌل اَّل ت ُ ْل ِهي ِه ْم تِ َٰ َج َرة ٌ َو ََّل بَ ْي ٌع‬
ِ ‫عن ِذ ْك ِر ٱ ا‬
‫ّلل َو ِإقَ ِام ٱل ا‬
Artinya:
orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah,
melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan
penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).
Tafsir ayat:
Mereka yang bertasbih itu adalah orang-orang yang hatinya tidak dilalaikan oleh
perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, betapa pun besar dan penting usaha
mereka dan tidak pula lalai dari melaksanakan salat dengan baik, benar, serta
konsisten, dan demikian pula menunaikan zakat secara sempurna. Mereka takut kepada
hari ketika pada hari itu hati bergoncang antara harap dan cemas, dan penglihatan
menjadi gelap akibat kecemasan dan ketakutan yang amat besar terkait tempat kembali
yang belum diketahuinya, antara surga atau neraka. Itulah hari Kiamat.

Fatir ayat 29

َ ‫وا ِم اما َرزَ ْق َٰنَ ُه ْم س ًِّرا َو‬


َ ‫ع ََلنِيَةً يَ ْرجُونَ ت َٰ َِج َرة ً لان تَب‬
‫ُور‬ ۟ ُ‫صلَ َٰوة َ َوأَنفَق‬ ۟ ‫ّلل َوأَقَا ُم‬
‫وا ٱل ا‬ َ َ ‫إِ ان ٱلاذِينَ يَتْلُونَ ِك َٰت‬
ِ‫بٱ ا‬
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat
dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka
7
dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang
tidak akan merugi.”
Tafsir ayat:
Sesungguhnya orang-orang yang membaca al-Qur’an dan mengamalkannya, menjaga
shalat pada waktunya, menafkahkan dari apa yang Kami rizkikan kepada mereka
dengan berbagai bentuk nafkah, baik yang wajib maupun yang dianjurkan, secara
rahasia dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan dengan itu sebuah perniagaan
yang tidak merugi dan tidak binasa, yaitu ridha Allah kepada mereka, keberuntungan
meraih pahalaNya yang agung, Agar Allah memberikan pahala amal kebaikan mereka
secara sempurna tanpa dikurangi, dan melipatgandakan kebaikan-kebaikan dari
karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun terhadap keburukan-keburukan
mereka, juga Maha membalas dengan kebaikan-kebaikan mereka dan memberi mereka
balasan yang besar.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Islam menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan dan atau jual beli. Islam sebagai
agama Allah yang telah disempurnakan, memberi pedoman bagi kehidupan manusia
baik spiritual-materialisme, individual-sosial, jasmani-rohani, duniawi-ukhrawi
muaranya hidup dalam keseimbangan dan kesebandingan. Dalam bidang kegiatan
ekonomi, Islam memberikan pedoman-pedoman/aturan hukum yang pada umumnya
dalam bentuk garis besar.

B. Saran
Hendaknya seseorang berdagang dalam melakukan usaha selalu ingat pada akhirat
yang berorientasi kepada akhirat akan dilakukan sesuai dengan perintah agama dan
bernilai ibadah disisi Allah SWT. Sehingga melakukan sesuatu penuh dengna kehati-
hatian dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.

9
DAFTAR PUSTAKA

UmarBurhan, Konsep Dasar Teori Ekonomi Mikro, (Surabaya: BPFE UNIBRAW,


2006),hal.66, Diakses di https://doi.org/10.20885/millah.vol8.iss1.art8

Tarigan, azhari akmal. Tafsir ayat ayat ekonomi, cita pustaka perintis, bandung : 2012, hal.
200, tersedia di: https://www.pdfdrive.com/tafsir-ayat-ayat-ekonomi-e54619741.html,
diakses pada tanggal 29 September 2021 pukul 13:57 WIB.

https://kalam.sindonews.com/ayat/79/26/asy-syuara-ayat-79
Dede Nurohman, Memahami Dasar-Dasar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Teras,
2011),
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam (Solo: Era Adicitran
Intermedia,
2011), 77.

1
0

Anda mungkin juga menyukai