MU’AMALAH
Dosen Pengampu :
Sunardi,M.Pd.
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-URWATUL WUTSQO
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah
memberikan rahma,taufik, dan hidayah-Nya. Sholawat dan Salam mudah-
mudahan tetap terus teralirkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW,
semua keluarga, para sahabat, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka
dengan kebaikan hingga hari kiamat menjelang.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi program Strata 1 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al
Urwatul Wusqo-Jombang (STIT UW). Penulisan makalah ini berjudul ”Fiqih
Mu’amalah”.
Dengan selesainya penulisan makalah ini, penulisnya dapat menyampaikan
terimakasih kepada Bapak Sunardi, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Tafsir Ahkam 2.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan
umum nya bagi para mahasiswa dan generasi muda yang peduli dengan
pendidikan bagi generasi penerus bangsa. Aamiin
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Bagian I ........................................................................................................................................ 2
B. KHIYAR .............................................................................................................................. 6
BAGIAN II ............................................................................................................................... 7
A. Musaqah .............................................................................................................................. 7
B. Muzara’ah dan mukhabaroh ............................................................................................... 8
A.syirkah ................................................................................................................................... 9
BAGIAN IV .............................................................................................................................. 12
BAGIAN V ............................................................................................................................... 13
A.wakkaf ................................................................................................................................. 13
BAGIAN VI ............................................................................................................................. 15
A. Hibah ................................................................................................................................. 15
B. Shadakoh dan hadiah ........................................................................................................ 18
BAGIAN VII................................................................................................................................ 20
.Kesimpulan .................................................................................................................................. 22
.Saran ............................................................................................................................................ 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mu’amalah adalah satu aspek dari ajaran yang telah melahirkan peradaban Islam yang
maju di masa lalu. Ia merupakan satu bagian dari syari’at Islam, yaitu yang mengatur
kehidupan manusia dalam hubungan dengan manusia, masyarakat dan alam. Karena
mu’amalah merupakan aspek dari ajaran Islam, maka ia juga mengandung aspek teologis dan
spiritual. Aspek inilah yang merupakan dasar dari mu’amalah tersebut.
Dalam makalah ini membahas mu’amalah tentang jual beli, dimana manusia dijadikan
Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang
ada di muka bumi sebagai sumber ekonomi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mu’amalah
Di dalam Islam transaksi lebih dikenal dengan istilah muamalah. Adapun pengertian dari
muamalah itu sendiri adalah suatu kegiatan tukar menukar barang yang memberikan manfaat
tertentu. Pada dasarnya ada banyak sekali kegiatan yang termasuk ke dalam muamalah,
sehingga bagi umat Islam bisa memilih macam muamalah yang sesuai dan saling
memberikan manfaat satu sama lain.
Dengan demikian, muamalah dapat dikatakan sebagai salah satu syariat Islam dalam
bidang ekonomi. Adapun beberapa contoh transaksi yang termasuk dalam muamalah, seperti
upah mengupah, sewa menyewa, jual beli, dan sebagainya. Transaksi muamalah bisa juga
dilakukan pada kegiatan permodalan dan usaha karena kedua kegiatan transaksi tersebut
masih masuk ke dalam kegiatan transaksi muamalah.
Apabila, umat Islam melakukan transaksi yang sesuai dengan muamalah atau syariat
Islam, maka kehidupan kitab akan menjadi lebih terjamin. Terlebih lagi, kita akan terhindar
dari perbuatan yang tercela, seperti merugikan, curang, dan sebagainya. Dengan terhindar
dari perbuatan tercela, maka kita terhindar juga dari dosa. Selain itu, kegiatan transaksi
muamalah juga bisa mengurangi terjadinya konflik karena salah satu pihak merasa dirugikan.
Maka dari itu, alangkah baiknya mulai sekarang ketika melakukan transaksi jual beli
menggunakan sistem ekonomi syariah Islam, yaitu muamalah. Dengan menggunakan
muamalah, kita akan mendapatkan keberkahan dari transaksi yang dilakukan sekaligus sama-
sama mendapatkan manfaat dan yang terpenting tidak saling merugikan satu sama lain
(Gramedia blog,2021).
B. Macam-macam Mu’amalah
Bagian I
JUAL BELI dan KHIYAR
A. JUAL BELI
1. Pengertian dan Dasar hukum Jual Beli
2
3
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al Baqarah : 275).
Sabda Rasulullah SAW :
“Pendapatan yang paling utama dari seorang adalah hasil usaha sendiri dan hasil jual beli
yang mabrur” (HR. Thabrani).
“Janganlah seseorang menjual sesuatu yang telah dibeli orang lain” (Muttafaq Alaih).
3). Jual beli barang untuk ditimbun supaya dapat dijual dengan harga mahal dikemudian
hari, padahal masyarakat membutuhkannya saat itu. Sabda Rasulullah SAW :
“Tidak ada yang menahan barang kecuali orang yang durhaka (salah)” (HR. Muslim).
4). Jual beli untuk alat maksiat:
Firman Allah SWT :
“Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”(QS. Al Maidah: 2).
5). Jual beli dengan cara menipu, sabda Nabi SAW :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda”(QS.
Ali Imran: 130).
“Nabi SAW. telah melarang menjual air mani binatang jantan” (HR. Muslim dan Nasa’i).
2). Menjual anak ternak yang masih dalam kandungan induknya.
sabda Nabi SAW.dari Abu Hurairah ra.:
“Bahwa Nabi SAW. melarang menjual belikan anak ternak yang masih dalam kandungan
induknya” (HR Al Bazzar).
3). Menjual belikan barang yang baru dibeli sebelum diserah terimakan kepada pembelinya,
sabda Nabi SAW. :
“Janganlah kamu menjual sesuatu yang kamu beli sebelum kamu terima”(HR. Ahmad dan
Al Baihaqy).
4). Menjual buah-buahan yang belum nyata buahnya, Sabda Nabi SAW. dari Ibnu Umar ra. :
“Nabi SAW. Telah melarang menjual buah-buah yang belum tampak manfaatnya”
(Muttafaq Alaih).
5. Mendidik pihak penjual dan pembeli agar memiliki sifat-sifat tenggang rasa, saling
hormat menghormati, lapang dada dan tidak tergesa-gesa.
Sabda Nabi SAW. Dari Jabir ra.:
“Allah memberi rahmat kepada orang yang berlapang dada pada saat menjual, pada saat
membeli dan pada saat menagih hutang (HR. Bukhari dan Tirmidzi).
B. KHIYAR
Khiyar menurut bahasa artinya memilih yang terbaik, sedangkan menurut istilah khiyar
ialah : memilih antara melangsungkan akad jual beli atau membatalkan atas dasar
pertimbangan yang matang dari pihak penjual dan pembeli.
1. Jenis-jenis Khiyar
Khiyar ada 3 macam, yaitu :
a. Khiyar Majlis, artinya memilih untuk melangsungkan atau mmembatalkan akad jual beli
sebelum keduannya berpisah dari tempat akad. Sabda Rasulullah SAW. :
“Dua orang yang berjual beli boleh memilih (meneruskan atau mengurungkan) jual belinya
selama keduanya belum berpisah” (HR. Bukhari dan Muslim).
b. Khiyar Syarat, yaitu khiyar yang dijadikan syarat waktu akad jual beli, artinya si pembeli
atau si penjual boleh memilih antara meneruskan atau mengurungkan jual belinya selama
persyaratan itu belum dibatalkan setelah mempertimbangkan dalam dua atau tiga hari.
Khiyar syarat paling lama tiga hari. Sabda Nabi SAW. :
“Engkau boleh melakukan khiyar pada segala barang yang telah engkau beli selama tiga hari
tiga malam” (Al Baihaqi dari Ibnu Majah).
c. Khiyar Aibi, yaitu memilih melangsungkan akad jual beli atau mengurungkannya
bilamana terdapat bukti cacat pada barang.
“Dari Abu Hurairah RA Nabi SAW. bersabda : Barang siapa mencabut (jual beli) terhadap
orang yang menyesal, maka Allah mencabut kerugiannya” (HR. Al Bazzar
Bagian II
MUSAQAH, MUZARA’AH DAN MUKHABARAH
A. MUSAQAH
1. Pengertian dan dasar hukum Musaqah
Menurut bahasa, Musaqah berasal dari kata “As-Saqyu” yang artinya penyiraman.
Sedangkan menurut istilah musaqah adalah kerjasama antara pemilik kebun (tanah) dengan
petani penggarap, yang hasilnya dibagi berdasarkan perjanjian.
Musaqah hukumnya jaiz (boleh), hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW :
Dari ibnu Umar ra. “bahwasanya Nabi SAW telah mempekerjakan penduduk Khaibar
dengan syarat akan diberi upah separuh dari hasil tanaman atau buah-buahan yang keluar
dari lahan tersebut” (HR. Muttafaq Alaih).
4. Hikmah Musaqah
1. Dapat terpenuhinya kemakmuran yang merata.
2. Terciptanya saling memberi manfaat antara kedua belah pihak (si pemilik tanah dan
petani penggarap).
3. Bagi pemilik tanah merasa terbantu karena kebunnya dapat terawat dan menghasilkan.
4. Disamping itu kesuburan tanahnya juga dapat dipertahankan.
Sedangkan mukhabarah adalah kerjasama antara pemilik sawah atau ladang dengan petani
penggarap yang hasilnya akan dibagi menurut kesepakatan kedua belah pihak, dimana benih
tanaman dari petani penggarap.
9
Bagian III
SYIRKAH
A. SYIRKAH
1. Pengertian dan Macam Syirkah
10
Syirkah atau kerjasama ini sangat baik kita lakukan karena sangat banyak manfaatnya,
terutama dalam meningkatkan kesejahteraan bersama. Kerjasama itu ada yang sifatnya antar
pribadi, antar group bahkan antar Negara.
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. Al Maidah : 2).
2. Macam-Macam Syirkah
Secara garis besar syirkah dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Syirkah amlak (Syirkah kepemilikan) Syirkah amlak ini terwujud karena wasiat atau
kondisi lain yang menyebabkan kepemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih.
2. Syirkah uqud (Syirkah kontrak atau kesepakatan), Syirkah uqud ini terjadi karena
kesepakatan dua orang atau lebih kerjasama dalam syarikat modal untuk usaha, keuntungan
dan kerugian ditanggung bersama. Syirkah uqud dibedakan menjadi empat macam :
a. Syirkah ‘inan (harta).
Syirkah harta adalah akad kerjasama dalam bidang permodalan sehingga terkumpul
sejumlah modal yang memadai untuk diniagakan supaya mendapat keuntungan.
Sabda Nabi SAW. dari Abu Hurairah ra. :
Rasulullah SAW. bersabda : Firman Allah SWT. Saya adalah pihak ketiga dari dua orang
yang berserikat selama seorang diantaranya tidak mengkhianati yang lain. Maka apabila
berkhianat salah seorang diantara keduanya, saya keluar dari perserikatannya itu” (HR. Abu
Daud dan Hakim menshohihkannya).
11
Sebagian fuqaha, terutama fuqaha Irak berpendapat bahwa syirkah dagang ini disebut juga
dengan qiradl.
c. Syirkah Muwafadah
Syirkah Muwafadah adalah kontrak kerjasama dua orang atau lebih, dengan syarat kesamaan
modal, kerja, tanggung jawab, beban hutang dan kesamaan laba yang didapat.
mengenai syirkah kerja menurut madzhab Syafi’i tidak sah dan tidak boleh.
Bagian IV
JI’ALAH (SAYEMBARA)
1. Pengertian Ji’alah
Menurut bahasa Ji’alah artinya upah atau pemberian. Menurut istilah artinya upah yang
diberikan kepada seseorang atas keberhasilannya dalam memenuhi keinginan pemberi upah.
Contohnya : seorang yang kehilangan kuda, dia berkata : barang siapa yang mendapatkan
kudaku dan dia kembalikan kuda itu, maka aku berikan upah sekian.
2. Hukum Ji’alah
Ji’alah hukumnya mubah (Boleh), dasar hukumnya bermula dari Firman Allah SWT. :
“Penyeru-penyeru itu berkata :”Kami kehilangan Piala Raja dan barang siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan akan
menjanjikan terhadapnya“ (QS. Yusuf : 72).
4. Hikmah Ji’alah
1). Memacu prestasi dalam suatu bidang yang disayembarakan (dilombakan) ;
2). Menumbuhkan sikap saling tolong menolong antar sesama manusia ;
3). Adanya penghargaan terhadap suatu prestasi dari pekerjaan yang dilaksanakan
Bagian V
WAKAF
1. Pengertian Wakaf
Wakaf menurut bahasa berarti “menahan” sedangkan menurut istilah wakaf yaitu
memberikan
suatu benda atau harta yang dapat diambil manfaatnya untuk digunakan bagi kepentingan
masyarakat menuju keridhaan Allah SWT.
2. Hukum Wakaf
Hukum wakaf adalah sunat, hal ini didasarkan pada Al-Qur’an.
Firman Allah SWT. :
“Tidak akan tercapai olehmu suatu kebaikan sebelum kamu sanggup membelanjakan
sebagian
14
3. Rukun Wakaf
A. Orang yang memberikan wakaf (Wakif).
B. Orang yang menerima wakaf (Maukuf lahu).
C. Barang yang yang diwakafkan (Maukuf).
D. Ikrar penyerahan (akad).
4. Syarat-syarat Wakaf
A. Orang yang memberikan wakaf berhak atas perbuatan itu dan atas dasar kehendaknya
sendiri.
B. Orang yang menerima wakaf jelas, baik berupa organisasi atau perorangan.
C. Barang yang diwakafkan berwujud nyata pada saat diserahkan.
D. Jelas ikrarnya dan penyerahannya, lebih baik tertulis dalam akte notaris sehingga jelas
dan tidak akan menimbulkan masalah dari pihak keluarga yang memberikan wakaf.
5. Macam-macam Wakaf
Wakaf dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Wakaf Ahly (wakaf khusus), yaitu wakaf yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang
tertentu, seorang atau lebih, baik ada ikatan keluarga atau tidak. Misalnya wakaf yang
diberikan kepada seorang tokoh masyarakat atau orang yang dihormati.
2. Wakaf Khairy (wakaf untuk umum), yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan
umum. Misalnya wakaf untuk Masjid, Pondok Pesantren dan Madrasah.
barang wakaf, kecuali masjid. Penggantian semua bentuk barang wakaf ini berlaku, baik
wakaf khusus atau umum (waqaf Khairy), dengan ketentuan :
1. Apabila pewakaf mensyaratkan (dapat dijual atau digantikan dengan yang lain), ketika
berlangsungnya pewakafan.
2. Barang wakaf sudah berubah menjadi barang yang tidak berguna.
3. Apabila penggantinya merupakan barang yang lebih bermanfaat dan lebih
menguntungkan.
4. Agar lebih berdaya guna harta yang diwakafkan.
7. Hikmah Wakaf
Hikmah disyari’atkannya wakaf, antara lain sebagai berikut :
1. Menanamkan sifat zuhud dan melatih menolong kepentingan orang lain.
2. Menghidupkan lembaga-lembaga sosial maupun keagamaan demi syi’ar Islam dan
keunggulan kaum muslimin.
3. Memotivasi umat Islam untuk berlomba-lomba dalam beramal karena pahala wakaf akan
terus mengalir sekalipun pemberi wakaf telah meninggal dunia.
4. Menyadarkan umat bahwa harta yang dimiliki itu ada fungsi sosial yang harus
dikeluarkan.
Bagian VI
HIBAH, SHADAQAH DAN HADIAH
A. HIBAH
1. Pengertian dan Hukum Hibah
Hibah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu ia hidup
tanpa adanya imbalan sebagai tanda kasih sayang.
Firman Allah SWT. :
“Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
16
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta dan
(memerdekakan) hamba sahaya” (QS. Al Baqarah : 177).
Memberikan Sesutu kepada orang lain, asal barang atau harta itu halal termasuk perbuatan
terpuji dan mendapat pahala dari Allah SWT. Untuk itu hibah hukumnya mubah.
Sabda Nabi SAW. :
“Dari Khalid bin Adi, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW. telah bersabda, : “Barang
siapa yang diberi oleh saudaranya kebaikan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak ia
minta, hendaklah diterima (jangan ditolak). Sesungguhnya yang demikian itu pemberian
yangdiberikan Allah kepadanya” (HR. Ahmad).
3. Macam-macam Hibah
Hibah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu :
17
1. Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada pihak lain yang mencakup
materi dan nilai manfaat harta atau barang tersebut, yang pemberiannya tanpa ada tendensi
(harapan) apapun. Misalnya menghibahkan rumah, sepeda motor, baju dan sebagainya.
2. Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain agar dimanfaatkan harta atau
barang yang dihibahkan itu, namun materi harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi
hibah. Dengan kata lain, dalam hibah manfaat itu si penerima hibah hanya memiliki hak
guna atau hak pakai saja. Hibah manfaat terdiri dari hibah berwaktu (hibah muajjalah) dan
hibah seumur hidup (al-amri). Hibah muajjalah dapat juga dikategorikan pinjaman (ariyah)
karena setelah lewat jangka waktu tertentu, barang yang dihibahkan manfaatnya harus
dikembalikan.
4. Mencabut Hibah
Jumhur ulama berpendapat bahwa mencabut hibah itu hukumnya haram, kecualii hibah
orang tua terhadap anaknya, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. :
ب ِهبَةً فَيَ ْر ِج ُع فِ ْي َها إِالَّ ْال َوا ِل ِدفِ ْي َمايُ ْع ِطى ِل َولَ ِد ِه
َ الَيَ ِح ُّل ِل َر ُج ٍل ُم ْس ِل ٍم أ َ ْن يُ ْع ِطىعَ ِطيَّةًأَ ْويَ َه
“Tidak halal seorang muslim memberikan suatu barang kemudian ia tarik kembali, kecuali
seorang bapak kepada anaknya” (HR. Abu Dawud).
Sabda Rasulullah SAW. :
“Orang yang menarik kembali hibahnya sebagaimana anjing yang muntah lalu dimakannya
kembali muntahnya itu” (HR. Bukhari Muslim).
6. Hikmah Hibah
Adapun hikmah hibah adalah :
1. Menumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesama
2. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong
3. Dapat mempererat tali silaturahmi
4. Menghindarkan diri dari berbagai malapetaka.
“Tersenyum dihadapan temanmu itu adalah bagian dari shadaqah” (HR. Bukhari).
19
Hukum hadiah-menghadiahkan dari orang Islam kepada orang diluar Islam atau sebaliknya
adalah boleh karena persoalan ini termasuk sesuatu yang berhubungan dengan sesama
manusia (hablum minan naas).
“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW.telah bersabda sekiranya saya diundang untuk makan
sepotong kaki binatang, undangan itu pasti saya kabulkan, begitu juga kalau potongan kaki
binatang dihadiahkan kepada saya tentu saya terima” (HR. Bukhari).
B. Hikmah Hadiah
1). Menjadi unsur bagi suburnya kasih sayang
2). Menghilangkan tipu daya dan sifat kedengkian.
Sabda Nabi Muhammad SAW. :
“Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena ia akan mewariskan kecintaan dan
menghilangkan kedengkian-kedengkian” (HR. Dailami).
Bagian VII
RIBA, BANK DAN ASURANSI
Berdasarkan pengertian di atas, dapat di pahami bahwa riba sesungguhnya sama dengan
ekploitasi atau pemerasan dari seorang yang kaya kepada orang miskin. Praktek ekploitasi
ini sangat berbahaya dan merugikan bagi kalangan hidup manusia. Oleh karena itu, Islam
melarang dan mengharamkan riba dengan segala bentuknya.
adalah riba, dan riba itu di haraman oleh Alloh SWT. kelompok ini di dukung oleh
asyafi'i,Abu Zahrah,Ahmad Zarqo dan Muhammad al-Arobi
Ulama yang membolehkan bank mempunyai alasan bahwa bank dalam suatu negara
merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa di elakkan, jadi bersipat darurat. kelompok ini
di dukung oleh Imam Ahmad , As-Suyuti, Muhammad saltut, dan Az-Zarqani.
Ulama yang mengatakan bank subhat. dengan alasan dalam satu sisi kebutuhan akan
perbankan bersifat darurat, tapi di sisi lain bank juga menerapkan dengan sistem bungsa/
rente yang jelas di haramkan oleh Agama. oleh sebab itu hukum bank masih belum jelas,
apakah halal atau haram.
Di negara kita Indonesia, pada pertengahan Desember 2003 lalu MUI mengeluarkan
maklumat fatwanya bahwa bunga bank itu haram. Hal ini berarti bahwa bank konvensional
yang menerapkan sistem bunga pun haram(KEMENAG RI,2014).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Mu’amalah adalah satu aspek dari
ajaran yang telah melahirkan peradaban Islam yang maju di masa lalu. Ia merupakan satu bagian dari
syari’at Islam, yaitu yang mengatur kehidupan manusia dalam hubungan dengan manusia, masyarakat dan
alam. Karena mu’amalah merupakan aspek dari ajaran Islam, maka ia juga mengandung aspek teologis
dan spiritual. Aspek inilah yang merupakan dasar dari mu’amalah tersebut. Dan juga memahami bagian-
bagian yang telah terpapar diiatas.
Diharapkan dengan pemahahaman dan pembahasan yang kami paparkan diatas bisa Member
motivasi agar bisa memahami konsep umum tentang hakikat fikih mu’amalah
B. Saran
Setelah membahas mu’amalah ini. Maka kami berharap agar ini dipelajari lebih mendalam,
khususnya dalam memahami dan menjelaskan fikih muamalah
23
DAFTAR PUSAKA
M. Suparta, MA, Fiqih, Madrasah Aliyah, Kelas satu, PT Karya Toha Putra,2004
Kementerian Agama RI,Fiqih, Madrasah Aliyah kelas X, 2014