Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KAFALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalah

Dosen : Muhammad Syafi’i S.E.I., M.E.I

Disusun Oleh:

Dhea Putri Ananda (NIM 2210921020)

DW Fatih Hidayatullah (NIM 2210921021)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2023

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehinga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Fiqih Muamalah, dengan judul “Kafalah”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus membantu kami, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karna itu, kami
mengharapakan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik . Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan pihak lain yg berkepentingan pada umumnya.

Jember, 10 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 Pengertian Kafalah............................................................................................................3
2.2 Landasan Hukum Kafalah.................................................................................................4
2.3 Rukun dan Syarat Kafalah................................................................................................5
2.4 Berakhirnya Kafalah.........................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................7
PENUTUP.......................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................7
3.2 Saran..................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam sebagai ad-din mengandung ajaran yang komprehensif dan sempurna mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia, tidak saja aspek ibadah, tetapi juga aspek muamalah.
Kesempurnaan Islam itu tidak saja diakui oleh intelektual muslim, tetapi juga para orientalist
barat, di antaranya H.A.R Gibb yang mengatakan, "Islam is much more than a system of
theology it's a complete civilization." 1 Ajaran Islam tentang ekonomi cukup banyak, baik
dalam Al-quran, Sunnah, maupun ijtihad para ulama.
Berbicara mengenai ruang lingkup muamalah tentu akan sangat banyak penjelasannya,
ada banyak akad dalam muamalah. Salah satu akad dalam lingkup ilmu muamalah adalah
akad al-kafalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Kafalah merupakan kegiatan yang
sering dilakukan oleh masyarakat dalam transaksi muamalah.
Islam adalah agama yang sempurna, termasuk dalam makalah ini akan membahas
masalah akad al-kafalah dapat ditemukan dasar-dasarnya secara syari'ah dalam Al-Qur'an,
Al-Hadist, dan ijma Ulama. Termasuk pembahasan mengenai rukun-rukun kafalah dan
skema operasional kafalah serta aplikasinya di perbankan syariah.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yg telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Apa itu Kafalah?
2. Bagaimana landasan hukum kafalah?
3. Bagaimana syarat dan hukum kafalah?
4. Bagaimana berakhirnya kafalah?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan berisi pernyataan pernyataan penting yg berisi jawaban dari rumusan
masalah. Tujuan penulisan dituliskan dengan poin poin sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian kafalah.

1
2. Untuk mengetahui landasan hokum kafalah.
3. Untuk memahami syarat dan hokum kafalah.
4. Untuk mengetahui berakhirnya kafalah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kafalah


Secara bahasa, al-kafalat berarti al-dhamm (genggaman/pegangan), dan al-dhaman
(tanggungan/pinjaman). Ia disebut juga al-dhamanat (penjaminan), al-hamalat (denda,
tanggungan) dan al-za’amat (penjaminan, dan harta yang paling utama). Dengan demikian,
banyak ulama seperti Ali Fikri, ‘Abd al-Rahman al-Juzairi, dan ibn Muflih yang
mempersamakan antara al-kafalat dan al-dhaman. Ulama Malikiyah mengatakan, al-dhaman,
al-kafalat, dan al-hamalat memiliki arti yang sama. Keragaman kata yang dipergunakan oleh
para ulama dan dipandang semakna dengan al-kafalat, bila dilihat dari proporsional
berdasarkan adat kebiasaan adalah wajar. Hal ini karena, kata al-dhaman merujuk kepada
pengertian penjaminan mengenai hutang; al-za’amat merujuk kepada pengertian pinjaman
harta dalam jumlah besar; dan jaminan untuk menghadirkan seseorang dalam menyelesaikan
masalah al-qishas atau hutang disebut al-hamalat atau kafalat di al-nafs.
Secara terminologi, al-kafalat ialah penjaminan seseorang terhadap orang lain yang
berkenaan dengan jiwa, hutang atau zat benda. Dewan Syariah Nasioanl (DSN) mengartikan
kafalah, yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makhful’anhu, ashil). Menurut
Bank Indonesia (BI), kafalah adalah akad pemberian jaminan (makful alaihi) yang diberikan
satu pihak kepada pihak lain dimana pemberi jaminan (kafiil) bertanggung jawab atas
pembayaran kembali suatu utang yang mejadi hak penerima jaminan (makful), atau jaminan
yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau yang ditanggung (makhful’anhu, ashil). Semakna dengan itu, dalam KUH
Perdata pasal 1820 dinyatakan bahwa “penanggungan adalah persetujuan dengan mana
seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi
perikatannya si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya”. Jaminan
peorangan atau penanggungan diatur dalam pasal 1820 s.d. 1850 KUH Perdata.
Pembagian kafalah dipresentasikan berbeda oleh para ulama. Ulama Hanafiah dan Abu
Muhammad Muwaffiq al-Din ‘Abd Allah bin Qudamah al-Muqdisi, salah seorang ulama
Hanabilah, membagi kafalah kepada tiga, yaitu: penjaminan jiwa, penjaminan utang, dan

3
penjaminan harta. Al-Sayid Sabiq membagi kafalah kepada dua: penjaminan jiwa, dan
penjaminan harta. Penjaminan jiwa ialah penjaminan yang dilakukan oleh pihak ketiga untuk
menghadirkan pihak kedua jika diperlukan. Adapun penjaminan harta adalah jaminan pihak
ketiga terhadap pihak pertama yang berkenaan dengan harta yang berada di pihak kedua.
Sabiq membagi penjaminan harta kepada tiga bagian. Pertama, al-kafalat bi al-dayn yaitu
penjaminan oleh pihak ketiga terhadap hutang yang dilakuka pihak kedua. Kedua, al-kafalat
bi al-‘ayn atau al-kafalat bi al-taslim yaitu penjmainan pihak ketiga untuk mengembalikan
harta yang berada di pihak kedua kepada pihak pertama. Ketiga, al-kafalat al-darak yaitu
penjaminan untuk melakukan penjelasan terhadap sesuatu yang dilakukan secara keliru;
umpamanya seseorang menjamin untuk melakukan pengejaran terhadap benda yang dijual
oleh pihak penggadai, peminjam, atau pihak pengghasab, kepada pihak lain.
2.2 Landasan Hukum Kafalah
Dasar hukum kafalah bersumber dari Al-Qur’an, al-Sunnah, dan kesepakatan para Ulama
(Ijma’), antara lain sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
a. Q.S. Yusuf(12): 66
‫سلَ ٗه َم َع ُك ْم َح ٰتّى تُْؤ ت ُْو ِن َم ْوثِقًا ِّمنَ هّٰللا ِ لَتَْأتُنَّنِ ْي بِ ٖ ٓه آِاَّل اَنْ يُّ َحاطَ ِب ُك ۚ ْم فَلَ َّمٓا ٰات َْوهُ َم ْوثِقَ ُه ْم قَا َل هّٰللا ُ ع َٰلى َما نَقُ ْو ُل‬
ِ ‫قَا َل لَنْ اُ ْر‬
‫َو ِك ْيل‬
66. Dia (Yakub) berkata, “Aku tidak akan melepaskannya (pergi) bersama kamu,
sebelum kamu bersumpah kepadaku atas (nama) Allah, bahwa kamu pasti akan
membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung (musuh).” Setelah
mereka mengucapkan sumpah, dia (Yakub) berkata, “Allah adalah saksi terhadap apa
yang kita ucapkan.”
b. Q.S. Yusuf (12): 72
‫ص َوا َع ا ْل َملِ ِك َولِ َمنْ َجا َء بِ ِه ِح ْم ُل بَ ِعي ٍر َوَأنَا بِ ِه َز ِعيم‬
ُ ‫قَالُوا نَ ْفقِ ُد‬
72. Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku
menjamin terhadapnya".
2. Al-Sunnah
a. Jabir ra berkata:“seorang laki-laki telah meninggal dunia dan kami telah
memandikannya dengan bersih kemudian kami kafani, lalu kami bawa kepada

4
Rasulullah saw. Kami bertanya kepada beliau: “apakah Rasulullah akan
menshalatkannya?” Rasulullah bertanya: “Apakah ia mempunyai utang?” Kami
menjawab: “Ya, dua dinar”. Rasulullah kemudian pergi dari situ. Berkatalah Abu
Qatadah: “dua dinar itu tanggung jawabku”. Karenanya, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah menunaikan hak orang yang member utang dan si mayit
akan terlepas dari tanggung jawabnya.” Rasulullah lalu menshalatkannya. Pada
keesokan harinya beliau bertanya kepada Abu Qatadah tentang dua dinar itu dan
dijelaskan, bahwa ia telah melunasinya. Rasulullah telah bersabda: “Sekarang
kulitnya telah sejuk.” (HR.Bukhari).
b. Rasulullah saw bersabda: “utang itu harus ditunaikan, dan orang yang menanggung
itu harus membayarnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan disahihkan oleh Ibnu
Hibban)
3. Kesepakatan para Ulama (Ijma’ Ulama):
Para ulama mahdzab membolehkan akad kafalah ini. Orang-orang Islam generasi awal
mempraktikan hal ini, bahkan sampai saat ini, tanpa ada sanggahan dari seorang ulama
pun. Kebolehan dalam akad kafalah dalam Islam juga didasarkan pada kebutuhan
manusia dan sekaligus untuk menegasikan adanya kemudharatan bagi orang-orang yang
berhutang dan hal itu dapat dibantu oleh pihak lain.
2.3 Rukun dan Syarat Kafalah
Adapun rukun dan syarat kafalah adalah sebagai berikut :
1. Pihak penjamin/penanggung(kafil), harus baligh (dewasa) dan berakal sehat, dan berhak
penuh dalam melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela (ridha) dengan
tanggungan kafalah tersebut.
2. Pihak yang berutang (makful ‘anhu/’ashil), harus sanggup menyerahkan tanggungannya
(piutang) kepada penjamin, dan dikenal oleh penjamin.
3. Pihak yang berpiutang (makful lahu), harus diketahui identitasnya, dapat hadir pada
waktu akad atau memberikan kuasa, dan berakal sehat.
4. Objek jaminan (makful bih), harus merupakan tanggungan pihak/orang yang berutang
(ashil), baik berupa uang, benda, maupun pekerjaan; bisa dilaksanakan oleh penjamin;
harus merupakan piutang mengikat (lazim) yang tidak mungkin hapus kecuali sudah

5
dibayar atau dibebaskan; harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya; tidak bertentangan
dengan syariah (diharamkan).
2.4 Berakhirnya Kafalah
Akad kafalah berakhir apabila :
1. Hutang telah lunas, baik makful anhu maupun kafil.
2. Makful lahu mengahapus piuangnya kepada makful anhu.
3. Apabila salah satu ingkar: umpanya melakukan wanprestasi agar kafil membayar
hutangnya kepada makful lahu.
4. Batas tanggal berakhirnya masa klaim bank garansi telah melampaui tanpa ada klaim dari
penerima bank garansi.
5. Terjadinya cacat hukum.
6. Adanya penyataan dari penerima garansi tentang pelepas hak klaim atas bank garansi
yang bersangkutan.
7. Dikembalikannya bank garansi asli kepada kafili atau bank garansi teersebut hilang.

6
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Kafalah adalah "Jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga¬
yaitu pihak yang memberikan hutang/kreditor (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua yaitu pihak yang berhutang/debitoratau yang ditanggung (makful ‘anhu, ashil)”.
Landasan hukum kafalah bersumber dari Al-Qur’an yaitu terdapat pada Q.S. Yusuf ayat 66
dan ayat 72, Al-Sunnah, dan Ijma.
Rukun-rukun kafalah yaitu:
1. Kafil (penjamin)
2. Makful ‘ahu (orang yang berhutang)
3. Makful lahu (orang yang berpiutang), dan
4. Makful bih (objek jaminan).
1.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat saya susun. Sebagai mahasiswa kita harus
megembangkan ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini
masih memerlukan perbaikan. Karna itu saya sangat megharapkan kritik dan saran yang
membangun dengan sempurnanya makalah saya selanjutnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Djamil, F. (2012). Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan


Syari'ah. In T. d. Suryani, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syari'ah (pp. 221-232). Jakarta: Sinar Grafika.

Hakim, A. A. (2011). Fiqih Perbankan Syari'ah. In S. A. Mifka, Fiqih Perbankan Syari'ah (pp.
276-284). Bandung: PT Refika Aditama.

Iyadh, Q. (2013, April 16). Makalah Al-Kafalah. Retrieved Februari 19, 2017, from Makalah Al-
Kafalah: http://al-qodhi.blogspot.co.id

Lubis, C. P. (1996). Hukum Perjanjian Dalam Bisnis. In C. P. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam
Bisnis (p. 150152). Jakarta: Sinar Grafika.

Muslich, A. W. (2015). Fiqih Muamalat. In Lihhiati, & Lihhiati (Ed.), Fiqih Muamalat (pp.
417-446). Jakarta: AMZAH.

Pamungkas, B. (2015, Mei 30). Makalah Kafalah. Retrieved Februari 19, 2017, from Makalah
Kafalah: http://desbayy.blogspot.co.id

Veitzhal Rivai, A. P. (2011). Islamic Transaction Law In Business dari Teori ke Praktek. In D.
Ispurwanti, Islamic Transaction Law In Business dari Teori ke Praktek (p. 100). Jakarta:
PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai