Disusun Oleh:
Kelompok I D/II
FAKULTAS SYARIAH
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “” ini dengan baik dan tepat
waktu. Sholawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam Nabi besar
Muhammad Saw. Karena atas petunjuknyalah yang telah membawa kita dari alam kegelapan
menuju alam yang terang benderang seperti saat ini. Sehingga kita dapat merasakan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Fikih Muamalah”. Dalam
penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan baik dalam segi
penulisan maupun isi. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kami. Sehingga, untuk kedepannya kami dapat menyusun makalah dengan
Kami mengharapkan, semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat baik
bagikami pribadi, maupun untuk orang lain. Semoga isi dari makalah ini dapat menambah
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan ............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Pengertian Wakalah........................................................................................................5
D. Macam-macam Wakalah...............................................................................................12
A. Kesimpulan ..................................................................................................................21
B. Saran..............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
muammalah yang sekarang ini akan kita bahas adalah wakalah (perwakilan), yang
semuanya itu sudah ada dan diatur dalam al Qur’an, Hadist, maupun dalam kitab-kitab
klasik yang telah dibuat oleh ulam terdahulu. Untuk mengetahui tentang hukm wakalah,
kehidupan kita.
dapat membantu seesorang dalam melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh
orang tersebut, tetapi pekerjaan tersebut masih tetap berjalan seperti layaknya yang telah
direncanakan. Hukum wakalah adalah boleh, karena wakalah dianggap sebagai sikap
C. Rumusan Masalah
4
B. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. WAKALAH
Manusia adalah makhluk yang dibebani oleh berbagai kewajiban dan hak. Dalam
langsung, sebab hal itu termasuk ke dalam tanggung jawabnya. Demikian pula halnya
dalam penerimaan hak-hak. Manusia pribadi diminta pula secara langsung menerima hak-
hak yang dia miliki. Keperluan akan hal semacam ini semakin terasa urgensinya, terutama
dalam lapangan muamalat yang menuntut peran aktif setiap pemilik hak atau setiap
mereka tidak dapat menunaikan kewajiban atau menerima haknya secara langsung yang
untuk melakukan transaksi sewa menyewa sebuah rumah pada suatu waktu yang sudah
ditentukan. Sampai saat yang sudah disepakati, A tidak bisa hadir karena sesuatu uzur.
Bagaimana jalan keluar dari kondisi yang seperti ini? Apakah akad yang akan dilakukan
harus diundurkan waktunya? Bisalah akad itu dilangsungkan tanpa kehadiran salah satu
Dalam agama Islam dikenal adanya lembaga wakalah yang berfungsi memberikan
secara langsung dijalankan tugas itu, yakni dengan jalan mewakilkan atau memberik men
kuasa kepada orang lain untuk bertindak atas nama yang mewad kan atau pemberi kuasa.
Karena itu, wakalah ini merupakan s persoalan yang penting, apalagi pada masa sekarang.
6
Wakalah itu berarti perlindungan (al-bifzh), pencukupan (a kifayab), tanggungan
kuasa atau mewakilkan Al-Qur'an juga memakai akar kata yang sama pada beberapa ayat.
D antara contohnya dapat dilihat firman Allah dalam surat Ali Imran ayat
(perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi
mereka".
redaksi yang amat bervariasi. Hashbi AshShiddieqy mengatakan bahwa wakalah adalah
"akad penyerahankekuasaan, yang pada akad itu seseorang menunjuk orang lain sebagai
orang lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Senada dengan rumusan tersebut, ulama
kepada orang lain untuk melakukan tindakan-tindakan yang merupakan haknya yang
tindakan itu tidak dikaitkan dengan pemberian kuasa setelah mati,' sebab bila dikaitkan
dengan tindakan setelah mati berarti su- dah berbentuk wasiat. Dengan istilah lain,
kelompok Hanafiah meru- muskan bahwa wakalah itu berarti seseorang mempercayakan
orang lain menjadi ganti dirinya untuk bertasbarruf pada bidang-bidang tertentu yang
boleh diwakilkan. Ulama Syafi'iah mengatakan bahwa wakalah adalah suatu ungkapan
yang mengandung maksud pende- legasian sesuatu oleh seseorang kepada orang lain
supaya orang lain itu melaksanakan apa yang dikuasakan atas nama pemberi
kuasaRasanya, dengan mengemukakan beberapa rumusan di atas para pembaca tentu bisa
7
mengambil pengertian tentang wakalah. Namun, untuk lebih jelasnya, dapat diturunkan
beberapa catatan penting, ya- itu dalam wakalah adanya perjanjian antara satu orang
dengan orang lain, isi perjanjian itu berupa pendelegasian tugas oleh pemberi kuasa
kepada yang menerima kuasa untuk dan atas nama pemberi kuasa melakukan sesuatu
tindakan tertentu, dan obyek yang dikuasakan mestilah berupa sesuatu yang boleh
tindakan tertentu kepada orang lain di mana orang lain itu bertindak atas nama pemberi
kuasa atau yang mewakilkan sepanjang hal-hal yang dikuasakan itu boleh didelegasikan
oleh agama. Dalil yang di- pakai untuk menunjukkan kebolehan itu, antara
dari ashbab al-kabf itu dipercayakan oleh yang lain untuk mencan makanan. Ayat itu
bertanya di antara mereka sendiri". Berkata salah seorang di antara mereka; "Sudah
berapa lamakah kamu berada di sini"? Mereka menjawab. "Kita berada di sini satu hari
atau setengah bari" Yang lain berkata, "Tuhanmu yang paling tabu tentang sudah berapa
lamanya kamu berada di sini". Maka surublah salah seorang di antara kamu pergi ke kota
dengan membawa uang perakmu ini dan bendaklah ia mencari makanan yang lebih baik
untuk kamu makan. Maka hendaklah ia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali
Disyari'atkan wakalah, juga dapat dipahami secara firman Allah dalam surat al-
seorang bakam dari keluarga isteri" Dari sunnah nabi, cukup banyak riwayat yang
menceritakan kebolehan wakalah ini, termasuk diantaranya tindakan nabi SAW sendiri
8
wab al-Dhamiriy ketika melakukan akad nikah dengan Ummi Habibah
dari kaum Anshar sebagai wakilnya ketika melakukan akad de- ngan Maimunah binti
Haris.Berdasarkan hal-hal di atas, umat Islam telah sepakat akan kebo- lehan wakalah,
Wakalah dibolehkan oleh Islam karena sangat dibutuhkan oleh manusia. Dalam
kenyataan hidup sehari-hari tidak semua orang mampu melaksanakan sendiri semua
urusannya.
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
lamakah kamu berada (di sini?)". Mereka menjawab. "Kita berada (di sini) sehari
atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui
berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara
kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah ia
lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan
1
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar FIQH MUAMALAH (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2008), Hlm. 19-
23.
9
"Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesung guhnya aku adalah orang
yang pandai menjaga, lagi berpengetahuanDari ayat yang pertama (QS. Al-Kahfi
(18) ayat 19) dapat dipahami bahwa untuk membuktikan mereka (ashhabul kahfi)
telah tidur bertahun- tahun, mereka mengutus satu orang (sebagai wakil) untuk
pergi ke kota dan membeli makanan dengan uang yang mereka miliki. Sedangkan
dalam ayat yang kedua (QS. Yûsuf (12) ayat 55), Nabi Yusuf meminta untuk
diberi kuasa guna menjadi bendahara negara. Dengan demikian, dalam kedua
Di samping Alquran, dasar hukum wakalah terdapat juga dalam hadis Nabi. Di antara
Dari Urwah bin Abi Al-Jaad Al-Bariqi"bahwa Nabi memberinya uang satu dinar
kambing untuk Nabi dengan uang satu dinar tersebut. Ia menjual salah satunya
dengan harga satu dinar, lalu ia datang menghadap Nabi dengan membawa uang
satu dinar dan satu ekor kambing. Nabi lalu mendoakannya supaya diberi
keberkahan dalam jual belinya. Andaikata ia membeli debu (tanah) sekali pun, ia
2. Hadis Abu Rafi':
Berkata Abu Rafi': "Nabi berutang seekor unta perawan, kemudian datanglah
unta hasil zakat, Nabi kemudian memerintahkan saya untuk membayar unta
Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa Nabi memberi kuasa kepada dua
orang sahabat untuk melakukan transaksi. Dalam hadis pertama Nabi memberi
kuasa kepada Urwah Al-Bariqi untuk membeli sekor kambing. Sedangkan dalam
10
hadis kedua Nabi memberi kuasa kepada Abu Rafi' untuk membayar utang seekor
unta kepada seseorang. Dengan demikian, wakalah atau pemberian kuasa pernah
dibolehkan.
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
berat siksa-Nya.”2
1. Rukun Wakalah
Menurut Hanafiah, rukun wakalah hanya satu, yaitu sighat atau ijab dan qabul.
Sedangkan jumhur ulama selain Hanafiah berpendapat bahwa rukun wakalah ada
empat, yaitu
Untuk terwujudnya wakalah tidak disyaratkan shighat yang mencakup qabul dari
wakil. Akan tetapi apabila wakil menolak maka wakalah tidak jadi dilakukan.
Sebagai contoh, jika seseorang mengatakan: "Jualkan barang saya ini" lalu wakil
diam saja, tetapi ia menjual barang tersebut maka jual belinya hukumnya sah.
Akan tetapi, jika wakil mengatakan: "Saya tidak mau," lalu ia menjual barang
2
Drs. H. Ahmad Waedi Muslich, FIQH MUAMALAT (Jakarta: KREA SINDO MEDIA CITA, 2022), Hlm.419
11
tersebut, maka jual belinya tidak sah, karena ia dengan tegas menyatakan
penolakannya.
2. Syarat-Syarat Wakalah
a. Menurut Hanafiyah
misalnya karena gila, atau masih di hwah umur, maka wakalah hukumnya
tidak sah. Adapun anak yang sudah nemasuki masa tamyiz, maka tasarruf-
wasiat. Dalam hal ini tasarruf-nya tidak sah sama sekali, dan oleh
walaupun tidak di- izinkan oleh walinya, dan oleh karenanya maka
12
muwakkil. Dengan demikian, seorang kafir dzimmi boleh
1. Syarat wakil
13
wakalah diperselisihkan oleh para ulama. Menurut Imam
14
kepada satu bentuk kata atau kalimat tertentu, melainkan
wakalah.
b. Menurut Malikiyah
dengan wakil dan muwakkil ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.
orang yang safih dan orang yang cerdas atau antara safih dengan
safih.
di bawah umur dan orang dewasa, dan antara anak di bawah umur
15
Adapun syarat-syarat yang berkaitan dengan perkara yang
D. MACAM-MACAM WAKALAH
spesifik. Arti- nya perwakilan yang dibutuhkan dijelaskan dengan spesifikasi tertentu,
seperti halnya membeli mobil honda tipe X, menjadi advokat untuk menyelesaikan
muwakkil. Seperti, Anda adalah wakil saya dalam setiap aktivitas yang menjadi
tanggung jawab saya, belikanlah mobil apa saja yang engkau temui, dan lain-lain.
Wakil me- miliki hak dan wewenang untuk menjalankan tugas yang menjadi
Selain itu, akad wakalah juga bisa dibagi menjadi al- wakalah al-muqayyadah
Misalnya, juallah mobilku ini seharga Rp. 100 juta jika kontan, dan Rp. 150 juta, jika
3
Drs. H. Ahmad Waedi Muslich, FIQH MUAMALAT (Jakarta: KREA SINDO MEDIA CITA, 2022), Hlm.
419-425
16
kredit. Dalam konteks ini, wakil hanya bisa melaksanakan perwakilan sebatas
tindakan wakil tidak dibatasi dengan syarat atau kaidah tertentu. Misalnya, juallah
untuk menjual mobil, baik harganya lebih besar atau kecil. Wakil tetap dalam
membatasi kewenangannya.
1. Wakalah Paralel
Bolehkah seorang wakil, kembali mewakilkan dirinya kepada orang lain untuk
menjadi wakilnya? Jika akad wakalah yang digunakan adalah al-wakalah al-khosshoh
dan al-muqayyadah, di mana diri wakil dibatasi bahwa hanya dirinya yang berhak
melaksanakan mandat, maka ia tidak boleh mewakilkan dirinya kepada orang lain.
Jika akad wakalah yang digunakan adalah al-'ammah dan al muthlaqah, maka
diri wakil bisa mewakilkan dirinya kepada orang lain sebagai wakilnya, dan status
wakil pertama dan kedua, menjadi wakil dari pihak muwakkil. Ini menurut pendapat
dirinya kepada orang lain tanpa mendapat izin dari muwakkil, terlebih jika ia mampu
Ulama fiqh sepakat bahwa hukum akad yang dilakukan oleh pihak wakil,
secara otomatis akan kembali kepada diri muwakkil. Artinya, kesepakatan yang
dibentuk, mencermin kan keinginan diri muwakkil, sehingga akad tersebut akan
17
kembali kepada muwakkil. Kesepakatan dan akad yang di- bangun oleh pihak wakil
dengan pihak ketiga, secara otomatis akan menjadi kesepakatan dan akad muwakkil.
wakil tidak boleh menyandarkan transaksi tersebut kepada pribadinya. Jika hal itu
dilakukan, maka transaksi akan menjadi milik wakil, tidak kembali kepada muwakkil.
wadi'ah, qardh dan rahn.
Untuk itu, ketika wakil melaksanakan akad, maka harus disandarkan kepada
diri muwakkil, misal, aku terima nikahnya Raihana binti Abdillah untuk Faiq
Abdurrahman, aku hibah- kan harta Ali kepada engkau, dan lain-lain. Jika dalam akad
ini disandarkan kepada diri wakil, misal, aku terima nikahnya Raihana binti Abdillah,
Jika transaksi yang dilakukan tidak ada kewajiban untuk disandarkan kepada
muwakkil, maka transaksi akan kembali kepada pihak yang melakukan akad. Jika
dalam akad, transaksi disandarkan kepada diri wakil, maka akad akan kembali kepada
wakil. Seluruh hak dan kewajiban yang terkait dengan akad, akan kembali kepada
wakil, dan berlaku sebaliknya (vice versa). Seperti halnya dalam transaksi jual beli,
Hal ini dikarenakan, pihak yang terlibat secara langsung dalam akad adalah
diri wakil, dan ia yang paling tahu segala konsekuensi yang ada dalam akad. Ini
menurut pendapat Hanafiyyah, Malikiyyah dan Syafiiyyah, dengan alasan, hak dan
Berbeda dengan Hanafiyyah, walaupun akad disandar- kan kepada diri wakil,
segala kesepakatan dan konsekuensi yang ada dalam akad, tetap kembali kepada diri
muwakkil. Dengan alasan, wakil merupakan representasi dari pihak muwakkil yang
18
bertugas mengungkapkan segala hal yang diinginkannya. Jika tetap kembali kepada
wakil, maka hal ini akan menafikkan substansi diadakannya akad wakalah. Di mana,
akad ini dibentuk untuk meringankan beban dan tugas yang tidak bisa
dikerjakan oleh muwakkil.4
sistem bagi hasil (profit and lost sharing) dan berbagi risiko (risk sharing) dengan
transaksi yang dilakukan sehingga akan menimalkan kegiatan spekulatif dan tidak
produktif.5
pelayanan jasa perbankan yang dapat berbentuk sebagai berikut: (Indah Nuhyatia,
2013)
2. Tranfer
Proses transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep akad
wakalah, pada prosesnya diawali dengan adanya permintaan nasabah sebagai Al-
kepada bank untuk mentransfer sejumlah uang kepada rekening orang lain, kemudian
bank mendebet rekening nasabah (jika transfer dari rekening), dan proses yang
3. Collection (Inkaso)
kegiatan jasa bank untuk melakukan amanat dari pihak ke-3 berupa penagihan
sejumlah uang kepada seseorang atau badan tertentu dikota lain yang telah ditunjuk
4
Drs. H. Ahmad Waedi Muslich, FIQH MUAMALAT (Jakarta: KREA SINDO MEDIA CITA, 2022), Hlm.242-
245
5
Syipa Paujiah, Implementasi Akad Wakalah dalam BANK Syariah.
19
oleh si pemberi amanat. Bank diperbolehkan melakukan penagihan dan menerima
sebagai contoh bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang,
dengan menggunakan akad wakalah dan akad murabahah bisa dilakukan secara
prinsip apabila barang yang sudah dibeli melalui wakalah telah menjadi milik bank.
Adalah surat pernyataan akan membayar kepada yang diterbitkan oleh bank untuk
dengan prinsip syariah L/C syariah dalam pelaksanaannya dapat menggunakan akad-
Akad untuk transaksi ini menggunakan akad wakalah bil ujrah. Memiliki
pemberian ujrah.
6. Kliring
Adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik (DKE) antar peserta kliring
baik nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya
diselesaikan pada waktu tertentu. Dalam transaksi kliring antara lain: cek, bilyet giro,
20
7. Wali Amanat
obligasi atau medium term notes baik didalam maupun diluar pengadilan
yang berlaku.
Kegiatan penagihan piutang dagang jangka waktu pendek suatu perusahaan berikut
9. Payment
a. Pembayaran telepon
21
10. Analisis Penerapan Akad Wakalah bil Ujrah pada Layanan Go-Food
Layanan yang ditawarkan pihak go-jek kepada masyarakat luas sudah sangat
beragam, mulai dari transportasi roda dua, roda empat, jasa kirim barang, kecantikan,
pemesanan dan pembelian makanan dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa
pihak go-jek telah berusaha menyasar semua kalangan dan lapisan masyarakat dan ini
membawa dampak kepada pengguna layanan mereka yang mencapai 50 juta jika
Setiap layanan yang disediakan tentunya memiliki syarat dan ketentuan serta
pelayanan yang berbeda sesuai dengan kebijakan perusahaan. Go-food sebagai salah
satu layanan yang disediakan oleh go-jek merupakan sebuah layanan yang berbasis
kepada pemesanan dan pembelian makanan melalui driver go-jek dan langsung
Mekanisme go-food ini tentunya belum ada pada zaman Rasulullah saw.
proses pengkajian yang lebih terfokus dan mendalam. Langkah pertama yang
mungkin diperlukan sebelum membahas akad wakalah dalam layanan ini adalah
memahami terlebih dahulu tatacara dan akad-akad yang terjadi dalam layanan ini,
yaitu:
a. Akad Ijarah, hal ini terjadi antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini
yaitu: Penjual, Driver dan Pembeli. Ketiga pihak ini sama-sama menggunakan
flatform aplikasi Go-jek sebagai tempat bermitra dalam hal segala pelayanan
yang disediakan.
b. Akad Wakalah, terjadi ketika driver mewakili pembeli untuk bertemu dengan
6
Mujahid, “Analisis Penerapan akad Wakalah bil ujrah pada layanan Go-Food”, At-Taradhi: Jurnal Studi
Ekonomi 10, No.1
22
c. Akad jual-beli, terjadi ketika driver melakukan transaksi pembelian makanan
mewakili dan diwakili dan jika beracuan kepada definisi wakalah yang dikemukakan
oleh ulama Syafi’iyah yang mengartikan wakalah adalah suatu ibarat seseorang
menyerahkan sesuatu kepada yang lain untuk dikerjakan ketika dia hidup, maka
dalam hal ini ketika pihak go-jek menerima pesanan dari pembeli untuk membelikan
pembeli dan ketika driver melakukan pembelian makanan/minuman itu dia bertindak
sebagai wakil dari pembeli yang mengakibatkan seluruh biaya dan resiko yang terjadi
selama proses pembelian ini menjadi tanggung jawab dari pembeli selama driver
Akad wakalah pada layanan ini terjadi ketika pembeli melakukan pemesanan
makanan kepada pihak gojek melalui drivernya dan kemudian driver tadi pergi
langsung ke tempat yang menjual makanan tersebut dan beberapa saat kemudian
yang dipesan tadi sesuai dengan nota yang tertera dari pihak restoran.
Hal diatas sesuai dengan pernyataan dari Muhammad Sadriyannor, (21 th)
seorang driver gojek yang juga sering menerima pesanan go-food untuk
“Ketika menerima orderan go-food dia akan langsung menuju kepada lokasi tempat
makanan orderan itu dijual dan akan membelikannya tanpa harus mengambil uang
23
harga makanan terlebih dahulu kepada si pembeli dan akan meminta uang seharga
Jika ditinjau dari akad yang terjadi antara pelanggan dan driver, maka akan terjadi
transaksi.
Pada poin yang kedua ini, ada beberapa pendapat ulama yang mengkategorikan ini
transaksi go-food ini merupakan sebuah pekerjaan yang menggabungkan antara akad
utang dan jualbeli dan itu merupakan sebuah pekerjaan terlarang berdasar kepada
salah satu hadist dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a, beliau mengatakan: .
“Tidak halal menggabungkan antara salaf (utang) dengan jual-beli, tidak pula
keuntungan tanpa ada pengorbanan, dan tidak pula menjual barang yang tidak kamu
Berkaitan dengan hadist ini Imam Turmudzi dalam kitabnya sunan Turmudzi
memuat keterangan perihal hadist diatas, beliau mengutip keterangan dari Imam
Ahmad yaitu pada suatu kejadian Imam Ahmad pernah ditanya oleh Ishaq bin
Manshur tentang makna larangan menggabungkan utang dengan jual beli, lalu Imam
Transaksi go-food terjadi karena konsumen dan driver tidak mau repota,
khususnya driver yang mendatangi pembeli dua kali, yaitu untuk mengambil uang
belanja dan mengantarkan lagi belanjaan yang tadi dibelikannya. Melalui mekanisme
24
transaksi ini, maka kedua pihak akan mendapatkan kemudahan walaupun jika dikaji
lebih mendalam akan terjadi dua akad yang berlangsung dalam proses ini yaitu
pertama, ketika pembeli ingin mendapatkan layanan pembelian makanan dan driver
ingin mendapatkan upah atas layanan jasa yang dia berikan dan kedua, uang talangan
(hutang) yang diberikan oleh driver diakibatkan karena akad yang pertama.
Melalui transaksi ini bisa dipahami bahwa adanya akad qardh ini sebagai
konsekuensi dari proses pemesanan ditahap pertama, jika setelah menerima orderan
tadi si driver mendatangi pembeli dulu guna mendapatkan uang untuk membelikan
pesanan tadi dan nantinya akan kembali lagi untuk mengantarkan pesanan, maka
proses ini akan memakan banyak waktu dan membuat prosesnya menjadi ribet.
Jika diperhatikan kembali, utang yang terjadi dalam proses pemesanan go-food
sama sekali bukan tujuan dari transaksi ini atau bisa dikatakan suatu akibat yang
terjadi dikarenakan proses transaksi pertama. Sebenarnya si pembeli juga tidak ingin
berhutang, karena dia mampu membayarnya, sementara itu sang driver juga tidak
membuka penyediaan utang untuk pembelian makanan sehingga utang yang terjadi
disini hanyalah efek samping yang terjadi tanpa diharapkan oleh kedua belah pihak.
Andai tidak ada utang, proses perwakilan mereka tidak akan terjadi.
Bank Prekreditan Rakyat Syariah. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) juga
melakukan kegiatan usaha dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan Usaha yang dapat
25
dilakukan oleh BPRS versi UU Perbankan Syariah diatur dalam pasal 21 7, yaitu
Akad Wadi’ah atau Akad lainya yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah, dan;
c. Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan Akad
Wadi’ah atau investasi berdasarkan Akad mudharabah dan/atau Akad lain yang tidak
Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum
e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syriah lainnya yang sesuai
7
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perbankan Syariah (UU No. 21 Tahun 2008) Cet Pertama, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2009), 57-58.
26
Kegiatan usaha BPRS secara teknis oprasional berkaitan dengan produk-
produknya mendasrkan pada Pasal 2 dan Pasal 3 PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang
Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, serta SEBI No. 10/14/DPbS Jakarta, 17
Maret 2009 Perihal Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana
dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, sebagaimana yang telah
dipaparkan di muka.
Prinsip Syariah tanpa seizin lebih dahulu dari Bank Indonesia, kecuali diatur dalam
sebagaimana dimaksud diatas harus ada izin terlebih dahulu kepada Bank Indonesia.
islam. Sebagai sumber utama, maka sumber ajaran islam yang lain seperti ijma, qiyas,
Penjabar dari nilai-nilai dasar itu dapat berupa nilai-nilai hadits, ijma, qiyas, dan
sebagainya. Tetapi, semuanya harus berlandaskan pada sumber dasarnya, yaitu Al-
Quran.
Oleh karena itu, validitas Al-Quran sebagai hujjah adalah mutlak dan
َُّ طع
bersifat pasti benarnya (qathi’iyyatud dilalah/ ِّد َ َل ل تt يت ال ِ )َ ق, sehingga
27
Ayat dibawah ini adalah salah satu dari sekian banyak yang menjelaskan
tentang konsep dasar jual beli yang erat kaitannya dengan akad wakalah dalam
٩١َ...
َ ت ٌَ ب ِرق ُِك ۡنَ ٰ َ ٍَِِٓۦذ إ لِ َى ۡٱل و ِد
ََِ ي ُ ٱب
ِ عث ٓ اَ أ ح د ُكن ۡ َف
“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan
Surat ini terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah.
“penghunipenghuni gua”. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat
dalam sudat ini pada ayat 9 samapi dengan 26, tentang beberapa orang pemuda
yang tidur dalam gua bertahun-tahun lamanya. Selain cerita tersebut, terdapat
pula beberapa buah dalam cerita surat ini, yang ke semuanya mengandung
Ayat diatas memang tidak menyebutkan wakalah secara eksplisit, namun apa
yang tertulis dan dikisahkan dalam ayat di atas adalah terkait masalah wakalah.
Lafaz-lafaz yang berupa kata perintah dalam ayat di atas menunjukkan adaanya
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang dibebani oleh berbagai kewajiban dan hak.
secara langsung, sebab hal itu termasuk ke dalam tanggung jawabnya. Demikian pula
halnya dalam penerimaan hak-hak. Manusia pribadi diminta pula secara langsung
menerima hak-hak yang dia miliki. Keperluan akan hal semacam ini semakin terasa
urgensinya, terutama dalam lapangan muamalat yang menuntut peran aktif setiap
Dalam kenyataan hidup sehari-hari tidak semua orang mampu melaksanakan sendiri
spesifik. Arti- nya perwakilan yang dibutuhkan dijelaskan dengan spesifikasi tertentu,
seperti halnya membeli mobil honda tipe X, menjadi advokat untuk menyelesaikan
sistem bagi hasil (profit and lost sharing) dan berbagi risiko (risk sharing) dengan
29
transaksi yang dilakukan sehingga akan menimalkan kegiatan spekulatif dan tidak
produktif.
B. Saran
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
30
DAFTAR PUSTAKA
31