Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MEMAHAMI DAN MEMILIKI WAWASAN TENTANG TEORI, KONSEP


DAN HUKUM WAKALAH

MATA KULIAH : FIQIH MUAMALAH KONTEMPORER


DOSEN PENGAMPUH : ZAKIYAH NUR FITRI, M.E

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
 DESTRI APRIANI : 22.05.045
 MIKA : 22.05.047

SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (STEBIS)


KOTA PAGAR ALAM
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt. Tuhan semesta alam karena atas hidayah
dan rahmatnya pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Insya Allah
sholawat tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan segenap keluarga serta sahabatnya,
dan Insya Allah kita semua menjadi pengikut sunnah Beliau sampai akhir hayat, Aamiin.
Makalah ini membahas tentanghukum akad serta cakupanya. mudahmudahan makalah ini
dapat bermanfaat bagi yang lain, meskipun dalam penyusunannya jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi tanpa mengurangi rasa hormat saya penyusun juga mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun baik dari dosen mata kuliah maupun dari rekan mahasiswa
sekalian. Kesempurnaan dan kebenaran itu hanya dari Allah ‘azza wajala, sedangkan
kesalahan dan kekurangan adalah dari manusia kami pribadi. Sekian makalah ini kami buat,
terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................ Error! Bookmark not defined.

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 2

C. TUJUAN PEMBAHASAN ............................................................................ 2

BAB II........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

A. PENGERTIAN WAKALAH ......................................................................... 3

B. JENIS WAKALAH ........................................................................................ 4

C. RUKUN DAN SYARAT WAKALAH ......................................................... 6

D. DASAR HUKUM .......................................................................................... 9

E. PENGGUNAAN AKAD WAKALAH DALAM JASA PERBANKAN ... 12

F. BERAKHIRNYA WAKALAH ................................................................... 13

BAB III .................................................................................................................................... 14

PENUTUP................................................................................................................................ 14

G. KESIMPULAN ............................................................................................ 14

H. SARAN ........................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akad wakalah adalah suatu perjanjian berupa kesepakatan adanya pelimpahan


kekuasaan atau mandat dari pihak pertama kepada pihak kedua. Seseorang tidak akan pernah
bisa mengerjakan semua hal secara sendiri. Oleh karena itu, Allah sudah menetapkan aturan
bagaimana akad wakalah dapat dijalankan dan memberikan manfaat bagi kita.

Pada Akad wakalah, pihak yang diberikan kuasa hanya akan melaksanakan segala
kegiatan yang dimandatkan oleh pihak pertama tanpa terkecuali Jika mandat yang diberikan
telah dilakukan oleh pihak kedua, maka berbagai tanggung jawab dan risiko atas pelaksanaan
mandat tersebut sudah sepenuhnya menjadi kewenangan ataupun hak dari pihak pertama.

Dalam perannya sebagai suatu perjanjian, akad wakalah dibatasi oleh jangka waktu
tertentu, biasanya dalam satu bulan atau satu tahun. Hal ini dikarenakan akad
wakalah dilakukan sebagai pemenuhan suatu kebutuhan spesifik saja, dan berlaku hanya
sementara.Allah telah mensyariatkan wakalah dalam Al-Qur’an Surah Al-Kahfi ayat 19:1

"Dan demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. Salah seorang di antara mereka berkata: sudah berapa lama kamu berada
(di sini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata
(yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini).
Maka suruhlah salah seorang di antara kamu, untuk pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia
membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah
sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun."

1
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1987, Hal 86.

1
Akad wakalah memiliki tujuan untuk menggantikan atau mengerjakan pekerjaan
maupun perkara dari seseorang ketika masih hidup. Orang yang dipilih untuk
melaksanakan akad wakalah (al-Wakil) haruslah mampu untuk mengganti yang memberikan
mandat (muwakkil).

Oleh karena itu, apabila seorang wakil itu merupakan orang gila, anak kecil, atau
orang yang tidak ahli dalam mengerjakan urusannya, maka tidak sah bagi seseorang untuk
mewakilkan urusannya kepada orang lain.

Wakalah dalam hukum Islam adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai
pihak pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan.
Wakalah dalam bahasa Arab berarti menolong, memelihara, mendelegasikan, atau menjadi
wakil yang bertindak atas nama orang yang diwakilinya. Secara istilah, wakalah berarti
tolong menolong antar-pribadi dalam suatu persoalan ketika seseorang tidak mampu secara
hukum atau mempunyai halangan untuk melakukannya. Objek yag diwakilkan itu dapat
menyangkut masalah harta benda dan masalah pribadi lainnya, seperti nikah

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas dapat kita rumuskan masalah sebagai berikut

1. Apa Pengertian Wakalah?


2. Apa Saja Jenis-Jenis wakalah?
3. Bagaimana Rukun dan syarat akad Wakalah?
4. Bagaimana dasar Hukum Wakalah?
5. Bagaimana penggunaan akad Wakalah dalam jasa perbankan?
6. Bagaimana Berakhirnya akad Wakalah?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Dapat mengetahui definisi Wakalah
2. Dapat mengetahui Jenis-Jenis Wakalah
3. Dapat mengetahui rukun dan syarat Wakalah
4. Dapat mengetahui landasan hukum Wakalah
5. Dapat mengetahui penggunaan akad Wakalah dalam jasa perbankan
6. Dapat mengetahui Berakhirnya akad wakalah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN WAKALAH
Pengertian Wakalah Secara bahasa kata al-wakalah atau al-wikalah berarti al-Tafwidh
(penyerahan, pendelegasian dan pemberian mandat) seperti perkataan: Artinya: “aku
serahkan urusanku kepada Allah”. Secara terminologi (syara’) sebagaimana dikemukakan
oleh fukaha: 2
a) Imam Taqy al-Din Abu Bakr Ibn Muhammad al-Husaini Artinya: “menyerahkan
suatu pekerjaaan yang dapat digantikan kepada orang lain agar dikelola dan dijaga
pada masa hidupnya”.
b) Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie “akad penyerahan kekuasaan dimana pada akad itu
seseorang menunjuk orang lain sebagai gantinya untuk bertindak”.
Dari dua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa wakalah adalah sebuah
transaksi dimana seseorang menunjuk orang lain untuk menggantikan dalam mengerjakan
pekerjaannya/perkaranya ketika masih hidup. Dalam wakalah sebenarnya pemilik urusan
(muwakkil) itu dapat secara sah untuk mengerjakan pekerjaannya secara sendiri. Namun,
karena satu dan lain hal urusan itu ia serahkan kepada orang lain yang dipandang mampu
untuk menggantikannya. Oleh karena itu, jika seorang (muwakkil) itu adalah orang yang tidak
ahli untuk mengerjakan urusannya itu seperti orang gila atau anaka kecil maka tidak sah
untuk mewakilkan kepada orang lain. Contoh wakalah, seorang mewakilkan kepada orang
lain untuk bertindak sebagai wali nikah dalam pernikahan anak perempuannya. Contoh lain
seorang terdakwa mewakilkan urusan kepada pengacarannya.3
Muhammad Syafi‟i Antonio, mengemukakan definisi wakalah adalah akad
perwakilan antara dua pihak, dimana pihak pertama mewakilkan suatu urusan kepada pihak
kedua untuk bertindak atas nama pihak pertama.

Akad wakalah memiliki tujuan untuk menggantikan atau mengerjakan pekerjaan


maupun perkara dari seseorang ketika masih hidup. Orang yang dipilih untuk

2
Nasrun Haroen, fiqh muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama. 2007), Hal 10.
3
Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq. Fiqh Muamalat Cet ke 1 (Jakarta: Kencana,
2010),Hal 187.

3
melaksanakan akad wakalah (al-Wakil) haruslah mampu untuk mengganti yang memberikan
mandat (muwakkil).

B. JENIS WAKALAH

Ada beberapa jenis akad wakalah yang dapat dilakukan oleh pemberi kuasa dan wakil.
Berikut ini adalah dua jenis akad wakalah yang umum dilakukan:4
a) Akad Wakalah Bil Ujrah
Akad wakalah bil ujrah adalah akad wakalah yang didasarkan pada imbalan
atau biaya jasa yang diberikan kepada wakil atas pekerjaan atau tugas yang
dilakukannya. Dalam akad wakalah bil ujrah, wakil akan menerima imbalan dari
pemberi kuasa atas tugas yang telah dijalankan. Imbalan tersebut dapat berupa uang
atau barang, dan besarnya imbalan disepakati bersama antara pemberi kuasa dan
wakil sebelum akad wakalah dilaksanakan.
Contoh akad wakalah bil ujrah adalah ketika seseorang menyerahkan tugas
untuk membeli barang kepada wakil dengan imbalan sejumlah uang. Wakil kemudian
membeli barang tersebut sesuai dengan keinginan pemberi kuasa dan menerima
imbalan uang dari pemberi kuasa sebagai biaya jasa atas pekerjaannya.
b) Akad Wakalah Fi Sabilillah
Akad wakalah fi sabilillah adalah akad wakalah yang dilakukan untuk
kepentingan agama, seperti untuk menyebarkan dakwah Islam, membantu orang
miskin, atau memperbaiki masjid dan tempat ibadah lainnya. Dalam akad wakalah fi
sabilillah, wakil tidak menerima imbalan atas pekerjaannya, karena tujuan akad
wakalah ini adalah untuk kepentingan agama.
Contoh akad wakalah fi sabilillah adalah ketika sekelompok orang
menyepakati untuk menyumbangkan sejumlah uang untuk membangun atau
memperbaiki masjid. Seorang wakil kemudian ditunjuk untuk mengumpulkan
sumbangan tersebut dari masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak yang
bertanggung jawab untuk membangun atau memperbaiki masjid tersebut. Wakil
dalam hal ini tidak menerima imbalan apa pun atas pekerjaannya karena tujuan akad
wakalah ini adalah untuk kepentingan agama dan sosial.5
Akad dalam wakalah

4
Nasrun Haroen, fiqh muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama. 2007), Hal 86.
5
Muhammad Syafi‟i Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah cet 7 (Tanggerang: Azkia Publisher,
2009),Hal 34.

4
1. Akad ayah yaitu ayah berhak menjual menyewakan harta anaknya untuk
keuntungan anaknya, tetapi jika perbuatan ayah dapat merugikan anaknya, maka
ayah mengganti kerugian anak.
2. Akad wasi adalah seseorang yang diangkat sebagai pemangku untuk mengurus
diri dan harta anak yang masih kecil. Penyerahan wasi berlaku dengan ketentuan
3. Wasi berlaku jika anak yang diwali belum dewasa.
4. Orang yang diwali itu sudah dewasa, wasi’ seperti ini tidak berlaku jika ijab kabul
tidak ada semasa hidup orang yang mewasikan.
Dalam aplikasinya pada perbankan syariah, wakalah biasanya diterapkan untuk
penerbitan Letter of Credit (L/C) atau penerusan permintaan akan barang dalam negeri di luar
negeri (L/C ekpor). Wakalah juga diterpakan untuk mentransfer dana nasabah kepada pihak
lain.
Muammar Arafat Yusmad mengatakan wakalah ialah akad pemberi kuasa kepada
penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa. Dalam
perbankan, wakalah terjadi apabila nasabah memberi kuasa pada bank untuk mewakili
dirinya untuk melakukan pekerjaan tertentu seperti pembukaan L/C, inkaso dan transfer uang.
Atau dengan kata lain akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (muwakil) kepada penerima
kuasa (wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa.6
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) telah menfatwakan
wakalah melalui DSN-MUI No.10/DSNMUI/IV/2000 tentang wakalah. Wakalah adalah
pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Praktek
wakalah pada LKS dilakukan sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa perbankan syariah
kepada nsabah.
Adapun ketentuan tentang wakalah adalah pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakn
oleh para pihak untuk menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan (akad). Wakalah
dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak. 7

6
Ibid
7
Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq. Fiqh Muamalat Cet ke 1 (Jakarta: Kencana,
2010), Hal 189.

5
C. RUKUN DAN SYARAT WAKALAH

Rukun dan Syarat Wakalah


a. Rukun wakalah
Ada beberapa rukun yang harus dipenuhi dalam wakalah
1. Orang yang mewakilkan (muwakkil) syaratnya dia berstatus sebagai pemilik
urusan/benda dan menguasainya serta dapat bertindak terhadap harta tersebut
dengan dirinya sendiri. Jika muwakkil itu bukan pemiliknya atau bukan orang
yang ahli maka batal. Dalam hal ini, maka anak kecil dan orang gila tidak sah
menjadi muwakkil karena tidak temasuk orang berhak untuk bertindak.
2. syaratnya ialah orang berakal. Jika ia idiot, gila, atau belum dewasa maka batal.
Tapi menurut Hanafiyah anak kecil yang cerdas (dpat membedakan yang baik
dan buruk) sah menjadi wakil alasannya bahwa Amr bin Sayyidah Ummu
Salamah mengawinkan ibunya kepada Rasulullah, saat itu Amr masih kecil yang
belum baligh. Orang yang suddah berstatus sebagai wakil ia tidak boleh berwakil
kepada orang lain kecuali seizin dari muwakkil pertama atau karena terpaksa
seperti pekerjaan yang diwakilkan terlalu banyak sehingga ia tidak dapat
mengerjakannya sendiri maka boleh berwakil kepada orang lain. Si wakil tidak
wajib untuk menanggung kerusakan barang yang diwakilkan kecuali disengaja
atau cara di luar batas.
3. Objek akad berupa barang atau jasa
4. Ijab kabul / serah terima 8
Menurut kalangan Hanafiyah, rukun wakalah adalah ijab dan qabul. Ijab berarti
ucapan atau tidankan dari orang yang akan mewakilkan, seperti ucapan “aku wakilkan
kepadamu untuk melakukn hal ini.” Sementara qabul berarti ucapan dari orang yang
menerima atau wakil, seperti ucapan “aku terima”. Ijab ini adakalanya bersyarat atau
bergantung pada sesuatu dan adakalnya berlaku mutlak. Apabila berlaku mutlak, maka wakil
bertanggung jawab dan berwenang untuk melakukan sesuatu terkait dengan hal yang
diwakilkan.
Sementara menurut mayoritas ulama selain Hanafiyah, rukun wakalah ada empat,
orang yang mewakilkan (muwakkil), orang yang menerima perwakilan (wakil), objek atau

8
Muammar Arafat Yusmad, Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teori ke Praktek Cet 1 (Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2018),Hal 62-63.

6
pekerjaan yang diwakilkan (muwakkil bih), dan sighah (ijab dan qabul). Rukun wakalah
dalam KHES Pasal 457 ayat (1) adalah 1) wakil, 2)muwakkil dan 3) akad.

b. Syarat Wakalah Muwakil Fih (sesuatu yang diwakilkan), syaratnya:


1. Pekerjaan/urusan itu dapat diwakilkan atau digantikan oleh orang lain. Oleh
karena itu, tidak sah untuk mewakilkan untuk mengerjakan ibadah seperti
shalat, puasa, dan membaca alquran.
2. Pekerjaan itu dimiliki oleh muwakkil sewaktu akad wakalah. Oleh karena itu,
tidak sah berwakil menjual sesuatu yang belum dimilikinya.
3. Pekerjaannya itu diketahui secara jelas. Maka tidak sah mewakilkan sesuatu
yang masih samar seperti “aku jadikan engkau sebagai wakilku untuk
mengawini salah satu anakku”.
4. Shigat, henaknya berupa lafal yang menunjukan arti “mewakilkan” yang
diiringi kerelaan dari muwakkil seperti “saya wakilkan atau serahkan
pekerjaan ini kepada kamu untuk mengerjakan pekerjaan ini” kemudian
diterima oleh wakil. Dalam shigat qabul si wakil tidak syaratkan artinya
seandainya si wakil tidak mengucapkan qabul tetap dianggap sah.
Menurut al Qadhi Abu Syuja' seorang wakil tidak boleh melakukan jual beli, kecuali
dengan 3 syarat:9
1. Menjual dengan harga standar.
2. Menggunakan mata uang setempat.
3. Tidak boleh menjual dengan mengatasnamakan dirinya dan mengakui barang yang
diwakilkan atas namanya sendiri, kecuali dengan izin orang yang mewakilkan10
Akad dalam wakalah terjadi dan diakui secara hukum bila dilakukan ijab dan qabul.
Ijab qabul dapat dilakukan dengan lisan, tulisan, isyarat atau perbuatan/tindakan. Meskipun
orang yang mewakilkan telah melakukan ijab, namun orang yang dituju untuk menerima
perwakilan menolak, maka wakalah semacam ini tidak sah. Syarat sighah yaitu, pertama,
wakalah harus dengan ucapan, tulisan atau perbuatan yang menunjukan adanya kerelaan
untuk mewakilkan, baik secara ekplisit maupun implisit. Kedua, sighah tidak terikat dan

9
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1987, Hal 93.

10
Tim Suplemen Ensiklopedi Islam (2001). Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. Hal 277.

7
terbatas oleh syara. Persyaratan kedua ini adalah persyaratan yang dikemukakan kalangan
Syafi‟iyyah.
Persyaratan yang terkait dengan orang yang mewakilkan adalah ia harus cakap
hukum. Muwakkil harus berakal, baligh. Tidak sah hukumnya akad wakalah dari orang gila
atau anak kecil yang belum mumayyiz. Anak kecil boleh mewakilkan bila seizin walinya.
Selain itu, muwakkil harus pihak yang berwenang untuk melakukan sesuatu yang akan
diwakilkan. Misalnya dalam penerimaan pembayaran utang, ia memang pihak yang
berwenang untuk menerima pembayaran utang tersebut.
Syarat yang terkait dengan orang yang menerima perwakilan atau wakil adalah, ia
harus berakal dan baligh. Meskipun ada persyaratan baligh, dalam wakalah sah apabila
adalah anak kecil yang berakal dan sudah mumayyiz. Selain itu, wakil harus mengetahui
tentang kewenangan yang diwakilkan kepadanya. Menurut Ibnu Rusyd, disyaratkan bagi
orang yang terhalang kewenangannya untuk menjalankan kewenangan yang diwakilkan
tersebut.11

Objek wakalah dalam akad wakalah adalah tugas atau pekerjaan yang diberikan oleh
pemberHi kuasa kepada wakil untuk dilakukan sesuai dengan keinginan dan persetujuan
kedua belah pihak. Objek wakalah harus jelas, spesifik, dan dapat diukur sehingga wakil
dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan keinginan pemberi kuasa.

Objek wakalah dapat berupa berbagai jenis pekerjaan, seperti jual beli, investasi,
pengelolaan harta, dan sebagainya. Namun, objek wakalah harus sah dan tidak bertentangan
dengan hukum dan syariah Islam. Selain itu, objek wakalah juga harus dapat dilakukan oleh
manusia dan tidak melanggar prinsip-prinsip syariah Islam.

11
Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer Cet 1 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016),Hal 211-212.

8
D. DASAR HUKUM

Islam mensyari’atkan al-wakalah karena manusia membutuhkannya. Tidak setiap orang


mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan segala urusan sendiri. Pada
suatu kesempatan, seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang lain untuk
mewakili dirinya.12

a) Al-Qur’an

Salah satu dasar dibolehkannya al-wakalah adalah sebagaimana dalam firman Allah
SWT berikut:

Artinya :

“Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang
pandai menjaga lagi berpengalaman.” (Yusuf: 55)

Dalam hal ini, nabi Yusuf siap untuk menjadi wakil dan pengemban amanah
menjaga Federal Reserve negeri Mesir.

12
Imam Syafi’i. Tafsir Ayat-Ayat Hukum Imam Syafi’i, penerjemah Beni Hamzah dan Solihin (Jakarta:
Pustaka Azam, 2012), Hal.216

9
Dalam surat al-Kahfi juga menjadi dasar al-wakalah sebagai berikut:

Artinya:

“Dan demikianlah Kami bangkitkan mereka agar saling bertanya di antara mereka
sendiri. Berkata salah seorang diantara mereka agar saling bertanya, ‘Sudah berapa
lamakah kamu berdiri di sini?’ Mereka menjawab, ‘Kita sudah berada di sini satu atau
setengah hari.’ Berkata yang lain, ‘Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu
berada di sini. Maka, suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu ini dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik
dan hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah
lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.” (al-
Kahfi:19).

Ayat di atas menggambarkan perginya salah seorang ash-habul kahfi yang


bertindak untuk dan atas nama rekan-rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih
dan membeli makanan.

10
b) Al Hadist

Artinya :

“Bahwasanya Rasulullah saw. mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang Anshar untuk
mewakilinya mengawini Maimunah binti Harits.”
Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah telah mewakilkan kepada orang lain untuk
berbagai urusan. Diantaranya membayar utang, mewakilkan penetapan had dan
membayarnya, mewakilkan pengurusan unta, membagi kandang hewan, dan lain-lain.

c) Ijma’

Para ulama sepakat dengan ijma dibolehkannya wakalah, bahkan mereka


cenderung mensunnahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis ta’awun
atau tolong-menolong atas kebaikan dan taqwa.13

Dalam perkembangan fiqih Islam, status wakalah sempat diperdebatkan: apakah


wakalah masuk dalam kategori niabah, yaitu sebatas mewakili atau kategori wilayah
atau wali. Hingga kini, dua pendapat itu masih terus berkembang. Pendapat pertama
menyatakan bahwa wakalah adalah niabah atau mewakili. Menurut pendapat ini wakil
tidak dapat menggantikan seluruh fungsi muwakkil.

Pendapat kedua menyatakan bahwa wakalah adalah wilayah karena khilafah


(menggantikan) dibolehkan untuk mengarah kepada yang lebih baik sebagaimana dalam
jual bel, melakukan pembayaran secara tunai lebih baik walaupun diperkenankan secara
kredit.14

13
Ahmad Wardi Muslich, Fikih Muamalah. Amzah, Jakarta, 2010, Cet Ke-1, Hal 173
14
ibid

11
E. PENGGUNAAN AKAD WAKALAH DALAM JASA PERBANKAN

1. Transfer uang, transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep akad
wakalah, dimana prosesnya diawakalai dengan adanya permintaan nasabah sebagai al-
muwakil terhadap bank, dan bank sebagai al-wakil untuk melakukan
perintah/permintaan kepada bank untuk mentransfer sejumlah uang kepada rekening
orang lain, kemudian bank mendebit rekening nasabah (jika transfer dari rekening ke
rekening), dan proses terakhir yaitu bank mengkreditkan sejumlah dana kepada
rekening tujuan. Contoh proses dalam transfer uang :
2. Wesel pos dengan uang tunai diberikan secara langsung dari al-muwakil kepada al-
wakil, dan al-wakil memberikan uangnya secara langsung kepada nasabah yang
dituju.
3. Transfer uang melalui cabang suatu bank, yaitu dalam proses ini al muwakil
memberikan uangnya secara tunai kepada bank yang merupakan al-wakil, namun
bank tidak mengirimkan langsung kepada nasabah yang dituju, tetapi bank
mengirimnya melalui rekening nasabah yang dituju
4. Transfer melalui ATM, yaitu dalam prosesnya nasabah al-muwakilmeminta bank
untuk mendebet rekening tabungannya , dan kemudian meminta bank untuk
menambahkan di rekening nasabah yang dituju sebesar pengurangan pada
rekeningnya sendri, dimana nasabah bisa melakukan transfer sendiri melalui mesin
ATM.15

Dalam kehidupan perbankan, aktivitas wakalah adalah nasabah ataupun investor


(muwakil) berhubungan timbal balik dengan bank (wakil) yang terikat dengan kontrak dan
fee, sedangkan muwakil dimanfaatkan untuk taukil (agency, administration, payment, co
arranger, dan sebaginya).

15
Abdul Aziz Muhammad Azam. Fiqh Muamalat, penerjemah Nadirsyah Hawari (Jakarta: Amzah, 2010) cet 1,
hlm 23-24

12
F. BERAKHIRNYA WAKALAH

Adapun penyebab berakhirnya akad wakalah adalah sebagai berikut :16

1. Bila salah satu pihak yang berakad wakalah gila.


2. Bila maksud yang terkandung dalam akad wakalah sudah selesai pelaksanaannya
atau dihentikan.
3. Diputuskannya wakalah tersebut oleh salah satu pihak yang berwakalah baik pihak
pemberi kuasa atau pihak yang menerima kuasa.
4. Hilangnya kekuasaan atau hak pemberi kuasa atau suatu objek yang dikuasakan.
5. Meninggalnya salah satu dari dua orang yang melakukan akad wakalah

16
Miftahul Khairi, Ensiklopedia Fiqh Muamalah dalam pandangan 4 Madzhab ,Hal 133.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Wakalah dalam hukum islam adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak
pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang di wakilkan, wakalah
dalam bahasa arab berarti menolong, memelihara, mendelegasikan, atau menjadi wakil yang
bertindak atas nama orang yang di wakilkannya.

Akad wakalah adalah suatu perjanjian berupa kesepakatan adanya pelimpahan kekuasaan
atau mandat dari pihak pertama kepada pihak kedua. Seseorang tidak akan pernah bisa
mengerjakan semua hal secara sendiri. Oleh karena itu, Allah sudah menetapkan aturan
bagaimana akad wakalah dapat dijalankan dan memberikan manfaat bagi kita.

Pengertian Wakalah Secara bahasa kata al-wakalah atau al-wikalah berarti al-Tafwidh
(penyerahan, pendelegasian dan pemberian mandat) seperti perkataan: Artinya: “aku
serahkan urusanku kepada Allah”. Secara terminologi (syara’) sebagaimana dikemukakan
oleh fukaha:
a) Imam Taqy al-Din Abu Bakr Ibn Muhammad al-Husaini Artinya: “menyerahkan
suatu pekerjaaan yang dapat digantikan kepada orang lain agar dikelola dan dijaga
pada masa hidupnya”.
b) Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie “akad penyerahan kekuasaan dimana pada akad itu
seseorang menunjuk orang lain sebagai gantinya untuk bertindak”.

Akad wakalah memiliki tujuan untuk menggantikan atau mengerjakan pekerjaan maupun
perkara dari seseorang ketika masih hidup. Orang yang dipilih untuk melaksanakan akad
wakalah (al-Wakil) haruslah mampu untuk mengganti yang memberikan mandat (muwakkil).

14
B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi
bentuk maupun isinya.maka dari itu penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat
memberikan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan lebih luas lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azam. Fiqh Muamalat, penerjemah Nadirsyah Hawari (Jakarta:
Amzah, 2010) cet 1.

Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq. Fiqh Muamalat Cet ke 1
(Jakarta: Kencana, 2010).

Ahmad Wardi Muslich, Fikih Muamalah. Amzah, Jakarta, 2010, Cet Ke-1

Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1987.

Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer Cet 1 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2016.

Imam Syafi’i. Tafsir Ayat-Ayat Hukum Imam Syafi’i, penerjemah Beni Hamzah dan
Solihin (Jakarta: Pustaka Azam, 2012).

Miftahul Khairi, Ensiklopedia Fiqh Muamalah dalam pandangan 4 Madzhab .

Muammar Arafat Yusmad, Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teori ke Praktek Cet 1
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018).

Muhammad Syafi‟i Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah cet 7 (Tanggerang:


Azkia Publisher, 2009).

Nasrun Haroen, fiqh muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama. 2007).

Tim Suplemen Ensiklopedi Islam (2001). Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve.

16

Anda mungkin juga menyukai