DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
DESTRI APRIANI : 22.05.045
MIKA : 22.05.047
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt. Tuhan semesta alam karena atas hidayah
dan rahmatnya pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Insya Allah
sholawat tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan segenap keluarga serta sahabatnya,
dan Insya Allah kita semua menjadi pengikut sunnah Beliau sampai akhir hayat, Aamiin.
Makalah ini membahas tentanghukum akad serta cakupanya. mudahmudahan makalah ini
dapat bermanfaat bagi yang lain, meskipun dalam penyusunannya jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi tanpa mengurangi rasa hormat saya penyusun juga mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun baik dari dosen mata kuliah maupun dari rekan mahasiswa
sekalian. Kesempurnaan dan kebenaran itu hanya dari Allah ‘azza wajala, sedangkan
kesalahan dan kekurangan adalah dari manusia kami pribadi. Sekian makalah ini kami buat,
terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
i
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
PENUTUP................................................................................................................................ 14
G. KESIMPULAN ............................................................................................ 14
H. SARAN ........................................................................................................ 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada Akad wakalah, pihak yang diberikan kuasa hanya akan melaksanakan segala
kegiatan yang dimandatkan oleh pihak pertama tanpa terkecuali Jika mandat yang diberikan
telah dilakukan oleh pihak kedua, maka berbagai tanggung jawab dan risiko atas pelaksanaan
mandat tersebut sudah sepenuhnya menjadi kewenangan ataupun hak dari pihak pertama.
Dalam perannya sebagai suatu perjanjian, akad wakalah dibatasi oleh jangka waktu
tertentu, biasanya dalam satu bulan atau satu tahun. Hal ini dikarenakan akad
wakalah dilakukan sebagai pemenuhan suatu kebutuhan spesifik saja, dan berlaku hanya
sementara.Allah telah mensyariatkan wakalah dalam Al-Qur’an Surah Al-Kahfi ayat 19:1
"Dan demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. Salah seorang di antara mereka berkata: sudah berapa lama kamu berada
(di sini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata
(yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini).
Maka suruhlah salah seorang di antara kamu, untuk pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia
membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah
sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun."
1
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1987, Hal 86.
1
Akad wakalah memiliki tujuan untuk menggantikan atau mengerjakan pekerjaan
maupun perkara dari seseorang ketika masih hidup. Orang yang dipilih untuk
melaksanakan akad wakalah (al-Wakil) haruslah mampu untuk mengganti yang memberikan
mandat (muwakkil).
Oleh karena itu, apabila seorang wakil itu merupakan orang gila, anak kecil, atau
orang yang tidak ahli dalam mengerjakan urusannya, maka tidak sah bagi seseorang untuk
mewakilkan urusannya kepada orang lain.
Wakalah dalam hukum Islam adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai
pihak pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan.
Wakalah dalam bahasa Arab berarti menolong, memelihara, mendelegasikan, atau menjadi
wakil yang bertindak atas nama orang yang diwakilinya. Secara istilah, wakalah berarti
tolong menolong antar-pribadi dalam suatu persoalan ketika seseorang tidak mampu secara
hukum atau mempunyai halangan untuk melakukannya. Objek yag diwakilkan itu dapat
menyangkut masalah harta benda dan masalah pribadi lainnya, seperti nikah
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat kita rumuskan masalah sebagai berikut
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Dapat mengetahui definisi Wakalah
2. Dapat mengetahui Jenis-Jenis Wakalah
3. Dapat mengetahui rukun dan syarat Wakalah
4. Dapat mengetahui landasan hukum Wakalah
5. Dapat mengetahui penggunaan akad Wakalah dalam jasa perbankan
6. Dapat mengetahui Berakhirnya akad wakalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN WAKALAH
Pengertian Wakalah Secara bahasa kata al-wakalah atau al-wikalah berarti al-Tafwidh
(penyerahan, pendelegasian dan pemberian mandat) seperti perkataan: Artinya: “aku
serahkan urusanku kepada Allah”. Secara terminologi (syara’) sebagaimana dikemukakan
oleh fukaha: 2
a) Imam Taqy al-Din Abu Bakr Ibn Muhammad al-Husaini Artinya: “menyerahkan
suatu pekerjaaan yang dapat digantikan kepada orang lain agar dikelola dan dijaga
pada masa hidupnya”.
b) Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie “akad penyerahan kekuasaan dimana pada akad itu
seseorang menunjuk orang lain sebagai gantinya untuk bertindak”.
Dari dua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa wakalah adalah sebuah
transaksi dimana seseorang menunjuk orang lain untuk menggantikan dalam mengerjakan
pekerjaannya/perkaranya ketika masih hidup. Dalam wakalah sebenarnya pemilik urusan
(muwakkil) itu dapat secara sah untuk mengerjakan pekerjaannya secara sendiri. Namun,
karena satu dan lain hal urusan itu ia serahkan kepada orang lain yang dipandang mampu
untuk menggantikannya. Oleh karena itu, jika seorang (muwakkil) itu adalah orang yang tidak
ahli untuk mengerjakan urusannya itu seperti orang gila atau anaka kecil maka tidak sah
untuk mewakilkan kepada orang lain. Contoh wakalah, seorang mewakilkan kepada orang
lain untuk bertindak sebagai wali nikah dalam pernikahan anak perempuannya. Contoh lain
seorang terdakwa mewakilkan urusan kepada pengacarannya.3
Muhammad Syafi‟i Antonio, mengemukakan definisi wakalah adalah akad
perwakilan antara dua pihak, dimana pihak pertama mewakilkan suatu urusan kepada pihak
kedua untuk bertindak atas nama pihak pertama.
2
Nasrun Haroen, fiqh muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama. 2007), Hal 10.
3
Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq. Fiqh Muamalat Cet ke 1 (Jakarta: Kencana,
2010),Hal 187.
3
melaksanakan akad wakalah (al-Wakil) haruslah mampu untuk mengganti yang memberikan
mandat (muwakkil).
B. JENIS WAKALAH
Ada beberapa jenis akad wakalah yang dapat dilakukan oleh pemberi kuasa dan wakil.
Berikut ini adalah dua jenis akad wakalah yang umum dilakukan:4
a) Akad Wakalah Bil Ujrah
Akad wakalah bil ujrah adalah akad wakalah yang didasarkan pada imbalan
atau biaya jasa yang diberikan kepada wakil atas pekerjaan atau tugas yang
dilakukannya. Dalam akad wakalah bil ujrah, wakil akan menerima imbalan dari
pemberi kuasa atas tugas yang telah dijalankan. Imbalan tersebut dapat berupa uang
atau barang, dan besarnya imbalan disepakati bersama antara pemberi kuasa dan
wakil sebelum akad wakalah dilaksanakan.
Contoh akad wakalah bil ujrah adalah ketika seseorang menyerahkan tugas
untuk membeli barang kepada wakil dengan imbalan sejumlah uang. Wakil kemudian
membeli barang tersebut sesuai dengan keinginan pemberi kuasa dan menerima
imbalan uang dari pemberi kuasa sebagai biaya jasa atas pekerjaannya.
b) Akad Wakalah Fi Sabilillah
Akad wakalah fi sabilillah adalah akad wakalah yang dilakukan untuk
kepentingan agama, seperti untuk menyebarkan dakwah Islam, membantu orang
miskin, atau memperbaiki masjid dan tempat ibadah lainnya. Dalam akad wakalah fi
sabilillah, wakil tidak menerima imbalan atas pekerjaannya, karena tujuan akad
wakalah ini adalah untuk kepentingan agama.
Contoh akad wakalah fi sabilillah adalah ketika sekelompok orang
menyepakati untuk menyumbangkan sejumlah uang untuk membangun atau
memperbaiki masjid. Seorang wakil kemudian ditunjuk untuk mengumpulkan
sumbangan tersebut dari masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak yang
bertanggung jawab untuk membangun atau memperbaiki masjid tersebut. Wakil
dalam hal ini tidak menerima imbalan apa pun atas pekerjaannya karena tujuan akad
wakalah ini adalah untuk kepentingan agama dan sosial.5
Akad dalam wakalah
4
Nasrun Haroen, fiqh muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama. 2007), Hal 86.
5
Muhammad Syafi‟i Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah cet 7 (Tanggerang: Azkia Publisher,
2009),Hal 34.
4
1. Akad ayah yaitu ayah berhak menjual menyewakan harta anaknya untuk
keuntungan anaknya, tetapi jika perbuatan ayah dapat merugikan anaknya, maka
ayah mengganti kerugian anak.
2. Akad wasi adalah seseorang yang diangkat sebagai pemangku untuk mengurus
diri dan harta anak yang masih kecil. Penyerahan wasi berlaku dengan ketentuan
3. Wasi berlaku jika anak yang diwali belum dewasa.
4. Orang yang diwali itu sudah dewasa, wasi’ seperti ini tidak berlaku jika ijab kabul
tidak ada semasa hidup orang yang mewasikan.
Dalam aplikasinya pada perbankan syariah, wakalah biasanya diterapkan untuk
penerbitan Letter of Credit (L/C) atau penerusan permintaan akan barang dalam negeri di luar
negeri (L/C ekpor). Wakalah juga diterpakan untuk mentransfer dana nasabah kepada pihak
lain.
Muammar Arafat Yusmad mengatakan wakalah ialah akad pemberi kuasa kepada
penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa. Dalam
perbankan, wakalah terjadi apabila nasabah memberi kuasa pada bank untuk mewakili
dirinya untuk melakukan pekerjaan tertentu seperti pembukaan L/C, inkaso dan transfer uang.
Atau dengan kata lain akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (muwakil) kepada penerima
kuasa (wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa.6
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) telah menfatwakan
wakalah melalui DSN-MUI No.10/DSNMUI/IV/2000 tentang wakalah. Wakalah adalah
pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Praktek
wakalah pada LKS dilakukan sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa perbankan syariah
kepada nsabah.
Adapun ketentuan tentang wakalah adalah pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakn
oleh para pihak untuk menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan (akad). Wakalah
dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak. 7
6
Ibid
7
Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq. Fiqh Muamalat Cet ke 1 (Jakarta: Kencana,
2010), Hal 189.
5
C. RUKUN DAN SYARAT WAKALAH
8
Muammar Arafat Yusmad, Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teori ke Praktek Cet 1 (Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2018),Hal 62-63.
6
pekerjaan yang diwakilkan (muwakkil bih), dan sighah (ijab dan qabul). Rukun wakalah
dalam KHES Pasal 457 ayat (1) adalah 1) wakil, 2)muwakkil dan 3) akad.
9
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1987, Hal 93.
10
Tim Suplemen Ensiklopedi Islam (2001). Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. Hal 277.
7
terbatas oleh syara. Persyaratan kedua ini adalah persyaratan yang dikemukakan kalangan
Syafi‟iyyah.
Persyaratan yang terkait dengan orang yang mewakilkan adalah ia harus cakap
hukum. Muwakkil harus berakal, baligh. Tidak sah hukumnya akad wakalah dari orang gila
atau anak kecil yang belum mumayyiz. Anak kecil boleh mewakilkan bila seizin walinya.
Selain itu, muwakkil harus pihak yang berwenang untuk melakukan sesuatu yang akan
diwakilkan. Misalnya dalam penerimaan pembayaran utang, ia memang pihak yang
berwenang untuk menerima pembayaran utang tersebut.
Syarat yang terkait dengan orang yang menerima perwakilan atau wakil adalah, ia
harus berakal dan baligh. Meskipun ada persyaratan baligh, dalam wakalah sah apabila
adalah anak kecil yang berakal dan sudah mumayyiz. Selain itu, wakil harus mengetahui
tentang kewenangan yang diwakilkan kepadanya. Menurut Ibnu Rusyd, disyaratkan bagi
orang yang terhalang kewenangannya untuk menjalankan kewenangan yang diwakilkan
tersebut.11
Objek wakalah dalam akad wakalah adalah tugas atau pekerjaan yang diberikan oleh
pemberHi kuasa kepada wakil untuk dilakukan sesuai dengan keinginan dan persetujuan
kedua belah pihak. Objek wakalah harus jelas, spesifik, dan dapat diukur sehingga wakil
dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan keinginan pemberi kuasa.
Objek wakalah dapat berupa berbagai jenis pekerjaan, seperti jual beli, investasi,
pengelolaan harta, dan sebagainya. Namun, objek wakalah harus sah dan tidak bertentangan
dengan hukum dan syariah Islam. Selain itu, objek wakalah juga harus dapat dilakukan oleh
manusia dan tidak melanggar prinsip-prinsip syariah Islam.
11
Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer Cet 1 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016),Hal 211-212.
8
D. DASAR HUKUM
a) Al-Qur’an
Salah satu dasar dibolehkannya al-wakalah adalah sebagaimana dalam firman Allah
SWT berikut:
Artinya :
“Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang
pandai menjaga lagi berpengalaman.” (Yusuf: 55)
Dalam hal ini, nabi Yusuf siap untuk menjadi wakil dan pengemban amanah
menjaga Federal Reserve negeri Mesir.
12
Imam Syafi’i. Tafsir Ayat-Ayat Hukum Imam Syafi’i, penerjemah Beni Hamzah dan Solihin (Jakarta:
Pustaka Azam, 2012), Hal.216
9
Dalam surat al-Kahfi juga menjadi dasar al-wakalah sebagai berikut:
Artinya:
“Dan demikianlah Kami bangkitkan mereka agar saling bertanya di antara mereka
sendiri. Berkata salah seorang diantara mereka agar saling bertanya, ‘Sudah berapa
lamakah kamu berdiri di sini?’ Mereka menjawab, ‘Kita sudah berada di sini satu atau
setengah hari.’ Berkata yang lain, ‘Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu
berada di sini. Maka, suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu ini dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik
dan hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah
lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.” (al-
Kahfi:19).
10
b) Al Hadist
Artinya :
“Bahwasanya Rasulullah saw. mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang Anshar untuk
mewakilinya mengawini Maimunah binti Harits.”
Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah telah mewakilkan kepada orang lain untuk
berbagai urusan. Diantaranya membayar utang, mewakilkan penetapan had dan
membayarnya, mewakilkan pengurusan unta, membagi kandang hewan, dan lain-lain.
c) Ijma’
13
Ahmad Wardi Muslich, Fikih Muamalah. Amzah, Jakarta, 2010, Cet Ke-1, Hal 173
14
ibid
11
E. PENGGUNAAN AKAD WAKALAH DALAM JASA PERBANKAN
1. Transfer uang, transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep akad
wakalah, dimana prosesnya diawakalai dengan adanya permintaan nasabah sebagai al-
muwakil terhadap bank, dan bank sebagai al-wakil untuk melakukan
perintah/permintaan kepada bank untuk mentransfer sejumlah uang kepada rekening
orang lain, kemudian bank mendebit rekening nasabah (jika transfer dari rekening ke
rekening), dan proses terakhir yaitu bank mengkreditkan sejumlah dana kepada
rekening tujuan. Contoh proses dalam transfer uang :
2. Wesel pos dengan uang tunai diberikan secara langsung dari al-muwakil kepada al-
wakil, dan al-wakil memberikan uangnya secara langsung kepada nasabah yang
dituju.
3. Transfer uang melalui cabang suatu bank, yaitu dalam proses ini al muwakil
memberikan uangnya secara tunai kepada bank yang merupakan al-wakil, namun
bank tidak mengirimkan langsung kepada nasabah yang dituju, tetapi bank
mengirimnya melalui rekening nasabah yang dituju
4. Transfer melalui ATM, yaitu dalam prosesnya nasabah al-muwakilmeminta bank
untuk mendebet rekening tabungannya , dan kemudian meminta bank untuk
menambahkan di rekening nasabah yang dituju sebesar pengurangan pada
rekeningnya sendri, dimana nasabah bisa melakukan transfer sendiri melalui mesin
ATM.15
15
Abdul Aziz Muhammad Azam. Fiqh Muamalat, penerjemah Nadirsyah Hawari (Jakarta: Amzah, 2010) cet 1,
hlm 23-24
12
F. BERAKHIRNYA WAKALAH
16
Miftahul Khairi, Ensiklopedia Fiqh Muamalah dalam pandangan 4 Madzhab ,Hal 133.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Wakalah dalam hukum islam adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak
pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang di wakilkan, wakalah
dalam bahasa arab berarti menolong, memelihara, mendelegasikan, atau menjadi wakil yang
bertindak atas nama orang yang di wakilkannya.
Akad wakalah adalah suatu perjanjian berupa kesepakatan adanya pelimpahan kekuasaan
atau mandat dari pihak pertama kepada pihak kedua. Seseorang tidak akan pernah bisa
mengerjakan semua hal secara sendiri. Oleh karena itu, Allah sudah menetapkan aturan
bagaimana akad wakalah dapat dijalankan dan memberikan manfaat bagi kita.
Pengertian Wakalah Secara bahasa kata al-wakalah atau al-wikalah berarti al-Tafwidh
(penyerahan, pendelegasian dan pemberian mandat) seperti perkataan: Artinya: “aku
serahkan urusanku kepada Allah”. Secara terminologi (syara’) sebagaimana dikemukakan
oleh fukaha:
a) Imam Taqy al-Din Abu Bakr Ibn Muhammad al-Husaini Artinya: “menyerahkan
suatu pekerjaaan yang dapat digantikan kepada orang lain agar dikelola dan dijaga
pada masa hidupnya”.
b) Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie “akad penyerahan kekuasaan dimana pada akad itu
seseorang menunjuk orang lain sebagai gantinya untuk bertindak”.
Akad wakalah memiliki tujuan untuk menggantikan atau mengerjakan pekerjaan maupun
perkara dari seseorang ketika masih hidup. Orang yang dipilih untuk melaksanakan akad
wakalah (al-Wakil) haruslah mampu untuk mengganti yang memberikan mandat (muwakkil).
14
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi
bentuk maupun isinya.maka dari itu penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat
memberikan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan lebih luas lagi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Muhammad Azam. Fiqh Muamalat, penerjemah Nadirsyah Hawari (Jakarta:
Amzah, 2010) cet 1.
Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq. Fiqh Muamalat Cet ke 1
(Jakarta: Kencana, 2010).
Ahmad Wardi Muslich, Fikih Muamalah. Amzah, Jakarta, 2010, Cet Ke-1
Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer Cet 1 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2016.
Imam Syafi’i. Tafsir Ayat-Ayat Hukum Imam Syafi’i, penerjemah Beni Hamzah dan
Solihin (Jakarta: Pustaka Azam, 2012).
Muammar Arafat Yusmad, Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teori ke Praktek Cet 1
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018).
Tim Suplemen Ensiklopedi Islam (2001). Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve.
16