Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKAD DALAM TRANSAKSI


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih mu’amalah
Dosen pengampu: M. Matin Sofwan, S.Pd.I., M.Pd

Disusun oleh :
Dharul Ismoyo (2220210014)
Derisa Nurlatifah (2220210013)
Euis Nariah (2220210018)
Wawan Kusmawan(2220210131)

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI YAMISA SOREANG-BANDUNG

1
2023/2024

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB 1...................................................................................................................................
PENDAHULUAN................................................................................................................
Latar Belakang................................................................................................................
Rumusan Masalah..........................................................................................................
Tujuan Masalah..............................................................................................................
BAB 2...................................................................................................................................
PEMBAHASAN..................................................................................................................
Devinisi akad dalam transaksi……………………………………………………………………………..6
Rukun dan syarat akad……………………………………………………………….……………….………7
Klasifikasi akad……………………………………………..………………..9
perwujudan akad………………………………………………..…..………10
berakhirnya akad……………………………………………………………11
BAB III...............................................................................................................................
PENUTUPAN....................................................................................................................
KESIMPULAN.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

2
LEMBAR PENGESAHAN

Judul karya tulis:

“Akad dalam Transaksi”

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Fiqih mu’amalah

Diajukan oleh :

Dharul Ismoyo

Derisa Nurlatifah

Euis Nariah

Wawan kusmawan

Prodi : PAI

Menyetujui

Dosen Pengampu:

3
M. Matin Sofwan, S.Pd.I., M.Pd

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-nyasehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul“Akad dalam transaksii”

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari M.
Matin Sofwan, S.Pd.I., M.Pd, Pada mata kuliah fiqih mu’amalah

Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang tata
cara akad dalam transaksi menurut pandangan islam yang baik dan benar.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang
kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG
Syariat islam mengajarkan kepada manusia agar menjalankan segala
aktivitasnya berdasarkan aturan yang telah ditentukan oleh Allah swt
dan Rasul nya. Begitupun dalam menjalankan kegiatan muamalah,
hendaknya berdasarkan tata cara yang baik dan di Ridhoi oleh allah swt.
Sebagaimana diketahui, bahkan akad merupakan bagian dari macam-
macam tasharuf. Adapun yang dimaksud tasharuf ialah “segala yang
keluar dari seseorang manusia dengan kehendaknya dan syara
menetapkan beberapa haknya.
Tasharuf terbagi menjadi dua yaitu tasharuf fi’li dan tasharuf qaulli.
Tasharuf fi’li ialah usaha yang dilakukan manusia dengan tenaga dan
badannya,selain lidah. Contoh memanfaatkan tanah yang tandus,
merusak benda orang lain, dll. Sedangkan tasharuf qauli adalah tasharuf
yang keluar dari lidah manusia.
Tasharuf qaulli terbagi dua yaitu tasharuf yaitu aqli dan bukan aqli.
Tasharuf aqli ialah sesuatu yang dibentuk dari dua ucapankedua belah
pihak yang bertalian. Seperti jual beli.
Sedangkan tasharuf qauli bukan aqli ada dua macam
a. Merupakan pernyataan pengadaan suatu hak atau mencabut
suatu hak seperti wakaf
b. Tidak menyatakan suatu kehendak, tetapi ia mewujudkan
tuntutan - tuntutan hak. Seperti gugatan, iqrar dll.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Akad dalam transaksi?
2. Apa saja rukun syarat dalam akad transaksi?

5
3. Sebutkan dampak hukumnya?
4. Bagaimana klasifikasi akad dalam transaksi?
5. Bagaimana perwujudan akad di kehidupan sehari hari?

C. TUJUAN MASALAH
1) Memahami secara keseluruhan bagaimana akad dalam transaksi
yang baik dan benar
2) Dapat membedakan antara akad yang baik dan juga cacat

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Devinisi akad
Secara etimologi aqad mempunyai beberapa arti antara lain :
a. Mengikat (ar-rabthu)
b. Sambungan (aqdatun)
c. Janji (al-ahdu)

Dan setiap aqli (persetujuan) mecakupi 3 tahap yaitu

a. Perjanjian (ahdu)
b. Persetujuan dua buah perjanjian atau lebih
c. Perikatan (‘aqdu)

Menurut istilah yang dimaksud dengan akad ialah tasarruf antara


dua pihak dan timbulnya ikatan- ikatan atau kewajiban –
kewajiban yang dipelihara oleh keduanya (yusuf, musa, 1985:332)
Akad juga disebuat dengan :
“berkumpulnya serah terima diantara dua belah pihak atau
perkataan seseorang yang berpengaruh pada kedua belah pihak. “
Atau juga disebutkan :
“terkumpulnya persyaratan serah terima atau sesuatu yang menunjukan
adanya serah terima yang disertai dengan mekuatan hukum”
B. Rukun – Rukun Akad

Sebagaimana diketahui, bahwa akad merupakan suatu perbuatan yang


sengaja dibuat oleh dua orang atau lebih, berdasarkan keridoan masing-

7
masing. Maka timbul bagi kedua belah pihak hak dan ijtihad yang
diwujudkan oleh akad tersebut. Adapun rukun-rukun akad ialah
1. Aqid
Ailah orang yang berakad,
2. Ma’qud alaih
Ialah benda – benda yang di akadkan, seperti benda yang dijual
dalam akad jual beli, dalam akad hibah( pemberian) dll.
3. Maudhu ‘al’aqad
Ialah tujuan atau maksud pokok mengadakan akad. Berbeda akad
maka berbedalah maksud dan pokok akad.
4. Shighat al aqad
Ialah ijab dan kabul, ijab ialah permulaan penjelasan yang keluar
dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran
kehendaknyadalam mengadakan akad, sedangkan kabul ialah
perkataan yang keluar dari pihak yang berakad,yang diucapkan
setelah adanya ijab.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Shighat ‘al-‘akad alaih
sebagai berikut :
a. Harus jelas Pengertiannya
Contoh seorang berkata “aku serahkan barang ini”. Kalimat
tersebut masih kurang jelas, sehingga masih mebimbulkan
pertanyaan apakah benda tersebut diserahkan sebagai
pemberian, penjualan, atau titipan. Kalimat yang lengkapnya
ialah “aku serahkan benda ini kepadamu sebagai hadiah”.
b. Harus bersesuaian antara ijab dan kabul.
c. Tidak boleh antara yang berijab dan yang menerima berbeda
lafad. Misal, seorang berkata “aku serahkan benda ini
sebagai titipan”. Tetapi yang mengucapkan kavul berkata “
aku terima benda ini sebagai pemberian”
d. Menggambarkan kesungguhan kemauan dari pihak-pihak
yang bersangkutan.
C. Syarat-syarat akad

8
Adapun syarat terjadinya akad ada dua macam, yaitu:
1) Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat yang wajib sempurna
wujudnya dalam berbagai akad.
a) Pihak yang melakukan akad dipandang mampu bertindak
menurut hukum(mukallaf)
b) Objek akad itu diketahui oleh syara
Objek akad ini harus memenuhi syarat diantaranya :
 Berbentuk harta
 Dimiliki orang
 Bernilai harta menurut syara
c) Akad itu tidak dilarang oleh nash syara.
d) Akad itu bermanfaat
e) Ijab telah utuh sampai terjadi kabul
f) Akad yang dilakukan itu memenuhi syarat – syarat
khususdengan akad yang bersangkutan
2) Syarat-syarat yang bersifat khusus
Yaitu syarat yang wujudnya Wajib ada dalan sebagian akad. Syarat
khusus ini bisa dibilang tambahan yang harus ada disamping syarat –
syarat umum, seperti syarat adanya saksi di dalam pernikahan.

Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam berbagai akad ialah,


a. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli)
b. Objek akad dapat menerima hukumnya
c. Akad itu di izinkah oleh syara
d. Bukan akad yang dilarang oleh syara
e. Akad dapat memberikan aidah
f. Ijab itu berjalan terus, tidak dijavut sebelum terjadi kabul.
g. Ijab dan kabul mesti bersambung, sehingga bila seseorang yang berijab
sudah berpisah sebelum adanya kabul, maka ijab tersebut menjadi batal.

D. Klasifikasi akad

1. ‘Aqad munjiz ialah akad yang dilaksanakan langsung pada waktu


selesainya akad. Pernyataan akad yang diikuti dengan pelaksanaan akad
ialah tidak disertai dengan syarat-syarat dan tidak pula ditentukan wakt
pelaksanaan setelah adanya akad.

9
2. ‘Aqad mu’alaq ialah akad yang dalam pelaksanaannya terdapat syarat-
syarat yang telah ditentukan dalam akad, misalnya penentuan
penyerahan barang-barang yang diakadkan setelah adanya pembayaran.
3. ‘Aqad mudhaf ialah akad yang dalam pelaksanaannya terdapat syarat-
syarat mengenai penanggulangan pelaksanaan akad, pernyataan yang
pelaksanaannya ditangguhkan hingga waktu yang ditentukan. Perkataan
ini sah dilakukan pada waktu akad, tetapi belum mempunyai akibat
hukum sebelum tibanya waktu yang telah ditentukan.

E. Perwujudan akad tampak ternyata pada keadaan berikut.

1. Dalam keadaan muwadha’ah (taljiah), yaitu kesepakatan dua orang secara


rahasia untuk mengumumkan apa yang tidak sebenarnya. Hal ini ada tiga
bentuk, sebagai berikut.
a. Bersepakat secara rahasia sebelum melakukan akad, bahwa mereka
berdua akan mengadakan jual beli atau yang lainnya secara lahiriah
saja untuk menimbulkan sangkaan orang lain, bahwa benda tersebut
telah dijual, misalnya menjual harta untuk menghindari pembayaran
utang. Hal ini disebut mu’tawadhah pada asal akad.
b. Mu’awadlah tergadap benda yang digunakan untuk akad, misalnya
dua orang bersepakat meyebut mahar dalam jumlah yang besar di
hadapan na’ib. wali pengantin laki-laki dan wali pengantin wanita
sepakat untuk menyebut dalam jumlah yang besar, sedangkan
mereka sebenarnnya telahs epakat pada jumlah yang lebih kecil dari
jumlah yang disebutkan di hadapan na’ib, hal ini disebut juga
muwadha’ah fi al-badal.
c. Mu’wadlah pada pelaku, ialah seseorang yang secara lahiriah
membeli sesuatu atas namanya sendiri secara batiniah untuk
keperlua orang lain. Misalnya seseorang membeli mobil atas
namanya, kemudian diatur surat-surat dan keperluan-keperluan
lainnya.
Setelahs elesai semuanya dia mengumumkan, bahwa akad yang
telah ia lakukan sebenarnya untuk orang lain. Pembeli hanyalah
merupakan wakil yang membeli dengan sebenarnya, hal ini sama
dengan wakalah sirriyah (perwakilan rahasia).
2. Hazl ialah ucapan-ucapan yang dikatakan secara main-main atau mengolok-
olok (istihza) yang tidak dikehendaki adanya akibat hukum dari akad
tersebut. Hazl berwujud beberapa bentuk, antara lain muwadha’ah yang
terlebih dahulu dijanjikan, seperti kesepakatan dua orang yang melakukan
akad, bahwa akad itu hanya main-main atau disebutkan dalam akad, seperti
seseorang berkata “buku ini aku pura-pura saya jual kepada anda” atau
dengan cara-cara lain yang menunjukkan adanya karinah hazl.

Kecederaan-kecederaan kehendak disebabkan hal-hal berikut.


a. Ikrah, cacat yang terjadi pada keridhoan

10
b. Khilabahialah bujukan yang membuat seseorang menjual suatu
benda, terjadi pada akad
c. Ghalat ailah lersangkaan yang salah, misalnya seseorang membeli
sebuah motor, ia menyangka motor tersebut mesinnya masih normal,
tetapi sebenarnya motor tersebut telah turun mesin(rusak).

F. Berakhirnya akad
menurut hukum islam,berakhirnya akad karena disebabkan terpenuhinya
tujuan akad.pemutusan akad,putus dengan sendirinya.
Suatu akad dipandang berakhir jika sudahterpenuhi tujuan dari akad.dalam
akad jual beli,akad dipandang telah berakhirapabila barang telah berpindah
milik kedapa pembeli dan harganya menjadi milik penjual.sedangkan
pembatalan akd tterjadi dengan sebab-sebab serikut :
a. Adanya hal yang tidak dibenarkan syara
b. Adanya khiyar
c. Adanya penyesalan dari salah satu pihak
d. Adanya kewajiban yang tidak terpenuhi oleh pihak yang berakad
e. Serta berakhirnya waktu akad

Selain itu,Kematian dari salah satu pihak yang mengadakan akad


mengakibatkan berakhirnya akad.tetutama yang menyangkut hal-hak
perorangandan bukan hak-hak kebendaan.

11
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN

Akad memiliki posisi dan peranan yang sangat strategis dalam berbagai
persoalan mu’amalah. Bahkan akad dapat menjadi salah satu penentu sah atau
tidaknya suatu transaksi. Akad yang telah terjadi mempunyai pengaruh (akibat
hukum) yang sangat luas. Dengan sahnya akad sebuah kepemilikan bisa
berpindah dari kepemilikan seseorang kepada pihak yang lain. Dengan akad
pula dapat merubah suatu kewenangan, tanggung jawab dan kegunaan sesuatu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,ru’fah (2020 ) .fiqih muamalah.banten:media madani.

13

Anda mungkin juga menyukai