Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KONSEP AKAD dalam MUAMALAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah dan
Muamalah

Dosen pengampu: Dr. Moch Taufiq Ridho, M.Pd

Disusun oleh: Fikri Ananda (22102179)

Putri Sa’adah Rahayu Ningsih (22102211)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN AN-NUR

FAKULTAS TARBIYAH

PRROGRAM STUUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi robbil ‘alamiin, puji Syukur kami panjatkan ke hadirat
Allah Swt., karena atas berkat nikmat, Rahmat, dan karunia-Nya kaita dapat
berkumpul di tempat ini dalam keadaaan sehat wal afiat. Tak lupa juga kami
ucapkan banyak terimakasi kepada Bapak Dr. Moch Taufiq Ridho, M.Pd. yang
telah membimbingg kami dalam Menyusun makalah yang berjudul “Konsep Akad
dalam Muamalah” ini.
Tentunya, penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesaalahan. Oleh
karena itu, kami memohon keppaada para pembaca agar dapat memberikan kritik
dan saran yang daapat kami guunakan sebagai pedoman penuulisan karya ilmiah
kami di masa yang akan dating. Semoga makalah yang kami buat inidapat
bermanfaat dunia dan akhirat. Aamiin
Yogyakarta, 25 Oktober 2023
Penulis
Daftar isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................4
Daftar isi...................................................................................................................5
BAB 1......................................................................................................................6
PENDAHULUAN...................................................................................................6
A. Latar Belakang..........................................................................................6
B. Rumusan Masalah.....................................................................................6
C. Tujuan........................................................................................................6
BAB 2......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
1. Konsep Muamalah Berakad dan Muamalah Tanpa Akad......................7
2. Pengertian Akad.....................................................................................7
3. Rukun-Rukun Akad...............................................................................8
4. Akad Sah dan Akad Tidak Sah.........................................................................9
BAB 3....................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................10
B. Saran....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad dalam muamalah merupakan suatu konsep penting yang mengacu
pada perjanjian antara dua belah pihak dalam suatu transaksi ekonomi mennurut
hukum syariah. Konsep ini menjadi landasan utama dalam berbagai transaksi
syariah, seperti penjualan, sewa menyewa, guna usaha, peminjaman, dan lain-lain.
Kontrak mencakup kesepakatan, antara lain pihak yang terlibat mengenai syarat,
ketentuan, dan hara transaksi.
Berdasarkan huukum syariah, kontrak harus mematuhi prinsip-prinsip
hukum dan etika Islam, seperti keadilan, kelengkapan, dan persyaratan yang jelas.
Akad sah yang sesuai dengan prinsip syariah memberikan landasan penting untuk
menjamin keabsahan transaksi muamalah dan menjaga keadilan dalam berbagai
aspek perekonomian. Oleh karena itu, pemahaman konsep akad sangat penting
dalam bermuamalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu muamalah berakad dan muamalah tanpa akad?
2. Apa pengertian akad?
3. Apa saja rukun-rukun dalam akad?
4. Apa itu akad sah dan akad tidak sah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konnsep muamalah berakad dan muamalah tanpa akad
2. Untuk mengetahui pengertian akad
3. Untuk mengetahui rukun-rukun akad
4. Untuk mengetahui akad sah dan akad tidak sah
BAB 2

PEMBAHASAN
1. Konsep Muamalah Berakad dan Muamalah Tanpa Akad
2. Pengertian Akad
Akad dalam hukum Islam identik dengan perjanjian dalam hukum
Indonesia. Kata akad berasal dari kata al-‘aqd yang berarti ikatan, mengikat,
menyabung atau menghubungkan (ar-rabt). Ikatan maksudnya adalah
menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salas satunya
pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan menjadi seutas tali yang
satu. Pengertian akad secara terminologi fiqh (hukum Islam) adalah perikatan
antara ijab (penawaran) dengan qabul (penerimaan) secara yang dibenarkan
syara’ yang menetapkan keridhoan (kerelaan kedua belah pihak).1
Jumhur ulama mendefinisikan bahwa akad sebagai pertalian antara ijab
dan qobul yang dibenarkan oleh syara’ yang meni bulkan akibat hukum terhadap
objeknya. Akad adalah pertemuan ijab dan qobul sebagai pernyataan kehendak
dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya. Akad
merupakan keterkaitan antara keinginan atau statemen kedua belah pihak yang
dibenarkan oleh syara’ dan akan menimbulkan implikasi hukum tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi di ataas menunjukkan bahwa: pertama, akad
merupakan pertemuan antara ijab dan qabul yang berakibat timbulnya suatu
hukum. Ijab adalah penawaran yang diajukan oleeh salah satu pihak, dan qabul
adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra sebagai tanggapan terhadap
penawaran pihak yang pertama. Akad tidak akan terjadi apabila pernyataan
kehendak masing-masing pihak tidak terkait satu sama lain, karena akadadalah
keterkaitan kehendak antara kedua pihak yang tercermin dalam ijab dan qobul.
Kedua, akad merupakan tindakan hukum dua pihak karena akad adalah pertemuan
ijab yang mempresentasikan kehendak dari satu pihak dan qobul yang
menyatakan kehendak lain. Tindakan hukum satu pihak, seperti janji memberi
hadiah, wasiat, wakaf bukanlah akad, karena tindakan-tindakan tersebut bbukan
merupakan tindakan dua pihak dan karenanya tidak memerlukan qobul. Ketiga,
tujuan akad adalah melahirkan suatu akibat hukum.
Akibat hukum akad dalam hukum Islam dibedakan menjadi dua, yaitu
akibat hukum pokok akad dan akibat hukum tambahan akad. Bila tujuan dalam
akad jual beli, misalnya adalah melakukan pemindahan milik ataas suatu barang
dari penjual kepaada pembeli dengan imbalan dari pembeli, maka akibat hukum
pokok akad jual beli adalah terjadinya pemindahan milik atas barang yang
dimaksud. Realisasi dari akibat hukum pokok akad jual beli, penjual berkewajiban
menyerahkan barang yang merupakan hak pembeli, dan pembeli berkewajiban
1
Drs. Harun, MH, Fiqh Muamalah (Surakarta: Muhammadiyah University Press:2017), hal.31-33
menyerahkan harga yang merupakan hak penjual adalah sebagai akibat hukum
tambahan akad. Akibat hukum tambahan akad dibedakan menjadi dua, yaitu
akibat hukum tambahan akad yang ditentukan oleh pembuat syara’ dan akibat
hukm tambahan akad yang ditentukan oleh para pihak sendiri. Sedangkan akibat
hukum tambahan akad yang ditentukan oleh pihak sendiri adalah klausul-klausul
yang mereka buat sesuai dengan kepentingannya, misalnya, penyerahan barang di
rumah pembeli yang diantar oleh dan atas biaya penjual.
3. Rukun-Rukun Akad
Menurut hukum Islam, unsur-unsur yang membentuk sesuatu
disebut rukun. Jadi, rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga
sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut yang membentuknya.
Unsur-unsur yang membentuk akad yang disebut sebagai rukun akad yang
disepakati ada empat macam, yaitu:
a. Para pihak yang membentuk akad
b. Pernyataan kehendak para pihak
c. Objek akad,
d. Tujuan akad.
Para ulama fiqih sepakat bahwa rukun adalah unsur yang membentuk
substansi sesuatu. Tetapi, ketika rukun itu diterapkan secara nyata kepada akad,
ada perbedaan pendapat tentang unsur mana dari rukun itu yang membentuk akad.
Menurut mazhab Hanafi, yang dimaksud rukun akad adalah unsur-unsur pokok
yang membentuk akad.
Akad sendiri adalah pertemuan kehendak para pihak dan kehendak itu
diungkapkan melalui pernyataan kehendak yang berupa ucapan atau bentuk
ungkapan lain dari masing-masing pihak. Padangan tersebut menunjukkan, bahwa
unsur pokok yang membentuk akad itu hanyalah pernyataan kehendak masing-
masing pihak berupa ijab dan kabul. Adapun para pihak dan objek akad adalah
suatu unsur luar, tidak merupakan esensi akad, dan karena itu bukan rukun akad.
Namun mazhab Hanafi mengakui, bahwa unsur para pihak dan objek itu harus ada
untuk terbentuknya akad, tetapi unsur-unsur tersebut berada di luar akad sehingga
dinamakan akad. Rukun hanya substansi internal yang membentuk akad yakni
ijab dan kabul. Walaupun mazhab Hanafi berpandangan bahwa rukun akad
hanyalah ijab dan kabul, namun mereka mengakui tidak mungkin adanya akad
tanpa adanya para pihak yang membuatnya dan tanpa adanya objek akad. Al-
Zarqa dalam menyikapi perbedaan pendapat itu mengemukakan, bahwa keempat
unsur yang disebutkan di atas dinamakan unsur akad dan salah satu unsur adalah
rukun akad yaitu ijab dan kabul. Menurut al-Zarqa, empat unsur akad adalah:
(1) para pihak,
(2) objek akad,
(3) tujuan akad,
(4) rukun akad

4. Akad Sah dan Akad Tidak Sah


BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam konteks bermuamalah, konsep akad berperan penting dalam
mengatur transaksi ekonomi. Akad bukan hanya sekedar formalitas,
melainkan juga menjadi fondasi utama dari proses aktivitas ekonomi yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Oleh karena itu, dalam bermuamalah harus memahami dengan baik
prinsip-prinsip akad, termasuk kesepakatan, kejujuran, dan transparasi.
Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang konsep akad ini sagat
penting dalam membangun ekonomi yang berkelanjutan dan sesuai dengan
nilai-nilai Islam.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya masih terdapat banyak
kekurangan. Olehh karena itu, kami memohon kepada para pembaca agar dapat
memberikan kritik dan saran kepada kami tentang penulisan makalah tersebut
agar dapaat kami gunakan sebagai bekal kami dalam proses penulisan makalah
selanjutnya. Semoga maakalah yang kami susun dapat memerikan manfaaat bagi
paraa pembaca. Aamiin
DAFTAR PUSTAKA
AKAD DALAM TRANSAKSI EKONOMI SYARIAH: Urbanus Uma Leu Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Jl. Sultan Alauddin 36 Samata Gowa
Email: urbanusumar@gmail.com
Drs. Harun, MH, Fiqh Muamalah (Surakarta: Muhammadiyah University
Press:2017), hal.31-33

Anda mungkin juga menyukai