Makalah Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ayat dan Hadits Ekonomi
Disusun Oleh:
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ayat dan Hadits
Ekonomi. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca dan juga penulis.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang Rahmatan lil ‘alamin , yang mempunyai konsep dasar
meliputi tiga aspek yakni aqidah, syariah dan akhlak yang mengatur kehidupan
manusia secara komprehensif dan universal. Adapun hukum Islam adalah sistem
hukum yang bersumber dari ajaran agama Islam yaitu Al –Qur’an dan Hadits.
Dikatakan bahwa sifat hukum Islam tidak dapat dilepaskan dengan agama Islam,
oleh karenanya dalam mengkaji hukum Islam tidak dapat melepaskan dari
pengkajian agama Islam dan pemahaman tentang agama Islam.
Sebagai makhluk, keberadaan manusia di bumi merupakan suatu kontrak (akad)
kehidupan, sehingga manusia diberi hak mengelola seluruh potensi ciptaan Tuhan
untuk kemaslahatan manusia dan kemanusiaan. Penghambaan adalah adalah akad
(kontrak) tentang mekanisme hubungan vertikal manusia dengan Tuhan di samping
hubungan horizontal dengan sesama ciptaan Tuhan. Sedangkan kekhalifahan
adalah akad (kontrak) tentang pendelegasian kewenangan Tuhan kepada manusia
untuk bertindak atas nama pemegang otoritas pemeliharaan dan pemanfataan
seluruh ciptaan Tuhan dalam kerangka pengabdian kepada Tuhan pula.
Akad memiliki arti penting bagi manusia dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat. Karena akad merupakan dasar dalam berbagai aktivitas manusia.
Melalui akad pernikahan seorang laki-laki disatukan dengan seorang perempuan
dalam suatu kehidupan bersama sebagai suami istri. Lebih luas lagi, semua relasi
manusia baik antar individu maupun kelompok tidak terlepas dari akad untuk
memfasilitasi setiap aktivitasnya.
Tidak seorang pun manusia dapat mewujudkan kemaslahatan dalam hidupnya
tanpa bantuan pihak lain, dan keterlibatan orang lain, baik secara individu maupun
kelompok. Dengan demikian, akad merupakan sarana sosial dalam pembentukan
dan perubahan peradaban secara makro dalam tata kehidupan umat manusia.
1
2
Dalam konsep ekonomi, manusia hidup dalam suatu kelompok masyarakat yang
secara keseluruhan membentuk sistem. Secara sederhana sistem dapat diartikan
sebagai interaksi, kaitan dari unsur-unsur yang lebih kecil membentuk satu satuan
yang lebih besar dan bersifat kompleks. Karena itu sistem ekonomi merupakan
interaksi dari unit-unit paling kecil (para konsumen dan produsen) ke dalam unit
ekonomi yang lebih besar pada suatu wilayah tertentu. Kekuatan pola interaksi dari
unit-unit ekonomi sangat ditentukan oleh akad yang menyertainya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Kata akad berasal dari bahasa arab عقذا- عقذyang berarti membangun,
mendirikan, memegang, perjanjian, percampuran, menyatukan. Bisa juga berarti
kontrak (perjanjian yang tercatat). Sedangkan menurut al- Sayyid Sabiq akad berarti
ikatan atau kesepakatan. Secara etimologi, akad adalah ikatan antara dua perkara
baik ikatan secara nyata maupun secara maknawi, dari satu segi maupun dua segi.
Secara terminologi, akad adalah perikatan ijab dan qabul yang dibenarkan syara’
yang menetapkan keridhoan kedua belah pihak. Ulama fiqih membagi akad dilihat
dari dua segi, yaitu secara umum dan secara khusus1.
Akad secara umum adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang
berdasarkan keinginannya sendiri seperti wakaf, talak, pembebasan, atau ssuatu
yang pembentukannnya membutuhkan keinginan dua orang, seperti jual beli,
perwakilan dan gadai.pengertian akad secara umum di atas adalah sama dengan
pengertian akad dari segi bahasa menurut pendapat ulama syafi’iyyah, malikiyyah
dan hambaliyah.
Pengertian akad secara khusus adalah pengaitan ucapan salah seorang yang
berakad dengan yang lainnya secara syara’ pada segi yang tampak dan berdampak
pada objeknya2. Pengertian akad secara khusus lainnya adalah perikatan yang
ditetapkan dengan ijab qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang berdampak pada
objeknya.
Hal yang terpenting bagi terjadinya akad adalah ijab dan qabul, ijab qabul
adalah suatu perbuatan atau pernyataan untuk menunjukan suatu keridhaan dan
berakad di antara dua orang atau lebih, seingga terhindar atau keluar dari suatu
1
Muhammad Harfin Zuhdi, “Prinsip-Prinsip Akad Dalam Transaksi Ekonomi Islam,” Jurnal Ekonomi
Syariah viii (2017): 77–115.
2
Ma’rifah Yuliani, “Interpretasi Hadis Nabi Larangan Dua Akad Dalam Satu Transaksi,” Jurnal Ilmu
Syariah dan Hukum 5, no. 2 (2020): 106–125.
3
4
ikatan yang tidak berdasarkan syara’. Oleh karena itu, dalam Islam tidak semua
kesepakatan atau perjanjian dapat dikategorikan sebagai akad, terutama
kesepakatan yang tidak didasarkan pada keridhaan dan syari’at Islam.
Dengan demikian, persoalan akad adalah persoalan antar para pihak yang
sedang menjalin ikatan. Untuk itu yang perlu diperhatikan dalam menjalankan akad
adalah terpenuhinya hak dan kewajiban masing-masing pihak tanpa ada pihak yang
terlanggar hak nya3. Oleh karena itu, maka penting untuk membuat batasan-batasan
yang menjamin tidak terjadinya pelanggaran hak antar pihak yang sedang
melaksanakan akad tersebut.
3
Septarina Budiwati, “Akad Sebagai Bingkai Transaksi Bisnis Syariah,” Jurisprudence 7, no. 2
(2017): 152–159.
4
Zuhdi, “Prinsip-Prinsip Akad Dalam Transaksi Ekonomi Islam.”
5
3. Apabila dua janji tersebut dilaksanakan oleh para pihak, maka terjadilah al-
‘aqdu. Maka yang mengikat masing-masing pihak sesudah pelaksanaan
perjanjian itu bukan lagi al-‘ahdu melainkan al- ‘aqdu.
Rukun Akad
Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu transaksi. Rukun
merupakan faktor esensial yang membentuk suatu perbuatan hukum, dan
ketiadaan rukun membatalkan perbuatan hukum dan menjadikan tidak adanya
akad. Sedangkan syarat adalah sesuatu yang keberadaannya untuk melengkapi
rukun. Contohnya, pelaku transaksi harus orang yang pinter hukum (mukalaf).
Menurut Mazhab Hanafi, jika rukun sudah terpenuhi, tetapi syarat tidak
terpenuhi, maka rukun menjadi tidak lengkap sehingga transaksi tersebut
menjadi fasid (rusak)6.
Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun akad terdiri dari:
1. Al-‘Aqidain (pihak-pihak yang berakad)
Al-‘Aqidain adalah para pihak yang melakukan transaksi,
misalnya dalam hal jual beli mereka adalah penjual dan pembeli.
Terkait dengan ini, Ulama fiqh memberikan syarat atau kriteria
yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang berakad, yakni ia harus
memiliki ahliyah dan wilayah.
5
Abdul Rachman et al., “Dasar Hukum Kontrak ( Akad ) Dan Implementasinya Pada Perbankan
Syariah Di Indonesia,” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 8, no. 01 (2022): 47–58.
6
Zuhdi, “Prinsip-Prinsip Akad Dalam Transaksi Ekonomi Islam.”
6
7
Zuhdi, “Prinsip-Prinsip Akad Dalam Transaksi Ekonomi Islam.”
8
Yuliani, “Interpretasi Hadis Nabi Larangan Dua Akad Dalam Satu Transaksi.”
7
Syarat Akad
1. Adanya Ijab dan Qabul. Dalam hukum Islam, Ijab disebut juga offer. Suatu
kontrak hanya terjadi apabila offer yang diajukan oleh satu pihak disambut
atau disetujui oleh pihak yang lain yang disebut Qabul atau Acceptance
(penerimaan) terhadap offer tersebut. Menurut common law, suatu kontrak
terjadi apabila didahului dengan adanya offer (penawaran) yang diajukan
oleh salah satu pihak yang menginginkan mengadakan perjanjian dengan
pihak yang lain.
2. Kehalalan Isi Akad/Perjanjian/Kontrak. Dalam kontrak pada perjanjian
akad, tidak boleh mengandung hal-hal yang dilarang oleh Islam.
3. Kesesuaian akad/perjanjian atau kontrak dengan Prinsip Syariah
C. Tujuan Akad
9
Budiwati, “Akad Sebagai Bingkai Transaksi Bisnis Syariah.”
10
Urbanus Uma Leu, “Akad Dalam Transaksi Ekonomi Syariah” X (2014): 48–66.
8
D. Macam-Macam Akad
Dalam hal pembagian akad ini, ada beberapa macam akad yang didasarkan atas
sudut pandang masing-masing, yaitu12:
11
Leu, “Akad Dalam Transaksi Ekonomi Syariah.”
12
Zuhdi, “Prinsip-Prinsip Akad Dalam Transaksi Ekonomi Islam.”
13
Abdul Muiz Nuroni, “Akad Dan Kedudukannya Dalam Al-Quran Dan Hadits,” 2019 (n.d.).
9
b. Benda tidak berwujud (ghair al-ain), yaitu benda yang tidak dapat
kita rasa dengan indra kita, namun manfaatnya dapat kita rasakan,
seperti informasi, lisensi, dan lain sebagainya.
َ َياأ َ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا أ َ ْوفُوا ِبا ْلعُقُو ِۚ ِد أ ُ ِحلَّتْ لَكُم َب ِهي َمةُ ْاْل َ ْن َع ِام ِإ ََّّل َما يُتْلَ ٰى
علَ ْي ُك ْم
َّ َّص ْي ِد َوأَنت ُ ْم ُح ُر ٌۗم ِإن
َّللاَ يَحْ ُك ُم َما يُ ِري ُد َّ غ ْي َر ُم ِح ِلي ال َ
ِ َٰيااَيُّ َها الَذِينَ ٰا َمنُوا َّل تَأ ُكلُ اوا اَم َوالَكُم بَينَكُم ِبالب
َ اط ِل ا َ اِّل اَن تَكُونَ تِ َج
ارة عَن
ّللاَ كَانَ ِبكُم َر ِحيما َ ُت َ َراض ِمنكُم َو َّل تَقتُلُ اوا اَنف
ٰ َسكُم اِن
14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemahan/Penafsiran Al-Qur’an), 1999.
15
RI, Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemahan/Penafsiran Al-Qur’an).
10
َ ع ْن
ع ْب هد َّ ه
ّللا ب هْن َ ، أ َ ْخ َب َرنَا َما هل ٌك:ف
َ ،ع ْن نَا هف ٍع َ َحدَّثَنَا
عبْد َّ ه
َ ّللا بْن يوس
ع َم َر
16
Nuroni, “Akad Dan Kedudukannya Dalam Al-Quran Dan Hadits.”
17
RI, Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemahan/Penafsiran Al-Qur’an).
11
Maksud dari kaidah ini adalah bahwa prinsip utama dalam dalam transaksi
ekonomi adalah kerelaan atau keridhaan kedua belah pihak yang berakad. Oleh
karena itu, transaksi dikatakan sah apabila didasarkan kepada keridlaan kedua
belah pihak yang melakukan transaksi18.
18
Zuhdi, “Prinsip-Prinsip Akad Dalam Transaksi Ekonomi Islam.”
19
RI, Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemahan/Penafsiran Al-Qur’an).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akad adalah perikatan yang ditetapkan dengan ijab dan qabul berdasarkan
ketentuan syara’ yang berdampak pada objeknya. Semua perikatan (transaksi) yang
dilakukan oleh para pihak, dua pihak atau lebih tidak boleh menyimpang dan
sejalan dengan kehendak syari’at, tidak boleh ada kesepakatan untuk menipu orang
lain, tidak boleh bertransaksi yang mengandung unsur maghrib (maisir, gharar,
riba,bathil) serta tidak boleh bertransaksi dengan barang atau harta yang
diharamkan (maal ghairu mutaqawwim). Dengan demikian, untuk menciptakan
sebuah kesepakatan sebagai ketentuan yang wajib dipatuhi, maka dibutuhkan
adanya suatu perjanjian atau kontrak yang dalam hukum Islam disebut sebagai
akad.
12
13
DAFTAR PUSTAKA