Anda di halaman 1dari 19

KONSEP AKAD

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas fiqih muamalah

Dosen Pengampu : DR. Tuti anggraini,MA

Disusun Oleh: Kelompok 3

1. Alfa Khair ( 0503222209)


2. Febrianti Shakira ( 0503222223)
3. T.zaskya Azhar Azaddin (0503223109)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERAUTARA
MEDAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur dapat kami panjatkan kepada Allah SWT,yang dimana telah
diberikan nikmat iman dan karunia-Nya, sehingga dapat mengerjakan makalah ini
agar dapat terpenuhi tugas kelompok pada matakuliah FIQIH MUAMALAH .
Pada judul makalah "KONSEP AKAD". Pada penulisan makalah ini kami merasa
jauh dari kata sempurna baik dalam teknik penulisan maupun pada pembahasan
materi.
Kami sadar bahwa karya tulis ini tidak sempurna, dan kami sangat
menghargai masukan dan saran untuk meningkatkannya. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami oleh semua pembaca dan bermanfaat bagi kami
dalam memenuhi persyaratan mata kuliah fikih muamalah Sebelumnya kami
meminta maaf kepada pembaca apabila terdapat kata-kata yang mungkin kurang
berkenan di hati.

Medan,30 september 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTARISI. .............................................................................................................. ii
BABI PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. LatarBelakang. ................................................................................................ 1
B. RumusanMasalah. ........................................................................................... 1
C. TujuanMasalah ................................................................................................ 1
BABII PEMBAHASAN ............................................................................................ 2
A. AsalUsul Akad ................................................................................................ 2
B. Pengertian Akad. ............................................................................................. 3
C. Rukun-Rukun DanSyarat-Syarat Akad… ..................................................... 4
D. Macam-MacamAkad. ..................................................................................... 7
E. Asas-AsasAkad ............................................................................................. 11
BABIII PENUTUP .................................................................................................. 14
A. Kesimpulan....................................................................................................14
B. Saran. ............................................................................................................ 14
DAFTARPUSTAKA. ............................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Akad atau perjanjian dalam kehidupan masyarkat menduduki posisi yang
sangat penting. Akad merupakan salah satu dasar dari sekian banyak aktivitas
keseharian manusia. Melalui akad berbagai kegiatan bisnis dan usaha manusia
dapat dijalankan. Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan
dan kepentingannya. Karena akad itulah yang membatasi hubungan antara kedua
belah pihak yang terlibat dalam usaha tersebut dan akan mengikat hubungan itu
dimasa sekarang maupun masa yang akandatang..
Warisan ilmu fikih memuat berbagai rincian dan penetapan dasar
perjanjian usaha tersebut sehingga dapat merealisasikan tujuannya, memenuhi
kebutuhan umat pada saat yang sama, serta melahirkan beberapa kaidah dan
pandangan bagi umat islam untuk digunakan memenuhi kebutuhan modern saat
ini

B. RUMUSANMASALAH
1. Apa asal usul akad?
2. Apa pengertian dariakad?
3. Apa saja rukun dan syaratakad?
4. Apa saja macam - macamakad?
5. Asas-AsasAkad?

C. TUJUANMASALAH
1. Untuk Mengetahui Asal UsulAkad
2. Menambah Wawasan Megenai Pengertian DariAkad
3. Mengetahui Rukun Dan Syarat DalamAkad
4. Mengatahui Berbagai MacamAkad
5. Untuk Mengetahui Asas-AsasAkad

Studi kasus
1
Seorang pengusaha ingin membeli sebuah gedung untuk dijadikan kantor perusahaannya. Ia
menemukan sebuah gedung yang cocok dan ingin membelinya dari pemiliknya. Keduanya
sepakat untuk melakukan akad jual-beli. Namun, sebelum akad dilakukan, pengusaha
menanyakan apakah gedung tersebut memiliki sertifikat hak milik yang sah. Pemilik gedung
mengatakan bahwa sertifikat tersebut sedang dalam proses pengurusan dan akan selesai dalam
waktu dekat. Pengusaha merasa ragu dan meminta agar akad ditunda sampai sertifikat hak milik
gedung tersebut sudah selesai. Pemilik gedung menolak dan mengatakan bahwa ia membutuhkan
uang secepatnya dan akan memberikan sertifikat hak milik tersebut setelah akad dilakukan.

Dalam kasus ini, pengusaha mempertanyakan syarat sahnya akad yaitu tidak mengandung
ketidakjelasan (garar). Pengusaha merasa ragu karena sertifikat hak milik gedung tersebut belum
selesai dan belum jelas apakah sah atau tidak. Oleh karena itu, pengusaha meminta agar akad
ditunda sampai sertifikat hak milik gedung tersebut sudah selesai. Namun, pemilik gedung
menolak dan mengabaikan syarat sahnya akad tersebut. Dalam hukum Islam, akad yang
mengandung ketidakjelasan (garar) dianggap tidak sah. Oleh karena itu, pengusaha berhak
menolak akad tersebut dan mencari gedung lain yang memiliki sertifikat hak milik yang sah.

Dalam kasus ini, dapat dilihat bahwa syarat sahnya akad sangat penting untuk dipenuhi agar akad
tersebut dianggap sah dan valid. Pengusaha memiliki hak untuk mempertanyakan syarat sahnya
akad dan menolak akad yang tidak memenuhi syarat tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya
kebebasan dalam melakukan perjanjian dalam Islam, namun tetap harus memperhatikan syarat
dan rukun akad agar akad tersebut dianggap sah dan valid.
BAB II

2
PEMBAHASAN
A. Asal Usul Akad
Akad adalah bagian dari macam - macam tasharruf yang dimaksud
dengan tasharruf ialah: “segala yang keluar dari seorang manusia dengan
kehendaknya dan Syarat menetapkan beberapa haknya."
Tasharruf terbagi dua,yaitu tasharruf film dan tasharruf qauli. Tasharruf fi'
li iyalah usaha yang dilakukan manusia dengan tenaga dan badannya, selain lidah
misalnya memanfaatkan tahan yang tandus,menerima barang dalam jual beli ,
merusakkan benda orang lain.1
Tasharruf qauli ialah tasharruf yang keluar dari lidah manusia
Akad memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan muamalah
baik dalam bidang ekonomi, bisnis, dan keuangan. Fungsi dan pengaruhnya
terhadap benda sangat besar, sehingga transaksi muamalah dikatakan sah jika
akad yang dilakukan terpenuhi syarat dan rukunnya. Sebaliknya suatu akad dapat
dikatakan batal, jika akad itu tidak memenuhi rukun dan syaratnya. Dalam
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), akad tidak sah apabila
bertentangan dengan syariat Islam, peraturan 3 perundang-undangan, ketertiban
umum, dan atau kesusilaan. Pengaruh- pengaruh umum yang berlaku pada semua
akad muamalah misalnya akad yang dilakukan langsung menghasilkan, sejak
terjadinya akad. Dengan terjadinya akad, maka terjadilah apa yang dimaksud dari
akad tersebut seperti; akad jual beli, akad ini akan memindahkan barang yang
dijual kepada pembeli dan memindahkan uang pembeli kepada penjual. Setelah
terjadi akad nikah, maka hubungan pria dan wanita menjadi halal. Dengan
terjadinya akad scwa, maka penyewa berhak memanfaatkan barang yang disewa
setelah membayar ujrah (uangsewa).2

B. PengertianAkad
1 Hendi Suhendi ,fikih muamalah , ( Depok : PT RajaGrafindo Persada, 2019 ), hal 43
2
Nur Wahid,Multi Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah, ( Yogyakarta : CV Budi Utama,
2019 ) , hal 1

3
Dalam Kamus Lengkap Ekonomi ditetapkan bahwa : Contract (kontrak)
merupakan: “suatu perjanjian legal yang bisa dikerjakan antara dua pihak atau
lebih. Suatu kontrak mencakup kewajiban untuk kontraktor yang bisa ditetapkan
lisan maupun tertulis. Sebagai contoh, perusahaan memiliki perjanjian guna
memasok produk ke perusahaan lain pada waktu tertentu dan ukuran tertentu.
Kedua belah pihak akan terikat untuk menepati perjanjian mereka dalam
penjualan dan pembelian dari barang”. Secara terminologi fikih, akad ialah
pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan kabul (pernyataan penerimaan
ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh kepada objek perikatan.
Pencantuman kata-kata yang "sesuai dengan kehendak syariat" maksudnya bahwa
seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak dianggap sah
apabila tidak sesuai dengan kehendak syara'. Misalnya, kesepakatan untuk
melakukan transaksi riba, menipu orang lain, ataupun merampok kekayaan orang
lain. Adapun pencantuman kata-kata "berpengaruh pada objek perikatan"
maksudnya adalah terjadinya perpindahan pemilikan dari satu pihak (yang
melakukan ijab) kepada pihak yang lain (yang menyatakankabul)."
Kata akad berasal dari bahasa Arab al-'aqd yang secara etimologi berarti
perikatan, perjanjian, dan permufakatan (al-ittifaq)." Al-aqd secara bahasa
memiliki beberapa arti, antaralain:
1. Mengikat (Ar-rabtu), yaitu:" mengumpulkan dua ujung tali dan
mengikat salah satunyadengan
yang lain sehingga bersambung. kemudian keduanya menjadi sebagai
sepotong benda".
2. Sambungan (aqdatum), yaitu: sambungan yang memegang kedua ujung
itu danmengikatnya".
3. Janji (al-'ahdu), sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surat Ali Imran
ayat 76, yang artinya:" Ya siapa saja yang menepati janjinya dan takut
kepada Allah, sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang takwa.
Terdapat pula dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 1, yang artinya:" Hai
orang-orang yang beriman tepatilah janji-janjimu".

4
Secara terminologi fikih, akad ialah pertalian ijab (pernyataan melakukan
ikatan) dan kabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat
yang berpengaruh kepada objek perikatan. Pencantuman kata-kata yang "sesuai
dengan kehendak syariat" maksudnya bahwa seluruh perikatan yang dilakukan
oleh dua pihak atau lebih tidak dianggap sah apabila tidak sesuai dengan
kehendak syara'. Misalnya, kesepakatan untuk melakukan transaksi riba, menipu
orang lain, ataupun merampok kekayaan orang lain. Adapun pencantuman kata-
kata "berpengaruh pada objek perikatan" maksudnya adalah terjadinya
perpindahan pemilikan dari satu pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak yang
lain (yang menyatakankabul)."
Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, akad adalah kesepakatan dalam suatu
perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan
perbuatan hukum tertentu. "Beberapa contoh akad, seperti dalam jual beli, pihak
pertama menyatakan," saya jual sepeda ini kepadamu dengan harga sekian, tunai,"
dan pihak kedua menyatakan menerima," saya beli sepeda ini dengan harga sekian
tunai." Dapat pula pihak pertama adalah pembelinya yang mengatakan," saya beli
sepeda mu dengan harga sekian, tunai," dan pihak kedua menyatakan menerima,"
saya jual sepeda ku kepadamu dengan harga sekian tunai." Pernyataan pihak
pertama itu disebut ijab dan pernyataan pihak kedua disebut kabul 3.

C. Rukun Dan SyaratAkad


1. Rukunakad
Setelah diketahui bahwa akad merupakan suatu perbuatan yang sengaja
dibuat oleh dua orang atau lebih berdasarkan keridhaan masing - masing ,maka
timbul bagi kedua belah pihak haq dan iltijam yang diwujudkan oleh akad ,rukun -
rukun akad ialah sebagai berikut.
Rukun akad merupakan unsur-unsur yang menentukan terbentuknya akad, rukun-
rukun akad sebagai berikut:
● Aqid adalah orang yang berakad; terkadang masing-masing pihak terdiri dari
satuorang,terkadangterdiridaribeberapaorang.Misalnya,penjualdanpembeli

3 Ibid,hal 2-4.

5
beras di pasar biasanya masing- masing pihak satu orang: ahli waris sepakat untuk
memberikan sesuatu kepada pihak yang lain yang terdiri dari beberapa orang.
Seseorang yang berakad terkadang memiliki hak ('aqid asli) dan merupakan wakil
dari yang memiliki hak
● Ma'qud 'alaih, ialah benda-benda yang diakadkan, seperti benda- benda yang
dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibah (pemberian), gadai, utang yang
dijamin seseorang dalam akadkafalah.
● Maudu' al-'aqd, yaitu tujuan atau maksud pokok mengadakan akad. Dalam
akad hibah tujuan pokoknya yaitu memindahkan barang dari pemberi kepada
diberi untuk dimilikinya tanpa pengganti(iwad)
● Sigat al-'aqd ialah ijab kabul. Ijab ialah permulaan penjelasan yang keluar
dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam
mengadakan akad. Kabul ialah perkataan yang keluar dari pihak yang berakad
pula yang diucapkan setelah adanyaijab.
Mengucapkan dengan lidah merupakan salah satu teknik yang di tempuh dalam
menyelenggarakan akad, namun ada juga teknik lain yang bisa mencerminkan
kehendak untuk berakad. Para ulama fiqh menerangkan sejumlah teknik yang di
tempuh dalam akad, yaitu:
1. Dengan teknik tulisan (kitabah), contohnya dua “aqid berjauhan
tempatnya, maka ijab qabul boleh dengan kitabah. Atas dasar inilah semua
ulama membuat kaidah : “Tulisan itusama denganucapan”
2. Isyarat untuk orang-orang tertentu akad tidak bisa di laksanakan dengan
perkataan atau tulisan, misalnya seseorang yang bisu tidak bisa
mmenyelenggarakan ijab qabul dengan tulisan. Maka orang yang bisu dan
tidak pandai baca tulis tidak bisa mengerjakan ijab qabul dengan Perkataan
dan tulisan. Dengan demikian, qabul atau akad di kerjakan dengan isyarat.
Berdasarkan kaidah sebagai berikut : “Isyarat bagi orang bisu sama dengan
ucapanlidah”.
3. Ta'athi (saling memberi), seperti seseorang yang melakukan pemberian
kepada orang seseorang dan orang tersebut memeberikan imbalan kepada
yangmemberitanpaditentukanbesarimbalan.Dengancontohyangjelas

6
sebagai berikut: " seorang penggail ikan sering memberikan ikan hasil
pancingannya kepada seorang petani , petani tersebut memberikan
beberapa liter beras kepada penggail yang memberikan ikan, tanpa
disebutkan besar imbalan yang di kehendaki
4. lisan al hal, menurut sebagìan ulama ,apabila seseorang meninggalkan
barang- barang diphadapan orang lain , kemudian dia pergi dan orang yang
di tinggali barang- barang itu berdiam diri saja, hal itu dipandang telah ada
akad ida' ( titipan) antara orang yang meletakkan barang titipan dengan
jalan dalalat alhal4

2. SyaratAkad
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan rukun dan syarat
akad.ulama hanafiyah berpendapat bahwa rukun akad itu hanya satu,yaitu shighat
al- 'aqd ( ijab dan qobul) adapun pihak - pihak yang melakukan akad dan objek
akad merupakan syarat -syarat akad. Karena mereka berpendapat bahwa yang
dikatakan rukun itu ialah suatu yang esensi yang berada dalam akad itu sendiri5.
Para fuqaha menjelaskan bahwa ada beberapa syarat akad, yaitu syarat terjadinya
akad (syurut al-in'iqad), syarat sah (Syurut al-sihhah). syarat pelaksanaan (Syurut
an-nafaz), dan syarat keharusan (Syurut al- Juzum). Tujuannya dari adanya syarat-
syarat tersebut adalah untuk menghindari terjadinya perselisihan dan terciptanya
kemaslahatan bagi para pihak yang melakukan akad.
setiap pembentuk akad mempunyai syarat yang ditentukan syarat syarat
terjadinya akad ada dua macam.
1) Syarat- syarat yang bersifat umum ,yaitu syarat - syarat yang wajib
sempurna wujudnya dalam berbagaiakad.
2) Syarat- syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat - syarat yang wujudnya
wajib ada dalam sebagian akad.syarat khusus ini bisa juga disebut syarat
idhafi ( tambahan ) yang harus ada disamping syarat - syarat umum seperti
syarat adanya saksi dalampernikahan.

4 Hendi Suhendi,op.cit.,46-49.
5
Sri Sudiarti ,Fiqh Muamalah kontemporer ,[ Medan,FEBI UIN-SU PRESS , 2018),hal 56

7
Syarat-syarat dalam akad diantaranya ialah:
a. Yang di jadikan objek akad bisa menerimahukumnya
b. Akad tersebut di izinkan oleh syara’, di kerjakan oleh orang yang
memiliki hak mekerjakannya, walaupun dia bukan aqid yang memiliki
barang.
c. Janganlah akad itu akad yang di larang oleh syara’, seperti jual beli
mulasamah. Akad bisa memberikan faedah, sehingga tidaklah sah bila
rahn (gadai) di anggap sebagai imbalan amanah(kepercayaan),
d. Ijab itu berjalan terus, tidak di cabut sebelum terjadi qabul. Maka
apabila orang berijab menarik kembali ijabnya sebelum qabul maka
batallahijabnya.
e. Ijab dan qabul harus bersambung, sehingga bila seseorang yang berijab
telah berpisah sebelum adanya qabul, maka ijab tersebut menjadibatal

D. Macam-Macam Akad
Setelah di jelaskan macam-macam akad ,pada bagian ini akan di jelaskan
macam-macam akad.
a. akad munjiz yaitu akad yang dilaksanakan langsung pada waktu selesainya
akad yang diikuti dengan pelaksanaan akad ialah pernyataanyang tidak
sesuai dengan syarat-syarat dan tidak pula ditentukan waktu pelaksanaan
setelah adanyaakad
b. Akad Mu'alaq ialah akad yang di dalam pelaksanaannya setelah adanya
akad. terdapat syarat-syarat yang telah ditentukan dalam akad, misalnya
penentuan penyerahan barang-barang yang diakadkan setelah adanya
pembayaran.
c. Akad Mudhafialah akad yang dalam pelaksanaannya terdapat syarat-syarat
mengenai penanggulangan pelaksanaan akad, pernyataan yang
pelaksanaannya ditangguhkan hingga waktu yang ditentukan. Perkataan
ini sah dilakukan pada waktu akad, tetapi belum mempunyai akibat hukum
sebelum tibanya waktu yang telahditentukan.

8
Perwujudan akad tampak nyata pada dua keadaan berikut.
1. Dalam keadaan muwadha'ah (taljiah), yaitu kesepakatan dua Syara orang
secara rahasia untuk mengumumkan apa yang tidak sebenarnya. Hal ini
ada tiga bentuk seperti di bawahini.
1) Bersepakat secara rahasia sebelum melakukan akad, bahwa mereka
berdua akan mengadakan jual beli atau yang lainnya secara lahiriah
saja untuk menimbulkan sangkaan orang lain bahwa benda tersebut
telah dijual, misalnya menjual harta untuk menghindari penguasa
yang zalim atau penjualan harta untuk menghindari pembayaran
utang. Hal ini disebut mu'tawadhah pada asalakad.
2) Mu'awadlah terhadap benda yang digunakan untuk akad, Misalnya
dua orang bersepakat menyebut mahar dalam jumlah yang besar di
hadapan naib, wali pengantin laki laki dan wali pengantin wanita
sepakat untuk menyebut dalam jumlah yang besar, sedangkan mereka
sebenarnya telah sepakat pada jumlah yang lebih kecil dari jumlah
yang disebutkan di hadapan naib, hal ini disebut juga muwadha'ah fi
al-badal.
3) Mu'wadlah pada pelaku (isim musta'ar), ialah seseorang yang secara
lahiriah membeli sesuatu atas namanyasendiri,
Secara batiniah untuk keperluan orang lain, misalny seseorang membeli
mobil atas namanya, kemudian diat surat-surat dan keperluan-keperluan lainnya.
Setelah seles semuanya, dia mengumumkan bahwa akad yang telah a lakukan
sebenarnya untuk orang lain, pembeli hanyalah merupakan wakil yang membeli
dengan sebenarnya, ha ini sama dengan wakalah sirriyah (perwakilan rahasia).

2. Hazl ialah ucapan-ucapan yang dikatakan secara main-main mengolok-


olok (istihza) yang tidak dikehendaki adanya akibat hukum dari akad
tersebut. Hazl berwujud beberapa bentuk antara lain muwadha'ah yang
terlebih dahulu dijanjikan, seperti kesepakatan dua orang yang melakukan
akad bahwa akad itu hanya main-main, atau disebutkan dalam akad,
seperti seseorang berkata; "Buku ini pura-pura saya jual kepada Anda"

9
atau dengan cara-cara lain yang menunjukkan adanya karinah hazl.
Kecederaan kecederaan kehendak disebabkan hal-hal berikut:
● Ikrah, cacat yang terjadi padakeridhaan.
● Khilabah ialah bujukan yang membuat seseorang menjual suatu benda,
terjadi pada akad.
● Ghalath ialah persangkaan yang salah, misalnya seseorang membeli
sebuah motor, ia menyangka motor tersebut mesinnya masih normal,
tetapi sebenarnya motor tersebut telah turunmesin.
Selain akad munjiz, mu'alaq, dan mudhaf, macam-macam akad beraneka
ragam tergantung dari sudut tinjauannya. Karena ada perbedaan-perbedaan
tinjauan, akad akan ditinjau dari segi-segi berikut.
1. Ada dan tidaknya qismah pada akad, maka akad terbagi duabagian:
a. Akad musammah, yaitu akad yang telah ditetapkan syara' dan telah ada
hukum-hukumnya, seperti jual beli, hibah, danijarah.
b. Akad ghair musammah ialah akad yang belum ditetapkan oleh syara dan
belum ditetapkanhukum-hukumnya.6
Berdasarkan keterangan dari ulama’ Fiqh, akad di bagi menjadi dua:
Akad Shahih ialah akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-
syaratnya. Hukum dari akad shahih ini ialah: berlakunya seluruh dampak hukum
yang di timunculkan akad tersebut dan mengikat pada pihak-pihak yang berakad.
Ulama Hanafiyah membagi akad shahih menjadi dua macam yaitu:
Akad nafiz (sempurna untuk di laksanakan), ialah akad yang di
langsungkan dengan mengisi rukun dan syaratnya dan tidak terdapat penghalang
untuk melaksanakannya.
Akad mawquf, ialah akad yang di lakukan seseorang yang cakap beraksi hukum,
namun ia tidak memiliki dominasi untuk menggelar dan mengemban akad ini,
seperti akad yang di langsungkan oleh anak kecil yang mumayyiz”.
Jika di lihat dari segi mengikat atau tidaknya jual beli yang shahih itu,
semua ulama’ fiqh membaginya untuk dua macam, yaitu :

6 Hendi Suhendi, op.cit.,hal 50-53

10
1. Akad mempunyai sifat mengikat untuk pihak-pihak yang berakad,
sehingga salah satu pihka tidak boleh membatalkan akad tersebut tanpa
seizin pihak lain, seperti akad jual beli dan sewamenyewa.
2. Akad tidak mempunyai sifat mengikat untuk pihak-pihak yang berakad,
seperti akad al-wakalah (perwakilan), al-ariyah (pinjam meminjam), dan
al-wadi’ah (barangtitipan).
Akad tidak Shahih Akad yang tidak shahih ialah akad yang terbisa
kekurangan pada rukun atau syarat-syaratnya, ssampai-sampai seluruh dampak
hukum akad itu tidak berlaku dan tidak mengikat pihak-pihak yang berakad. Akad
yang tidak shahih di bagi oleh ulama Hanafiyah dan Malikiyah menjadi dua
macam, yaitu sebagai
berikut :
1. Akad Bathil Akad bathil ialah akad yang tidak memenuhi salah satu
rukunnya atau ada larangan langsung dari syara’.Misalnya, objek jual beli
tersebut tidak jelas. Atau terbisa unsur tipuan, seperti menjual ikan dalam
lautan, atau salah satu pihak yang berakad tidak cakap bertindakhukum.
2. Akad Fasid Akad fasid ialah: akad yang pada dasarnya di syariatkan,
namun sifat yang di akadkan tersebut tidak jelas. Misalnya, memasarkan
rumah atau kendaraan yang tidak diperlihatkan tipe, jenis, dan format
rumah yang akan di jual, atau tidak di sebut brand kendaraan yang di jual,
sehingga memunculkan perselisihan antara penjual dan pembeli. Ulama
fiqh menyatakan bahwa akad bathil dan akad fasid mengandung esensi
yang sama, yaitu tidak sah dan akad itu tidak menyebabkan hukum
apapun”.7

7
Akhmad Farroh Hasan,Fikih Muamalah Dari Klasik Hingga Kontemporer ,[ Malang,
UIN-Maliki Press,2018], hal 26-27

11
E. Asas-AsasAkad
 Asasibahah
Asas ini dirumuskan dalam kaidah hukum Islam; "Pada asasnya segala
sesuatu itu boleh dilakukan sampai ada dalil yang melarangnya" .Maksud
kaidah ini
adalah bahwa segala tindakan muamalat adalah sah dilakukan sepanjang tidak
ada larangan larang tegas atas tindakan itu. Bila dikaitkan dengan akad, maka
berarti tindakan hukum dan perjanjian apa pun dapat dibuat sejauh tidak ada
larangan khusus mengenai perjanjian tersebut.
 AsasKebebasan
Asas ini mengandung prinsip bahwa setiap orang dapat membuat akad
jenis apapun tanpa terikat oleh nama-nama akad yang telah ditentukan oleh
syara' dan boleh memasukkan klausul-klausul apapun ke dalam akad yang
dibuatnya sesuai dengan kepentingan para pihak sepanjang tidak bertentangan
dengansyari'at.
 AsasKonsensualisme
Asas ini menyatakan bahwa terciptanya suatu akad (perjanjian) cukup
dengan tercapainya kata sepakat antara pihak, tidak boleh ada tekanan,
paksaan, penipuan, mis- statement
 AsasMengikat
Dalam kaidah Ushul Fiqh disebutkan bahwa "perintah itu pada asasnya
menunjukkan wajib" Kaidah ini menunjukkan bahwa perjanjian (akad) itu
mengikat dan wajib dipenuhi, sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat
al-Isra' (17) ayat 34
 AsasKeseimbangan
Hukum muamalat menekankan perlunya keseimbangan antara apa yang
diberikan dan apa yang yang diterima maupun keseimbangan dalam memikul
risiko , Implikasi Akad dari asas ini, hukum muamalat melarang transaksi
(akad) riba, di mana dalam konsep riba, debitur yang memikul risiko atas
kerugian usaha, sedang kreditor bebas dan tetap mendapat persentase tertentu.
 AsasMaslahah

12
Asas ini merupakan maqoshidut tasyri' yang mengandung prinsip bahwa
setiap transaksi muamalat yang dilakukan para pihak harus bertujuan untuk
mendatangkan kemaslahatan dan menolak kemadhorotan (kerugian) atau
keadaan yang memberatkan Apabila dalam pelaksanaan akad terjadi terjadi
suatu perubahan keadaan yang tidak dapat diketahui sebelumnya serta
membawa kerugian yang fatal bagi pihak bersangkutan sehingga
memberatkannya, maka kewajibannya dapat diubah dan disesuaikan dengan
batas-batas yang masuk akal atau patut.
 AsasAmanah
Asas amanah dimaksudkan bahwa masing-masing pihak harus beriktikad
baik dalam bertransaksi dengan pihak lainnya dan tidak dibenarkan salah satu
pihak mengeksploitasi ketidaktahuan mitra akadnya. Dalam hukum Islam,
terdapat suatu bentuk perjanjian disebut perjanjian amanah, salah satu pihak
hanya bergantung kepada informasi jujur dari pihak lainnya untuk mengambil
keputusan untuk menutup perjanjian bersangkutan. Jika di dalam akad
tersebut, terdapat penyembunyi informasi yang semestinya disampaikan dapat
menjadi alasan pembatalan akad bila kemudian hari ternyata informasi itu
tidak benar yang telah mendorong pihak lain untuk menutupperjanjian.
 AsasKeadilan
Zaman sekarang ini, sering terjadi akad ditutup oleh salah satu pihak
dengan pihak lain tanpa ia memiliki kesempatan untuk melakukan negoisasi
mengenai klausul akad tersebut, karena klausul tersebut telah dibakukan oleh
pihak lain. Tidak mustahil bahwa dalam pelaksanaannya akan timbul kerugian
pada pihak yang menerima syarat tersebut karena didorong oleh kebutuhan.
Dalam hukum Islam kontemporer telah diterima asas bahwa demi keadilan
syarat baku itu dapat diubah oleh pengadilan apabila memang ada alasan
untuk itu. Klausul akad baku merupakan fenomena yang lahir dalam
kehidupan modern yang belum pernah terjadi di zaman nabi Saw, sehingga
tidak ditentukan pengaturannya dalam sunah Nabi. Namun demikian, dalam
hukum Islam terdapat sejumlah prinsip yang menekankan keseimbangan dan
keadilandiantaraparapihakdalamperjanjian,dimanasatupihaktidak

13
dibenarkan menekan pihak lain. Oleh karena itu, Nabi Saw melarang setiap
transaksi yang menjurus kepada monopoli dan eksploitasi kebutuhan pihak
lain.8

BAB III
PENUTUP

8
Harun,Fiqh Muamalah, (Surakarta:Muhammadiyah University Press,2017) hlm,
33-37

14
A. Kesimpulan
Akad berasal kata Al-aqdu. Secara etimologi mempunyai banyak arti
diantaranya mengikat,menghimpun, menyepakat. Sedangan secara termi- nologi
adalah adanya perikataan antara ijab dan qabul dalam bentuk yang disyariatkan
dan berpengaruh pada objek perikatan.
Definisi akad adalah pertalian antara ijab dan qabul menurut ketentuan
syara' yang menimbulkan akibat hukum pada objeknya, baik timbul karena satu
kehendak,seperti wakaf,pembebasan,talak,dan sumpah,maupun memerlukan
kepada dua kehendak di dalam menimbulkannya, seperti jual beli,sewa
menyewa,pemberian kuasa,dan gadai.Yang dimaksud dengan unsur-unsur akad
adalah sesuatu yang merupakan pem- bentukan adanya akad. Kandungan dalam
definisi diperoleh tiga unsur syarat-syarat terbentuknya akad, yaitu: pertalian ijab
dan qabul,

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam
penyusunanmakalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang
penulismiliki.Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan untuk bahan evaluasi bagi kami dalam membuat
makalahselanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan dapat
menambah wawasan penulis tentang Pengantar FiqhMuamalah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Harun. (2017). FIQH MUAMALAH . Surakarta: Muhammadiyah University Press.


Hasan, A. F. (2018). Fiqh Muamalah dari Klasik hingga Kontemporer. Malang:
UIN-Maliki Malang Press.
Hidayat, R. (2022). FIKIH MUAMALAH. Medan: CV.Tungga Esti.
Rahman, T. (2021). FIQIH MUAMALAH KONTEMPORER. JawaTimur:
Academia Publication.
Sudiarti, S. (2018). FIQH MUAMALAH KONTEMPORER. Medan: Febi Uin-su
Press.
Suhendi, H. (2019). FIQH MUAMALAH. Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Syaikhu, Ariyadi, & Norwili. (2020). FIKIH MUAMALAH. Yogyakarta: K-
Media.
Wahid, N. (2019). MULTI AKAD DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH.
Yogyakarta: CV Budi Utama.

16

Anda mungkin juga menyukai