Anda di halaman 1dari 14

MATERI

AYAT DAN HADIST TENTANG AKAD

DOSEN PENGAMPUH : Dr. Sitti Musyahidah, M. Th. I

DISUSUN OLEH KELOMPOK I :

MALIK 225150038

MOH. MUKHASYAF 225150085

SRI MAURIN TIGUMANG 225150042

HAIKAL EMIR JIHAD 225150088

INDRIANI 225150028

DEWI PURNAMASARI 225150084

TUTUN ASTRAYNI 225150035

RIWANDA LEK 225150041

AYU LESTARI 225150027

RIAN RAMADAN 225150026

NURUL HAFSAH 225150091

IHLAN 225150092

WINI WINARNI 225150040

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA

(UINDK) PALU

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena berkat-Nya lah
penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini sebagai mana mestinya.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW. Makalah yang berjudul AYAT DAN HADIST TENTANG AKAD ini
diharapkan agar pembaca dapat memahaminya. Maksud dan tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dari
mata kuliah HADIST DAN TAFSIR AYAT EKONOMI.

Makalah ini tidak luput dari kesempuranaan, untuk itu pemakalah


mengharapkan saran maupun kritik dari pembaca. Dan penulis mohon maaf jika
dalam penulisan makalah ini ada kekhilafan atau kekurangan.

Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb

Penyusun

2
DAFTAR ISI

SAMPUL.........................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad.....................................................................................3

B. Rukun dan Syarat-syarat Akad..............................................................4

C. Ayat-ayat Tentang Akad........................................................................5

D. Hadist Tentang Akad.............................................................................6

E. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 1...............................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................10

B. Saran.......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad secara bahasa memiliki pengertian perjanjian atau kesepakatan. Al-
Quran membahas kata akad dalam beberapa ayat seperti pada Al – Maidah ayat
1 , Ali Imran ayat 77, Ar-Ra’d ayat 20 dan Al-Mu’minun ayat 8. Seseorang
dikatakan munafik apabila tidak dapat memenuhi janjinya sebagaimana yang
telah tertuang dalam salah satu hadits Bukhari.
Tafsir jalalain, Al-Maroghy dan Ibnu Katsir memiliki persamaan dalam
membahas akad pada surat Al-maidah ayat 1 yaitu merupakan perjanjian yang
terjalin antara manusia dengan tuhan ataupun manusia dengan manusia lainya.
Sama-sama melarang mengharamkan apa yang telah halal dan menghalalkan
apa yang telah diharamkan
Jika dipandang menggunakan perspektif ilmu tajwid minimal akan ada lebih
dari dua puluh hukum tajwid pada ayat tersebut. Surat Al-maidah ayat 1
memuat hukum tentang wajibnya memenuhi janji sesuai dengan kaidah ushil

fiqh ‫ االص ل يف االم ر للوج وب‬. Walaupun kata ‫ عق د‬dan ‫ عه د‬memiliki makna

murodif namun kata ‫ عهد‬lebih sering digunakan dalam al-quran yaitu sebanyak

41 kali. Kata ‫ عقد‬mengalami pergeseran atau penyempitan makna di Indonesia


dimana maknanya kini lebih menjurus pada kegiatan muamalah seperti
perbankan syariah dan pernikahan.
B. Rumusan Masalah
Berikut ini adalah rumusan masalah dari makalah tersebut, yaitu :
1. Apa yang di maksud dengan akad ?
2. Apa saja rukun dan syarat-syarat akad ?
3. Apa saja ayat-ayat yang membahas tentang akad ?
4. Apa saja hadist yang membahas tentang akad ?
5. Tafsir apa saja yang dibahas dalam surat Al-Maidah ayat 1 ?

1
C. Tujuan
Berikut ini adalah tujuan dari rumusan masalah di atas, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari akad
2. Untuk mengetahui rukun dan syarat-syarat dari akad
3. Untuk mengetahui ayat-ayat yang membahas tentang akad
4. Untuk mengetahui hadist yang membahas tentang akad
5. Untuk mengetahui tafsir yang dibahas dalam surat Al-Maidah ayat 1

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad
Dalam melakukan suatu kegiatan mua’malah, Islam mengatur ketentuan-
ketentuan perikatan (akad). Dalam islam dikenal dengan isthilah aqad,
1
ketentuan akad berlaku dalam kegiatan perbankan Islam. Berikut akan
dijelaskan pengertian akad secara bahasa (etimologi) dan isthilah (terminologi)
yaitu menurut bahasa (etimologi) akad mempunyai beberapa arti antara lain:
1) Mengikat (‫ )الربط‬yaitu: Mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah
satunya dengan yang lain sehingga bersambung, kemudian keduanya
menjadi sebagai sepotong benda.
2) Sambungan (‫ )عقدة‬yaitu: Sambungan yang memegang kedua ujung itu dan
mengikatnya.
Sedangkan menurut isthilah (terminologi), yang dimaksud dengan akad
adalah keterkaitan antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan
kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup
yang disyaria’atkan dan berpengaruh pada sesuatu.
Akad merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan kabul yang berakibat
timbulnya hukum. Ijab adalah penawaran yang diajukan oleh salah satu pihak,
dan kabul adalah jawaban dari persetujuan yang diberikan mitra sebagai
tanggapan terhadap penawaran pihak yang pertama. 2
Akad juga merupakan tindakan hukum dua pihak karena akad adalah
pertemuan ijab yang mempresentasikan kehendak dari satu pihak dan kabul
menyatakan kehendak pihak lain. Tindakan hukum satu pihak, seperti janji
memberi hadiah, wasiat, wakaf atau pelepasan hak, bukanlah akad karena
tindakan-tindakan tersebut tidak merupakan tindakan dua pihak dan karenanya
tidak memerlukan kabul. 3

1
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), Cet. Ke-1, h.
115
2
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 68
3
Ibid

3
Tujuan dari akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum. Lebih jelas
lagi tujuan akad adalah maksud bersama yang dituju dan yang hendak
diwujudkan oleh para pihak melalui pembuatan akad.
B. Rukun Dan Syarat Akad
1) Rukun Akad
a) Shighat Akad
Shighat akad adalah merupakan yang disandarkan dari dua pihak
yang berakad yang menunjukkan atas apa yang ada dihati keduanya
tentang terjadinya suatu akad, shighat tersebut dapat disebut ijab dan
qabul.
b) Al-aqid
Al-aqid adalah orang yang melakukan akad. Keberadaanya sngat
penting sebab tidak dapat dikatakan akad jika tidak ada aqid. Begitu
juga tidak akan terjadi ijab dan qabul tanpa aqid.
c) Mahal aqad (objek akad)
Mahal aqad adalah objek akad atau benda-benda yang dijadikan
akad yang bentuknya tampak dan membekas. Barang tersebut dapat
berbentuk harta benda seperti barang dagangan, benda bukan harta,
seperti dalam akad pernikahan, dan dapat pula berbentuk suatu
kemanfaatan, seperti dalam masalah upah-mengupah.
d) Tujuan akad
Menurut ulama fiqih, tujuan dari suatu akad harus sejalan dengan
kehendak syara’, sehingga apabila tujuannya bertentangan dengan
syara’ maka berakibat pada ketidakabsahan dari perjanjian yang dibuat.
Tujuan harus ada pada saat akad diadakan, dapat berlangsung hingga
berahirnya akad, dan harus dibenarkan oleh syara’.4
2) Syarat-syarat Akad
a) Tamyiz
b) Berbilang pihak

4
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-Pokok Hukum Perjajian Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta:
Citra Media, 2006), Cet. Ke-1, h.22

4
c) Persetujuan ijab qabul
d) Kesatuan majelis akad
e) Objek akad dapat diserahkan
f) Objek akad tertentu atau dapat ditentukan
g) Objek akad dapat ditransaksikan (artinya berupa benda bernilai dan
dimiliki/mutawaqqin dan mamluk.
Apabila syarat dan rukun ini tidak terpenuhi, maka tidak terjadi akad dalam
pengertian bahwa akad tiadak memilki yuridis syar’i apapun. Maka akad
semacam itu disebut akad bathil.
C. Ayat-ayat Tentang Akad
Berikut adalah ayat Al-Qur’an yang membahas mengenai akad, yaitu :
1) Al – Maidah Ayat 1

‫َياَأُّيَه ا اَّل ِذ يَن آَم ُن وا َأْو ُف وا ِب اْلُعُقوِد ۚ ُأِح َّلْت َلُك م ِهَبيَم ُة اَأْلْنَع اِم ِإاَّل َم ا ُيْتَلٰى َعَلْيُك ْم َغْيَر ِحُم ِّلي‬

‫الَّص ْيِد َو َأنُتْم ُح ُر ٌمۗ ِإَّن الَّلَه ْحَيُك ُم َم ا ُيِر يُد‬


Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.
(Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu
sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya.” 5
2) Ali Imran Ayat 77
‫ِق‬ ‫ِحُي‬ ‫ِدِه‬
‫َبَلٰى َمْن َأْو ٰىَف ِبَعْه َو اَّتَق ٰى َفِإَّن الَّلَه ُّب اْلُم َّت َني‬
Artinya :“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang
dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertakwa.”6
3) Ar-Ra’d Ayat 20
‫اَّلِذ يَن ُيوُفوَن ِبَع ْهِد ِهَّللا َو اَل َينُقُضوَن اْلِم يَثاَق‬

5
Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunnah.
6
ibid

5
Artinya :“(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak
perjanjian,”7
4) Al-Mu’minun Ayat 8

‫َو اَّلِذ يَن ُه ْم َأِلَم اَناِهِتْم َو َعْه ِدِه ْم َر اُعوَن‬


Artinya :”Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya”.8
D. Hadist Tentang Akad
Berikut ini adalah hadist tentang akad, yaitu :
Hadits Bukhari dalam Kitab Fiqih Sunah Sayyid Sabiq

، ‫ َمْن ِاَذا َح َّد َث َك َذ َب‬: ‫ َو ِاْن َص اَم َو َص ّلَى َو َزَعَم َاَّنُه ُمْس ِلٌم‬، ‫َثاَل ٌث َمْن ُكَّن ِفِيِه َفُه َو ُم َناِفٌق‬

‫َو ِاَذا َو َعَد َاْخ َلَف َو ِاَذاُتْٔاِم َن َخ اَن‬


Artinya :“Ada tiga yang apabila salah satunya ada pada diri seseorang, dia
munafik, sekalipun ia puasa dan shalat dan mengaku muslim; apabila berkata ia
dusta, jika berjanji ia ingkar dan apabila diberikan amanat ia khianat”
E. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 1
Berikut akan dipaparkan tafsir dari beberapa kitab mengenai Surat Al-
Maidah ayat 1, yaitu :
1) Tafsir Jalalain
Dalam Tafsir jalalin dijelaskan bahwa makna dari kata ‫ عقود‬disana
adalah :

‫اْلُعُه ُو ُد اْلُم َٔاَك َد ُة اَّل َبْيَنُك ْم و بني الَّلِه َو الَّناِس‬


‫ْيِت‬
Artinya :“Perjanjian-perjanjian yang diperkuat yang diantara diri kamu
seklian dengan Allah dan diantara kalian dengan manusia”. 9 Sedangkan
untuk kata ‫ االنعام‬disini merujuk pada unta , sapi , domba yang kesemuanya
dikonsumsi setelah disembelih.10 Kemudian lafadz ististna dengan kata ‫اال‬
disini merujuk pada hal-hal diharamkan pada ayat berikutnya di surat
yang sama tepatnya pada ayat ke tiga.

7
ibid
8
ibid
9
Tafsir Jalalain , ( Surabaya : Syirkah Bangil Indah ) hlm 94
10
ibid

6
2) Tafsir Al-Maroghi
Makna kata ‫ اوفو‬disini merujuk pada makna menunaikan sesuatu secara
sempurna tanpa kurang sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-
Isra :35 . ‫ العقود‬merupakan bentuk jama taktsir dari lafadz ‫ عقد‬makna akdun
disini berlawanan dengan Al-hall ( Melukar). Kemudian diartikan
mengikat, lafadz akad biasa melekat pada kata kata yang lain seperti Aqada
al-yamin dan aqada ‘n nikah.11
Al-bahimah disini artinya yang tidak bisa berbicara karena suaranya
tidak dapat dimengerti ( mubham ). Al-An’am memiliki arti binatang ternak
seperti unta, lembu kambing.12
ۚ ‫َياَأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأْو ُفوا ِباْلُعُقوِد‬
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, bahwa yang dimaksud dengan
‘uqud ialah perjanjian yang telah diadakan oleh Allah terhadap hamba-
hambanya. Yaitu apa saja yang telah Ia haramkan dana pa yang Dia
halalkab; apa-apa yanga telah ia wajibkan dan apa-apa yang telah ia
bataskan dalam Al-Quran seluruhnya.13
Lain lagi dengan kata Ar-Raghib ‘Uqud itu ada tiga macam : perjanjian
antara Allah dengan hamba-Nya ; perjanjian antara hamba dengan dirinya
sendiri; perjanjian antara dirinya sendiri dengan orang lain.14

Adapun maksud ۚ ‫ َأْو ُفوا ِباْلُعُقوِد‬setiap mu’min memiliki kewajiban untuk


menunaikan apa yang telah dia janjikan dan akadkan baik berupa
perkataan maupun perbuatan sebagaiman diperintahkan oleh Allah, selagi
yang dijanjikan dan akadkan itu tidak bersifat menghalalkan barang haram
atau mengharamkan barang halal-. Seperti Janji untuk memakan sesuatu
dari harta orang secara batil.
3) Tafsir Ibnu Katsir

Mengenai Firmanya ۚ ‫ِباْلُعُق وِد‬ ‫“ َأْو ُفوا‬penuhilah akad-akad itu” Ibnu ‘Abbas
, Mujahid dan beberapa ulama lainya sepakat “yang dimaksud dengan akad
adalah perjanjian”. Ibnu Jarir juga menceritakan adanya ijma tentang hal
11
Tafsir Al-Maroghi ( Semarang : Tohapura ) hlm 74-75
12
Ibid hlm.75
13
Ibid hlm.77
14
Ibid hlm.77

7
itu. Ia mengatakan : “Perjanjian-perjanjian adalah apa yanag mereka
sepakati, berupa sumpah atau yang lainya.”15

Mengenai Firmanya ۚ ‫” َياَأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأْو ُفوا ِباْلُعُقوِد‬hai orang-orang yang
beriman, penuhilah akad-akad itu ”. Ali bin Abi thalhah mengatakan
mengatakan dari Ibnu ‘Abbas (ia berkata): “ yang dimaksud dengan
perjanjian tersebut adalah segala yang dihalalkan dan diharamkan oleh
Allah S.W.T mempertegas hal itu pada ayat yang lain:

(‫َو اَّلِذ يَن َيْنُقُضوَن َعْهَد الَّلِه ِم ْن َبْع ِد ِم يَثاِقِه َو َيْقَطُعوَن َم ا َأَم َر الَّلُه ِبِه َأْن ُيوَص َل‬

‫) َو ُيْف ِس ُد وَن ِفي األْر ِض ُأوَلِئَك َلُه ُم الَّلْعَنُة َو َلُه ْم ُس وُء الَّداِر‬

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan


teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan–sampai firman-Nya–tempat kediaman yang buruk
(Jahannam),“ (QS. Ar-Ra’d: 25). Sebagian ulama yang berpendapat bahwa
tidak ada hak khiyar (pilih) dalam jual beli menjadikan ayat tersebut
sebagai dalil.
Mengenai ayat: ( ‫“ )َأْو ُف وا ِب اْلُعُقوِد‬Penuhilah aqad-aqad itu,” Ibnu ‘Abbas

mengatakan: “Hal itu menunjukan keharusan berpegang dan menepati


janji, dan hal itu menuntut dihilangkannya hak pilih dalam jual beli.”
Demikianlah madzhab (pendapat) Abu Hanifah dan Malik. Namun,
pendapat tersebut bertentangan dengan pendapat Asy-Syafi’i, Ahmad dan
jumhur ulama. Yang menjadi dalil dalam hal itu adalah hadist yang
ditegaskan dalam Ash-Shahihain, dan Ibnu ‘Umar, ia berkata: “Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda:

(( ‫)) ا لبا ئع و لمبتا ع با لخيا رحتي يتفر قا‬


Artinya :”Penjual dan pembeli mempunyai hak khiyar (hak memilih untuk
jadi atau membatalkan), selama keduanya belum berpisah.’”

15
Tafsir Ibnu katsir Jilid 3 (Kairo: Daar Al Hilal) 2013 hlm 3

8
Sedangkan dalam lafadz lain menurut riwayat Al-Bukhari adalah
sebagia berikut:

(‫يتفرقا‬ ‫ فكل واحد منهما بالخيار مالم‬،‫)إذا تبايع الرجالن‬


Artinya :“jika dua orang melaksakan transaksi jual beli, masing-masing
dari keduanya mempunyai hak pilih selama keduanya belum berpisah”

BAB III
PENUTUP

9
A. Kesimpulan
Allah memerintahkan manusia untuk menepati janji sebagaimana yang telah
termaktub dalam Al – Maidah ayat 1 , Ali Imran ayat 77, Ar-Ra’d ayat 20 dan
Al-Mu’minun ayat 8 adapaun suatu hadits dalam shohih bukhory yang
menjelaskan bahwa tidak menepati janji dalah sebuah ciri orang munafik.
Tafsir jalalain , Al-Maroghy dan Ibnu Katsir memiliki persamaan dalam
membahas akad pada surat Al-maidah ayat 1 yaitu merupakan perjanjian yang
terjalin antara manusia dengan tuhan ataupun manusia dengan manusia lainya.
Sama-sama melarang mengharamkan apa yang telah halal dan menghalalkan
apa yang telah diharamkan.
Jika dipandang menggunakan perspektif ilmu tajwid minimal akan ada lebih
dari dua puluh hukum tajwid pada ayat tersebut. Surat Al-maidah ayat 1
memuat hukum tentang wajibnya memenuhi janji sesuai dengan kaidah ushil

fiqh ‫ االص ل يف االم ر للوج وب‬. Walaupun kata ‫ عق د‬dan ‫ عه د‬memiliki makna

murodif namun kata ‫ عهد‬lebih sering digunakan dalam al-quran yaitu sebanyak

41 kali. Kata ‫ عقد‬mengalami pergeseran atau penyempitan makna di Indonesia


dimana maknanya kini lebih menjurus pada kegiatan muamalah seperti
perbankan syariah dan pernikahan. Dimensi akad adalah luas mencakup aspek
uluhiah maupun muamalah.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas di atas, penulis berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis, sehingga
menambah wawasan mengenai Hadist dan Tafsir Ayat Ekonomi. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2005), Cet. Ke-1, h. 115

10
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 68
Ibid
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-Pokok Hukum Perjajian Hukum Islam di
Indonesia, (Yogyakarta: Citra Media, 2006), Cet. Ke-1, h.22
Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus
Sunnah.
Tafsir Jalalain , ( Surabaya : Syirkah Bangil Indah ) hlm 94
Tafsir Al-Maroghi ( Semarang : Tohapura ) hlm 74-75
Ibid hlm.75
Ibid hlm.77
Tafsir Ibnu katsir Jilid 3 (Kairo: Daar Al Hilal) 2013 hlm 3

11

Anda mungkin juga menyukai