MALIK 225150038
INDRIANI 225150028
IHLAN 225150092
(UINDK) PALU
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena berkat-Nya lah
penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini sebagai mana mestinya.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW. Makalah yang berjudul AYAT DAN HADIST TENTANG AKAD ini
diharapkan agar pembaca dapat memahaminya. Maksud dan tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dari
mata kuliah HADIST DAN TAFSIR AYAT EKONOMI.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
SAMPUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad.....................................................................................3
A. Kesimpulan............................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad secara bahasa memiliki pengertian perjanjian atau kesepakatan. Al-
Quran membahas kata akad dalam beberapa ayat seperti pada Al – Maidah ayat
1 , Ali Imran ayat 77, Ar-Ra’d ayat 20 dan Al-Mu’minun ayat 8. Seseorang
dikatakan munafik apabila tidak dapat memenuhi janjinya sebagaimana yang
telah tertuang dalam salah satu hadits Bukhari.
Tafsir jalalain, Al-Maroghy dan Ibnu Katsir memiliki persamaan dalam
membahas akad pada surat Al-maidah ayat 1 yaitu merupakan perjanjian yang
terjalin antara manusia dengan tuhan ataupun manusia dengan manusia lainya.
Sama-sama melarang mengharamkan apa yang telah halal dan menghalalkan
apa yang telah diharamkan
Jika dipandang menggunakan perspektif ilmu tajwid minimal akan ada lebih
dari dua puluh hukum tajwid pada ayat tersebut. Surat Al-maidah ayat 1
memuat hukum tentang wajibnya memenuhi janji sesuai dengan kaidah ushil
fiqh االص ل يف االم ر للوج وب. Walaupun kata عق دdan عه دmemiliki makna
murodif namun kata عهدlebih sering digunakan dalam al-quran yaitu sebanyak
1
C. Tujuan
Berikut ini adalah tujuan dari rumusan masalah di atas, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari akad
2. Untuk mengetahui rukun dan syarat-syarat dari akad
3. Untuk mengetahui ayat-ayat yang membahas tentang akad
4. Untuk mengetahui hadist yang membahas tentang akad
5. Untuk mengetahui tafsir yang dibahas dalam surat Al-Maidah ayat 1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad
Dalam melakukan suatu kegiatan mua’malah, Islam mengatur ketentuan-
ketentuan perikatan (akad). Dalam islam dikenal dengan isthilah aqad,
1
ketentuan akad berlaku dalam kegiatan perbankan Islam. Berikut akan
dijelaskan pengertian akad secara bahasa (etimologi) dan isthilah (terminologi)
yaitu menurut bahasa (etimologi) akad mempunyai beberapa arti antara lain:
1) Mengikat ( )الربطyaitu: Mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah
satunya dengan yang lain sehingga bersambung, kemudian keduanya
menjadi sebagai sepotong benda.
2) Sambungan ( )عقدةyaitu: Sambungan yang memegang kedua ujung itu dan
mengikatnya.
Sedangkan menurut isthilah (terminologi), yang dimaksud dengan akad
adalah keterkaitan antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan
kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup
yang disyaria’atkan dan berpengaruh pada sesuatu.
Akad merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan kabul yang berakibat
timbulnya hukum. Ijab adalah penawaran yang diajukan oleh salah satu pihak,
dan kabul adalah jawaban dari persetujuan yang diberikan mitra sebagai
tanggapan terhadap penawaran pihak yang pertama. 2
Akad juga merupakan tindakan hukum dua pihak karena akad adalah
pertemuan ijab yang mempresentasikan kehendak dari satu pihak dan kabul
menyatakan kehendak pihak lain. Tindakan hukum satu pihak, seperti janji
memberi hadiah, wasiat, wakaf atau pelepasan hak, bukanlah akad karena
tindakan-tindakan tersebut tidak merupakan tindakan dua pihak dan karenanya
tidak memerlukan kabul. 3
1
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), Cet. Ke-1, h.
115
2
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 68
3
Ibid
3
Tujuan dari akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum. Lebih jelas
lagi tujuan akad adalah maksud bersama yang dituju dan yang hendak
diwujudkan oleh para pihak melalui pembuatan akad.
B. Rukun Dan Syarat Akad
1) Rukun Akad
a) Shighat Akad
Shighat akad adalah merupakan yang disandarkan dari dua pihak
yang berakad yang menunjukkan atas apa yang ada dihati keduanya
tentang terjadinya suatu akad, shighat tersebut dapat disebut ijab dan
qabul.
b) Al-aqid
Al-aqid adalah orang yang melakukan akad. Keberadaanya sngat
penting sebab tidak dapat dikatakan akad jika tidak ada aqid. Begitu
juga tidak akan terjadi ijab dan qabul tanpa aqid.
c) Mahal aqad (objek akad)
Mahal aqad adalah objek akad atau benda-benda yang dijadikan
akad yang bentuknya tampak dan membekas. Barang tersebut dapat
berbentuk harta benda seperti barang dagangan, benda bukan harta,
seperti dalam akad pernikahan, dan dapat pula berbentuk suatu
kemanfaatan, seperti dalam masalah upah-mengupah.
d) Tujuan akad
Menurut ulama fiqih, tujuan dari suatu akad harus sejalan dengan
kehendak syara’, sehingga apabila tujuannya bertentangan dengan
syara’ maka berakibat pada ketidakabsahan dari perjanjian yang dibuat.
Tujuan harus ada pada saat akad diadakan, dapat berlangsung hingga
berahirnya akad, dan harus dibenarkan oleh syara’.4
2) Syarat-syarat Akad
a) Tamyiz
b) Berbilang pihak
4
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-Pokok Hukum Perjajian Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta:
Citra Media, 2006), Cet. Ke-1, h.22
4
c) Persetujuan ijab qabul
d) Kesatuan majelis akad
e) Objek akad dapat diserahkan
f) Objek akad tertentu atau dapat ditentukan
g) Objek akad dapat ditransaksikan (artinya berupa benda bernilai dan
dimiliki/mutawaqqin dan mamluk.
Apabila syarat dan rukun ini tidak terpenuhi, maka tidak terjadi akad dalam
pengertian bahwa akad tiadak memilki yuridis syar’i apapun. Maka akad
semacam itu disebut akad bathil.
C. Ayat-ayat Tentang Akad
Berikut adalah ayat Al-Qur’an yang membahas mengenai akad, yaitu :
1) Al – Maidah Ayat 1
َياَأُّيَه ا اَّل ِذ يَن آَم ُن وا َأْو ُف وا ِب اْلُعُقوِد ۚ ُأِح َّلْت َلُك م ِهَبيَم ُة اَأْلْنَع اِم ِإاَّل َم ا ُيْتَلٰى َعَلْيُك ْم َغْيَر ِحُم ِّلي
5
Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunnah.
6
ibid
5
Artinya :“(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak
perjanjian,”7
4) Al-Mu’minun Ayat 8
، َمْن ِاَذا َح َّد َث َك َذ َب: َو ِاْن َص اَم َو َص ّلَى َو َزَعَم َاَّنُه ُمْس ِلٌم، َثاَل ٌث َمْن ُكَّن ِفِيِه َفُه َو ُم َناِفٌق
7
ibid
8
ibid
9
Tafsir Jalalain , ( Surabaya : Syirkah Bangil Indah ) hlm 94
10
ibid
6
2) Tafsir Al-Maroghi
Makna kata اوفوdisini merujuk pada makna menunaikan sesuatu secara
sempurna tanpa kurang sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-
Isra :35 . العقودmerupakan bentuk jama taktsir dari lafadz عقدmakna akdun
disini berlawanan dengan Al-hall ( Melukar). Kemudian diartikan
mengikat, lafadz akad biasa melekat pada kata kata yang lain seperti Aqada
al-yamin dan aqada ‘n nikah.11
Al-bahimah disini artinya yang tidak bisa berbicara karena suaranya
tidak dapat dimengerti ( mubham ). Al-An’am memiliki arti binatang ternak
seperti unta, lembu kambing.12
ۚ َياَأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأْو ُفوا ِباْلُعُقوِد
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, bahwa yang dimaksud dengan
‘uqud ialah perjanjian yang telah diadakan oleh Allah terhadap hamba-
hambanya. Yaitu apa saja yang telah Ia haramkan dana pa yang Dia
halalkab; apa-apa yanga telah ia wajibkan dan apa-apa yang telah ia
bataskan dalam Al-Quran seluruhnya.13
Lain lagi dengan kata Ar-Raghib ‘Uqud itu ada tiga macam : perjanjian
antara Allah dengan hamba-Nya ; perjanjian antara hamba dengan dirinya
sendiri; perjanjian antara dirinya sendiri dengan orang lain.14
Mengenai Firmanya ۚ ِباْلُعُق وِد “ َأْو ُفواpenuhilah akad-akad itu” Ibnu ‘Abbas
, Mujahid dan beberapa ulama lainya sepakat “yang dimaksud dengan akad
adalah perjanjian”. Ibnu Jarir juga menceritakan adanya ijma tentang hal
11
Tafsir Al-Maroghi ( Semarang : Tohapura ) hlm 74-75
12
Ibid hlm.75
13
Ibid hlm.77
14
Ibid hlm.77
7
itu. Ia mengatakan : “Perjanjian-perjanjian adalah apa yanag mereka
sepakati, berupa sumpah atau yang lainya.”15
Mengenai Firmanya ۚ ” َياَأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأْو ُفوا ِباْلُعُقوِدhai orang-orang yang
beriman, penuhilah akad-akad itu ”. Ali bin Abi thalhah mengatakan
mengatakan dari Ibnu ‘Abbas (ia berkata): “ yang dimaksud dengan
perjanjian tersebut adalah segala yang dihalalkan dan diharamkan oleh
Allah S.W.T mempertegas hal itu pada ayat yang lain:
(َو اَّلِذ يَن َيْنُقُضوَن َعْهَد الَّلِه ِم ْن َبْع ِد ِم يَثاِقِه َو َيْقَطُعوَن َم ا َأَم َر الَّلُه ِبِه َأْن ُيوَص َل
) َو ُيْف ِس ُد وَن ِفي األْر ِض ُأوَلِئَك َلُه ُم الَّلْعَنُة َو َلُه ْم ُس وُء الَّداِر
15
Tafsir Ibnu katsir Jilid 3 (Kairo: Daar Al Hilal) 2013 hlm 3
8
Sedangkan dalam lafadz lain menurut riwayat Al-Bukhari adalah
sebagia berikut:
BAB III
PENUTUP
9
A. Kesimpulan
Allah memerintahkan manusia untuk menepati janji sebagaimana yang telah
termaktub dalam Al – Maidah ayat 1 , Ali Imran ayat 77, Ar-Ra’d ayat 20 dan
Al-Mu’minun ayat 8 adapaun suatu hadits dalam shohih bukhory yang
menjelaskan bahwa tidak menepati janji dalah sebuah ciri orang munafik.
Tafsir jalalain , Al-Maroghy dan Ibnu Katsir memiliki persamaan dalam
membahas akad pada surat Al-maidah ayat 1 yaitu merupakan perjanjian yang
terjalin antara manusia dengan tuhan ataupun manusia dengan manusia lainya.
Sama-sama melarang mengharamkan apa yang telah halal dan menghalalkan
apa yang telah diharamkan.
Jika dipandang menggunakan perspektif ilmu tajwid minimal akan ada lebih
dari dua puluh hukum tajwid pada ayat tersebut. Surat Al-maidah ayat 1
memuat hukum tentang wajibnya memenuhi janji sesuai dengan kaidah ushil
fiqh االص ل يف االم ر للوج وب. Walaupun kata عق دdan عه دmemiliki makna
murodif namun kata عهدlebih sering digunakan dalam al-quran yaitu sebanyak
DAFTAR PUSTAKA
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2005), Cet. Ke-1, h. 115
10
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 68
Ibid
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-Pokok Hukum Perjajian Hukum Islam di
Indonesia, (Yogyakarta: Citra Media, 2006), Cet. Ke-1, h.22
Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus
Sunnah.
Tafsir Jalalain , ( Surabaya : Syirkah Bangil Indah ) hlm 94
Tafsir Al-Maroghi ( Semarang : Tohapura ) hlm 74-75
Ibid hlm.75
Ibid hlm.77
Tafsir Ibnu katsir Jilid 3 (Kairo: Daar Al Hilal) 2013 hlm 3
11