Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“AYAT AYAT TENTANG RIBA ”


Dosen Pengampuh : Dr.Sitti Musyahidah, M.Th.I

DI SUSUN OLEH :
Kelompok IV
AMINAH 205150045
BELLA 225150030
MIFTAHUL JANNAH 205150110
RINA H DIANA 225150032
RANI H DIANA 225150031

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatu, dengan menyebut nama ALLAH


SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang penulis panjatkan puja dan piji
syukur atas Kehaditn-Nya yang telah melimpahkan rahmat hidaya, dan inayah-
Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “AYAT AYAT
TENTANG RIBA ” yang di buat dengan sangat baik dan teliti

Kami harap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan kita mengenai AYAT AYAT TENTNAG RIBA kami menyadari
sepenuhnya bahwa bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu .
kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami
buat utuk menjadi lebih baik lagi kedepannya

Demikian makah ini dapat terlesaikan dengan baik , kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Dan tak lepas dari keterbatasan
ilmu yang kami miliki. Maka dari dari itu kami tetap menerima kritik dan saran
dari pihak.akhir kata dengan kerendahan hati, sekian dan terimah kasih.

Palu,4 oktober 2023

ii
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................2
A. Ayat- ayat tentang Riba.....................................................................2
B. Penafsiran dan Pemahaman ayat........................................................3
C. Hal- Hal yang berkaitan dengan riba.................................................7
BAB III PENUTUP......................................................................................9
A. Kesimpulan........................................................................................9
B. Saran..................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam mengajarkan kepada umatnya agar tolong menolong, salah satu contohnya adalah
dalam bentuk peminjaman uang. Namun pemberian pinjaman itu jangan sampai merugikan dan
menyengsarakan orang lain. Contoh peminjaman yang merugikan adalah sistem riba yang
mengandung unsur kelebihan dan tambahan tanpa ada ada ganti atau imbalan yang disyaratkan
bagi salah seorang dari dua orang yang melakukan transaksi/akad.
Riba merupakan pendapatan yang di peroleh secara tidak adil. Riba telah berkembang
sejak zaman jahiliyah hingga sekarang ini. Sejak itu banyaknya masalah-masalah ekonomi yang
terjadi di masyarakat dan telah menjadi tradisi bangsa arab terhadap jual beli maupun pinjam-
meminjam barang dan jasa. Sehingga sudah mendarah daging, bangsa arab memberikan
pinjaman kepada seseorang dan memungut biaya jauh di atas dari pinjaman awal yang di berikan
kepada peminjam akibatnya banyaknya orang lupa akan larangan riba.
Sejak datangnya Islam di masa Rasullullah saw. Islam telah melarang adanya riba.
Karena sudah mendarah daging, Allah SWT melarang riba secara bertahap. Allah SWT melaknat
hamba-hambanya bagi yang melakukan perbuatan riba. Perlu adanya pemahaman yang luas, agar
tidak terjerumus dalam Riba. Karena Riba menyebabkan tidak terwujudnya kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh. Pada makalah ini saya akan memaparkan ayat-ayat al-Qur’an
yang berkaitan dengan riba serta penafsirannya serta pengertian dan macam-macamnya.

B. Rumusan Masalah

1. Ayat- ayat tentang riba


2. Penafsiran dan pemahaman ayat
3. Hal -hal yang berkaitan dengan riba
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ayat – ayat tentang riba
2. Untuk mengetahui penafsiran dan pemahaman ayat
3. Untuk mengetahui hal hal yang berkaitan dengan riba

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat- Ayat Tentang Riba

1. al-Baqarah 275-276

‫اَّلِذ يَن َيْأُك ُلوَن الِّر َبا َال َيُقوُموَن ِإَّال َك َم ا َيُقوُم اَّلِذي َيَتَخ َّبُطُه الَّش ْيَطاُن ِم َن اْلَم ِّس ٰذ ِلَك ِبَأَّنُه ْم َقاُلوْا ِإَمَّنا اْلَبْي ُع ِم ْث ُل الِّر َبا‬

‫َو َأَح َّل الّل ُه اْلَبْي َع َو َح َّر َم الِّر َب ا َفَم ن َج اءُه َمْو ِعَظ ٌة ِّم ن َّرِّب ِه َف انَتٰه ى َفَل ُه َم ا َس َلَف َو َأْم ُر ُه ِإىَل الّل ِه َو َمْن َع اَد َفُأْو َلـِئَك‬

(٢٧٦ ) ‫( ْمَيَحُق الّلُه اْلِّر َبا َو ُيْر يِب الَّص َد َقاِت َو الّلُه َال ِحُيُّب ُك َّل َك َّفاٍر َأِثيٍم‬٢٧٥) ‫َأْص َح اُب الَّناِر ُه ْم ِفيَه ا َخ اِلُد وَن‬

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (275) Allah memusnahkan riba
dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran,
dan selalu berbuat dosa. (276).”

2. al-Baqarah 278-279

‫( َفِإن ْف ُلوْا َفْأَذُنوْا ٍب ِّم الّل ِه‬٢٧٨) ‫ا َأُّي ا اَّلِذ ي آ ُنوْا اَّتُق وْا الّل َذ وْا ا ِق ِم الِّر ا ِإن ُك نُتم ُّم ْؤ ِمِن‬
‫َحِبْر َن‬ ‫ْمَّل َت َع‬ ‫َني‬ ‫َه َو ُر َم َب َي َن َب‬ ‫َي َه َن َم‬
)٢٧٩( ‫َو َرُس وِلِه َو ِإن ُتْبُتْم َفَلُك ْم ُر ُؤ وُس َأْم َو اِلُك ْم َال َتْظِلُم وَن َو َال ُتْظَلُم وَن‬

2
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (278) Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.(279).”

3. ali-Imran 130

)130( ‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل َتْأُك ُلوا الِّر َبا َأْض َعاًفا ُمَض اَعَفًةۖ َو اَّتُق وا الَّلَه َلَعَّلُك ْم ُتْف ِلُح وَن‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda] dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. (ali Imran : 130).

4. ar-Rum 39

‫َّل ِه َٰلِئ‬ ‫ٍة ِر‬ ‫ِم‬ ‫ِع َّل ِه‬ ‫ِل‬ ‫ِم ِر ِل يِف‬
‫َو َم ا آَتْيُتْم ْن ًب ا َيْر ُبَو َأْم َو ا الَّن اِس َفاَل َيْر ُب و ْن َد ال ۖ َو َم ا آَتْيُتْم ْن َزَك ا ُت يُد وَن َو ْج َه ال َفُأو َك ُه ُم‬
)39( ‫اْلُم ْض ِعُفوَن‬

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia,
maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (ar-Rum : 39).

B. Penafsiran dan Pemahaman Ayat

1. Al-Baqarah 275

Orang-orang yang bertransaksi dengan riba, baik dalam bentuk memberi ataupun
mengambil, tidak dapat berdiri (melakukan aktivitas), melainkan seperti berdirinya orang yang
dibingungkan oleh syaitan sehingga tidak tahu arah disebabkan oleh sentuhannya. Menurut
banyak ulama hal ini terjadi di hari kemudian nanti, ketika dibangkitkan dari kubur dalam
keadaan sempoyongan, tidak tahu arah yang mereka tuju. Sebenarnya, tidak menutup

3
kemungkinan memahaminya sekarang dalam kehidupan dunia. Bahwa mereka yang melakukan
riba, hidup dalam situasi gelisah, tidak tentram, selalu bingung, dan berada dalam ketidakpastian
disebabkan pikiran mereka yang tertuju kepada materi dan penambahannya.

Mereka yang terlanjur melakukan praktek riba pada masa dahulu (sebelum datang
larangan) maka boleh menggunakan hasil yang mereka peroleh tersebut, tetapi itu adalah yang
terakhir. Adapun yang kembali bertransaksi setelah peringatan datang maka mereka kekal di
dalam neraka, menurut para ulama dalam artian jika mereka mempersamakan riba dengan jual
beli dari segi kehalalannya, karena siapa yang menghalalkan riba maka dia tidak percaya kepada
Allah dan siapa yang tidak percaya kepada Allah maka ia kekal di neraka. Bagaimana kalau
mempraktikkan riba tanpa menghalalkannya? Dia pun disiksa di neraka , tetapi tidak kekal di
dalamnya. Demikian jawaban banyak ulama.

2. Al-Baqarah 276

Allah memusnahkan riba sedikit demi sedikit, tidak terasa oleh pelakunya, kecuali setelah
nasi menjadi bubur. Lawan riba adalah sedekah, dari segi material sedekah mengembangkan dan
menambah harta, sedangkan dari spiritualnya sedekah menimbulkan ketenangan batin dan
ketentraman hidup yang diraih oleh pemberi maupun penerima.1

3. Al-Baqarah 278

Ayat ini mengundang orang-orang beriman yang selama ini masih memiliki keterkaitan
dengan praktik riba agar segera meninggalkannya sambil mengancam mereka yang enggan.

Tinggalkan sisa riba, yakni yang belum dipungut. Al-Abbas paman Nabi Muhammad
saw. Bersama seorang keluarga Bani al-Mughirah, bekerja sama mengutangi orang-orang dari
kabilah Tsaqif secara riba. Setelah turunnya larangan riba, mereka masih memiliki sisa harta
yangg belum mereka tarik. Maka, ayat ini melarang mereka mengambil sisa riba yang belum
mereka pungut dan membolehkan mereka mengambil modal mereka.

4. Al-Baqarah 279

1
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah......, 722-723.

4
Jika masih memungut riba, maka ketahuilah bahwa akan terjadi perang dahsyat dari
Allah Rasul-Nya. Sulit dibayangkan betapa dahsyatnya perang itu, apalagi ia dilakukan oleh
Allah, dan rasanya terlalu besar jika meriam digunakan untuk membunuh lalat. Karena itu,
banyak yang memahami kedahsyatan yang dimaksud bukan dalam perangnya, tetapi dalam
ancaman ini.2

5. Ali-Imran 130

Allah swt. Melarang kaum mukminin untuk meniru tindakan kaum yahudi dan bangsa
Arab jahiliyyah yang memakan riba dengan berlipat ganda. Tradisi mereka apabila sebuah utang
telah jatuh tempo dan peminjam tidak melunasi utang, pemberi pinjaman berkata, kamu lunasi
atau kamu berikan riba (tambahannya). Dengan terpaksa si peminjam memilih saran untuk
melipatgandakan riba atau bunganya, maka jangka waktu utang diperpanjang satu tahun lagi
misalnya.3

6. Ar-Rum 39

Dan apa saja kamu berikan dari harta yang berupa riba, yakni dengan tujuan agar ia menambah
bagi kamu, atau menambah harta siapapun yang engkau beri maka ia tidak bertambah di sisi
Allah swt. Karena Dia tidak memberkatinya. Sedang apa yang kamu berikan berupa pemberian
tulus yang kamu maksudkan untuk meraih ridha-Nya, maka mereka yang melakukan itulah yang
melipatgandakan sedekahnya. Karena Allah swt. Akan melipatgandakan harta dan ganjaran
setiap yang bersedekah demi karena-Nya. Pemberkatan harta terlaksana jika pemiliknya
memperoleh dan menggunakan harta itu sesuai dengan petunjuk Allah swt.4

Dengan memperhatikan ayat-ayat tersebut di atas, ada ayat yang secara tegas
mengharamkan riba. Ada juga yang memang tegas melarangnya, tetapi masih berupa gambaran
umum dan belum mencakup secara menyeluruh. Dari perspektif ini terlihat, bahwa ada tahapan-
tahapan pelarangan seperti tahapan-tahapan pelarangan minuman keras (khamar). Dengan kata
lain, dalam mengobati penyakit sosial, al-Qur’an menggunakan cara yang berangsur-angsur.

2
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah....., 725-726.
3
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith, Terj. Muhtadi, dkk. Vol. 1 (Jakarta: Gema Insani, 2012) 214.
4
M. Quraish Shihab, Al-Lubab, Vol. 3, (Tangerang : Lentera Hati, 2012), 151-153.

5
Seperti pelarangan dalam riba, al-Qur’an tidak langsung mengatakan hukumnya haram, akan
tetapi bertahap dan berangsur sedikit demi sedikit.

Menurut para mufassir dan fuqaha, ayat yang pertama yang diturunkan adalah surah ar-
Rum ayat 39. Pada ayat ini terlihat, bahwa al-Qur’an belum mengharamkan riba secara tegas,
tetapi hanya memberikan penjelasan, bahwa Allah membenci orang yang memberikan sesuatu
kepada orang lain, dengan harapan untuk mendapat tambahan atau kelebihan. Dan ayat ini
merupakan ayat yang diturunkan di Mekkah.

Tahapan kedua adalah ayat yang diturunkan di Madinah, yaitu surah an-Nisa ayat 160-
161 yang berbunyi:

‫) َو َأْخ ِذِه ُم الِّر َبا َو َقْد‬160( ‫َفِبُظْلٍم ِم َن اَّلِذ يَن َه اُدوا َح َّر ْم َن ا َعَلْيِه ْم َطِّيَب اٍت ُأِح َّلْت ُهَلْم َو ِبَص ِّد ِه ْم َعْن َس ِبيِل الَّلِه َك ِث ًريا‬

)161( ‫ُنُه وا َعْنُه َو َأْك ِلِه ْم َأْم َو اَل الَّناِس ِباْلَباِط ِل ۚ َو َأْعَتْدَنا ِلْلَك اِفِر يَن ِم ْنُه ْم َعَذ اًبا َأِليًم ا‬

“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan)
yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan Allah (160) Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda
orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih (161).”

Pada ayat ini, Allah memberikan cerita orang-orang Yahudi yang telah mengambil riba
dari orang lain dan memakainya dengan keyakinan bahwa riba dihalalkan bagi mereka padahal
Allah telah mengharamkannya. Ayat ini pun belum secara tegas memberikan larangan riba
kepada orang Islam, melainkan masih bersifat pemberitaan gambaran kejahatan orang-orang
Yahudi.

Tahapan berikutnya yaitu surah ali Imran ayat 130-131 yang juga turun di Madinah dari
ayat ini terlihat dengan jelas tentang pengharaman riba, namun masih bersifat parsial, belum
secara menyeluruh. Sebab pengharaman riba dalam ayat ini baru pada riba berlipat ganda
(adh’afan mudha’afah) dan sangat memberatkan bagi si peminjam.

6
Tahapan terakhir adalah surah al-Baqarah ayat 275-279, dengan turunnya ayat ini,
khususnya ayat 278, menurut umumnya ulama, menjadi dasar pengharaman semua bentuk riba,
baik sedikit maupun banyak.5

C. Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Riba

1. Pengertian Riba

Secara etimologi kata riba berarti “tambahan” (ziyadah) atau “kelebihan”. Seorang
melakukan riba terhadap orang lain jika di dalamnya terdapat unsur tambahan. Atau, mengambil
dari sesuatu yang kamu berikan dengan cara berlebih dari apa yang diberikan.

Secara terminologi riba berarti yaitu bunga kredit yang harus diberikan oleh orang yang
berhutang (kreditur) kepada orang yang berpiutang (debitur), sebagai imbalan untuk
menggunakan sejumlah uang milik debitur dalam jangka waktu yang ditetapkan.6

2. Macam-macam Riba

Mayoritas ulama membagi riba menjadi dua macam, yaitu :

a. Riba nasiah, yaitu riba yang terjadi karena ada penangguhan (penundaan) pembayaran
utang.
b. Riba fadhl, yaitu riba yang terjadi karena ada tambahan pada jual beli benda atau bahan
sejenis.7
3. Beberapa pendapat ulama mengenai bunga bank dan kredit
a. Abu Zahrah, Abu A’la al-Maududi, Muhammad Abdullah al-‘Arabi dan Yusuf
Qardhawi, mengatakan bahwa bunga bank itu riba nasiah dilarang oleh Islam.
b. Mustafa Ahmad al-Zarqa, riba yang diharamkan seperti riba yang berlaku pada masa
jahiliyah, yang merupakan pemerasan terhadap orang yang lemah (miskin), yang bersifat
konsumtif. Berbeda dengan yang bersifat produktif, tidak termasuk haram. Muhammad
Hatta di Indonesia juga berpendapat demikian.

5
Khoiruddin Nasution......, 42-43
6
Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996) 37-38.
7
Kutbuddin Aibak, Kajian Fiqih Kontemporer, (Yogyakarta : Teras, 2009) 190.

7
c. A. Hasan, berpendapat bahwa bunga bank, seperti yang berlaku di Indonesia, bukan riba
yang diharamkan karena tidak berlipat ganda sebagaimana yang dimaksud oleh firman
Allah dalam surat ali Imran ayat 130.
d. Majelis Tarjih Muhammadiyah memutuskan bahwa bunga yang diberikan oleh bank
kepada para nasabahnya termasuk syubhat.8

BAB III

8
Kutbuddin Aibak....., 191-192.

8
PENUTUP

A. Kesimpulan

Riba yaitu bunga kredit yang harus diberikan oleh orang yang berhutang kepada orang
yang berpiutang, sebagai imbalan untuk menggunakan sejumlah uang milik debitur dalam jangka
waktu yang ditetapkan. Riba terbagi dua macam yakni, riba nasi’ah dan riba al-Fadhl. Sejak
datangnya agama Islam di masa Rasullullah saw. Islam telah melarang adanya riba. Melalui
Firman-Nya, Allah SWT melarang riba secara bertahap. Dimulai dari surah ar-Rum 39, an-Nisa
160-161, Ali Imran 130, dan yang terakhir al-Baqarah 275-279.

Adapun pendapat para Ulama mengenai kegiatan muamalah yang sudah menjadi bagian
dari hidup masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, seperti kegiatan perbankan dan
pengkreditan ada yang mengatakan, haram, boleh, dan syubhat.

B. Saran

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharpkan
keitik serta saran dari pemaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang baik.lagi.dan penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan.

DAFTAR PUSTAKA

9
Aibak, Kutbuddin. Kajian Fiqih Kontemporer. Yogyakarta : Teras, 2009.

Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Wasith. Terj. Muhtadi, dkk. Vol. 1 Jakarta: Gema Insani 2012.

Nasution, Khoiruddin. Riba dan Poligami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1996.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah. Vol. 1 Jakarta : Lentera Hati. 2012.

Shihab, M. Quraish. Al-Lubab. Vol. 3. Tangerang : Lentera Hati, 2012.

10

Anda mungkin juga menyukai