Diajukan Sebagai
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Lidiya Afrila 2151020342
M. Redo Saputra 2151020350
M. Alghi Fari 2151020376
Dosen Pengampu:
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia, rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat beserta salam tidak lupa
penulis sanjungkan kepada junjungan umat, Rasulullah SAW. Penulis merasa
bersyukur karena telah menyelesaikan makalah mengenai “Ayat-Ayat Tentang
Harta Dalam Perspektif Islam” sebagai tugas mata kuliah Tafsir Ayat Ekonomi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I......................................................................................................................................
Pendahuluan...........................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
1.2 Manfaat Penelitian.................................................................................................
BAB II.....................................................................................................................................
Pembahasan............................................................................................................................
2.1 Harta Dalam Prespektif Islam....................................................................................
2.1.1 Pengertian Harta...................................................................................................
2.1.2 Pembagian Harta...................................................................................................
2.2 Fungsi Harta dalam Syariat Islam..............................................................................
2.3 Redaksi Dan Terjemahan Ayat-Ayat Tentang Harta dan Hukumnya..................
2.4 Ayat-Ayat Yang Membangun Konsep Harta dan Hukumnya Dalam
Perspektif Islam................................................................................................................
2.5 Konsep Kepemilikan Harta Dalam Islam................................................................
2.5.1 Pengertian konsep kepemilikan dalam Islam....................................................
2.5.2 Landasan Hukum Memiliki Harta.....................................................................
2.5.3 Pembagian Hak Milik.........................................................................................
2.6 Peranan Harta Dalam Bermuamalah.......................................................................
BAB III.................................................................................................................................
KESIMPULAN....................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................
3.2 Saran dan Kritik........................................................................................................
DASTAR PUSTAKA...........................................................................................................
iii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Mendapatkan harta sesuai dengan aturan Islam adalah harus dengan cara
halal dan legal. Perdagangan yang tidak ada penipuan, pertanian yang dikeluarkan
zakatnya, industri yang menguntungkan banyak pihak, dan lain-lain yang menjadi
penyebab kebahagiaan manusia, merupakan contoh representatif mendapatkan
harta dengan cara yang halal dan legal. Dalam konteks pembahasan ini, al-Qur’an
menegaskan bahwa di samping manusia dianjurkan untuk mencari harta dengan
cara halal, ia juga dianjurkan untuk tidak mencari atau memperoleh harta dengan
cara yang batIl (haram).1
Persoalan dalam harta batil ini tidak mesti membicarakan esensi yang
terkandung dalam harta tersebut, namun juga berkaitan dengan jalan yang
ditempuh untuk mendapatkannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit
manusia yang mendapatkan harta dengan cara batil, seperti bandar perjudian, hasil
pencurian dan perampokan, penipuan dalam perdagangan seperti mengurangi
timbangan, memakan riba, korupsi, kolusi dan masih banyak lagi yang lainnya.
1
maka seluruh isinya adalah sumber kebenaran. Di dalamnya terkandung berbagai
penjelasan yang berkenaan dengan seluruh segi kehidupan manusia. Dari
masalahmasalah peribadatan ( 'ubudryyah) hingga masalah mu 'dmalah antara
seorang hamba dengan hamba lainya.
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isten· isteri
(mu), walattpun kamu sangat ing in berbuat demikian, karena itu janganlah kamu
terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain
terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri
(dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyqyang (Q.S. anNisa: 129).
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
Pembahasan
2.1 Harta Dalam Prespektif Islam
2.1.1 Pengertian Harta
Harta dalam bahasa arab disebut al-mal atau jamaknnya al-amwal. Harta
(al-mal) menurut kamus Al-muhith tulisan Alfairuz Abadi, adalah
Sedangkan harta menurut istilah syariah adalah setiap-tiap apa yang dapat
dimanfaatkan menurut cara-cara yang dibenarkan syariah, seperti jual beli, sewa
menyewa, pinjam meminjam, pemanfaatan (konsumsi), dan hibah.3 Nasrun
Haroen menjelaskan harta adalah segala yang diminati manusia dan dapat
dihadirkan ketika diperlukan, atau segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan
dan dapat dimanfaatkan.4
Berdasarkan pengertian tersebut maka seluruh apapun yang digunakan
manusia dalam kehidupan dunia baik merupakan harta, uang, tanah, kendaraan,
rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil perkebunan, hasil perikanan-
kelautan, dan pakaian termasuk dalam kategori al amwal (harta kekayaan).
4
perannya dalam memanfaatkan segala kemampuannya dan mengeksploitasi
sumberdaya-sumberdaya alam tersebut sehingga gagal mendapatkan kemakmuran
dan kejayaan sebagai mana dijanjikan Allah Swt.5
Kehadiran harta benda tidak bisa dicapai oleh seseorang kecuali
dengan usaha yang kuat, karena itu Allah Swt, menerangkan tentang harta tersebut
dan sebagai karunia dari Allah Swt, dan mengajak umat manusia untuk berusaha
dalam menggapainya.6
ض ِل ٱللَّ ِه ۟ ۟ ِ
ْ َض َو ْٱبَتغُوا ِمن ف ْ ٱلصلَ ٰوةُ فَٱنتَش ُروا ىِف
ِ ٱَأْلر َّ تِ ضي
ِ ِإ
َ ُفَ ذَا ق
ا ٱللَّهَ َكثِ ًريا لَّ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َنQَ۟وٱذْ ُك ُرو
Artinya : Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.7
5
Ruqaiyah Waris Masqood, Harta dalam Islam, Jakarta : Lintas Pustaka, 2003,h. 6
6
Muhammad Mahmud Bably, Kedudukan Harta Menurut Pandangan Islam, Semarang: Kalam
Mulia, 1987, h. 39
7
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, Bandung : CV.Penerbit Diponegoro, 2003, h.
441
5
ۖ يب مِم َّا ا ْكتَ َسبُوا
ٌ
ِ َض ۚ لِ ِّلرج ِال ن
ص َ ٍ ض ُك ْم َعلَ ٰى َب ْع ِ
َ َّل اللَّهُ بِه َب ْع
َ َواَل َتتَ َمن َّْوا َما فَض
ضلِ ِه ۗ ِإ َّن اللَّهَ َكا َن بِ ُك ِّل َش ْي ٍء صيب مِم
ِ ِ ولِلن
ْ َاسَألُوا اللَّهَ ِم ْن ف و
ْ َ َۚ َ نْب ست
َ ك
ْ ا َّا ٌ َِّساء ن
َ َ
يماِ
ً َعل
Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang
lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.8
Menurut para fuqaha harta terdiri dari beberapa bagian, tiap-tiap bagian
memiliki ciri khusus dan hukumnya tersendiri, pembagian harta tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:9
1) Mal Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawim
a) Mal Mutaqawwim Mal Mutaqawwim yaitu sesuatu yang boleh
diambil manfaatnya menurut syara’. Harta yang termasuk
mutaqqawim ini ialah semua harta yang baik jenisnya maupun cara
memperolehnya dan pengunaannya. Misalnya, kerbau halal dimakan
oleh umat Islam, tetapi kerbau tersebut disembelih tidak sah menuru
syara’, misalnya dipukul hingga mati, maka daging kerbau tersebut
tidak bisa dimanfaatkan karena cara penyembelihannya batal
menurut syara’.
b) Ghair Mutaqawim Ghair Mutaqawim yaitu sesuatu yang tidak boleh
diambil manfaatnya menurut syara’. Harta ghair mutaqawim ialah
kebalikan dari harta mutaqawim, yakni yang tidak boleh diambil
manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya maupun cara
8
Ibid., h. 66
9
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002, h. 19
6
pengunaannya. Misalnya babi termasuk harta Gahir mutaqawim,
karena jenisnya.
2) Mal Mistli dan Mal Qimi
a) Harta Mistli yaitu benda-benda yang ada persamaan dalam kesatuan-
kesatuannya, dalam arti dapat berdiri sebagiannya ditempat yang lain
tanpa ada perbedaan yang perlu dinilai.
b) Harta Qimi yaitu benda-benda yang kurang dalam
kesatuankesatuaanya, karenanya tidak dapat berdiri sebagian
ditempat sebagian yang lainnya tanpa ada perbedaan.
3) Harta Istihlak dan Harta Isti’mal
a) Harta istihlak yaitu sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaannya
dan manfaatnya secara biasa, kecuali dengan menghabiskannya.
Harta istihlak terbagi dua, ada yang istihlak hakiki dan istihlak
haquqi. Harta istihlak hakiki ialah suatu benda yang menjadi harta
yang secara jelas nyata zatnya habis sekali digunakan. Misalnya
korek api, bila dibakar maka habislah harta yang berupa kayu itu.
Istihlak haquqi ialah harta yang sudah habis nilainya bila telah
digunakan, tetapi zatnya masih tetap ada. Misalnya uang yang
digunakan untuk membayar utang, dipandang habis menurut hokum
walaupun uang tersebut masih utuh, hanya pindah kepemilikannya.
b) Harta Isti‟mal yaitu sesuatu yang bisa digunakan berulang kali dan
materinya tetap terpelihara.
4) Harta Manqul dan Harta Ghair Manqul
a) Harta Manqul yaitu segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak)
dari satu tempat ke tempat yang lain. Seperti emas, perak, perunggu,
pakaian, kendaraan dan lain-lain.
b) Harta Ghair manqul yaitu sesuatu yang tidak bisa dipindahkan dan
dibawa dari satu tempat ketempat yang lain. Seperti kebun, rumah,
pabrik, sawah dan yang lainnya yang termasuk ghair manqul karena
tidak dapat dipindahkan, dalam hukum perdata positif digunakan
istilah benda bergerak dan benda tetap.
7
5) Harta Ain dan Harta Dayn
a) Harta ain ialah harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian,
beras, kendaraan (mobil) dan yang lainnya.
b) Harta dayn yaitu sesuatu yang berada dalam tangung jawab. Seperti
uang berada dalam tangung jawab seseorang.
6) Mal al-ain dan Mal al-naf’i (manfaat)
a) Harta aini yaitu benda yang memiliki nilai dan bentuk (berwujud),
misalnya rumah, ternak dan yang lainnya.
b) Harta nafi‟I ialah a‟radl yang berangsur-rangsur tumbuh menurut
perkembangan masa, oleh karena itu mal al-naf‟i tidak berwujud dan
tidak mungkin disimpan.
7) Harta Mamluk, Mubah, Mahjur
a) Harta Mamluk ialah sesuatu yang masuk ke bawah milik, milik
perorangan maupun milik badan hukum, seperti pemerintah dan
yayasan.
b) Harta Mubah ialah sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang,
seperti air pada mata air, binatang buruan darat, laut, pohon-pohon
dihutan dan buah-buahannya.
c) Harta Mahjur ialah sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiri
dan memberikan kepada orang lain menurut syari’at, adakalanya
benda itu benda wakaf ataupun benda yang dikhususkan untuk
masyarakat umum, seperti jalan raya, mesjid-mejid, kuburan-
kuburan dan lainnya.
8) Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
a) Harta yang dapat dibagi (mal qabil li al-qismah) ialah harta yang
tidak menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta itu
dibagi-bagi, misalnya beras, tepung.
b) Harta yang tidak dapat dibagi (mal ghair qabil li al-qismah) ialah
harta yang menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta
tersebut dibagi-bagi, misalnya gelas, kursi, meja, mesin dan yang
lainnya.
8
9) Harta pokok dan harta hasil (buah)
Harta pokok ialah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang
lain. Harta pokok disebut juga modal, misalnya uang emas dan yang
lainnya, contoh harta pokok dan harta hasil seperti bulu domba
dihasilkan dari domba, maka domba merupakan harta pokok dan
bulunya merupakan harta hasil, atau kerbau yang beranak, anaknya
dianggap sebagai tsamarah dan induknya yang melahirkannya
disebut harta pokok.
10) Harta Khas dan Am
a) Harta Khas ialah harta pribadi yang tidak bersekutu dengan yang
lain, tidak boleh diambil manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya.
b) Harta Am ialah harta milik umum (bersama) yang boleh diambil
manfaatnya10. Atau harta yang boleh diambil manfaatnya oleh
seseorang atau kelompok akan tetapi dilarang menguasainya secara
pribadi.11
10
Hendi Suhendi. Ibid., h. 19-27
11
M. Solehuddin. Op. cit., h. 98
9
1) Berfungsi dalam menyempurnakan pelaksanaan ibadah, bukan hanya
ibadah yang khusus (mahdhah) seperti zakat, haji dan shalat, namun
juga ibadah yang lain seperti kewajiban menutup aurat.
ُّ ك ِم َن
ۖ ٱلد ْنيَا ِ َاخرةَ ۖ واَل تَنس ن ِ ك ٱللَّه ٱلدَّار ْٱلء ِوٱبت ِغ ف
َ َصيب َ َ َ َ َ ُ َ ى
َٰتاَء ٓايم
َ َْ َ
ِ و
َض ۖ ِإ َّن ٱللَّه
ِ ٱَأْلر َ َأح َس َن ٱللَّهُ ِإلَْي
ْ ك ۖ َواَل َتْب ِغ ٱلْ َف َس َاد ىِف ْ َأحسن َك َمٓا ْ َ
ين ِِ ُّ ِاَل حُي
َ ب ٱلْ ُم ْفسد
10
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.13
ِ ِ ِ
يم ْ ُِإمَّنَا َْأم َوالُ ُك ْم َو َْأواَل ُد ُك ْم فْتنَةٌ ۚ َواللَّهُ عْن َده
ٌ َأجٌر َعظ
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan
di sisi Allah-lah pahala yang besar.
13
Ibid., h. 66
11
ِ َّٰ ٱلد ْنيا ۖ وٱلْب ِٰقيٰت ِ
ك َ ت َخْيٌر ِع
َ ِّند َرب ُ ٱلصل َٰح ُ َ َ َ َ ُّ ال َوٱلَْبنُو َن ِزينَةُ ٱحْلََي ٰوة
ُ ٱلْ َم
وه ْم فِ َيها ِ
ُ ُالس َف َهاءَ َْأم َوالَ ُك ُم الَّيِت َج َع َل اللَّهُ لَ ُك ْم قيَ ًاما َو ْار ُزق
ُّ َواَل ُتْؤ تُوا
12
2.4 Ayat-Ayat Yang Membangun Konsep Harta dan Hukumnya Dalam
Perspektif Islam
1. Q.S. at-Taghabun (64):14-15;
Menurut Hadith Riwayat Ata’ bin Yasar dan Ibnu Abbas r.a. ayat
tersebut turun di Madinah mengenai kasus Auf bin Malik al-Ashja’iy yang
memiliki keluarga dan anak, pada saat ada perint perang, dia selalu ditangisi dan
diratapi oleh anak dan keluarganya, sehingga hal ini menghalangi dia menunaikan
tugas perang, kasus ini lalu disampaikan kepada Nabi saw, maka turunlah ayat
tersebut.
Ayat ini tidak ada riwayat sabab nuzulnya, tetapi dari sisi
munasabah atau korelasinya dengan ayat sebelumnya antara lain; ayat 45
menyebut tentang perumpaan kehidupan dunia yang fana, yang akan tiada arti dan
lenyap, demikian juga harta kekayaan dan harta benda yang dibanggakan di dunia.
14
Ibn Ashur, at-Tahrir wa at-Tanwir . Juz. XV:130
13
4. Q.S.an-Nisa’ (4): 5;
Ayat ini juga tidak memiliki sabab nuzul, dengan mengkaji ayat
sebelum dan sesudanya, maka dapat dipahami, bahwa harta adalah modal
kehidupan bagi kelayakan pihak yang berhak dan membutuhkan perlindungan atas
martabat dan harkat penghidupan.
Setiap yang kita nikmati adalah nikmat dari Allah yang kelak akan
ditanya dan dimintai pertanggungjawaban. Mulai dari kesehatan, waktu, harta
hingga anak-anak. Jangan sampai nikmat-nikmat itu justru melalaikan dari
akhirat. Melalaikan dari beribadah kepada Allah. Karena jika sampai demikian,
nerakalah tempatnya.
15
Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam Lughah Al Fuqaha`, h. 352
16
Yusuf Qordawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta : Gema Insani Pers, 1997, h. 70
14
untuk bertindak terhadap barang miliknya sekehendaknya kecuali ada
penghalang.17 Sedangkan Wahbah al Zuhaily mendefenisikan bahwa milk adalah
Milk adalah keistimewaan (ikhtishash) terhadap sesuatu yang menghalangi orang
lain darinya dan pemiliknya bebas melakukan tasharruf secara langsung kecuali
ada halangan syar’i.18
Menurut hukum dasar harta sah dimiliki, kecuali harta yang telah
dipersiapkan untuk umum, misalnya wakaf dan fasilitas umum. Dalam hal ini ada
tiga macam model kepemilikan yaitu :
17
Mustafa Ahmad al-Zarqa’, al Madkhal al Fiqh al „Amm, Beirut: Jilid I, Darul Fikr, 1968, h. 240
18
Wahbah al Zuhaily, al Fiqh al Islamy wa Adillatuh, Juz 4, h. 57
19
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Konstektual, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h.
55
20
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2000, h.5
15
2) Hak memiliki saja, tanpa hak memanfaatkan (misalnya
rumah yang dikontrakkan).
Adapun cara perolehan hak milik itu telah diatur dalam pasal 584
Kitab Undang- Undang Hukum Perdata ( KUHPdt ), yaitu dengan cara pemilikan.
Tata cara dan ketentuan lain mengenai perolehan hak milik diatur lebih lanjut
dalam pasal 585 – 624 KUHP. 22
Cara memperoleh hak milik atas kebendaan
bergerak yang semula bukan milik siapapun juga, cara memperoleh hak milik
binatang buruan atau perikanan, cara mendapat hak milik atas sesuatu harta karun
dan seterusnya.23
21
M. Faruq an Nabahan, Sistem Ekonomi Islam, Yogyakarta : UII Press, 2000, h. 39
22
Adijani al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia: Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1997,h. 18
23
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab UU Hukum Perdata (Terjemahan), Jakarta: PT. Pradnya
Paramita, 1974, Cet.ke-6, h. 168-169
16
memberikan sedekah, infaq dan lain-lain. Namun dalam mencari rizki Allah
haruslah dengan jujur dan bermanfaat. Sikap monopoli serta menguasai barang
untuk dikonsumsi sendiri sangat dilarang, ini menandakan bahwa cara perolehan
hak milik dalam Islam adalah dengan cara yang jujur dan bermanfaat.
sebagaimana firmannya dalam surat An-Nisa ayat 32 :
ضلِ ِۦه ۟ ِ ۟
ْ ََّه َار لِتَ ْس ُكنُوا فِ ِيه َولتَْبَتغُوا ِمن ف ِِ ِ
َ َومن رَّمْح َتهۦ َج َع َل لَ ُك ُم ٱلَّْي َل َوٱلن
َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن
Artinya : Dan Karena rahmat-Nya, dia jadikan untukmu malam dan
siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari
sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-
Nya. 25
Sebagaimana firman Allah Swt dalam suart Al-Ahqaaf ayat 19:
24
Deperteman Agama RI, Op.cit, h. 66
25
Ibid, h. 315
17
ِ ولِ ُكل درج مِم
ْ ات َّا َع ِملُوا ۖ َولُي َو ِّفَي ُه ْم
َأع َماهَلُ ْم َو ُه ْم اَل يُظْلَ ُمو َن ٌ َ َ َ ٍّ َ
Artinya : “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa
yang Telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan)
pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan”.26
26
Ibid, h. 402
18
negara seperti harta kharaj, jizyah harta orang murtad, harta
yang tidak memiliki ahli waris, tanah hak milik Negara. 27
27
Solahuddin,M, Op.cit, h. 66
28
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2007, h. 43
19
ول َولِ ِذى ٱلْ ُق ْرىَب ٰ َوٱلْيَٰتَ َم ٰىِ َّمٓا َأفَٓاء ٱللَّه َعلَ ٰى رسولِِهۦ ِمن َْأه ِل ٱلْ ُقر ٰى فَلِلَّ ِه ولِ َّلرس
ُ َ َ ْ َُ ُ َ
ٓاء ِمن ُك ْم ۚ َو َمٓا ءَاتَٰى ُك ُم ِ ٱلسبِ ِيل َكى اَل ي ُكو َن دولَ ۢةً ب ٱَأْل ْغنِي ِ وٱلْم ٰس ِك
َّ ني َوٱبْ ِن
َ َ ُ َنْي َ ْ ََ َ
۟ ۟ َول فَخ ُذوه وما نهٰى ُكم عنه ف
اب ُ ا ۚ َو َّٱت ُقوا ٱللَّهَ ۖ ِإ َّن ٱللَّهَ َش ِدQٱنت ُهو
ِ يد ٱلْعِ َق َ ُ َْ ْ َ َ َ َ ُ ُ ُ ٱلر ُسَّ
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,
untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang
yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya
saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan
apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
20
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Harta ialah seluruh apapun yang digunakan manusia dalam kehidupan
dunia baik merupakan harta, uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan,
perabotan rumah tangga, hasil perkebunan, hasil perikanan-kelautan, dan
pakaian termasuk dalam kategori al amwal (harta kekayaan). Ada tiga
pembagian harta, yaitu (a) Mal Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawim, (b) Mal
Mistli dan Mal Qimi, (c) Mal Istihlak dan Mal Isti‟mal, (d) Harta Manqul dan
Harta Ghair Manqul, (e) Harta Ain dan Harta Dayn, (f) Mal al-ain dan Mal al-
naf’i (manfaat), (g) Harta Mamluk, Mubah, Mahjur, (h) Harta yang dapat
dibagi dan tidak dapat dibagi, (i) Harta pokok dan harta hasil (buah), (j) Harta
Khas dan Am.
21
DASTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2007
K. Lubis, Suhrawardi, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2000
Mannan, M. Abdul, Ekonomi Islam : Teori dan Praktek, Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf, 1993
22
Qordawi, Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta : Gema Insani Pers,
1997
Waris Masqood, Ruqaiyah, Harta dalam Islam, Jakarta : Lintas Pustaka, 2003
23