Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM JUAL BELI/TRANSAKSI ONLINE DALAM


PANDANGAN FIQIH LIMA MADHAB

Disusun Oleh :

1. Anwari (105230045)
2. Iyam (105230047)
3. Imas (105230043)
4. Dina Adina Dini (105230050)

UNIVERSITAS LINGGABUANA PGRI


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SUKABUMI

2024

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhânahû wa Ta`âlâ yang telah memberikan karunia dan
rahmat-Nya kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikanpenyusunan Makalah
dengan judul “Hukum Jual Beli/Transaksi Online Dalam Pandangan Fiqih Lima
Madhab”. Makalah ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam.

Dalam penyusunan tugas dan materi di makalah ini. Tidak sedikit hambatan yang
dihadapi sebagai penulis. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dala penyusunan
materi ini tidak akan terjadi adanya bantuan, dorongan, dan bimbingan dari orang tua dan
dosen saya. Sehingga kendala yang ada pun jadi tidak berarti.
Tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Demikian pula
dengan penulisan karya tulis ilmiah ini. Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan dan
dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Semoga karya tulis ini
menjadi tambahan khazanah pengetahuan bagi siapa pun yang membacanya.

Sukabumi, 21 Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4

1.1.Latar Belakang Masalah ........................................................................................................... 4


1.2 Batasan Masalah ....................................................................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 6
1.4 Tujuan ....................................................................................................................................... 6

BAB 2 PEMBAHASAN MASALAH ............................................................................................ 7

2.1 Pandangan Masing-masing Madhab Tentang Jual Beli/Transaksi Online ................................ 7

2.2 Transaksi Jual Beli Online ........................................................................................................ 8

2.3 Macam-macam Jual Beli........................................................................................................... 9

2.4 Rukun dan Syarat Syah Jual Beli .............................................................................................. 10

2.5 Lafadz Ijab Kabul ..................................................................................................................... 11

2.6 Definisi Online .......................................................................................................................... 12

2.7 Definisi Hukum Islam ............................................................................................................... 13

2.8 Pembagian Hukum Dalam Islam .............................................................................................. 14

BAB 3 PENUTUP .......................................................................................................................... 16

3.1 Simpulan ................................................................................................................................... 16

3.2 Saran ......................................................................................................................................... 16

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta‟ala


kepada nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam sebagai nabi dan rasul terakhir
penutup para nabi untuk menjadi panutan dan pedoman hidup bagi seluruh umat
manusia hingga akhir zaman kelak. Islam juga merupakan agama yang telah diridhai
oleh Allah Subhanahu Wa Ta‟ala seperti firmannya yang telah termaktub dalam Al-
Qur‟an yang berbunyi :
‫غي َْر متَ َجانِف ِ ِْل ْثم‬ َٰ ْ ‫ضيت لَكم‬ َ ‫ْٱل َي ْو َم أ َ ْك َم ْلت لَك ْم دِينَك ْم َوأ َ ْت َم ْمت‬
َ ‫ٱْل ْسلَ َم دِي ًنا ۚ فَ َم ِن ٱضْطر فِى َم ْخ َم‬
َ ‫صة‬ ِ ِ ‫علَيْك ْم ِن ْع َمتِى َو َر‬
َ ‫فَإِن‬
‫ٱّلل غَفور رحِ يم‬

Artinya :

“...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

( Al-Maidah : 3 ) .

Kutipan ayat diatas menjelaskan bahwasannya Allah telah meridhai agama


islam sebagai agama yang sempurna yang akan membawa umat manusia menuju
surganya manakala manusia itu sendiri menjalankan seluruh syari‟at-syariat yang
telah ditetapkan di dalamnya dan menjauhi larangan-larangannya.

Pada zaman modern ini manusia gemar sekali melakukan transaksi jual beli
dalam segi apapun. Sebagaimana yang telah diketahui bahwasannya jual beli
merupakan salah satu perbuatan atau kegiatan yang boleh dilakukan dan dihalalkan
dalam islam.

Sebagaimana Allah berfirman dalam kitab suci Al-Qur‟an :

ِ ‫س َٰذلِكَ ِباَنه ْم قَال ْْٓوا اِن َما ْال َبيْع مِ ْثل‬


‫الربَٰ وا‬ ِ ِ ‫ي َيتَخَبطه الشي َْٰطن مِ نَ ْال َم‬ ْ ‫َيق ْوم ْونَ اِل َك َما َيق ْوم ال ِذ‬ ِ َ‫اَل ِذيْنَ َيأْكل ْون‬
‫الربَٰ وا َل‬
ۤ َٰ ‫عادَ فَا‬ َ ‫الربَٰ وا فَ َم ْن َج ۤا َءه َم ْو ِع‬
ْ َ ‫ولىِٕكَ ا‬
ِ ‫صحَٰ ب الن‬
‫ار‬ ِ ٰ ‫ف َوا َ ْمر ْٓه اِلَى‬
َ ‫ّللا َو َم ْن‬ َ َ‫سل‬َ ‫ظة ِم ْن ر ِبه فَا ْنتَهَٰ ى فَلَه َما‬ ِ ‫ّللا ْال َب ْي َع َو َحر َم‬
ٰ ‫ۚ َوا َ َحل‬
َ‫ه ْم فِ ْي َها َٰخلِد ْون‬

4
Artinya :

“...Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

( Al-Baqarah : 275 ) .

Pada zaman modern ini, perkembangan teknologi semakin canggih. Hal itu
memudahkan semua orang untuk bisa saling berinteraksi dan berkomunikasi satu
sama lain dalam jarak jauh salah satunya melalui internet atau yang biasa kita sebut
online. Pengertian dari online sendiri adalah suatu keadaan dimana kita terhubung
atau terkoneksi dengan jaringan internet sehingga kita bisa mengakses apapun dari
internet. Pada masa kini, kita tidak hanya bisa browsing saja melalui internet tetapi
juga bisa melakukan kegiatan transaksi jual beli melalui internet atau yang biasa
disebut jual beli online. Dari pemaparan penulis diatas, maka dari itu penulis ingin
membahas tentang hukum suatu kegiatan transaksi jual beli yang dilakukan secara
online menurut pandangan agama islam sehingga penulis tertarik untuk
mengangkat karya tulis ilmiahnya dengan judul : “Hukum Jual Beli/Transaksi
Online Dalam Pandangan Fiqih Lima Madhab”
1.2 Batasan Masalah

Karena keterbatasan peneliti dalam hal waktu, serta untuk menjaga agar penelitian
lebih terarah, maka diperlukan adanya pembatasan masalah berdasarkan
pertimbangan tersebut, serta mengacu pada uraian latar belakang masalah diatas,
maka peneliti membatasi masalah di atas pada transaksi jual beli (tukar-menukar)
barang yang dilakukan secara online dalam pandangan hukum islam.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan transaksi jual beli secara online?
2. Bagaimana cara melakukan transaksi jual beli secara online?
5
3. Bagaimana transaksi jual beli secara online dalam pandangan hukumislam?
1.4 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi transaksi jual beli online.
2. Untuk mengetahui cara melakukan transaksi jual beli online.
3. Untuk mengetahuitransaksi jual beli secara online dalam pandangan hukum
islam.

6
BAB 2

PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Pandangan Masing-masing Madhab Tentang Jual Beli/Transaksi Online.


1. Madhab Hanafi :
- Hanafi memperbolehkan jual beli online asalkan syarat-syarat jual beli
dalam islam terpenuhi, seperti kejelasan tentang barang yang
diperjualbelikan, harga yang disepakati, dan persetujuan dari kedua belah
pihak.
- Dalam madhab Hanafi, pembayaran dengan metode seperti kartu kredit
dan transfer elektronik diperbolehkan, dengan catatan tidak ada unsur riba
atau ketidakpastian yang berlebihan (gharar).
2. Madhab Maliki
- Maliki juga memperbolehkan jual beli online dengan syarat-syarat yang
sama seperti madhab lainnya.
- Penekanan pada kejelasan dan persetujuan di antara kedua belah pihak
sangat penting dalam transaksi online menurut madhab Maliki
3. Madhab Syafi’i
- Syafi’I juga memperbolehkan jual beli online asalkan memnuhi syarat-
syarat syariah yang telah ditetapkan.
- Dalam pandangan Syafi’I, penting untuk memastikan kejelasan dan
keabsahan barang yang diperjualbelikan serta pembayaran yang tidak
melibatkan riba.
4. Madhab Hanbali
- Hanbali melihat jual beli online sebagai sah asalkan prinsip-prinsip Islam
tentang transaksi dipatuhi.
- Penting bagi pembeli dan penjual untuk memahami dan menyetujui syrat-
syarat transaksi serta menghindari unsur riba dan gharar.
5. Madhab ja’fari
- Dalam pandangan Ja’fari, jual beli online juga diperbolehkan dengan
syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh syariah.
- Kedua belah pihak harus memahami dan menyetujui transaksi dengan
jelas, dan unsur riba serta ketidakpastian harus dihindari.

7
2.2 Transaksi Jual Beli Online

1. Definisi Jual Beli

Di zaman modern seperti sekarang ini, banyak sekali orang yang melakukan
bisnis. Salah satunya adalah melalui suatu kegiatan transaksi jual beli. Transaksi jual beli
sendiri berarti suatu kegiatan dimana dua orang saling terlibat dalam proses pertukaran
barang karena adanya saling ketergantungan terhadap barang tersebut atau adanya
kebutuhan terhadap barang tersebut dan dilakukan dengan syarat yang telah disepakati.1

Jual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar. Sedangkan,
menurut ilmu fiqh ialah suatu transaksi tukar menukar harta yang dilakukan secara
sukarela atau proses mengalihkan hak kepemilikan kepada orang lain dengan adanya
kompensansi tertentu dan dilakukandalam koridor syari‟at. Adapun landasan syara‟ atau
landasan hukumnya berasal dari 3 sumber yakni Al-Qur‟an, As-Sunnah dan Ijma‟ ulama.

Beberapa dalil dari Al-qur‟an tentang jual beli diantaranya adalah:

‫اض ِم ْن ُك ْم ۗ َو ََل‬
ٍ ‫ع ْن ت ََر‬ ٰٓ َّ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تَأ ْ ُكلُ ْٰٓوا ا َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَاطِ ِل ا‬
َ ‫َِل ا َ ْن ت َ ُك ْونَ تِ َج‬
َ ً ‫ارة‬
‫ّٰللا َكانَ ِب ُك ْم َرحِ ْي ًما‬ َ ُ‫ت َ ْقتُلُ ْٰٓوا ا َ ْنف‬
َ ‫س ُك ْم ۗ ا َِّن ه‬

Artinya:

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka diantara kamu. “

( An-Nisaa : 29 )

َ ٰ ‫ٱلزك َٰوةِ ۙ َيخَافُونَ َي ْو ًما تَتَقَلَّبُ فِي ِه ْٱلقُلُوبُ َو ْٱْل َ ْب‬


‫ص ُر‬ َّ ِ‫صلَ ٰوةِ َوإِيتَآٰء‬ َ ‫ِر َجا ٌل ََّل ت ُ ْل ِهي ِه ْم ِت ٰ َج َرة ٌ َو ََل َب ْي ٌع‬
ِ َّ ‫عن ِذ ْك ِر‬
َّ ‫ٱَّلل َوإِقَ ِام ٱل‬

8
“Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
dzikrullah, dan melaksanakan shalat serta menunaikan zakat. Mereka takut kepada suatu
hari yang (ketika itu) hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat).” An-
Nur/24:37
2.3 Macam-macam Jual Beli

Ada beberapa macam dalam jual beli, yaitu:

a. Bai’ Salam, menurut bahasa salam adalah menyegerakan atau


mendahulukan modal. Secara istilah adalah jual beli sesuatu yang
disebutkan sifatnya pada suatu perjanjian dengan membayar dimuka. Atau
pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka. Jual beli salam ini didasarkan dalam Al-
qur‟an dan Hadits: “Hai orang-orang yang beriman apabila
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya...”.(Q.S Al- Baqarah: [2] 282).
Juga didasarkan atas hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa
Rasulullah SAW datang ke Madinah yang penduduknya melakukan salaf
(salam) salam dalam buah-buahan untuk jangka waktu satu, dua, tiga
tahun. Beliau bersabda: “Barangsiapa yang melakukan salaf (salam),
hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang
jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (Ditakhrijkan oleh imam
yang enam).

Adapun rukun Bai’ salam adalah meliputi muslam atau pembeli, muslam
ilaih atau penjual, modal atau uang, muslam fih atau barang dan shigat
atau ucapan.

Dalam perbankan, jual beli salam biasanya dipergunakan pada


pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-
6 bulan. Karena yang dibeli oleh bank adalah barang seperti padi, jagung
dan cabai, dan bank tidak berniat untuk menjadikan barang-barang
tersebut sebagai simpanan, maka dilakukanlah Bai’ salam kepada pembeli
kedua, seperti Bulog, pedagang pasar induk atau grosir. Inilah yang dalam
perbankan islam dikenal dengan Bai’ salam (Jual beli salam).
b. Bai’ Istisna’, yaitu kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang.
9
Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli.
Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistempembayaran, apakah
di muka, melalui cicilan atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa
yang akan datang. Menurut Jumhur Fuqaha’, bai’ istisna’ merupakan
suatu jenis khusus dari akad bai‟ salam. Dengan demikian, ketentuan bai‟
istisna mengikuti ketentuan dan aturan akad bai’ salam.
c. Bai’ murabahah, yaitu jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ murabahah, penjual harus
memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahannya. Misalnya, pedagang eceran membeli
pakaian dari grosir dengan harga Rp.10.000,00, kemudian ia menambah
keuntungan sebesar Rp.5.000,00 dan ia menjual kepada si pembeli dengan
harga Rp.15.000,00. Pada umumnya, si pedagang eceran tidak akan
memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari calon pembeli dan mereka
sudah menyepakati tentang jumlah pakaian, besar keuntungan yang akan
diambil pedagang eceran, serta besarnya angsuran kalau memang akan
dibayar secara angsuran.
2.4 Rukun dan Syarat Syah Jual Beli

Menurut ijma‟ para ulama, rukun jual beli ada empat, yaitu:

1. Bai‟ (Penjual)

2. Musytari (Pembeli)

3. Maq‟ud „alaih (Barang yang dijual)

4. Shigat (Ijab dan qabul)


10
Adapun syarat sah jual beli diantaranya adalah:

1. Syarat sah aqid (Penjual dan pembeli):

a. Berakal (Aqil). Orang yang terganggu jiwanya atau gila, makatidak


sah jual belinya.
b. Dengan kehendak sendiri (tidak dengan dipaksa).
c. Tidak mubazir. Sebab harta orang yang mubadzir itu di tangan
walinya.
d. Baligh (telah cukup umur / dewasa). Anak kecil yang belum baligh,
maka tidak sah jual belinya. Kalau seandainya seorang yang belum
baligh, namun dia sudah mengerti tentang jual beli sebagian ulama
berpendapat bahwasannya diperbolehkan jual beli barang-barang
yang kecil saja.
2. Uang dan benda yang dibeli.Syaratnya yaitu:
a. Suci. Barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang
untuk dibelikan, seperti kulit binatang atau bangkai yang belum
disamak.
b. Ada manfaatnya. Tidak boleh memperjual belikan barang-barang
yang tidak bermanfaat dan dilarang juga mengambil kembalian dari
barang tersebut karenadalam al-qur‟an telah dijelaskan
bahwasannya hal tersebut termasuk dalam arti menyia-nyiakan
harta yang terlarang.
c. Barang tersebut diketahui oleh si penjual dan si pembeli, baik dari
zat, bentuk, ukuran dan sifat-sifatnya jelas sehingga diantara
keduanya tidak akan terjadi kecurangan atau saling mengecoh.

2.5 Lafadz Ijab Kabul

Lafadz ijab merupakan ucapan si penjual. Umpamanya, “Saya jualbarang ini


dengan harga sekian”. Sedangkan, qabul adalah ucapan si pembeli. Seperti, “Saya
terima barang ini dengan harga sekian.
Keterangannya, ayat al-qur‟an yang menyatakan bahwasannya jualbeli itu atas
dasar suka sama suka. Sedangkan, suka sama suka itu sendiri kita tidak mengetahuinya.
Hanya hati masing-masinglah yang mengetahuinya. Ini pendapat kebanyakan para

11
ulama.
Tetapi Nawawi, Mutawali, Bagawi, dan beberapa ulama yang lainberpendapat
bahwa lafaz itu tidak menjadi rukun. Hanya di beberapa tempat ini merupakan adat
kebiasaan. Apabila ini telah menjadi adat kebiasaan dan sudah dipandang sebagai jual
beli, itu saja sudah cukup karena tidak ada dalil yang mewajibkan lafaz.

Menurut ulama yang mewajibkan lafaz, lafaz itu diwajibkanmemenuhi beberapa


syarat:

a. Keadaan ijab dan kabul berhubungan. Artinya, salah satu dari


keduanya pantas menjadi jawaban dari yang lain.
b. Makna keduanya hendaklah sama walaupun lafaz keduanya
berbeda.
c. Keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain.
d. Tidak ditentukan waktunya. Sebab, jual beli yang ditentukan waktunya
seperti sebulan atau setahun, maka jual belinya tidak sah.
Apabila ada rukun atau syaratnya yang tidak terpenuhi, maka jual
beli tersebut dianggap tidak sah. Beberapa uraian di bawah merupakan
contoh jual beli yang tidak sah:

a. Memperjual-belikan air mani hewan jantan


b. Menjual suatu barang yang baru dibelinya sebelum diterima, karena
miliknya belum sempurna (barang masih dalam tanggungansi penjual,
kalau hilang si penjual yang menggantikan).

2.6 Definisi Online

Online adalah satu kata yang sangat berkaitan sekali dengan dunia maya atau lebih

12
tepatnya internet. Online adalah istilah saat kita terhubung dengan internet atau dunia
maya, baik itu terhubung dengan akun media sosial kita, e-mail dan berbagai jenis akun
lainnya yang kita pakai atau gunakan lewat internet.4

Di zaman yang serba modern ini, segala sesuatunya bisa dilakukan dengan mudah
melalui internet atau online. Tidak hanya saling bertukar informasi atau berkomunikasi
lewat akun media sosial, tapi kita juga bisa bertransaksi lewat internet atau online.
Contohnya, yang sedang marak dilakukan oleh masyarakat kita adalah transaksi jual beli
online. Lewat online transaksi bisa dilakukan dengan mudah dan tidak ribet. Maka dari

itu masyarakat lebih memilih bertransaksi online. Banyak situs yang menawarkan
jual beli secara online contohnya, blibli.com, tokopedia.com, olx.com, dan masih banyak
yang lainnya. Bukan hanya bertransaksi saja, tapi juga proses transportasi pun bisa
dilakukan lewat online. Seperti perusahaan Gojek yang menyediakan transportasi ojek
masyarakat secara online. Dengan itu, semua menjadi mudah dan cepat. Dengan internet
atau online segala sesuatunya terasa lebih mudah dan tidak susah karena internet
membuka dunia dan tidak ada batas.
2.7 Definisi Hukum Islam

Definisi hukum islam pada umumnya disamakan dengan syariat islam, dalam
hal ini disebut syara‟. Syara‟ secara etimologi berarti jalan.Sedangkan dari segi
bahasa, syariat bisa diartikan sebagai aturan yangdibuat oleh Allah swt.
Secara umum, definisi hukum islam berarti hukum yang bersumberdari agama
islam. Hukum islam juga merupakan bagian dari agama islam. Selain itu,definisi
hukum islam dapat dijelaskan sebagai keseluruhan ketentuan yang ditetapkan oleh
allah swt yang harus ditaati seorang muslim. Dasar dan kerangka hukum islam
ditetapkan oleh Allah SWT.

Definisi hukum islam, oleh beberapa ulama memiliki pengertian yang berbeda.
Menurut ulama ushul fiqh, definisi hukum islam adalah doktrin syari‟at yang
bersangkutan dengan perbuatan orang mukallaf5, baikperintah atau diperintahkan memilih
atau berupa ketetapan. Definisi hukum islam menurut ulama fiqh memiliki pengertian
yang agak berbeda.
Menurut ulama fiqh, definisi hukum islam adalah efek (dampak/akibat) yang
dikehendaki oleh kitab syari‟at dalam perbuatan- perbuatan, seperti wajib, sunnah, mubah
dan haram.6

13
2.8 Pembagian Hukum Dalam Islam

Hukum dalam islam, dibagi menjadi lima:

1. Wajib (Fardhu) adalah suatu keharusan. Pengertiannya segala perintah Allah SWT yang
harus kita kerjakan.
a. Wajib Syar‟i, adalah suatu ketentuan yang apabila dikerjakan mendatangkan
pahala, sebaliknya jika tidak dikerjakan terhitung dosa.
b. Wajib Aqli, adalah suatu ketetapan hukum yang harus diyakini kebenarannya
karena masuk akal atau rasional.
c. Wajib Aqli dapat dibagi menjadi dua. Pertama, Wajib Aqli Nazari, adalah
mempercayai suatu kebenaran dengan memahami dalil-dalilnya atau dengan
penelitian yang mendalam seperti mempercayai eksistensi Allah SWT. Yang
kedua, Wajib AqliDharuri, adalah kewajiban mempercayai kebenarannya
dengan sendirinya tanpa dibutuhkan dalil-dalil tertentu, seperti orang makan
jadi kenyang.
d. Wajib „Aini, adalah suatu ketetapan yang harus dikerjakan oleh setiap muslim,
antara lain shalat lima waktu, puasa wajib di bulan ramadhan, dan lain
sebagainya.
e. Wajib Kifayah, adalah suatu ketetapan yang apabila sudah dikerjakan oleh
sebagian orang muslim, maka orang muslim lainnya terlepas dari kewajiban
itu. Akan tetapi jika tidak ada yang mengerjakannya, maka berdosalah
semuanya.
f. Wajib Muaiyyan, adalah suatu keharusan yang telah ditetapkan macam
tindakannya, contoh berdiri bagi yang kuasa ketika shalat.
g. Wajib Mukhayyar, adalah suatu kewajiban yang boleh dipilih dari bermacam
pilihan yang telah ditetapkan untuk dikerjakan, misalnyadenda dalam sumpah,
boleh memilih antara memberi makan 10 orang miskin atau memberi pakaian
10 orang miskin.
h. Wajib Mutlaq, suatu kewajiban yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya,
seperti membayar denda sumpah.
2. Sunnah, adalah perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala, dan
apabila ditinggalkan tidak berdosa.
a. Sunnah Muakkad, adalah sunnah yang sangat dianjurkan, misalnya shalat
14
tarawih dan shalat idul fitri.
b. Sunnah Ghairu Muakkad, adalah sunnah biasa. Misalnya, memberi salam
kepada orang lain atau berpuasa pada hari senin dan kamis.
c. Sunnah Hai‟ah, adalah perkara-perkara dalam shalat yang sebaiknya
dikerjakan, seperti mengangkat kedua tangan ketika takbir, mengucapkan
Allahu Akbar ketika akan ruku‟ dan sujud dansebagainya.
d. Sunnah Ab‟ad, adalah perkara-perkara dalam shalat yang harus dikerjakan
dan kalau terlupakan maka harus melakukan sujud sahwi, seperti membaca
tasyahud awal dan sebagainya.
3. Haram, adalah suatu perkara yang dilarang mengerjakannya, seperti minum
minuman keras, mencuri, judi dan lain sebagainya. Apabila dikerjakan
terhitung dosa. Sebaliknya jika ditinggalkan memperoleh pahala.
4. Makruh, adalah suatu hal yang tidak disukai atau diinginkan. Akan tetapi
apabila dikerjakan tidak berdosa dan jika ditinggalkan berpahala.
5. Mubah, adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan atau ditinggalkan tidak
berpahala dan tidak juga berdosa.7

15
BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan
Setelah melakukan penelitian transaksi jual beli secara online dalam pandangan
hukum islam,penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian yang terangkum secara
terperinci sebagai berikut:
1. Transaksi jual beli online adalah transaksi jual beli yang
dilakukan melalui internet dimana modal didahulukan
terlebih dahulu melalui bank lalu barang akan datang
dikemudian hari sesuai dengan kesepakatan yang telah
ditentukan.
2. Cara melakukan transaksi jual beli online diantaranya
sebagai berikut: Kunjungi link online shop terlebih dahulu
lalu pilihlah barang-barang yang kita inginkan. Setelah
memilih barang, biasanya akan tertera total harga yang
harus dibayarkan oleh pembeli. Pembeli akan
mengirimkan uangnya melalui rekening bank. Kemudian
barang akan dating beberapa hari kemudian.

3.2 Saran

Dari apa yang telah diuraikan oleh penulis dalam penelitian ini, penulis berharap
kepada para pembaca untuk mencari informasi yang lebih luas dan lengkap mengenai transaksi
jual beli online, karena dalam penelitian ini penulis tidak membahas semua hal tentang transaksi
jual beli online, melainkan hanya membahas hal-hal yang mengenai hukum transaksijual beli
online secara umumnya saja dan hanya dari beberapa referensi dan tidak begitu terperinci.
Sedangkan banyak informasi lain yang membahas tentang hukum transaksi jual beli online itu
sendiri, sehingga dengan mencari informasi yang lebih luas dan lengkap kita dapat mengetahui
serta memahami banyak tentang hukum tarnsaksi jual beli online . Penulis juga menyarankan agar
kita selalu menjalankan segala pekerjaan kita dengan tepat waktu dan untuk tidak menunda-nunda
pekerjaan kita.
16

Anda mungkin juga menyukai