Anda di halaman 1dari 3

‫ َو َع َلى آِل ِه َو َص ْح ِبِه َو َتاِبِع ْي ِه َع َلى َم ِّر‬، ‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى ُمَح َّم ٍد َس ِّيِد َو َل ِد َع ْد َناَن‬،

‫الَح ْم ُد ِهلل اْل َم ِلِك الَّدَّياِن‬


‫ َو َأْش َهُد َأَّن‬، ‫ َو َأْش َهُد َأْن اَّل ِإلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َدُه اَل َش ِر ْيَك َلُه اْل ُم َنـَّز ُه َع ِن اْل ِج ْس ِم َّيِة َو اْل ِجَهِة َو الَّزَماِن َو اْل َم َك اِن‬، ‫الَّزَماِن‬
. ‫َس ِّيَدَنا ُمَح َّمًدا َع ْبُدُه َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذ ْي َك اَن ُخ ُلُقُه اْل ُقْر آَن‬
‫ َف اَّتُقوا الّٰل َه َم ا‬: ‫ اْل َقاِئ ِل ِفي ِك َتاِب ِه اْل ُق ْر آِن‬، ‫ َف إِّني ُأْو ِص ْي ُكْم َو َنْف ِس ي ِبَتْق َو ى ِهللا الَم َّن اِن‬، ‫ ِع َباَد الَّرْح ٰم ِن‬،‫َأَّما َبْعُد‬
‫اْس َتَطْع ُتْم َو اْس َمُعْو ا َو َاِط ْيُعْو ا َو َاْن ِفُقْو ا َخ ْيًر ا َاِّلْنُفِس ُكْۗم َو َمْن ُّيْو َق ُش َّح َنْف ِس ٖه َفُاوٰۤل ِٕىَك ُهُم اْل ُم ْف ِلُح ْو َن‬
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, pencipta semesta alam. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan orang-
orang yang dicintainya serta memberikan dampak positif kepada seluruh umat Islam yang
senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah swt. Pada kesempatan mulia ini, mari kita
tingkatkan kesadaran kita akan keberadaan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Mulailah
dengan perbaikan diri, mulailah dengan berintrospeksi, dan mari kita tingkatkan kualitas ibadah
dan ketakwaan kita. Sejatinya, takwa adalah panggilan Allah kepada kita untuk meraih
kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat 16:

‫َفاَّتُقوا الّٰل َه َما اْس َتَطْع ُتْم َو اْس َمُعْو ا َو َاِط ْيُعْو ا َو َاْن ِفُقْو ا َخ ْيًر ا َاِّلْنُفِس ُكْۗم َو َمْن ُّيْو َق ُش َّح َنْف ِس ٖه َفُاوٰۤل ِٕىَك ُهُم اْل ُم ْف ِلُح ْو َن‬
Artinya: “Bertakwalah kamu kepada Allah sekuat kemampuanmu! Dengarkanlah, taatlah, dan
infakkanlah harta yang baik untuk dirimu! Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, mereka
itulah orang-orang yang beruntung.” Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Ayat ini merupakan
perintah Allah untuk senantiasa bertakwa kepada-Nya. Namun perintah untuk bertakwa ini
diikuti dengan kalimat sekuat kemampuan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah swt menciptakan
kemampuan setiap manusia berbeda-beda. Ayat ini menyadarkan kepada kita bahwa Islam
adalah agama yang memberi kemudahan kepada umatnya, bukan memberatkan umatnya. Kita
tetap diperintahkan untuk memaksimalkan potensi diri dalam bertakwa namun menyesuaikan
kemampuan yang dianugerahkan Allah. Hal ini tidak berarti kita harus memaksakan diri dalam
semua hal melebihi kemampuan kita namu kita juga tidak boleh malas dan pasrah begitu saja
tanpa mau berusaha. Rasulullah bersabda:

‫ َفِإَّنَما َأْه َلَك اَّلِذ ْيَن َمْن َقْب َلُكْم َكْث َر ُة َمَساِئِلِهْم‬، ‫ َو َما َأَمْر ُتُكْم ِبِه َفْأ ُتوا ِم ْنُه َما اْس َتَطْع ُتْم‬،‫َع ْنُه َفاْج َتِنُبْو ُه‬ ‫َما َنَهْي ُتُكْم‬
‫َع َلى َأْن ِبَياِئِهْم‬ ‫َو اْخ ِتَالُفُهْم‬
Artinya: “Apa saja yang aku larang, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan, maka
kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya yang telah membinasakan orang-orang sebelum
kalian adalah banyak bertanya dan menyelisihi perintah nabi-nabi mereka.” (HR. Bukhari dan
Muslim) Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Dari hal ini kita bisa memahami bahwa Allah
mengajarkan kita untuk melakukan semua hal dengan tidak berlebih-lebihan. Kita diajarkan
untuk bersikap moderat yakni selalu menghindarkan perilaku atau pemikiran yang ekstrem.
Orang yang moderat berkecenderungan menuju arah atau dimensi jalan tengah. Dalam kaitannya
beragama, sikap moderat adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan
bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat
kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum, berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan
menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa. Nabi muhammad saw pun merupakan sosok
yang senantiasa mengedepankan kemanusiaan dalam beragama. Ia adalah prototipe sosok
sempurna manusia yang paling manusia, yang mengerti manusia, dan yang senantiasa
memanusiakan manusia, tanpa pandang bulu, tanpa melihat agama dan suku. Inilah yang perlu
dicontoh oleh umat zaman sekarang di mana marak terlihat fenomena semangat beragama yang
berlebih-lebihan tanpa melihat esensi dari beragama itu sendiri. Sebuah fenomena yang lebih
mengedepankan "casing" atau tampilan dalam beragama daripada esensi dan nilai-nilai agama.
Kini banyak kita temukan orang terprovokasi dengan narasi yang mengatasnamakan agama,
namun sebenarnya ia sedang tidak mempraktikkan esensi beragama. Banyak yang meneriakkan
takbir ‘Allahuakbar’ (Allah Maha Besar) namun sejatinya tidak membesarkan nama Allah tapi
hanya membesarkan emosinya semata. Fenomena ini tentu memprihatinkan kita semua di tengah
disrupsi akibat perkembangan teknologi dan informasi. Mulai bermunculan orang yang belajar
ilmu tanpa guru dengan mengandalkan media internet sehingga memiliki pemahaman tanpa
bimbingan guru dan mengikuti hawa nafsunya. Allah berfirman dalam Surat Al-Jatsiyah Ayat
23:

‫َاَفَر َءْي َت َم ِن اَّتَخ َذ ِاٰل َهٗه َهٰو ىُه َو َاَض َّلُه الّٰل ُه َع ٰل ى ِع ْل ٍم َّوَخ َتَم َع ٰل ى َسْم ِعٖه َو َقْل ِبٖه َو َج َعَل َع ٰل ى َبَص ِر ٖه ِغ ٰش َو ًۗة َفَمْن‬
‫َّيْه ِد ْي ِه ِم ْۢن َبْع ِد الّٰل ِه ۗ َاَفاَل َتَذَّك ُرْو َن‬
Artinya: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci
pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu
memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran?” Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Terkait dengan sikap moderat, sosok yang
paling tepat untuk dijadikan tauladan adalah Rasulullah saw. Beliau adalah manusia sempurna
yang mengajarkan umatnya untuk melakukan segala sesuatu semampunya saja termasuk dalam
beragama dan beribadah. Dikisahkan suatu hari tiga sahabat ingin menyamai ibadah yang
dilakukan oleh Nabi. “Aku akan shalat malam terus selamanya," kata sahabat pertama. "Aku pun
akan puasa terus dan tak berbuka," kata sahabat kedua. "Aku pun akan menjauhi perempuan dan
tak akan menikah selamanya," kata sahabat ketiga. Mendengar hal itu, Nabi Muhammad
mengingatkan ketiga sahabat tersebut untuk tidak melakukan hal tersebut. “Demi Allah,
bukankah aku orang yang paling takut dan takwa kepada Allah, tetapi aku tetap puasa dan
berbuka, shalat dan tidur serta menikah. Siapa yang benci sunahku, berarti ia bukan dari
umatku." Demikian sebuat riwayat sikap moderat nabi dalam hadits yang diriwayatkan Imam
Bukhari dan Muslim. Allah pun berfirman dalam Al_Qur’an surat An-Nisa ayat 171:
‫ٰٓيَاْه َل اْل ِك ٰت ِب اَل َتْغ ُلْو ا ِفْي ِد ْي ِنُكْم َو اَل َتُقْو ُلْو ا َع َلى الّٰل ِه ِااَّل اْل َح َّۗق‬

Artinya: “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah
kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar,” Selain terkait beribadah, Rasulullah juga
telah mengingatkan kita untuk bersikap moderat semisal dalam mencintai ataupun membenci
orang lain. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok. Rasulullah bersabda:
‫َأْح ِبْب َح ِبيَبَك َهْو ًنا َما َع َسى َأْن َيُكوَن َبِغ يَض َك َيْو ًما َما َو َأْب ِغ ْض َبِغ يَض َك َهْو ًنا َما َع َسى َأْن َيُك وَن َح ِبيَبَك َيْو ًما َما‬
‫‪Artinya: "Cintailah idolamu sewajarnya, karena boleh jadi suatu hari ia akan menjadi orang yang‬‬
‫‪engkau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi kelak ia akan menjadi‬‬
‫‪orang yang engkau cintai.” (HR Tirmidzi). Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Demikianlah‬‬
‫‪sikap sewajarnya saja yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Mudah-mudahan kita bisa‬‬
‫‪mempraktikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Selain memberi manfaat baik bagi diri kita,‬‬
‫‪sikat moderat ini juga akan berdampak positif bagi orang lain, yang pada muaranya akan‬‬
‫‪menjadikan kemaslahatan orang banyak. Amin‬‬

‫َباَر َك هللا ِلي َو َلُكْم ِفي ْا لُقْر آِن ْا لَع ِظ ْي ِم َو َنَفَع ِني َو ِإَّياُك ْم ِبَما ِفْي ِه ِم ْن آَيِة َو ِذ ْك ِر اْل َح ِك ْي ِم ‪َ .‬أُقْو ُل َقْو ِلي َهَذا َفأْس َتْغ ِفُر َهللا‬
‫الَع ِظ ْي َم ِإَّنُه ُهَو الَغُفْو ُر الَّر ِح ْيم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫اْل َح ْم ُد ِلَّلِه َو اْل َح ْم ُد ِلَّلِه ُثَّم اْل َح ْم ُد ِلَّلِه ‪َ .‬أْش َهُد أْن آل إَلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َدُه اَل َش ِر يَك َلُه‪َ ،‬و َأْش َهُد أَّن َس ِّيَدَنا ُمَح َّم ًدا َع ْب ُدُه‬

‫َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذ ْي اَل َنِبّي بعَدُه‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َنِبِّيَنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى َأِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َمْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َي ْو ِم‬
‫الِقَياَم ِة ‪َ .‬أَّما َبْعُد‪َ ،‬فَيا َأُّيَها الَّناُس ُأْو ِص ْي ُكْم َو َنْف ِس ْي ِبَتْق َو ى ِهللا َفَقْد َفاَز اْل ُم َّتُقْو َن ‪َ .‬فَقاَل ُهللا َتَع اَلى‪ِ :‬إَّن َهللا َو َم اَل ِئَك َت ُه‬

‫ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي‪ٰ ،‬ي َأ ُّيها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْي ِه َو َس ِّلُمْو ا َتْس ِلْيًما‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيَدَنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى َأِل َس ِّيَدَنا‬

‫ُمَح َّم ٍد اللُهَّم اْغ ِفْر ِلْل ُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْا لُم ْؤ ِم َناِت َو ْا لُمْس ِلِم ْيَن َو ْا لُمْس ِلَماِت ‪َ ،‬اَأْلْح ياِء ِم ْن ُهْم َو ْاَالْم َو اِت ‪ .‬اللُهَّم اْد َف ْع َع َّن ا ْا لَبَالَء‬
‫َو ْا لَو َباَء والُقُرْو َن َو الَّز َالِز َل َو ْا لِمَح َن َو ُسْو َء ْا لِفَتِن َو ْا لِمَح َن َما َظَه َر ِم ْن َه ا َو َم ا َبَطَن َع ْن َبَل ِد َنا ِإْن ُدوِنْي ِس َّيا خآَّص ًة‬
‫َو َساِئِر ْا لُبْل َداِن ْا لُمْس ِلِم ْيَن عاَّم ًة َي ا َر َّب ْا لَع اَلِم ْيَن ‪ .‬الَّلُهَّم َأِر َن ا اْل َح َّق َح ًّق ا َو اْر ُز ْق َن ا اِّتَباَع ُه َو َأِر َن ا اْل َباِط َل َب اِط اًل‬

‫َو اْر ُز ْق َنا اْج ِتَناَبُه‪َ .‬ر َّبَنا آِتنَا ِفى الُّدْن َيا َح َس َنًة َو ِفى ْا آلِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذاَب الَّناِر ‪َ .‬و َاْل َح ْم ُد ِلّٰل ِه َر ِّب اْل ٰع َلِم ْيَن ٍع َب اَد‬

‫ِهللا ‪ِ ،‬إَّن َهللا َي ْأ ُمُر ِبْا لَع ْد ِل َو ْا ِإلْح َس اِن َو ِإْيتاِء ِذ ي ْا لُق ْر بَى َو َيْن َهى َع ِن ْا لَفْح شاِء َو ْا لُم ْن َك ِر َو ْا لَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُكْم‬
‫َتَذَّك ُرْو َن ‪َ ،‬و اْذُك ُروا َهللا ْا لَع ِظ ْي َم َيْذُك ْر ُك ْم ‪َ ،‬و اْش ُك ُر ْو ُه َع لَى ِنَع ِمِه َيِز ْد ُكْم ‪َ ،‬و َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبْر‬

Anda mungkin juga menyukai