Anda di halaman 1dari 15

Nama : Suci Ramadhani Giasi

Kelas: XI-M7

Judul Khutbah: Mempersiapkan Bekal Sebelum Kematian

Khutbah Pertama

‫الَّس َالُم َع َلْيُك ْم َو َر ْح َم ُة ِهللا َو َبَر َكاُتُه‬

‫ َم ْن َيْه ِدِه ُهللا َفَال ُمِض َّل َل ُه َوَم ْن ُيْض ِلْلهُ َفَال َه اِدَي‬،‫ِإَّن اْلَح ْمَد ِهَّلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه َو َنُعوُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َوِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬
‫ َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِرْيَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه‬.‫َلُه‬.
‫ اما بعـد‬. ‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى سيدنا ُمَح َّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َوَم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الِّدْيِن‬

‫ َيا َأُّيهَا اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن ِإَّال َو َأنُتْم ُّم ْس ِلُم ْو َن‬. ‫ َاُع ْو ُذ ِباِهلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج ْيِم‬:‫قال هللا تعالى‬.

‫ ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنْو َبُك ْم َوَم ْن ُيِط ِع َهللا َو َرُسْو َلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا َع ِظ ْيًم ا‬.‫َيا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َو ُقْو ُلْو ا َقْو ًال َسِد ْيًدا‬.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam naungan rahmat dan hidayah Allah
SWT. Tak henti-hentinya kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
kita nikmat iman dan Islam; karunia yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada hamba-hamba-
Nya. Semoga kita selalu termasuk yang mendapatkan hidayah-Nya serta berada dalam keadaan Iman
dan Islam hingga akhir hayat kita.

Dan tentunya kita bersyukur kepada Allah atas nikmat berbagai kehidupan yang masih diberikan kepada
kita. Sehingga pada kesempatan ini kita masih dapat beribadah kepada-Nya, dapat mengingat-Nya, serta
memuji-Nya.

Pujian hanya layak dimiliki oleh Allah. Alhamdulillah; segala puji hanya milik Allah. Sungguh tidaklah
pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian, tidak pantas bagi manusia untuk merasa telah berjasa,
karena sungguh sejatinya segala pujian hanya milik Allah semata.

Pada kesempatan yang mulia ini, kami selaku khatib mengajak kepada hadirin sekalian, marilah kita
senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, takwa dalam arti senantiasa
berupaya dan berusaha untuk selalu menghadirkan Allah dalam setiap situasi dan kondisi dengan cara
senantiasa berzikir dan melaksanakan segala perintahNya. Takwa dalam arti kita senantiasa melibatkan
Allah dalam setiap persoalan yang kita hadapi dengan cara berdoa, memohon pertolongan dan
bermunajat kepadaNya. Sehingga akan menimbulkan ketentraman dan ketenangan dalam setiap
kehidupan kita.

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم وَن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Al-Quran, Surat Ali
Imran, ayat 102)

Dan tentunya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah tak henti-hentinya kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya.

Sidang salat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Dalam Khutbah Jumat singkat ini, mari kita merenung sejenak tentang apa yang terjadi di sekitar kita
saat ini, di mana kita sedang menjalani masa pandemi Covid 19 yang sudah berjalan lebih dari setahun.
Sudah banyak orang yang meninggal, tidak sedikit di antara mereka adalah Saudara kita, tiba tiba
sahabat kita meninggal dunia, siapa saja dan kapan atau di mana saja bisa meninggal dunia.

‫ُك ُّل َنْفٍس َذ ۤا ِٕىَقُة اْلَم ْو ت‬

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.

Kematian adalah sesuatu yang pasti kita hadapi. Sesuatu yang menjadi gerbang dari kehidupan dunia
menuju kehidupan akhirat adalah kematian.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Dalam Surat Al-Baqarah ayat 28, Allah berfirman:

‫…َكْيَف َتْكُفُرْو َن ِباِهّٰلل َو ُكْنُتْم َاْم َو اًتا َفَاْح َياُك ْۚم ُثَّم ُيِم ْيُتُك ْم ُثَّم ُيْح ِيْيُك ْم ُثَّم ِاَلْيه‬

Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu,
kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.

Dalam Tafsir Ibn Katsir, dijelaskan bahwa ayat ini menjelaskan akan kekuasaan Allah dan sungguh aneh
orang yang ingkar kepada Allah sementara manusia awalnya tiada, lalu Allah menjadikannya ada di muka
bumi ini. Ayat ini juga menunjukkan bahwa kita semua pasti mati. Dan kita semua pasti akan
dibangkitkan kembali setelah kematian itu.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Maka apa saja kewajiban kita dalam kehidupan ini sebagai persiapan diri kita sebelum menghadapi
kematian? Tentunya ada banyak hal. Namun setidaknya ada tiga hal yang akan kita bahas pada
kesempatan berharga ini.

Pertama, beramal sebaik mungkin. Dalam surat Al-Mulk ayat 1-2, Allah berfirman:
‫َتٰب َرَك اَّلِذ ْي َيِدِه اْلُم ْلُۖك َو ُهَو َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌۙر ۨ اَّلِذ ْي َخ َلَق اْل ْو َت َو اْلَح ٰي وَة ِلَيْبُلَو ُك ْم َاُّيُك ْم َاْح َس ُن َع ۗاًل َو ُهَو اْلَع ْيُز اْلَغ ُفْو ُۙر‬
‫ِز‬ ‫َم‬ ‫َم‬ ‫ِب‬

1. Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. 2.
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Seperti apakah amalan yang terbaik itu? Salah satu indikatornya adalah, pekerjaan itu dilakukan dengan
istiqamah. Dalam hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

‫َفِإَّن َخ ْيَر اْلَع َمِل َأْد َوُم ُه َوِإْن َقَّل‬

Artinya; sesungguhnya sebaik-baik pekerjaan adalah yang rutin (berkelanjutan), meskipun itu sedikit.

Beramal sebaik mungkin juga berarti bahwa pekerjaan itu kita lakukan dengan seikhlas mungkin,
semaksimal mungkin dan dengan sesempurna mungkin. Baik dalam interaksi kita kepada Allah maupun
kepada sesama manusia, dalam tiap amal kita patrikan dalam diri kita bahwa bisa jadi itu adalah amal
terakhir kita.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Yang kedua, menyiapkan amal yang terus mengalir pahalanya. Di antara yang dapat kita persiapkan
adalah dengan memperbanyak amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta mendidik anak kita menjadi
anak yang saleh yang dapat mendoakan kita kelak. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW.

‫ َأْو ِع ْلٍم‬،‫ َص َد َقٍة َج اِر َي ٍة‬:‫ ((ِإَذ ا َم اَت اِإل ْنَس اُن ِاْنَقَطَع َع ْنُه َع َم ُلُه ِإاَّل ِم ْن َثاَل َث ٍة‬:‫ َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم قال‬:‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة رضي هللا عنه‬
‫ َأْو َو َلٍد َص اِلٍح َيْدُع ْو َلُه))؛ رواه مسلم‬،‫ُيْنَتَفُع ِبِه‬

Artinya: diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Jika manusia mati, maka
terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak
shalih yang selalu mendo`akan orang tuanya. (HR. Muslim).

Yang ketiga, berdoa agar diberikan husnul khatimah. Apakah itu husnul khatimah? Di antara tanda utama
husnul khatimah ialah apabila ia mengucap kalimat laa ilaaha illallaah di akhir hayatnya. Dalam sebuah
hadith shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda:
‫” َم ْن َك اَن آِخ ُر َكَالِمِه َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َد َخ َل اْلَج َّنَة ”‬

‫”‪“Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘Laa ilaaha illallaah’ maka dia akan masuk Surga.‬‬

‫‪Indikator lainnya dari seorang yang husnul khatimah apabila ia mengerjakan pekerjaan baik di akhir‬‬
‫‪hidupnya.‬‬

‫َقاَل َر ُسوُل هللا صلى هللا عليه وسلم ” ِإَذ ا َأَراَد ُهللا ِبَع ْبٍد َخ ْيًرا اْسَتْع َم َلُه ” ‪َ .‬فِقيَل َكْي َف َيْس َتْع ِم ُلُه َي ا َر ُس وَل ِهللا َق اَل ” ُيَو ِّفُق ُه ِلَع َم ٍل َص اِلٍح َقْب َل‬
‫”اْلَم ْو ِت”‬

‫‪Rasulullah SAW bersabda: Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan‬‬
‫‪membuatnya beramal. Para sahabat bertanya; Bagaimana membuatnya beramal? beliau menjawab:‬‬
‫‪Allah akan memberikan taufiq padanya untuk melaksanakan amal shalih sebelum dia meninggal. (HR.‬‬
‫)‪Ahmad dan Tirmidzi‬‬

‫‪Selain berusaha dengan segenap amal saleh untuk mencapai husnul khatimah, kita juga harus selalu‬‬
‫‪berdo’a agar Allah mewafatkan kita dalam keadaan husnul khatimah.‬‬

‫‪Akhirnya, semoga kita menjadi hamba Allah yang berhasil dalam mempersiapkan kehidupan kita, yang‬‬
‫‪mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. dan Allah menjadikan kita‬‬
‫‪sebagai orang-orang yang wafat dalam keadaan husnul khatimah.‬‬

‫‪َ.‬باَرَك ُهللا ِلي َو َلُك ْم فِي الُقْر آِن الَعِظ ْيِم ‪َ ،‬و َنَفَع نِي َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن ْاآليَاِت َو الِّذْك ِر الَح ِكْيِم َو َتَقَّبْل ِم نِّي َوِم ْنُك ْم ِتَالَو َتُهَ ِإَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع الَعِلْيُم‬

‫‪َ.‬أُقْو ُل َقْو لِي هَذ ا َأْسَتْغ ِفُر َهللا لِي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو الُم ْس ِلَم اِت َو الُم ْؤ ِمِنْيَن َو الُم ْؤ ِم َناِت َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه ِإَّنُه ُهَو الَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫اْلَح ْم ُد ِهلِل اَّلِذ ْي ِبِنْع َم ِتِه َتِتُّم الَّصاِلَح اُت ‪َ ،‬و ِبَفْض ِلِه َتَتَنَّز ُل اْلَخ ْيَر اُت َو اْلَبَر َكاُت ‪َ ،‬و ِبَتْو ِفْيِقِه َتَتَح َّق ُق اْلَم َقاِص ُد َو اْلَغاَي اُت ‪َ .‬أْش َهُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه‬
‫اَل َش ِرْيَك َلُه َو َأْش َهُد َأْن ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه اَل َنِبَّي َبْع َد ُه‪ .‬اللهم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ِه َو َص ْح ِبِه الُمَج اِه ِد ْيَن الَّط اِهِرْيَن ‪.‬‬
‫َأَّم ا َبْعُد‪َ ،‬فَيا آُّيَها الَح اِض ُرْو َن ُأْو ِص ْيُك ْم َو ِإَّياَي ِبَتْقَو ى ِهللا َو َطاَع ِتِه َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُح ْو َن ‪َ .‬ي ا َأُّيَه ا اَّل ِذ يَن آَم ُن وا اَّتُق وا َهَّللا َح َّق ُتَقاِت ِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم‬
‫‪ُ.‬م ْس ِلُم وَن ‪َ ،‬و َتَز َّوُدوا َفِإَّن َخ ْيَر الَّز اِد الَّتْقَو ى‬

‫أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‪ .‬بسم هللا الرحمن الرحيم‪ .‬إَّن َهللا ومالئكَتُه يصُّلوَن على النِبِّي َيا أُّيَها الذيَن ءاَم نوا َص ُّلوا عليِه وَس ّلموا َتْسليًم ا‬
‫الّلـُهَّم َص ّل على سّيِد نا محَّمٍد وعلى ءاِل سّيِد نا محَّمٍد كَم ا صّليَت على سّيِد نا إبراهيَم وعلى ءاِل سّيِد نا إبراهيم وباِرْك على سّيِد نا محَّم ٍد وعلى‬
‫‪.‬ءاِل سّيِد نا محَّمٍد كَم ا باَر ْك َت على سّيِد نا إبراهيَم وعلى ءاِل سّيِد نا إبراهيَم إّنَك حميٌد مجيٌد‬

‫‪َ.‬الَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت‪َ ،‬و اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت ْاَألْح َياِء ِم ْنُهْم َو ْاَألْم َو اِت‪ِ ،‬إَّنَك َسِم ْيٌع َقِرْيٌب ُمِج ْيُب الّد َع َو اِت‬
‫الَّلُهَّم اْغ ِفْر َلَنا ُذ ُنْو َبَنا َو ُذ ُنْو َب َو اِلَدْيَنا َو اْر َح ْم ُهَم ا َك َم ا َر َّبَياَنا ِص َغاًرا‬

Ya Allah, Ya Rabb, hanya dalam kuasa-Mu segala apa yang terjadi pada hamba-Mu ini, tiada daya dan
upaya selain keagungan-Mu. Ya Allah, jadikanlah segala nikmat dan titipan-Mu menjadikan hamba-Mu
semakin pandai bersyukur.

Berikanlah kekuatan iman dan Islam kepada kami, ya Allah. Tuntunlah setiap langkah kami dijalan-Mu, ya
Allah. Curahkanlah segala rahmat dan karunia-Mu kepada keluarga dan anak-anak kami, Ya Allah,

ya Rabb, di hari yang engkau ciptakan ini, ajarkanlah kami agar senantiasa menempatkan-Mu ditempat
yang paling agung, karena kami sadar seringkali dunia ini lebih kami pentingkan daripada Engkau ya
Allah.

Ya Allah, wahai yang maha Menatap, wahai yang maha Agung dan maha Perkasa, Engkaulah yang Maha
Tahu, ampunilah sebusuk apapun diri-diri kami selama ini, ampuni sekelam apapun masa lalu kami,
tutupi seburuk apapun aib-aib kami, ampunilah kami ya Allah. Bukakan lembaran-lembaran baru yang
bersih yang menggantikan lembaran yang kelam, masa lalu kami.

Ya Allah, ampuni dan selamatkan orang tua kami, darah dagingnya melekat pada tubuh kami, ya Allah.
Ampuni jika selama ini kami telah menzhaliminya, jadikan sisa umur kami menjadi anak yang tahu balas
budi, ya Allah.

Ya Allah, lindungi kami dari mati husnul khitimah, lindungi kami dari siksa kubur-Mu ya Allah

Ya Allah, satukanlah hati kami dalam ketaatan dan keistiqamahan dalam menjalankan kewajiban-Mu ya
Allah

Jadikanlah kami orang-orang yang istiqamah dijalan-Mu, ya Allah. Anugerahkanlah segala kemuliaan-Mu
kepada hamba-Mu ini, ya Allah.

‫َر َّبَنا اْغ ِفْر َلَنا َو ِإِل ْخ َو اِنَنا اَّلِذ يَن َسَبُقوَنا ِباِإْل يَم اِن َو اَل َتْج َع ْل ِفي ُقُلوِبَنا ِغ ًاّل ِّلَّلِذ يَن آَم ُنوا َر َّبَنا ِإَّنَك َر ُؤوٌف َّر ِح يٌم‬
‫َر َّبَنا َظَلْم َنا َأنُفَس َنا َوِإن َّلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َح ْم َنا َلَنُك وَنَّن ِم َن اْلَخ اِس ِريَن‬

‫ َر َبَنا َء اِتَنا ِفي الّد ْنَيا َحَس َنًة َوِفي ْاَألِخ َرِة َح َس َنًة َوِقَنا َع َذ اَب الّناِر‬.
‫ ان هللا يأمر بالعدل واالحسان وايتاء ذي القربي وينهي عن الفحشاء والمنكر والبغي لعلكم تذكرون فاذكروا هللا العظيم يذكركم‬،‫عباد هللا‬
‫واسألوه من فضله يعطكم ولذكر هللا‬
Nama : Anggun Mutiara Maku

Kelas : XI-M7

Judul Khutbah : Belajar Jaga Lisan

Khutbah Pertama

‫ َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َتاِبِع ْيِه َع َلى َم ِّر الَّز َم اِن‬، ‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى ُمَحَّمٍد َس ِّيِد َو َلِد َع ْدَناَن‬، ‫الَح ْم ُد ِهلل اْلَم ِلِك الَّد َّياِن‬.
‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه اَّلِذ ْي َك اَن ُخُلُقُه اْلُقْر آَن‬، ‫َو َأْش َهُد َأْن اَّل ِإلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‬

‫ ِاَّتُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم ْو ُتَّن ِااَّل َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬، ‫ َفَيا َأُّيَها اْلَح اِض ُرْو َن‬،‫َاَّم ا َبْعُد‬.

‫ َأُع ْو ُذ ِباِهلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج ْيِم‬. ‫َقاَل ُهللا َتَع اَلى ِفي اْلُقْر ٰا ِن اْلَعِظ ْيِم‬:

‫َيا َأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َنْفٍس َو اِح َدٍة َو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َجَها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِرَج ااًل َك ِثيًرا َو ِنَس اًء َو اَّتُقوا َهَّللا اَّلِذ ي َتَس اَء ُلوَن ِبِه َو اَأْلْر َح اَم‬
‫ِإَّن َهَّللا َك اَن َع َلْيُك ْم َرِقيًبا‬

Amma ba’du.

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita
Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kita diperintahkan untuk menjaga lisan. Di antara ayat yang menganjurkan hal ini adalah firman Allah
Ta’ala,

)18( ‫) َم ا َيْلِفُظ ِم ْن َقْو ٍل ِإاَّل َلَد ْيِه َرِقيٌب َع ِتيٌد‬17( ‫ِإْذ َيَتَلَّقى اْلُم َتَلِّقَياِن َع ِن اْلَيِم يِن َو َع ِن الِّش َم اِل َقِع يٌد‬

“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan
yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 17-18). Ingat, semuanya akan dicatat, termasuk ucapan
lisan kita.

Ketika berpuasa, kita diperintahkan menjaga lisan. Dalam hadits disebutkan,

‫َم ْن َلْم َيَد ْع َقْو َل الُّز وِر َو اْلَع َم َل ِبِه َفَلْيَس ِهَّلِل َح اَج ٌة ِفى َأْن َيَدَع َطَع اَم ُه َو َش َر اَبُه‬

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh
dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari, no. 1903).

As-Suyuthi mengatakan bahwa az-zuur adalah berkata dusta dan menfitnah (buhtan). Sedangkan
mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan konsekuensinya yang telah Allah
larang. (Syarh Sunan Ibnu Majah, 1:121, Maktabah Syamilah)

Apa saja dosa yang dikarenakan oleh lisan?

Pertama: Berdusta
Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َع َلْيُك ْم ِبالِّص ْد ِق َفِإَّن الِّص ْد َق َيْهِد ى ِإَلى اْلِبِّر َوِإَّن اْلِبَّر َيْهِد ى ِإَلى اْلَج َّنِة َوَم ا َيَزاُل الَّرُج ُل َيْص ُدُق َو َيَتَح َّرى الِّص ْد َق َح َّتى ُيْك َتَب ِع ْن َد ِهَّللا ِص ِّديًقا‬
‫َو ِإَّياُك ْم َو اْلَك ِذَب َفِإَّن اْلَك ِذَب َيْهِد ى ِإَلى اْلُفُجوِر َوِإَّن اْلُفُجوَر َيْهِد ى ِإَلى الَّناِر َوَم ا َيَزاُل الَّرُجُل َيْك ِذ ُب َو َيَتَح َّرى اْلَك ِذَب َح َّتى ُيْك َتَب ِع ْنَد ِهَّللا َك َّذ اًبا‬

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada
kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku
jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah
kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan
kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk
berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim, no. 2607)

Kedua: Ghibah

Ghibah kata Imam Nawawi adalah menyebutkan kejelekan orang lain di saat ia tidak ada saat
pembicaraan. (Syarh Shahih Muslim, 16: 129).

Dalam Al-Adzkar (hlm. 597), Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan, “Ghibah adalah sesuatu yang
amat jelek, tetapi tersebar di khalayak ramai. Yang bisa selamat dari tergelincirnya lisan seperti ini
hanyalah sedikit. Ghibah memang membicarakan sesuatu yang ada pada orang lain, tetapi yang
diceritakan adalah sesuatu yang ia tidak suka untuk diperdengarkan pada orang lain. Sesuatu yang
diceritakan bisa jadi pada badan, agama, dunia, diri, akhlak, bentuk fisik, harta, anak, orang tua, istri,
pembantu, budak, pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya,
kefasihan lidah, atau segala hal yang berkaitan dengannya. Cara ghibah bisa jadi melakui lisan, tulisan,
isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala atau semisal itu.”

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« ‫ ِقيَل َأَفَر َأْيَت ِإْن َك اَن ِفى َأِخ ى َم ا َأُق وُل َق اَل « ِإْن َك اَن ِفيِه َم ا‬.» ‫ َقاَل « ِذ ْك ُرَك َأَخ اَك ِبَم ا َيْك َرُه‬. ‫ َقاُلوا ُهَّللا َو َر ُسوُلُه َأْعَلُم‬.» ‫َأَتْد ُروَن َم ا اْلِغ يَبُة‬
‫» َتُقوُل َفَقِد اْغ َتْبَتُه َوِإْن َلْم َيُك ْن ِفيِه َفَقْد َبَهَّتُه‬

“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata,
“Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau
ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah
memfitnahnya.” (HR. Muslim, no. 2589)

Ketiga: Namimah (Suka Mengadu Domba)

Imam Nawawi berkata, “Namimah adalah menukil perkataan orang lain dengan tujuan untuk membuat
kerusakan. Namimah inilah sejelek-jelek perbuatan.”

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
melewati salah satu sudut kota Madinah atau Makkah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang
sedang diazab di kubur. Beliau pun bersabda,

‫ َو َك اَن اآلَخ ُر َيْمِش ي ِبالَّنِم يَم ِة‬،‫ َك اَن َأَح ُدُهَم ا َال َيْسَتِتُر ِم ْن َبْو ِلِه‬،‫ َبَلى‬،‫ َوَم ا ُيَع َّذ َباِن ِفي َك ِبيٍر‬، ‫ُيَع َّذ َباِن‬
“Mereka berdua disiksa. Mereka menganggap bahwa itu bukan perkara besar, tetapi sesungguhnya itu
perkara besar. Orang yang pertama disiksa karena tidak menutupi diri ketika kencing. Adapun orang yang
kedua disiksa karena suka mengadu domba (namimah).” (HR. Bukhari no. 216 dan Muslim no. 292).

Keempat: Mengejek Orang Lain (Istihza’)

Allah Ta’ala berfirman,


‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا اَل َيْسَخ ْر َقْو ٌم ِم ْن َقْو ٍم َعَس ى َأْن َيُك وُنوا َخ ْيًرا ِم ْنُهْم َو اَل ِنَساٌء ِم ْن ِنَس اٍء َعَس ى َأْن َيُك َّن َخ ْيًرا ِم ْنُهَّن‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain,
boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al-Hujurat: 11)

Sifat melecehkan dan meremehkan termasuk dalam kategori sombong sebagaimana sabda Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫اْلِكْبُر َبَطُر اْلَح ِّق َو َغ ْم ُط الَّناِس‬


“Sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim, no. 91).
Meremehkan orang lain adalah suatu yang diharamkan karena bisa jadi yang diremehkan lebih mulia di
sisi Allah seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:713).

Kelima: Niyahah (Meratapi Orang Mati)

Niyahah adalah jika seseorang bersedih dan menangisi mayit serta menghitung-hitung berbagai
kebaikannya. Ada yang mengartikan pula bahwa niyahah adalah menangis dengan suara keras dalam
rangka meratapi kepergian mayit atau meratap karena di antara kemewahan dunia yang ia miliki lenyap.
Niyahah adalah perbuatan terlarang. Demikian penjelasan penulis ‘Aunul Ma’bud ketika menjelaskan
maksud niyahah. Lihat ‘Aunul Ma’bud, 8: 277.

Niyahah termasuk larangan bahkan dosa besar karena diancam dengan hukuman (siksaan) di akhirat
kelak. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Malik Al Asy’ari radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan
jahiliyah yang susah untuk ditinggalkan: (1) membangga-banggakan kebesaran leluhur, (2) mencela
keturunan, (3) mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan (4) meratapi mayit (niyahah).”
Lalu beliau bersabda, “Orang yang melakukan niyahah bila mati sebelum ia bertaubat, maka ia akan
dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta
mantel yang bercampur dengan penyakit gatal” (HR. Muslim, no. 934)

Keenam: Suka Berdebat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َأْبَغُض الِّر َج اِل ِإَلى ِهَّللا اَألَلُّد اْلَخ ِصُم‬


“Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya.” (HR. Bukhari, no. 4523;
Muslim, no. 2668). Yang dimaksud orang yang paling dibenci di sini adalah orang yang berdebat dengan
cara yang keras.

Ketujuh: Suka Memuji Berlebihan

Dari Abu Ma’mar, ia berkata, “Ada seorang pria berdiri memuji salah seorang gubernur. Miqdad (Ibnul
Aswad) lalu menyiramkan pasir ke wajahnya dan berkata,

‫ َأْن َنْح ِثَى ِفى ُو ُجوِه اْلَم َّد اِح يَن الُّتَر اَب‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬-‫َأَم َر َنا َر ُسوُل ِهَّللا‬.
“Kami diperintahkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk menyiramkan pasir ke wajah
orang-orang yang memuji.” (HR. Muslim no. 3002). Imam Nawawi membuat judul Bab ‘Larangan memuji
orang lain secara berlebihan dan dikhawatirkan menimbulkan fitnah bagi yang dipuji’.

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Sebagian ulama ada yang mengamalkan demikian. Jika ada yang
memuji di depan wajahnya, maka mereka melemparkan debu di wajahnya sesuai hakikat hadits
tersebut. Sedangkan ulama lainnya memaknakan hadits ‘menyiramkan pasir’ bahwa pujian mereka itu
ditolak mentah-mentah dan tidak kita terima. Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa jika kalian
dipuji, maka ingatlah bahwa kalian itu berasal dari tanah, maka bersikaplah tawadhu’ (rendah diri) dan
janganlah merasa ujub (bangga diri). Namun tafsiran terakhir ini lemah.” (Syarh Shahih Muslim, 18: 106-
107

Cara lepas dari dosa karena lisan

Taubat kepada Allah: (1) menyesal, (2) berhenti dan kembali taat, (3) bertekad tidak mau mengulangi
lagi, (4) minta kehalalan dari orang yang dizalimi, menyebut kebaikan orang yang dicela, dan bertaubat
kepada Allah.

Mengetahui jeleknya dosa karena lisan.

Mengetahui dosa lisan akan menghapus kebaikannya pada hari kiamat.

Menghindari majelis yang di dalamnya ada dosa lisan seperti ghibah, namimah, dusta, mencela,
mengejek, sehingga tidak disebut tolong menolong dalam dosa dan melampaui batas.

Semoga Allah memberikan taufik pada kita semua untuk menjaga lisan. Moga Allah ampuni kesalahan
kita karena sebab lisan.

‫ ِإَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬،‫ َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه‬، ‫َأُقْو ُل َقْو ِلْي ٰهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم‬
‫‪Khutbah Kedua‬‬
‫َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َو َكَفى‪َ ،‬و ُأَص ِّلْي َو ُأَس ِّلُم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد اْلُم ْص َطَفى‪َ ،‬و َع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َأْهِل اْلَو َفا‪َ .‬أْش َهُد َأْن اَّل إلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‪َ ،‬و َأْش َهُد‬
‫‪َ،‬أَّن َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه َأَّم ا َبْعُد‬

‫َفَيا َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن ‪ُ ،‬أْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا اْلَعِلِّي اْلَعِظ ْيِم َو اْعَلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َع ِظ ْيٍم ‪َ ،‬أَم َر ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو الَّس اَل ِم َع َلى َنِبِّيِه اْلَك ِرْيِم َفَقاَل ‪:‬‬
‫‪ِ،‬إَّن َهللا َوَم اَل ِئَك َتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي ‪َ ،‬يا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَح َّمٍد َو َع َلى آِل ُمَحَّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬إَّنَك َح ِم ْيٌد َمِج ْيٌد ‪َ .‬و َباِرْك َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَح َّمٍد َك َم ا‬
‫َباَر ْك َت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬إَّنَك َح ِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬
‫ّٰل‬
‫َال ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت واْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت اَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَأْلْم َو اِت‬
‫ِإَّنَك َسِم ْيٌع َقِرْيٌب ُمِج ْيُب الَّدْع َو ةِ‬
‫َر ّبَنا َالُتَؤاِخ ْذ َنا ِإْن َنِس ْيَنا َأْو َأْخ َطْأَنا َر ّبَنا َو َال َتْح ِم ْل َع َلْيَنا ِإْص ًرا َك َم ا َح َم ْلَتُه َع َلى اّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلَنا َر ّبَنا َو َال ًتَحّم ْلَنا َم اَال َطاَقَة َلَنا ِبِه َو اْعُف َع ّنا‬
‫‪َ.‬و اْغ ِفْر َلَنا َو اْر َح ْم َنا َأْنَت َم ْو َالَنا َفاْنُصْر َنا َع َلى اْلَقْو ِم اْلَكاِفِرْيَن‬
‫الَّلُهَّم إَّنا َنْس َأُلَك الُهَدى ‪ ،‬والُّتَقى ‪ ،‬والَع َفاَف ‪ ،‬والِغ َنى‬

‫الَّلُهَّم اْك ِفَنا ِبَح َالِلَك َع ْن َح َر اِم َك َو َأْغ ِنَنا ِبَفْض ِلَك َع َّم ْن ِس َو اَك‬
‫الَّلُهَّم إَّنا َنُعْو ُذ ِبَك ِم ْن َز َو اِل ِنْع َم ِتَك َو َتَح ُّو ِل َعاِفَيِتَك َو ُفَج اَءِة ِنْقَم ِتَك َوَجِم يِع َس َخ ِط َك‬
‫الَّلُهَّم إَّنا َنُعْو ُذ ِبَك ِم ْن َش ِّر َأْس َم ِع َنا ‪َ ،‬وِم ْن َش ِّر َأْبَص اِرَنا ‪َ ،‬وِم ْن َش ِّر َأْلِس َنِتَنا ‪َ ،‬وِم ْن َش ِّر ُقُلْو ِبَنا‬

‫الَّلُهَّم إَّنا َنُعْو ُذ ِبَك ِم َن اْلَبَر ِص َو اْلُج ُنوِن َو اْلُج َذ اِم َوِم ْن َس ِّيِئ ْاَألْس َقاِم‬
‫اللهّم أْح ِس ْن َعاِقَبَتَنا ِفي اُألُم وِر ُك ِّلَها‪َ ،‬و أِج ْر َنا ِم ْن ِخ ْز ِي الُّد ْنَيا َو َع َذ اِب اآلِخ َرِة‬

‫‪َ.‬ر َبَنا َء اِتَنا ِفي الّد ْنَيا َحَس َنًة َوِفي ْاَألِخ َرِة َح َس َنًة َوِقَنا َع َذ اَب الّناِر‬
‫َو اْلَح ْم ُد ِهلل َر ِّب الَع اَلِم ْيَن‬

‫ِع َباَد ِهللا‪ ،‬إَّن َهللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اإْل ْح َس اِن َوِإْيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبى وَيْنَهى َع ِن الَفْح َشاِء َو اْلُم ْنَك ِر َو الَبْغ ِي ‪َ ،‬يِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاذُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْيَم‬
‫َيْذ ُك ْر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك‬
Nama: Ela Daud

Kelas : XI-M7

Judul Khutbah : Luangkan Waktu Untuk Ibumu

Khutbah Pertama

‫ّن اْلَحْم َدِ ِهلل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه َو َنُعْو ُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َو َس ّيَئاِت َأْع َم اِلَنا َم ْن َيْهِدِهللُه َفَال ُمِض ّل َلُه َوَم ْن ُيْض ِلْل َفَال َهاِدَي َلُه‬

‫ َو َو َّص ۡی َنا ٱِإۡل نَسٰـَن ِبَٰو ِلَد ۡی ِه َح َم َلۡت ُه ُأُّم ۥُه َو ۡه ًنا َع َلٰى َو ۡه ٍن َو ِفَص ٰـ ُل ۥُه ِفی َعاَم ۡی ِن َأِن ٱۡش ُكۡر ِلی َو ِلَٰو ِلَد ۡی َك ِإَلَّی ٱۡل َم ِص یُر‬: ‫الحمد هلل رب العالمين القائل‬

‫َأْش َهُد َأْن َال ِإلَه ِإّال ُهللا َو َأْش َهُد َأّن ُمَح ّم ًدا َع ْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه‬

‫َو الَّص َالُة َو الَّس َالُم َع َلى َأْش َر اِف اَألْنِبَياِء َو المْر َسِلْيَن َنِبِّيَنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َأْج َم ِع ْيَن‬

‫أما بعُد فيا عباد هللا أوصيكم وإّياي نفسي بتقوى هللا حّق تقاته فقد فاز المتقون‬.

Amma ba’du …

Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insyaAllah selalu berada dalam naungan rahmat Allah SWT

Tak henti-hentinya kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita
karunia iman dan Islam; nikmat yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya. Semoga
kita selalu mendapatkan hidayah-Nya serta berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat
kita.

Sebuah pujian yang hanya layak dimiliki oleh Allah. Alhamdu lillah; segala puji hanya milik Allah. Tidak
pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian, tidak pantas bagi manusia untuk merasa berjasa,
karena sejatinya segala pujian hanya milik-Nya semata.

Dan khotib mengajak dirinya sendiri serta jamaah sekalian untuk terus menguatkan ketaqwaan kepada
Allah SWT.

Dan tentunya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya dan para sahabatnya.

Dalam khutbah Jumat yang singkat ini, mari kita merenung sejenak sejauh mana kita telah berbakti
kepada orang tua kita, khususnya ibu kita.
Kehadiran kita di dunia ini, tidak dapat kita pungkiri, adalah dengan sebuah pengorbanan yang sangat
besar dari ibu kita. Dalam Al-Quran, Allah SWT menggambarkan dalam surat Luqman ayat 14:

‫َوَو َّصْيَنا اِاْل ْنَساَن ِبَو اِلَد ْيِۚه َح َم َلْتُه ُاُّم ٗه َو ْهًنا َع ٰل ى َو ْهٍن َّوِفَص اُلٗه ِفْي َعاَم ْيِن َاِن اْشُك ْر ِلْي َوِلَو اِلَد ْيَۗك ِاَلَّي اْلَم ِص ْيُر‬

Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Dalam kesempatan khutbah Jumat ini, kita akan melihat tiga peristiwa dari sekian banyak peristiwa, yang
menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap ibu.

Yang pertama; adalah peristiwa saat Nabi Isa A.S. berbicara saat masih bayi.

Sungguh adalah sebuah peristiwa yang sangat besar saat Allah menciptakan Nabi Isa A.S. tanpa seorang
ayah, untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT.

Namun kelahiran Nabi Isa A.S. sempat mendatangkan tuduhan keji kepada Maryam. Digambarkan dalam
surat Maryam ayat 27-28, yang artinya:

Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka
(kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.

Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu
bukan seorang perempuan pezina.”

Lalu apa yang dilakukan oleh siti Maryam? Ia menunjuk Nabi Isa A.S. yang kala itu masih bayi. Lalu Nabi
Isa A.S. berkata, yang terekam dalam surat Maryam ayat 30-32

‫ۙ َقاَل ِاِّنْي َع ْبُد ِهّٰللا ٰۗا ٰت ِنَي اْلِكٰت َب َو َج َع َلِنْي َنِبًّيا‬

‫ۖ َّوَج َع َلِنْي ُم ٰب َر ًك ا َاْيَن َم ا ُكْنُۖت َو َاْو ٰص ِنْي ِبالَّص ٰل وِة َو الَّز ٰك وِة َم ا ُد ْم ُت َح ًّيا‬

‫َّوَبًّر ۢا ِبَو اِلَدِتْي َو َلْم َيْج َع ْلِنْي َج َّباًرا َش ِقًّيا‬


Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku
seorang Nabi.

Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan
kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku,
dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

Mari kita garis bawahi bahwa dalam peristiwa yang luar biasa tersebut, Allah menggerakkan lisan Nabi
Isa A.S. untuk mendeskripsikan dirinya sebagai orang yang berbakti kepada ibuku. Dan penjelasan ini
datang setelah penjelasan bahwa beliau adalah orang yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat.

Dari peristiwa tersebut, jelas bahwa berbakti kepada ibu adalah bukti dari kemuliaan seseorang dan
keimanannya kepada Allah SWT.

Peristiwa yang kedua; saat Nabi Ismail A.S. ditinggal bersama ibunya di padang tandus.

Atas perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim A.S. harus meninggalkan Nabi Ismail A.S. yang masih bayi bersama
ibunya, siti Hajar di Mekkah yang saat itu begitu tandus.

Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim, “Apakah ini adalah perintah Allah?” Ketika Nabi Ibrahim A.S.
mengiyakan, maka siti Hajar menerima perintah tersebut dengan pasrah.

Dalam suasana haus dan terik, siti Hajar lalu berusaha mencari air dari Shafa ke Marwa, hingga 7 kali
ulang-alik. Dan Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah, akhirnya air Zamzam muncul di tanah dekat
kaki Nabi Ismail.

Yang luar biasa adalah, peristiwa seorang ibu ini, yang berusaha untuk mencari air untuk putranya,
diabadikan oleh Allah SWT sebagai salah satu ritual dalam ibadah Haji yang disebut sa’i.

Maka siapapun yang telah menunaikan ibadah umrah dan haji selayaknya selalu ingat kebesaran Allah
dan kasih sayangnya pada Ibu dan anaknya, serta menghayati betapa besar perjuangan seorang ibu.

Peristiwa yang ketiga adalah: saat Ibu Nabi Musa A.S. mendapat Ilham dari Allah SWT

Saat Fir’aun sedang mencanangkan untuk menghabisi seluruh anak laki-laki di negerinya, ibu Nabi Musa
A.S. teramat sedih dan khawatir bahwa putranya akan turut dihabisi Namun dengan kekuasaan Allah,
Allah memberikan ilham kepada Ibu nabi Musa A.S.

‫َو َاْو َح ْيَنآ ِآٰلى ُاِّم ُم ْو ٰٓس ى َاْن َاْر ِض ِع ْيِۚه َفِاَذ ا ِخ ْفِت َع َلْيِه َفَاْلِقْيِه ِفى اْلَيِّم َو اَل َتَخاِفْي َو اَل َتْح َز ِنْي ۚ ِاَّنا َر ۤا ُّد ْو ُه ِاَلْيِك َو َج اِع ُلْو ُه ِم َن اْلُم ْر َسِلْيَن‬

Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir
terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula)
bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah
seorang rasul.” (Al-Quran, Surat Al-Qasas ayat 7)
‫‪Akhirnya Nabi Musa A.S. dihanyutkan ke sungai Nil, lalu ia ditemukan oleh istri Fira’un. Dan karena bayi‬‬
‫‪tersebut tidak mau menyusui kepada siapapun, akhirnya Allah mengembalikan bayi tersebut ke‬‬
‫‪pangkuan ibunya untuk disusui oleh ibunya.‬‬

‫‪Kita lihat betapa sentral peranan Ibu dari Nabi Musa A.S. dalam peristiwa di atas. Bahkan hingga Allah‬‬
‫‪memberikan ilham padanya.‬‬

‫‪Semua peristiwa di atas sangat jelas menunjukkan betapa besar perhatian Islam kepada seorang Ibu.‬‬

‫‪Ibu, begitu mulia kedudukannya, lebih berharga dari berlian. Dan dalam tingginya derajatnya itu, cinta‬‬
‫‪Ibu pada kita, sungguh tak bertepi.‬‬

‫‪Demikianlah khutbah pertama ini. Semoga Allah selalu memberi kita taufiq dan hidayah-Nya.‬‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬
‫‪،‬اَل َش ِرْيَك َلُه‪َ ،‬و َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه َأَّم ا َبْعُد‬

‫َفَيا َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن ‪ُ ،‬أْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا اْلَعِلِّي اْلَعِظ ْيِم َو اْعَلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َع ِظ ْيٍم ‪َ ،‬أَم َر ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو الَّس اَل ِم َع َلى َنِبِّيِه اْلَك ِرْيِم َفَقاَل ‪:‬‬
‫‪ِ،‬إَّن َهللا َوَم اَل ِئَك َتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي ‪َ ،‬يا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَح َّمٍد َو َع َلى آِل ُمَحَّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬إَّنَك َح ِم ْيٌد َمِج ْيٌد ‪َ .‬و َباِرْك َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَح َّمٍد َك َم ا‬
‫َباَر ْك َت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬إَّنَك َح ِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬
‫ّٰل‬
‫َال ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت واْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت اَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَأْلْم َو اِت‬
‫ِإَّنَك َسِم ْيٌع َقِرْيٌب ُمِج ْيُب الَّدْع َو ةِ‬
‫َر ّبَنا َالُتَؤاِخ ْذ َنا ِإْن َنِس ْيَنا َأْو َأْخ َطْأَنا َر ّبَنا َو َال َتْح ِم ْل َع َلْيَنا ِإْص ًرا َك َم ا َح َم ْلَتُه َع َلى اّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلَنا َر ّبَنا َو َال ًتَحّم ْلَنا َم اَال َطاَقَة َلَنا ِبِه َو اْعُف َع ّنا‬
‫‪َ.‬و اْغ ِفْر َلَنا َو اْر َح ْم َنا َأْنَت َم ْو َالَنا َفاْنُصْر َنا َع َلى اْلَقْو ِم اْلَكاِفِرْيَن‬
‫الَّلُهَّم إَّنا َنْس َأُلَك الُهَدى ‪ ،‬والُّتَقى ‪ ،‬والَع َفاَف ‪ ،‬والِغ َنى‬

‫الَّلُهَّم اْك ِفَنا ِبَح َالِلَك َع ْن َح َر اِم َك َو َأْغ ِنَنا ِبَفْض ِلَك َع َّم ْن ِس َو اَك‬
‫الَّلُهَّم إَّنا َنُعْو ُذ ِبَك ِم ْن َز َو اِل ِنْع َم ِتَك َو َتَح ُّو ِل َعاِفَيِتَك َو ُفَج اَءِة ِنْقَم ِتَك َوَجِم يِع َس َخ ِط َك‬
‫الَّلُهَّم إَّنا َنُعْو ُذ ِبَك ِم ْن َش ِّر َأْس َم ِع َنا ‪َ ،‬وِم ْن َش ِّر َأْبَص اِرَنا ‪َ ،‬وِم ْن َش ِّر َأْلِس َنِتَنا ‪َ ،‬وِم ْن َش ِّر ُقُلْو ِبَنا‬

‫الَّلُهَّم إَّنا َنُعْو ُذ ِبَك ِم َن اْلَبَر ِص َو اْلُج ُنوِن َو اْلُج َذ اِم َوِم ْن َس ِّيِئ ْاَألْس َقاِم‬
‫اللهّم أْح ِس ْن َعاِقَبَتَنا ِفي اُألُم وِر ُك ِّلَها‪َ ،‬و أِج ْر َنا ِم ْن ِخ ْز ِي الُّد ْنَيا َو َع َذ اِب اآلِخ َرِة‬

‫‪َ.‬ر َبَنا َء اِتَنا ِفي الّد ْنَيا َحَس َنًة َوِفي ْاَألِخ َرِة َح َس َنًة َوِقَنا َع َذ اَب الّناِر‬
‫َو اْلَح ْم ُد ِهلل َر ِّب الَع اَلِم ْيَن‬

‫ِع َباَد ِهللا‪ ،‬إَّن َهللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اإْل ْح َس اِن َوِإْيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبى وَيْنَهى َع ِن الَفْح َشاِء َو اْلُم ْنَك ِر َو الَبْغ ِي ‪َ ،‬يِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاذُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْيَم‬
‫َيْذ ُك ْر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك‬

Anda mungkin juga menyukai