AL-WALA WAL-BARA
Disusun oleh:
PENDIDIKAN ISLAM
PERSATUAN ISLAM
2023
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Realita yang memprihatinkan hari ini, banyak dari kalangan muslimin yang
salah kaprah. Sebagian mereka lebih mencintai dan memuliakan orang-orang kafir dari
pada orang-orang mukmin. Bahkan sebagian dari mereka mempercayai apa saja yang
dipropangandakan orang-orang kafir walau hal itu menjadikan saudaranya dari
orang-orang mukmin menderita. Atau juga mereka bersekongkol dengan
musuh-musuh Allah dalam memerangi islam dan kaum muslimin baik secara fisik
(peperangan) maupun pemikiran. Ini sungguh memprihatinkan. Padahal nyatalah
didalam kondisi yang paling parah dalam salahnya menempatkan al-wala' dan al-bara'
ini akan menjadikan mereka justru bagian dari orang-orang kafir itu sendiri, begitulah
ancaman Allah. Dan Allah melarang orang-orang mukmin mengambil wali
(pemimpin, pelindung dan penolong) dari kalangan orang-orang yahudi, nasrani dan
orang-orang kafir. Maka dari realita tersebut kami ingin membahas tentang al-wala’
dan al-bara’.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Al-Wala Wal-Bara?
2. Bagaimana hukum Al-Wala Wal-Bara?
3. Bagaimana pembagian manusia berdasarkan Al-Wala Wal-Bara?
4. Apa saja syarat-syarat mendapatkan walayah (kewalian)?
5. Apa saja tingkat wali-wali Allah?
6. Apa saja hak-hak Al-Wala?
7. Apa saja hak-hak Al-Bara?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Al-Wala Wal-Bara
2. Mengetahui hukum Al-Wala Wal-Bara
1
3. Mengetahui pembagian manusia berdasarkan Al-Wala Wal-Bara
4. Mengetahui syarat-syarat mendapatkan walayah (kewalian)
5. Mengetahui tingkat wali-wali Allah
6. Mengetahui hak-hak Al-Wala
7. Mengetahui hak-hak Al-Bara
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Al-Wala Wal-Bara
Kata Al-Wala menurut bahasa berarti mencintai, menolong, mengikuti,
mendekat kepada sesuatu. Al- Wala menurut terminologi syariat berarti
penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang disukai dan diridhoi Allah
berupa perkataan, perbuatan, kepercayaan dan orang wilayah al-wala yang dicintai
Allah (Wali Allah). Ciri utama wali Allah adalah mencintai apa yang dicintai
Allah dan membenci apa yang dibenci Allah, ia condong dan melakukan semua itu
dengan penuh komitmen,
Kata Al-Bara menurut bahasa berarti menjauhi, membersihkan diri,
melepaskan diri, memusuhi. Kata Al-Bara menurut terminologi syariat berarti
penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang dibenci dan dimurkai Allah
dari perkataan, perbuatan, kepercayaan serta orang wilayah al-bara. Ciri utama
al-bara adalah membenci apa yang dibenci oleh Allah secara terus menerus dan
komitmen.
Kaitan-kaitan al-wala dan al-bara dibagi menjadi empat:
1. Perkataan: zikir dicintai Allah, mencela dan menuduh dibenci Allah.
2. Perbuatan: shalat, zakat dicintai Allah, minum khmar dibenci Allah.
3. Kepercayaan: tauhiid dicintai Allah, syirik dibenci Allah.
4. Orang: beriman dicintai Allah, kafir dibenci Allah.
B. Hukum Al-Wala Wal-Bara
Hukum Al-Wala Wal-Bara dalam Islam adalah wajib. Bahkan ia merupakan
salah satu konsekuensi kalimat syahadat.
Mengenai hukum wajibnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
3
akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari
sesuatu yang kamu takuti dari mereka.” [QS. Ali Imran: 28]
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu mentaati orang-orang yang kafir,
niscaya mereka akan mengembalikan kamu ke belakang (murtad), maka kamu
akan kembali menjadi orang yang rugi.” [QS. Ali Imran: 149]
سولَهُ َولَ ْو كَانُوا آ َبا َءهُ ْم أ َ ْو أ َ ْبنَا َءهُ ْم أ َ ْو ِإ ْخ َوانَ ُه ْم أ َ ْو َ اَّلل َوا ْل َي ْو ِم ْاْلخِ ِر ي َُوادُّونَ َم ْن َحادا ا
ُ ّللا َو َر ِ اَّل ت َِجدُ قَ ْوما يُؤْ مِ نُونَ ِب ا
ِيرت َ ُه ْم
َ عشَ
“Engkau (Muhammad) tidak akan akan mendapatkan suatu kaum yang beriman
kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya,
saudaranya, atau keluarganya…” [QS. Al-Mujadilah: 22]
4
“Barang siapa yang berkumpul dengan orang musyrik dan tinggal bersamanya,
maka dia itu sama dengannya.” [HR. Abu Dawud].
2. Orang yang berhak mendapatkan wala di satu sisi dan berhak mendapatkan bara
(pemutusan loyalitas) di sisi lain yaitu seorang Muslim yang melakukan maksiat,
yang melalaikan sebagian kewajiban agamanya dan melakukan sebagian
perbuatan yang diharamkan Allah namun tidak menyebabkan ia menjadi kufur
dengan tingkat kufur besar.
5
“Janganlah kamu mengutuknya, sesungguhnya ia (masih tetap) mencintai Allah
dan RasulNya.” [HR. Bukhari]
3. Orang yang berhak mendapatkan bara mutlak, yaitu orang musyrik dan kafir, baik
ia dari Yahudi atau Nasrani maupun Majusi dan lainnya. Sedang jika seorang
Muslim melakukan perbuatan yang menyebabkannya jadi kafir, maka ia
dinyatakan murtad.
Hukum meninggalkan shalat wajib yang lima waktu dengan sengaja adalah
DOSA BESAR. Para Ulama berbeda pendapat, apakah orang yang tidak shalat
dengan sengaja adalah kafir ataukah tidak? Jumhur Ulama sepakat bahwa itu
adalah dosa besar, tetapi mereka tidak mengkafirkannya. Kecuali orang yang
mengingkari kewajibannya, maka ia adalah kafir.
Atau mengingkari wujud Allah atau menghina Allah atau RasulNya atau
agamaNya dan semacamnya, maka perbuatan ini membuat seseorang menjadi
kafir, keluar dari Islam.
6
E. Tingkat Wali-Wali Allah
1. As-Sabiqun Fil Khairot
Adalah golongan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan,
yaitu orang-orang yang kebaikannya amat banyak dan amat jarang membuat
kesalahan.
2. Al-Muqtasid
Adalah golongan pertengahan di mana perbuatan kebaikan golongan ini
berbanding sama jumlahnya dengan perbuatan keburukannya.
3. Az-Zhalimu Linafsihi
Adalah golongan orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri.
F. Hak-Hak Al-Wala
1. Hijrah.
2. Membantu dan menolong kaum muslimin.
3. Mencintai kaum muslimin seperti mencintai diri sendiri.
4. Terlibat dalam permasalahan kaum muslimin.
5. Tidak mengejek, melecehkan, mencari aib dab berghibah serta menyebarkan
namimah di antara kaum muslimin.
6. Mencintai dan selalu berusaha berkumpul dengan kaum muslimin.
7. Melakukan apa yang menjadi hak kaum muslimin (menjenguk yang sakit).
8. Bersikap lembut, mendoakan serta memohon ampun bagi kaum muslimin.
9. Amar maruf nahi munkar serta menasehati kaum muslimin.
10. Tidak mencari aib kaum muslimin serta membuka rahasia kepada musuh.
11. Memperbaiki hubungan di antara kaum muslimin.
12. Tidak menyakiti kaum muslimin.
13. Bermusyawarah dengan kaum muslimin.
14. Ihsan dalam perkataan dan perbuatan.
15. Bergabung dalam jamaah kaum muslimin dan tidak berpisah dengan mereka.
16. Tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
7
G. Hak-Hak Al-Bara
1. Membenci syirik dan kufur serta penganut-penganutnya.
2. Tidak menjadikan orang kafir sebagai pemimpin.
3. Tidak bepergian ke negeri kafir kecuali dalam keadaan darurat.
4. Tidak menyerupai orang-orang kafir.
5. Tidak membantu orang kafir dalam mengahadapi kaum muslimin.
6. Tidak meminta bantuan dari orang kafir dan tidak menjadikan mereka sekutu.
7. Tidak terlibat dalam hari raya orang kafir.
8. Tidak memohonkan ampunan bagi orang kafir meskipun keluarga dekat.
9. Tidak berbasa-basi dengan cara nerugikan agama.
10. Tidak menyandarkan hukum kepada hukum mereka.
11. Tidak memualai mengucapkan salam kepada yahudi dan nasrani.
8
BAB III
PENUTUP
Pondasi al-wala' adalah sikap kecintaan, dan pondasi al-bara' adalah kebencian.
Dari keduanya lahirlah sebagian perbuatan hati dan anggota badan yang termasuk
hakikat loyalitas dan antiloyalitas. Sikap al-wala' dan al-bara' dengan hati dan
perbuatan merupakan tolok ukur keimanan seseorang apakah imannya kuat ataupun
lemah, bahkan dalam suatu kondisi, kesalahan menempatkan al-wala' tidak pada
tempatnya bisa mengakibatkan dia bagian dari orang-orang kafir, seperti pertolongan
yang seharusnya diberikan kepada saudaranya yaitu orang-orang mukmin, dia malah
memberikan bantuan dan pertolongan serta keberpihakan itu kepada orang-orang kafir
dalam memusuhi kaum muslimin, maka dalam kondisi demikian orang tersebut
menjadi kafir disebabkan sikap al-wala' dan al-bara' yang terbalik. Betapun kekurangan
yang dimiliki oleh orang mukmin dari sisi akhlaknya misalnya, itu masih jauh lebih
baik daripada orang-orang kafir. Dan sikap al-wala' kita (dengan kecintaan dan
loyalitas) harus tetap diberikan kepada orang-orang mukmin (walau dengan segala
kekurangan yang dimilikinya), dan sikap al-bara' (dengan permusuhan dan perlepasan
diri) kita tetap ditujukan kepada orang kafir itu. Hal itu karena orang-orang kafir adalah
orang-orang yang tidak beriman yang membangkang dan angkuh kepada perintah
Allah, dan juga mereka senantiasa berupaya untuk memerangi orang-orang mukmin
agar orang-orang mukmin menjadi kafir seperti mereka.
9
DAFTAR PUSTAKA
Al-fauzan, Shalih bin fauzan. 2012. Al-Wala dan Al-Baro. Jakarta : Pustaka At-tibyan.
Al-qahthani, Muhammad bin Sa’id. 2010. Loyalitas dan Antiloyalitas Dalam Islam.
Solo : Pustaka Era Intermedia.
http://muslimah.or.id/manhaj/al-wala-wal-baro-kunci-sempurnanya-tauhid.html
http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com/2007/07/pengajian-aqidah-008-al-wala-al-bara
.html
http://belajar-tauhid.blogspot.com/2005/05/al-wala-wal-bara.html
10