َ ض َيْأ ُمر
ُِون ِب ْال َمعْ رُوف ٍ ْض ُه ْم َأ ْولِ َيا ُء َبع ُ ْات َبع ُ ون َو ْالمُْؤ ِم َن َ َو ْالمُْؤ ِم ُن
َ ُون هَّللا َّ ون
َ الز َكا َة َويُطِ يع َ صاَل َة َويُْؤ ُت َّ ُون ال َ َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ُيقِيم
َ َو َرسُو َل ُه ُأو َل
ِئك َس َيرْ َح ُم ُه ُم هَّللا ُ ِإنَّ هَّللا َ َع ِزي ٌز َحكِي ٌم
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi wali
(penolong) bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah
dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-
Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. At-Taubah [9]: 71)
Sedangkan al-bara’, secara bahasa berarti “menjauh dari sesuatu, memisahkan diri darinya, dan
berlepas diri”.
Secara istilah, al-bara’ berarti tidak memberikan loyalitas kepada musuh-musuh Allah Ta’ala,
baik orang-orang munafik atau orang kafir secara umum, menjauhi mereka, dan memerangi
mereka ketika orang-orang kafir tersebut memerangi kaum muslimin, sesuai dengan
kemampuan kita.
Allah Ta’ala berfirman,
ِين َآ َم ُنوا اَل َت َّتخ ُِذوا َآ َبا َء ُك ْم َوِإ ْخ َوا َن ُك ْم َأ ْولِ َيا َء ِإ ِن اسْ َت َحبُّوا ْال ُك ْف َر
َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
ُون
_َ الظالِمَّ ك ُه ُم َ ان َو َمنْ َي َت َولَّ ُه ْم ِم ْن ُك ْم َفُأو َلِئِ َع َلى اِإْلي َم
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan bapak-bapak dan saudara-
saudaramu menjadi wali (kekasih), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan
siapa di antara kamu yang menjadikan mereka sebagai wali, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim.” (QS. At-Taubah [9]: 23)
ون َمنْ َحا َّد هَّللا َ َو َرسُو َل ُهَ ون ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم اَآْلخ ِِر ي َُوا ُّد َ اَل َت ِج ُد َق ْومًا يُْؤ ِم ُن
َ َِو َل ْو َكا ُنوا َآ َبا َء ُه ْم َأ ْو َأ ْب َنا َء ُه ْم َأ ْو ِإ ْخ َوا َن ُه ْم َأ ْو َعش
ير َت ُه ْم
”Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-
sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu
adalah bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga meraka.” (QS. Al-
Mujadilah [58]: 22)
ِين آ َم ُنوا اَل َت َّتخ ُِذوا َع ُدوِّ ي َو َع ُدوَّ ُك ْم َأ ْولِ َيا َء
_َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi
teman-teman setia.“ (QS. Al-Mumtahanah [60]: 1)
ِين َم َع ُه ِإ ْذ َقالُوا لِ َق ْوم ِِه ْم ِإ َّنا َ ت َل ُك ْم ُأسْ َوةٌ َح َس َن ٌة فِي ِإب َْراهِي َم َوالَّذ ْ َق ْد َكا َن
ون هَّللا ِ َك َفرْ َنا ِب ُك ْم َو َبدَا َب ْي َن َنا_ َو َب ْي َن ُك ُم
ِ ون ِمنْ ُد َ ب َُرآ ُء ِم ْن ُك ْم َو ِممَّا َتعْ ُب ُد
ضا ُء َأ َب ًدا َح َّتى ُتْؤ ِم ُنوا ِباهَّلل ِ َوحْ َدهُ ِإاَّل َق ْو َل ِإب َْراهِي َم َأِل ِبي ِه َ دَاوةُ َو ْال َب ْغ َ ْال َع
َ ْك َت َو َّك ْل َنا َوِإ َل ْي
ك _َ ك م َِن هَّللا ِ ِمنْ َشيْ ٍء َر َّب َنا َع َلي َ ك َل ُ ِك َو َما َأ ْمل َ َأَلسْ َت ْغف َِرنَّ َل
ْك ْال َمصِ ي ُر َ َأ َن ْب َنا_ َوِإ َلي
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka, “Sesungguhnya kami
berlepas diri darimu dan dari semua yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu
dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai
kamu beriman kepada Allah saja.” Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, “Sesungguhnya
aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari
kamu (siksaan) Allah.” (Ibrahim berkata), “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami
bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami
kembali.” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 4)
Dalam ayat-ayat di atas, Allah Ta’ala melarang kita untuk memberikan loyalitas kepada orang
kafir secara umum. Kemudian Allah Ta’ala tegaskan lagi di ayat yang lain adanya larangan untuk
memberikan loyalitas kepada orang Yahudi dan Nasrani secara khusus. Allah Ta’ala berfirman,
ض ُه ْم َأ ْولِيا ُء
ُ ِْين آ َم ُنوا ال َت َّتخ ُِذوا ْال َيهُو َد َوال َّنصارى َأ ْولِيا َء َبع َ يا َأ ُّي َها الَّذ
ِين
َ الظالِم َّ ض َو َمنْ َي َت َولَّ ُه ْم ِم ْن ُك ْم َفِإ َّن ُه ِم ْن ُه ْم ِإنَّ هَّللا َ ال َي ْهدِي ْال َق ْو َم ٍ َْبع
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani
menjadi pemimpin-pemimpin(mu). Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain.
Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang
itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah [5]: 51)