Anda di halaman 1dari 3

Khutbah Jumat.

Toleransi Dalam Agama Islam

، ُ‫ِى لَه‬ َ ‫ض ِل ْل فَالَ هَاد‬ ْ ُ‫ َو َم ْن ي‬، ُ‫ض َّل لَه‬ َّ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه‬، ‫ور أ َ ْنفُ ِسنَا‬
ِ ‫َّللاُ فَالَ ُم‬ ِ ‫ش ُر‬ ُ ‫ َو َنعُوذ ُ ِب ِه ِم ْن‬، ُ‫ِإ َّن ْال َح ْمدَ ِ َّّلِلِ نَحْ َمدُهُ َونَ ْستَ ِعينُهُ َو َن ْست َ ْغ ِف ُره‬
َ‫شد‬ َ ‫سولَهُ فَقَدْ َر‬ َّ ِ‫ َم ْن ي ُِطع‬، ‫ى السَّا َع ِة‬
ُ ‫َّللاَ َو َر‬ ِ َ‫ِيرا بَيْنَ يَد‬ ً ‫ِيرا َونَذ‬ ً ‫ق بَش‬ ْ َ ‫سولُهُ أ َ ْر‬
ِ ‫سلَه ُ ِبال َح‬ ُ ‫َّللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬
َّ َّ‫َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ ِإلَه ِإال‬
‫طهُ فَإِنَّ َما نَحْ نُ ِب ِه‬َ ‫س َخ‬ َ ُ‫سولَهُ َويَت َّ ِب ُع ِرض َْوانَهُ َويَجْ تَنِب‬ ُ ‫َّللاَ َربَّنَا أَ ْن يَجْ َعلَنَا ِم َّم ْن ي ُِطيعُهُ َوي ُِطي ُع َر‬َّ ‫ نَ ْسأ َ ُل‬.‫ص ِه َما فَقَدْ غ ََوى‬ ِ ‫ َو َم ْن يَ ْع‬،
ْ‫سولَهُ فَقَد‬ َ
َّ ‫ص ِل ْح لَ ُك ْم أ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َمن ي ُِط ْع‬
ُ ‫َّللاَ َو َر‬ ْ ُ‫) ي‬۷٠( ‫سدِيدًا‬ َ ً‫َّللاَ َوقُولُوا قَ ْوال‬ َّ ‫ }يَا أَيُّ َها الذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬,ُ‫َولَه‬
َّ
‫شونَ ِب ِه َويَ ْغ ِف ْر‬ ُ ‫ورا ت َْم‬ ً ُ‫سو ِل ِه يُؤْ تِ ُك ْم ِك ْفلَي ِْن ِمن َّرحْ َمتِ ِه َويَجْ عَل َّل ُك ْم ن‬ َّ ‫فَازَ فَ ْو ًزا َع ِظي ًما } { يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
ُ ‫َّللاَ َو ِآمنُوا ِب َر‬
َ‫ير بِ َما تَ ْع َملُون‬ َ ‫ت ِلغَ ٍد َواتَّقُو‬
َّ ‫َّللاَّ ِإ َّن‬
ٌ ‫َّللاَ َخ ِب‬ ْ ‫س َّما قَدَّ َم‬ ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬ ُ ‫َّللاَ َو ْلتَن‬
َّ ‫ور َّر ِحي ٌم }{ يَا أَيُّ َها ا َّلذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬ ٌ ُ‫َّللاُ َغف‬ َّ ‫لَ ُك ْم َو‬

Kaum Muslimin Sidang Jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah swt.

Di dalam al-Qur’an Allah berfirman:

َّ ‫َّللاِ أَتْقَا ُك ْم ِإ َّن‬


ٌ ‫َّللاَ َع ِلي ٌم َخ ِب‬
‫ير‬ َّ َ‫ارفُوا ِإ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬ ُ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَك ٍَر َوأ ُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬
َ ‫شعُوبًا َوقَ َبا ِئ َل ِلت َ َع‬ ُ َّ‫َيا أ َيُّ َها الن‬

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari jenis laki-laki
dan perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling
mengenal satu sama lain. sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah
yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha lagi maha mengenal”

Ayat di atas merupakan ayat yang pada umumnya banyak diketahui dan sering kita dengar. Di
dalam ayat tersebut Allah memberitahukan kita tentang proses penciptaan manusia. bahwa kita
diciptakan dari dua pasang manusia lelaki dan perempuan. dari pasangan itu kemudian
terciptalah bangsa dan suku yang berbeda. Perbedaan itu agar kita senantiasa mengenal satu
sama lain dan bantu satu sama lain. dan di akhir Allah menyatakan yang paling mulia di sisi
Allah adalah orang yang bertaqwa.

Di dalam kitab tafsir aysaruttafasir karya abu bakar al-Jaza’ir beliau menjelaskan bahwa
kemuliaan bagi orang bertaqwa adalah keran dia makhluk yang paling mulia, paling patuh akan
ajaran tuhannya dan paling bisa menghargai dan menolong antar sesama. Hal ini pula sesuai
dengan ayat lain yang berbunyi

َ‫سا َءلُون‬َ َ‫َّللاَ الَّذِي ت‬


َّ ‫سا ًء َواتَّقُوا‬
َ ِ‫يرا َون‬ ً ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َج ًاال َك ِث‬ ِ ‫اس اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو‬
َّ ‫احدَةٍ َو َخلَقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َو َب‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫َّللاَ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ ‫بِ ِه َو ْاْل َ ْر َح‬
َّ ‫ام إِ َّن‬

Dua ayat ini kaum muslimin sekalian menunjukkan dengan jelas bahwa salah satu syarat agar
menjadi bertaqwa adalah bisa menghargai manusia dari berbagai macam perbedaan.
Ketaqwaan seseorang melahirkan toleransi dan kepedulian di dalam dirinya. hal ini pun
dijelaskan dengan bagaimana orang bertaqwa beradab sesama manusia.

Pertama, orang bertaqwa adalah orang yang mempersaudarakan sesama muslim dan membawa
perbaikan ke tengah masyarakat.

Innamal mukminuna ikhwah fa ashlihuh baina akhawaikum


Kedua, di dalam bergaul, orang bertaqwa tidak pernah mencela dan menggelari seseorang
dengan gelar yang tidak baik. Di dalam ayat yang sama Allah berfirman

Walaa talmizuu angfusakum wa laa tanabazuu bil al-Qob.

Dan janganlah kalian mencela diri-diri kalian sendiri dan janganlah kalian memanggil dengan
panggilan yang buruk

Ketiga, orang yang bertaqwa senantiasa menghindari buruk sangka .su’uszzhonni karena
mereka menyadari bahwa berburuk sangka adalah pangkal dosa bahkan bagian dari dosa
tersebut. Allah berfirman

Ya ayyhullazina amanu ijtanibu katsiran minazhhon, inna ba’dhazzhan ismun

Dan yang terakhir, orang yang bertaqwa adalah orang yang tidak suka mencari-cari kesalahan
orang lain bahkan tidak pernah pula menggunjing.

Walaa tajassasu, wala yaghtab ba;dhukum ba’da.

Dari beberapa kriteria adab mulai yang harus dimiliki oleh orang bertqwa dan beriman kaum
muslimin sekalian, harusnya kita semua umat muslim di indonesia ini adalah orang-orang yang
paling bisa menjaga kedamaian dan kesejahteraan di indoneia ini. kita seharusmya menjadi
orang yang paling bijaksana dalam menyikapi perbedaan, baik itu perbedaan suku, ras, bahasa,
hingga agama. dalam arti, seseorang yang membuat keres ahan di masyarakat, membuat
kekacauan bahkan membuat teror berarti dia belum sampai derajat taqwa apalagi berbuat hal
yang demikian atas nama Islam, merupakan dosa yang besar.

Batasan toleransi di dalam Islam: larangan tasyabbuh

Namun kaum muslimin sekalian, selain toleransi dan kepedulian terhadap sesama yang harus
kita junjung tinggi, tidak kalah pentingnya kita untuk menjaga aqidah kita, dan aqidah saudara-
saudara kita sesama umat muslim. sebab aqidah ini adalah identitas kita sebagai orang Islam
dan bertoleransi bukan berarti menghilangkan aqidah kita sebagai muslim, jikalau begitu maka
itu adalah toleransi yang tidak dibenarkan di dalam Islam.

Dalam hal aqidah Rasulullah saw sangat keras dan tegas. Bahkan dalam beberapa riwayat
Rasulullah selalu memerintahkan agar umat muslim memiliki ciri khas agar berbeda dengan
orang non muslim, nabi senantiasa menyerukan khaliful yahudi. Berbedalah kamu dengan
kaum yahudi, seperti anjuran memanjangkan jenggot dan merapikan kumis, terdapat perintah
untuk berpenampilan berbeda dibanding yahudi yang ketika itu sangat gemar memanjangkan
kumis.

Bahkan dalam agama, Rasul tidak segan-segan menyatakan, man tasyabbaha bi qoumin fahuwa
minhum. Barang siapa yang mengikuti atau memirip-miripkan dirinya dengan suatu kaum,
maka dia termasuk kaum tersebut.

Bahkan di dalam tafsir at-Thabari pernah diceritkan bahwa suatu ketika Nabi diminta oleh para
pemuka quraisy untuk mengusap hajar aswad sebagai wujud penghormatan atas tuhan mereka
setiap hendak melakukan ibadah di dekat ka’bah. Dengan balasan dakwah Nabi tidak akan
diganggu bahkan dikatakan mereka akan mengikutinya juga. Bayangkan kaum muslimin,
hanya dengan mengusap hajar aswad, Nabi telah diberikan kelonggaran berdakwah, hampir-
hampir saja nabi mengikuti hal tersebut, tetapi Allah langsung menegur nabi dengan
menurunkan firman surat al-Isra ayat tiga tuju dan tiga lima.

Anda mungkin juga menyukai