KHUTBAH PERTAMA
ت أ َ ْع َما ِلنَا ُ إِ ّن ْال َح ْمدَ ِهللِ ن َْح َمدُهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُرهُ َونَعُ ْوذ ُ بِاهللِ ِم ْن
َ ش ُر ْو ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو
ِ سيّئَا
ُِي لَه
َ ض ِل ْل فَالَ هَاد ْ ُض ّل لَهُ َو َم ْن ي ِ َم ْن َي ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم
ُس ْولُهُ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ ِإلهَ ِإالّ هللاُ َوأَ ْش َهد ُ أ َ ّن ُم َح ّمدًا َع ْبدُهُ َو َر
ان ِإلَى َي ْو ِم الدّيْن
ٍ س ْ َ على آ ِل ِه ِوأ
َ ص َحا ِب ِه َو َم ْن ت َ ِب َع ُه ْم ِبإ ِ ْح َ سلّ ْم
َ على ُم َح ّم ٍد َو َ اَلل ُه ّم.
َ ص ّل َو
ََياأَيّ َها الّذَيْنَ آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َح ّق تُقَاتِ ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ ّن ِإالّ َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون
ث ِم ْن ُه َما ِ َاس اتّقُ ْوا َربّ ُك ُم الّذِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو
ّ احدَةٍ َو َخ َلقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َو َب ُ يَاأَيّ َها الن
َ َسا َءلُ ْونَ ِب ِه َواْأل َ ْر َحام َ ِإ ّن هللاَ َكان
علَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا َ ِِر َجاالً َك ِثي ًْرا َون
َ َ سا ًء َواتّقُوا هللاَ الَذِي ت
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhan nya dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan
itu musuh yang nyata bagimu.”(QS. Al-Baqarah: 208)
Artinya, “Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam.
Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang
nyata bagi kalian,”(QS. Al Baqarah Ayat : 208).
Menafsirkan ayat tersebut mengenai islam kaffah, Syekh Wahbah Az-Zuhayli
menerangkan bahwa, “Wahai orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam
seluruhnya, bukan sebagian-sebagian, atau berdamailah, dan beramallah berdasakan
hukum yang sesuai. Janganlah bersikap munafik. Waspadalah dengan bisikan setan.
Janganlah kalian turuti hal yang diperintahkan karena ia merupakan musuh yang sangat
jelas memusuhimu. At-Thabarani meriwayatkan bahwa ayat di atas turun perihal
Abdullah bin Salam serta sahabatnya dari kalangan Yahudi pada saat mereka
mengagungkan hari Sabtu dan sungkan terhadap daging unta setelah memeluk Islam.
Namun sikap mereka diingkari oleh para sahabat rasul lainnya,” (Syekh Wahbah Az-
Zuhayli, At-Tafsirul Wajiz.)
Kedua: Jika kita melihat pada beberapa kajian tafsir, kata islam atau as-silm pada ayat
di atas dipahami dalam dua pengertian: kedamaian (keselamatan) dan agama Islam.
Islam kaffah dimaknai sebagai kedamaian maka arti ayat tersebut menjadi, “wahai
orang-orang yang beriman masuklah kedalam kedamaian (keselamatan) secara penuh”.
Sehingga mengisyaratkan kepada kita bahwa kita sebagai orang yang beriman
hendaklah memasukkan dirinya ke dalam kedamaian (keselamatan). Seorang mukmin
tidak boleh menyakiti dan mengganggu orang lain pada akhirnya terjadi pertengkaran
dan permusuhan.
Sementara islam kaffah diartikan sebagai agama islam itu makna ayat tersebut
menjadi “wahai orang-orang mukmin masuklah ke dalam agama Islam secara penuh”.
Artinya, bahwa seorang mukmin harus memiliki ketaatan penuh terhadap agama Islam.
Bagaimana wujud ketaatan yang bisa kita berikan? Ialah “berdamai” dengan Allah
dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pengertian seperti ini
sekaligus mengingatkan kepada orang-orang mukmin agar saling berdamai antar
sesama; tidak kembali terjebak pada saling memusuhi (berperang) sebagaimana
kebiasaan mereka pada saat masih Jahiliyyah.
Islam Kaffah. Dengan demikian, seseorang itu dianggap kaffah setelah
merealisasikan syariat islam di dalam kehidupan. Karena sudah cukup seseorang
dikatakan kaffah ketika selalu berusaha taat dan menjalankan perintah serta menjauhi
larangan-Nya, membahagiakan sesama muslim, dan tidak menuruti bisikan setan yang
menjerumuskan manusia kepada kemunafikan dan kesesatan.
Semoga kita semua jama'ah Jum'ah yang hadir yang penuh barakah ini, juga
keluarga kita, selalu mendapatkan petunjuk dan perlindungan dari Allah Subhanahu wa
ta’ala, serta mampu melaksanakan ibadah dengan dengan penuh ketulusan atas dasar
cinta kepada-Nya.serta dapat melaksanakan Islam secara Kaffah.
آن ْال َع ِظااااي ِْم َونَفَ َعنِاااا ْي َو ِإيَّااااا ُك ْم ِب َمااااا فِ ْياااا ِه ِماااانَ اْآل َيااااا ِ
ت َوالاااا ِذّ ْك ِر ااار ِاااار َ هللاُ ِلاااا ْي َولَ ُكاااا ْم فِااااي ْالقُا ْ
َبا َ
سااااا ِ ِر ْال ُم ْساااا ِل ِم ْينَ ِما ْ
ااان ُكاااا ِّل ذَ ْناااا ٍ اااو ِل ْي َهااااذَا َوأ َ ْساااات َ ْغ ِف ُر هللاَ ِلاااا ْي َولَ ُكاااا ْم َو ِل َ
اااو ُ قَا ْ ْال َح ِكااااي ِْم أَقُا ْ
فَا ْست َ ْغ ِف ُر ْوهُ ِإنَّهُ ُه َو ْالغَفُ ْو ُر َّ
الر ِح ْي ُم
KHUTBAH KEDUA: