Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah iman dalam hati kita, yang dengan hidayah
tersebut, Dia telah menggerakkan kita untuk melangkahkan kaki menuju masjid ini;
berkumpul bersama untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, yaitu
melaksanakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah Jum’at. Semoga Allah Swt.
menerima amal ibadah kita semua sebagai ibadah.
Shalawat serta salam semoga Allah curahkan selalu kepada junjungan kita Muhammad SAW,
kepada para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman; amin ya Robbal alamin.
Sekian banyak bentuk kesyirikan, kezaliman, kejahatan, kemaksiatan yang dengan begitu
mudah kita temukan di sekitar kita. Contohnya praktik kesyirikan sudah menjadi suatu yang
biasa dilakukan orang. Bahkan dukun, para normal, tukang ramal, ahli zodiak, dan orang-
orang semacam mereka, yang jelas-jelas melakukan praktik kesyirikan, dianggap sebagai
tokoh panutan dan memiliki tempat terhormat di tengah masyarakat. Contoh lain di antara
saudara-saudara kita sudah tidak bisa lagi menghargai nyawa seseorang, tidak bisa
menghargai harta orang lain, dan bahkan tidak bisa menghargai kehormatan manusia.
Semua itu terjadi karena mereka telah meninggal-kan Agama yang hanif yaitu agama Islam,
mereka menuruti hawa nafsu, terpedaya dan tertipu oleh bujuk rayu setan serta gemerlapnya
kehidupan dunia.
Di sisi lain, di antara kaum muslimin sendiri tidak lagi memiliki rasa empati dan kepedulian
terhadap saudaranya sesama muslim, tidak peduli dengan kejadian dan kondisi yang ada,
sehingga segala bentuk kemungkaran semakin hari tumbuh subur, dan sebaliknya segala
bentuk kebaikan mulai terkikis dan asing.
Orang-orang yang ingin selalu konsisten dan istiqamah menjalankan agama dengan benar
menjadi asing di tengah masyarakatnya. Sikap keislaman yang baik terkesan batil dan begitu
juga sebaliknya. Yang sunah dan sesuai dengan contoh Rasulullah Saw. dianggap sebagai
sikap beragama yang ekstrim, dan sebaliknya yang bid’ah dianggap sebagai jalan kebenaran
sejati.
Semua itu adalah karena yang menjadi tolok ukur beragama adalah perasaan dan keridhaan
manusia, bukan keridhaan Allah Swt. Padahal Rasulullah Saw. telah memperingatkan kita
semua dari sikap timpang semacam ini sebagaimana sabda beliau,
ِ َّاس بِ َسخَ ِط هللا َو َكلَهُ هللا ِإلَى الن
اس ِ َّضا الن َ َو َم ِن ْالتَ َم،اس
َ س ِر ِ َّاس َكفَاهُ هللا ُمْؤ نَةَ الن
ِ َّضا هللا بِ َس َخ ِط الن َ َم ِن ْالتَ َم.
َ س ِر
“Barangsiapa yang mencari ridha Allah dengan (mengacuhkan) kebencian manusia maka
Allah mencukupkannya dari beban manusia, dan barangsiapa yang mencari ridha manusia
dengan (mengesampingkan) kemurkaan Allah maka Allah akan menguasakan manusia atas
dirinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2414 dan dishahihkan oleh al-Albani).
“Perumpamaan orang yang teguh dalam menjalankan hukum-hukum Allah dan orang yang
terjerumus di dalamnya, adalah seperti sekelompok orang yang berada di dalam sebuah kapal,
ada yang mendapatkan tempat di atas melewati orang-orang yang di atas, dan ada yang
memperoleh tempat di bawah. Sedang yang di bawah jika mereka berkata, ‘Lebih baik kita
melobangi tempat di bagian kita ini (bagian bawah), supaya tidak mengganggu kawan-kawan
kita yang di atas.’ Rasulullah bersabda, ‘Maka jika mereka yang di atas membiarkan orang
yang di bawah (melakukan hal itu), pasti binasalah semua orang yang ada di dalam perahu
tersebut, namun apabila mereka mencegahnya mereka semua akan selamat’.” (HR. Al-
Bukhari no. 2493).
Apabila kemungkaran dibiarkan, maka ilmu Agama akan semakin redup di tengah
masyarakat dan kejahilan justru akan semakin merajalela, karena apabila kemaksiatan demi
kemaksiatan begitu saja dilakukan orang, dan dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha untuk
merubahnya, maka masyarakat yang memang minim dengan ilmu agama akan menganggap
itu semua sebagai suatu yang bukan maksiat.
Mendiamkan maksiat boleh jadi akan menyebabkan kemaksiatan menjadi suatu yang bagus
dalam pandangan masyarakat luas, sehingga sebagian masyarakat akan meniru perbuatan
pelaku maksiat karena menganggapnya sebagai sesuatu yang bagus.” (Dikutip dari Tafsir as-
Sa’di secara ringkas dan adaptasi, Ali Imran: 78-79).
Jamaah salat Jumat rahimakumullah
Oleh karena itu, amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban setiap muslim yang paling
utama, yang akan menjadi jalan keselamatan dan menghindarkan dari murka Allah, di dunia
maupun di akhirat. amar ma’ruf nahi munkar harus tegak, dalam segala tataran masyarakat,
baik sosial, individu, keluarga, masyarakat, nasional bahkan internasional. Kita harus
senantiasa ingat bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah perintah Allah, yang mana Allah
menjanjikan keberuntungan bagi kita bila menegakkannya.
َأقُوْ ُل قَوْ لِ ْي هذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللا لِ ْي.ُك هللا لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َك ِري ِْم َو َج َعلَنَا هللا ِمنَ الَّ ِذ ْينَ يَ ْستَ ِمعُوْ نَ ْالقَوْ َل فَيَتَّبِعُوْ نَ َأحْ َسنَه
َ بَا َر
ْ ُ َ
ََولك ْم َولِ َج ِمي ِْع ال ُم ْسلِ ِم ْين
KHUTBAH KEDUA
صلِّي َعلَى َ اَلّلهُ ّم، َ َوَأ ْشهَ ُد َأ ّن ُم َح ّمدًا خَ اتَ ُم اَأل ْنبِيًا ِء َو ْال ُمرْ َسلِ ْين، َ َوَأ ْشهً ُد َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َولِ ِّي الصَّالِ ِح ْين، َاَ ْل َح ْم ُد هلل َربّ ْال َعالَ ِم ْين
آل ِإب َْرا ِه ْي َم فَِيِ ار ْك َعلَى ُم َح ّم ِد َو َعلَى آ ِل ُم َح ّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ عَلى ِ َصلَيْتَ َعلَى آ ِل ِْإب َرا ِه ْي َم َوب َ آل ُم َح ّمد َك َما ِ ُم َح ّم ٍد َو َعلَى
ُ َأ ّما بَ ْعد،ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد ْ
َّ ال َعالَ ِم ْينَ ِإن: