Anda di halaman 1dari 4

ْ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِل‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬،‫ت َأ ْع َمالِنَا‬

ِ ‫ َو نَعُوْ ُذ بِ ِه ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا‬،ُ‫ نَحْ َم ُدهُ َو نَ ْست َِع ْينُهُ َو نَ ْستَ ْغفِ ُره‬،ِ ‫ِإ َّن ْال َح ْم َدهلِل‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ َ
ِ ‫ص ِّل َعلى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلى‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم‬،ُ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ َو اَ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬،ُ‫ي لَه‬
َ ‫فَاَل هَا ِد‬
‫ َأ َّمابَ ْع ُد‬،‫و َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا‬

‫ان ِب َوالِدَ ْي ِه‬ َ ‫ص ْي َنا اِإْل‬


َ ‫نس‬ َّ ‫ َو َو‬،‫ان الرَّ ِجي ِْم‬ ِ ‫ َأع ُْو ُذ ِباهلل م َِن ال َّش ْي َط‬،‫از ْال ُم َّت ُق ْو َن‬
َ ‫هللا َما اسْ َت َطعْ ُت ْم َو َق ْد َف‬ َ ‫ ِا َّتقُ ْو‬،‫َف َيا َأ ُّي َها ْالمُسْ لِم ُْو َن‬
َ ‫ ِا َّتقُ ْو‬،‫هللا‬
‫ِين َس َن ًة َقا َل َربِّ َأ ْو ِزعْ نِي‬ َ ‫ش َّدهُ َو َبلَ َغ َأرْ َبع‬
ُ ‫ون َشهْرً ا ۚ َح َّت ٰى ِإ َذا َبلَ َغ َأ‬ َ ‫صالُ ُه َثاَل ُث‬ َ ‫ِإحْ َسا ًنا ۖ َح َملَ ْت ُه ُأ ُّم ُه ُكرْ هًا َو َو‬
َ ِ‫ض َع ْت ُه ُكرْ هًا ۖ َو َحمْ لُ ُه َوف‬
‫ْك َوِإ ِّني م َِن‬ َ ‫ْت ِإلَي‬ ُ
ُ ‫ضاهُ َو صْ لِحْ لِي فِي ذرِّ َّيتِي ۖ ِإ ِّني ُتب‬ ‫َأ‬ َ ْ‫صالِحً ا َتر‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ت َعلَيَّ َو َعلَ ٰى َوالِ َديَّ َو نْ عْ َم َل‬ َ ‫ك الَّتِي َأ ْن َع ْم‬
َ ‫َأنْ َأ ْش ُك َر نِعْ َم َت‬
‫صدَ َق هللاُ ْال َعظِ ْي ُم‬ َ ،‫ِين‬ َ ‫ْالمُسْ لِم‬

Hadirin Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah SWT. Pertama, mari kita koreksi
diri apakah sudah benar kita telah menjadi hamba Allah yang bertakwa, atau sudah
berproses menuju takwa, atau telah benar-benar sudah menjadi muttaqin. Kalau belum
maka kita semua segera meningkatkan taqwa kita kepada Allah, dengan cara
menjalankan perintahnya semampunya, Allah berfirman:

‫اليكلف هللا نفسا إال وسعها‬

“Allah tidak akan memaksa (membebani) jiwa kecuali semampunya.”

Kalau dalam masalah imtitslul awamiri (menjalankan perintahnya), insyaAllah semua


orang bisa melaksanakannya, karena tidak begitu berat. Takwa yang kedua adalah kita
semua hendaknya menjauhi larangan-larangan Allah. Jenis takwa yang kedua ini
nampaknya tidak semua orang beriman dalam melaksanakan menjauhi larangan Allah,
apalagi nahi mungkar ini suatu yang berat, kecuali mendapatkan maunah dan
mempunyai himmah yang kuat untuk nahi mungkar.

Apalagi nahi mungkar yang berkaitan dengan orang-orang yang dekat dengan kita,
orang tua, anak, dan sebagainya. Mungkin kalau masalah siswa masih banyak guru
yang pandai menasehati siswa, tapi kalau masalah anak, orang tua susah menasehati
anaknya sendiri, maka dari itu orang tua mengirimkan anaknya ke pondok pesantren.

Takwa yang ketiga menurut Imam Al-Ghazali adalah meningkatkan taqwa dengan cara
membersihkan hati dari kotoran-kotoran hati, dan ini lebih susah lagi daripada dua jenis
takwa yang telah disebutkan di atas. Banyak orang bisa menjalankan perintah-perintah
Allah dan menjauhi larangan-laranganNya, tapi menjaga hati ini yang lebih susah
sehingga Rasulullah berpesan khusus tentang hati. Dalam hadis yang diriwayatkan
Imam Bukhari disebutkan:

‫ أال وهي القلب‬،‫ وإذا فسدت فسد الجسد كله‬،‫ إذا صلحت صلح الجسد كله‬،‫أال إن في الجسد مضغة‬

“Ingatlah bahwa dalam tubuh ini terdapat segumpal daging, jika segumpal daging itu
bagus maka seluruh tubuh akan bagus, kalau segumpal daging itu rusak maka seluruh
tubuh akan menjadi rusak. Ingat Itulah yang disebut hati atau qolbu.”

Karena itu Rasulullah diutus ke dunia ini untuk menata akhlak. Akhlak kepada Allah
ataupun akhlak kepada makhluk Allah, itu juga berkaitan dengan
hati. Rasulullah memang tidak hanya bersabda tapi juga mencontohkan dengan akhlak
mulia bahkan diatas rata-rata akhlak mulia. Sehingga Allah memuji Nabi Muhammad
dengan firmanNya:

‫وإنك لعلى خلق عظيم‬

“Sesungguhnya engkau di atas akhlak yang agung.”

Jadi kalau ada orang yang mempunyai akhlak yang terbaik seperti para nabi,
maka Rasulullah masih di atas itu. Sehingga Nabi Isa menyebut nama Nabi Muhammad
dengan nama Achmad, isim tafdhil yang menunjukkan lebih terpuji. Hal itu termaktub
dalam Al Quran surah Al-Shaf ayat 6:

‫ُول َيْأتِي مِنْ َبعْ دِي‬ َ ‫َوِإ ْذ َقا َل عِ ي َسى ابْنُ َمرْ َي َم َيا َبنِي ِإسْ َراِئي َل ِإ ِّني َرسُو ُل هَّللا ِ ِإلَ ْي ُك ْم ُم‬
ٍ ‫ص ِّد ًقا لِ َما َبي َْن َي َديَّ م َِن ال َّت ْو َرا ِة َو ُم َب ِّشرً ا ِب َرس‬
‫َأ‬
‫اسْ ُم ُه حْ َم ُد‬

“Jadi dalam ayat ini Nabi Isa memberi kabar gembira kepada Bani Israil. ‘Wahai Bani
Israil gembiralah atas kehadiran seorang Rasul setelah aku ini yang bernama Achmad.
Nabi Isa saja akhlaknya sudah terpuji, apalagi Nabi Muhammad, yang menurut nabi Isa
lebih baik seorang Rasul yang datang setelahku.”

Salah satu akhlak Rasulullah yang dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari adalah


apa yang diriwayatkan oleh Malik bin Khuwairis, dalam kitab Al-Bukhari. Bahwa Malik
bin Khuwairis ini pernah mondok kilatan di rumah Rasulullah, atau di suffah yang pada
saat ini biasa disebut serambi masjid. Oleh karena itu ia disebut ahli suffah seperti Abu
Hurairah dan tujuh puluh sahabat lainnya yang menjadi cikal bakal para sufi.

Malik bin Khuwairis ini mondok hanya selama dua puluh hari, tapi waktu dua puluh hari
itu dimanfaatkan betul oleh Malik bin Khuwairis dalam memperhatikan kehidupan dan
akhlak Rasulullah sehari-hari, ia menjelaskan akhlak Rasulullah dengan sifat ‫ رحيما رفيقا‬,
artinya Nabi itu sangat penyayang, belas kasihan, ‫ رفيقا‬artinya lembut tidak kasar.

Oleh karena itu kita sebagai pendidik baik guru maupun orang tua, tirulah akhlak Nabi,
jadi menurut Malik bin Khuwairis dalam memperhatikan kehidupan Nabi selama dua
puluh hari, Nabi tidak pernah memakinya, Nabi sangat penyayang dan lembut. Karena
ketika murid dikasari tidak bakal taat.

Ketika melihat kepada KH. Hasyim pun beliau tidak pernah memukul santrinya,
walaupun beliau punya tongkat, beliau hanya membangunkan santri nya dengan dua
tongkat yaitu ‫ العصا لمن عصى‬tongkat hanya untuk yang durhaka atau yang melanggar.

Itulah contoh ulama zaman dulu, ‫ رحيما رفيقا‬ini harus kita lestarikan. Rasulullah juga
menganjurkan agar belas kasih sebagaimana sabdanya:

‫ يرحمكم من في السماء‬،‫إرحموا من في األرض‬


“Sayangilah makhluk yang di bumi, maka Allah dan makhluk yang lain akan
menyayangi kalian.”

Inilah yang harus kita peraktikkan, kalau biasa dalam mendidik jangan menggunakan
kekerasan, karena sekali anak dikerasi maka itu akan berdampak pada sifat atau
karakternya. Artinya kalau kiainya kejam maka santrinya juga kejam. Tegas boleh tapi
kejam jangan.

Lanjutan dari riwayat Malik bin Khuwairis adalah:

‫فإذا حضرة الصالة فليؤذن أحد منكم‬

“Maka ketika telah datang waktu salat hendaklah salah satu dari kalian yang
melaksanakan azan.”

Inilah pesan Nabi kepada Malik ialah segera menunaikan shalat. Karena ajaran Nabi
yang di awal periode Islam salah satunya shalat. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan
Imam Bukhari, bahwa ketika itu Rasulullah masih pertama kali mengenalkan Islam
kepada orang-orang kafir Quraisy, seorang raja Romawi yang bernama Hiraqlu
(Herkules), mendengar bahwa di Mekkah ada seorang laki-laki yang mengaku sebagai
Nabi, maka Hiraqlu sudah gentar dan ketakutan, karena menurut nya mungkin seorang
yang mengaku Nabi di Mekkah, adalah Nabi yang diceritakan dalam kitabnya (Injil).
Maka tidak mustahil jika suatu saat seorang Nabi tersebut akan menguasai
kerajaannya.

Kemudian Hiraqlu memanggil tokoh kafir Quraisy yang pada waktu itu diwakili oleh Abu
Sufyan untuk datang kepada Hiraqlu, lalu ia ditemui di aula kerajaannya, dan Abu
Sufyan ditanya tentang apa saja yang diperintahkan seorang laki-laki yang mengaku
sebagai Nabi tersebut. Kemudian Abu Sufyan menjawab, “ia memerintahkan untuk
melakukan shalat.”

Hal itu membuktikan bahwa shalat adalah yang utama. Karena dengan shalatlah kita
dapat berkomunikasi dengan Allah, dan kemudian kekuatan kita akan bertambah. Hal
itu bisa dilihat dalam peperangan umat Islam pada masa Nabi, kekuatan umat Islam
bertambah bukan karena banyaknya jumlah, tapi salah satunya adalah kedekatannya
dengan Allah SWT, yaitu iman dan Islam yang diwujudkan dengan bentuk shalat. Maka
sahabat dalam situasi perang pun masih melaksanakan shalat yang disebut dengan
shalat khauf, karena dengan shalat bisa menjadi kuat.

Katika perang Afganistan melawan Rusia, ada seorang anak ditanya, kenapa
Afganistan bisa mengalahkan Rusia padahal pasukan tengnya banyak. Maka anak kecil
itu langsung melakukan shalat, kemudian mengambil debu dan ditaburkan pada teng-
teng tersebut, lalu meledak dan hancur. Itu salah satunya dikarenakan shalat.

Allah berfirman:
‫واستعينوا بالصبر والصالة‬

“Minta tolonglah kepada Allah dengan kesabaran dan shalat.”

Jadi kita tidak boleh emosi, kalau emosi jelas kalah. Maka dengan kesabaran dan
shalatlah Allah akan memberikan pertolongan. Kemudian apa yang dikatakan seorang
laki-laki yang mengaku sebagai Nabi di Mekkah itu? Yaitu ‫( الصدق‬kejujuran), rupanya
kejujuran menjadi hal yang kuat dan yang membuat tentara Islam menjadi kuat karena
semua para sahabat jujur, Tidak ada yang berkhianat berpihak pada musuh. Mereka
semua jujur imannya, begitu pula dengan perilakunya.

Maka mari kita semua harus menerapkan kejujuran dalam kehidupan kita. Jujur kepada
Allah, jujur kepada sesama, jujur dalam menilai anak serta jujur dalam berperilaku.

Yang ketiga ialah ‫ العفف‬, artinya menghindarkan diri dari yang haram. Karena dengan
makan yang haram, ibadah kita akan menjadi malas, kekuatan kita akan menjadi
lemah. Karena memakan barang haram sama halnya mengisi mobil dengan bensin
yang bercampur kecap atau air, maka pasti tidak akan jalan. Itulah akibat memakan
barang haram.

Kalau kita tidak tahu tidak dosa, tapi tetap berdampak pada lemahnya kekuatan kita.
Seperti apa yang terjadi pada Kiaimojo. Kiaimojo itu sakti sehingga susah ditaklukkan
oleh Belanda, tapi belanda punya taktik licik dengan cara mencari temannya, yang
dijadikan sebagai alat, maka ada kesepakatan dengan temannya Kiaimojo, tolong kamu
menunjukkan kelemahan Kiaimojo, ia akan rontok kesaktiannya apabila ia memakan
daging babi. Maka bagaimana caranya? Maka diundang lah Kiaimojo dalam acara
jamuan makan, tumpeng yang dihaturkan di depan Kiaimojo itu dicampur dengan
daging babi, maka sejak itu ilmunya luntur, walaupun gak tahu, tidak dosa tetap ada
pengaruh, yaitu ilmunya luntur karena makan barang haram.

Oleh karena itu mari kita semua mengoreksi makanan yang dikonsumsi, agar kita tidak
sampai memakan barang yang haram. Mungkin itulah yang bisa kami sampaikan
mudah-mudahan membuat iman kita semakin teguh diberi taufik, hidayah, serta
maunah oleh Allah.

Anda mungkin juga menyukai