Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAL – HAL YANG MERUSAK KEIMANAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tauhid

Disusun Oleh:

1. Ayunda Adiningsih Mumin


2. Iqbal
3. Sinta Nurmalasari

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


PERGURUAN TINGGI SEBELAS APRIL SUMEDANG
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah penulis bersyukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayah –Nya, sehingga makalah kelompok ini dapat terselesaikan sesuai

waktu yang ditentukan. Penulisan makalah ini dibuat sebagai media

pembelajaran dalam rangka memenuhi Mata Kuliah Baca Tulis Al-Qur'an

(BTQ). Penulis menyadari dalam menyelesaikan tugas makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah

memberikan motivasi dan saran dalam proses pembuatan makalah ini.Demikain

makalah ini kami buat dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan bagi kami khususnya.. Amin

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

2
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN..................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................................2

2.1 Hal – Hal yang Merusak Keimanan.......................................................................................2

BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Iman yang dalam bahasa Arab disebut dengan iman merupakan inti ajaran
semua agama. Dalam teologi Islam, diskursus tentang iman ditemukan pada
ajaran dasarnya (ushul al-din). Kata ini dipakai dalam Bahasa Arab secara
leksikal dengan arti “percaya.” Sejalan dengan makna ini, maka orang yang
percaya disebut mu'min . Ketika Rasulullah saw. menjawab pertanyaan seorang
laki-laki berbaju putih yang datang menghampirinya ia bersabda, “Iman adalah
percaya kepada Allah” Karena kata kuncinya adalah percaya, maka kedudukan
imân selalu diposisikan –pada ajaran teologis- berada di dalam hati (qalb), yaitu
sesuatu yang menjadi unsur batin (esoteris) manusia. Unsur batin tersebut sukar
atau tidak bias untuk diukur eksistensinya tanpa melihat ekspresi lahiriah dari
iman seorang yang beriman (mu'min). Keimanan sering disalahpahami

dengan 'percaya', keimanan dalam Islam diawali dengan usaha-usaha


memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan
adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal
akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan
dalam ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tetapi harus
melalui ilmu dan pemahaman. Itu sendi dan kepercayaan diri seorangnya
Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji.
Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji
dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah.Beberapa contoh akhlak terpuji
antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu,
istiqomah dll. Sebagai umat islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk
dicontoh atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW.
1.2Rumusan Masalah

Hal hal yang dapat merusak iman seseorang

4
1.3Tujuan Penulisan

1.untuk mengetahui apa saja yang dapat merusak iman

2.untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu tauhid

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1Hal – Hal yang Merusak Keimanan

Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya mengemukakan bahwa tidak seperti


Nabi dan Rosul yang imannya selalu naik, iman seseorang itu kadang akan naik,
kadang turun. Atau bahkan akan turun terus sehingga akhirnya lenyap dan
hatinya pun akan gersang tanpa memiliki iman. Padahal orang yang seperti
inilah yang akan menghuni neraka. Oleh karena itu, kita haruslah tetap waspada
dan hati-hati dalam menjaga iman, sehingga iman kita akan terhindari hal-hal
yang merusak.

‫ِإَّن ٱَهَّلل اَل َيْغ ِفُر َأن ُيْش َر َك ِبِهۦ َو َيْغ ِفُر َم ا ُدوَن َٰذ ِلَك ِلَم ن َيَشٓاُء ۚ َو َم ن ُيْش ِر ْك ِبٱِهَّلل َفَق ِد ٱْفَت َر ٰٓى ِإْثًم ا‬
‫َع ِظ يًم ا‬

Artinya: “sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,


dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa
yang dikehendakinya barang siapa yang mempersekutukan Allah maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An Nisa 48).

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasul


bersabda;

‫َعْن َأِبي ُهَرْيَر َة َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َعْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل اْج َتِنُب وا الَّس ْبَع اْلُم وِبَق اِت َق اُلوا َي ا‬
‫َرُس وَل ِهَّللا َو َم ا ُهَّن َقاَل الِّش ْر ُك ِباِهَّلل َو الِّسْح ُر َو َقْتُل الَّنْفِس اَّلِتي َح َّر َم ُهَّللا ِإاَّل ِباْلَح ِّق َو َأْك ُل الِّرَبا َو َأْك ُل َم اِل‬
ِ ‫اْلَيِتيِم َو الَّتَو ِّلي َيْو َم الَّز ْح ِف َو َقْذ ُف اْلُم ْح َص َناِت اْلُم ْؤ ِم َناِت اْلَغاِفاَل‬
‫ت‬

5
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda: “Jauhilah tujuh (dosa) yang
membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah,
apakah itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Syirik
kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali
dengan haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari
perang yang berkecamuk, menuduh zina terhadap wanita-wanita
merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari
zina”. (HR al-Bukhari, no. 2615, 6465; Muslim, no. 89).
Adapun hal-hal yang merusak keimanan adalah :

1. Syirik

Syirik adalah segala keyakinan dan amalan yang semestinya hanya untuk
Allah tetapi dilakukan untuk selain Allah. Syirik akbar (syirik besar) yaitu
menyekutukan Allah dengan mahluknya seperti keyakinan adanya kekuatan
selain Allah. Misalnya menyembah berhala. Syirik yang seperti ini disebut
dengan syirik I’tiqody, artinya syirik karena keyakinan yang salah, dan juga
disebut syirik jali artinya syirik yang nyata dan dikategorikan sebagai dosa
besar. Tidak ada yang bisa menghapus dosa ini selain bertaubat selagi masih
hidup dan menggantinya dengan bertauhid kepada Allah SWT. Di dalam surat
Al-Maidah ayat 72 dijelaskan bahaya syirik

‫َلَقْد َك َفَر ٱَّلِذ يَن َقاُلٓو ۟ا ِإَّن ٱَهَّلل ُهَو ٱْلَم ِس يُح ٱْبُن َم ْر َيَم ۖ َو َقاَل ٱْلَم ِس يُح َٰي َبِنٓى ِإْس َٰٓر ِء يَل ٱْع ُب ُدو۟ا ٱَهَّلل‬
‫َّٰظ‬
‫َرِّبى َو َرَّبُك ْم ۖ ِإَّن ۥُه َم ن ُيْش ِر ْك ِبٱِهَّلل َفَق ْد َح َّر َم ٱُهَّلل َع َلْي ِه ٱْلَج َّن َة َو َم ْأَو ٰى ُه ٱلَّن اُر ۖ َو َم ا ِلل ِلِم يَن ِم ْن‬
‫َأنَص اٍر‬
Artinya: “sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata
“sesungguhnya Allah ialah masih putra Maryam” padahal Al-Masih sendiri
berkata “ hai bani isra’il sembahlah Allah tuhanku dan tuhanmu”.
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,

6
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka, tidaklah ada bagi orang orang yang dzalim itu seorang penolongpun “
(QS Al-Maidah ayat 72).

Syirik asghor (syirik kecil), syirik kecil juga disebut syirik amali karena
perbuatan-perbuatan yang mempunyai tendensi selain Allah atau disebut
juga syirik khofi artinya syirik yang tersembunyi.Larangan syirik ashgor
termaktub dalam surat Al Kahfi ayat 110 :

‫ُقل ِإَّنَم ٓا َأَن ۠ا َبَش ٌر ِّم ْثُلُك ْم ُي وَح ٰٓى ِإَلَّى َأَّنَم ٓا ِإَٰل ُهُك ْم ِإَٰل ٌه َٰو ِح ٌدۖ َفَم ن َك اَن َيْر ُج و۟ا ِلَق ٓاَء َرِّبِهۦ‬
‫ًۢد ا‬ ‫اَد ِة َرِّبِهٓۦ َأَح‬ ‫رِْك ِبِعَب‬ ‫ِلًح ا َو اَل ُيْش‬ ‫ْل َع َم اًل َٰص‬ ‫َفْلَيْع َم‬

Artinya: Katakanlah sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya tuhan kamu adalah Tuhan yang
ESA barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam berinadah kepada Tuhannya (QS Al-
Kahfi 110)

Bahaya syirik ashgor diterangkan dalam dalil-dalil naqli surat Al-Furqan


ayat 23 :
‫َو َقِد ْم َنٓا ِإَلٰى َم ا َع ِم ُل و۟ا ِم ْن َع َم ٍل َفَج َعْلَٰن ُه‬
‫َهَبٓاًء َّم نُثوًر ا‬

Artinya: Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu
kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan” (QS
Al-Furqan 23)

2. Melakukan sihir

7
Sihir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan
merusak rumah tangga orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan
meminta bantuan kepada setan. Hal ini termasuk perbuatan terlarang dan dosa
besar. Firman Allah SWT :
‫َو ٱَّتَبُعو۟ا َم ا َتْتُلو۟ا ٱلَّش َٰي ِط يُن َع َلٰى ُم ْل ِك ُس َلْيَٰم َن ۖ َو َم ا َك َف َر ُس َلْيَٰم ُن َو َٰل ِكَّن ٱلَّش َٰي ِط يَن َك َف ُر و۟ا‬
‫ُيَعِّلُم وَن ٱلَّناَس ٱلِّسْح َر َو َم ٓا ُأنِزَل َع َلى ٱْلَم َلَك ْيِن ِبَباِبَل َٰه ُر وَت َو َٰم ُر وَت ۚ َو َم ا ُيَعِّلَم اِن ِم ْن‬
‫َأَح ٍد َح َّتٰى َيُقوٓاَل ِإَّنَم ا َنْح ُن ِفْتَنٌة َفاَل َتْك ُف ْر ۖ َفَيَتَعَّلُم وَن ِم ْنُهَم ا َم ا ُيَفِّر ُق وَن ِبِهۦ َبْيَن ٱْلَم ْر ِء‬
ۚ ‫َو َز ْو ِج ِهۦۚ َو َم ا ُهم ِبَض ٓاِّريَن ِبِهۦ ِم ْن َأَح ٍد ِإاَّل ِبِإْذ ِن ٱِهَّللۚ َو َيَتَعَّلُم وَن َم ا َيُض ُّر ُهْم َو اَل َينَفُعُهْم‬
‫َو َلَقْد َع ِلُم و۟ا َلَمِن ٱْشَتَر ٰى ُه َم ا َل ۥُه ِفى ٱْل َء اِخ َرِة ِم ْن َخ َٰل ٍقۚ َو َلِبْئَس َم ا َش َرْو ۟ا ِبِهٓۦ َأنُفَسُهْم ۚ َلْو‬
‫َك اُنو۟ا َيْع َلُم وَن‬

Artinya: Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan syaitan pada
masa kerajaan sulaiman) dan mereka mengatakan bahwa sulaiman iti
mengerjakan sihir), padahal sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir),
hanya syaitan-syaitanlah yang kafir (mengerjakan sihir). Merek mengajarkan
sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada apa yang diturunkan
kepada malaikat di negri babil yaitu harut dan marut, sedangkan keduanya
tidak mengerjakan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan :
“sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir
“ maka kami mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu,
mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang
tidak memberi manfaat. Demi sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barang siapa yang telah menukarnay (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah
bginya keuntungan diakhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual
dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Baqarah :102)

8
Tidak diragukan lagi bahwa sihir termasuk dosa besar dan hukumnyapun
sangat berat, yakni dipenggal dengan pedang. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh turmudzi :

‫َح ُّد الَّس اِح ِر َض ْر َبٌة‬

‫ِبالَّسْيِف‬

“hukuman bagi tukang sihir itu adalah dipenggal dengan


pedang” (HR Turmudzi )

Menurut hadits yang diriwayatkan secara marfu’ oleh ibnu mas’ud,


perbuatan yang temasuk sihir adalah memohon kekuatan pada alam,
mempercayai bahwa benda-benda tertentu dapat menolak dari gangguan pada
diri, dan juga memalingkan hati perempuan agar menyukainya.
Sihir dikatakan merusak, sebab sasaran sihir antara lain :
a. Mempengaruhi hati dan badan seseorang, untuk di sakiti atau di bunuh.
b. Memusnahkan harta benda seseorang.

c. Memutuskan ikatan kasih sayang seseorang dengan suami istri atau anak
atau dengan anggota keluarga lainnya. 3. Memakan harta riba

3.Riba

Riba menurut bahasa berasal dari kata “ rabaa yarbuu” yang artinya tambahan,
sedangkan mengenai definisi riba menurut syara’ para ulama berbeda pendapat.
Akan tetapi secara umum riba diartikan sebagai utang piutang atau pinjam
meminjam atau barang yang disertai dengan tambahan bunga. Agama islam dengan
tegas melarang umatnya memakan riba, sebagaimana firman Allah SWT:
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل َتْأُك ُلو۟ا ٱلِّرَبٰٓو ۟ا َأْض َٰع ًفا ُّم َٰض َعَفًةۖ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َلَعَّلُك ْم ُتْفِلُح وَن‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba


dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamukepada Allah supaya kamu

9
mendapat keberuntungan Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan
untuk orang-orang yang kafir (QS Al-Imran : 130)

Hal itu dikarenakan merugikan dan mencekik pihak yang berhutang. Ia


diharuskan membayar dengan bunga yang berlipat. Seandainya terlambat
membayar, bunganya pun akan terus berlipat. Perbuatan seperti itu banyak
dilakukan di zaman jahiliyah dan para ulama menyebutnya istilah riba nasi’ah.
Adapun bentuk riba lainnya adalah riba fadhal yaitu menukar barang dengan
barang sejenis, namun salah satunya lebih banyak atau lebih sedikit dari lainya
4. Membunuh jiwa manusia

Maksud membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang


diharamkan tanpa hak dengan sengaja Orang yang berbuat seperti itu akan
dimasukkan keneraka jahannam dan kekel didalamnya sebagaimana firman
Allah SWT:

‫َو َم ن َيْقُتْل ُم ْؤ ِم ًنا ُّم َتَعِّم ًدا َفَج َزٓاُؤ ۥُه َج َهَّنُم َٰخ ِل ًدا ِفيَه ا َو َغ ِض َب ٱُهَّلل َع َلْي ِه َو َلَعَن ۥُه َو َأَع َّد َل ۥُه‬
‫َع َذ اًبا َع ِظ يًم ا‬

Artinya : Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan


sengaja maka balasannya adalah jahannam, kekal ia didalamnya dan
ia kekal didalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya
serta menyediakan azab yang besar beginya (QS An-Nisa :93)
5. Memakan harta anak yatim

Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya atau ia masih
kecil atau dengan kata lain ditingggal mati oleh orang yang menanggung
nafkahnya. Memakan harta anak yatim dilarang apabila dilakukan secara dzalim.
Sepeti firman Allah SWT :

‫ِإَّن ٱَّلِذ يَن َيْأُك ُلوَن َأْم َٰو َل ٱْلَيَٰت َم ٰى ُظْلًم ا ِإَّنَم ا َيْأُك ُلوَن ِفى ُبُطوِنِهْم َناًر اۖ َو َسَيْص َلْو َن َسِع يًر ا‬

10
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anaka
yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh
perutnya dan mereka akan masuk kedalam api yang menyala-
nyala (neraka) (QS An-Nisa: 10)

Dengan demikian apabila dilakukan dengan cara yang patut (baik) orang yang
memelihara anak yatim boleh mengambil sedikit harta anak tersebut.
6. Melarikan diri dari perang (jihad)

Kata al-jihad secara bahasa berasal dari kata jahadtu jihadan, artinya saya
telah berjuang keras. Adapun secara istilah jihad adalah berjuang dengan
mengeluarkan seluruh daya dan upaya memerangi kaum kafir dan
pemberontak. Islam mewajibkan kepada umatnya untuk memelihara, menjaga,
membela agamanya, serta mempertahankan agamanya. Jika islam diperangi
musuh, umat islam wajib berperang
Orang yang lari dari perang atau jihad telah menipu dirinya sendiri dan telah
berkhianat kepada Allah SWT dan dia dianggap tidak meyakini kemahakuasaan
Allah SWT yang senantiasa menolong setiap hamba-NYA yang berjuang
menegakkan agama Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT :
‫َرُه ِإاَّل ُم َتَح ِّر ًف ا ِّلِقَت اٍل َأْو ُم َتَح ِّي ًزا ِإَلٰى ِفَئ ٍة َفَق ْد َب ٓاَء ِبَغَض ٍب ِّم َن ٱِهَّلل‬
‫َو َم ن ُيَو ِّلِهْم َيْو َم ِئ ٍذ ُد ُب ٓۥ‬
‫َو َم ْأَو ٰى ُه َج َهَّنُم ۖ َو ِبْئَس ٱْلَم ِص يُر‬
Artinya: Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur) diwaktu itu,
kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri
dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan
membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka jahannam
dan amat buruklah tempat kembalinya” (QS Al Anfal : 16)
7. Menuduh wanita mukminat yang baik-baik berzina (qadzaf)
Al-qadzaf secara bahasa artunya menuduh, sedangkan menurut istilah
adalah menuduh seseorang berzina sehingga ia harus dijatuhi hukuman
had.

11
Perempuan baik-baik dalam islam ialah seorang mukminat yang
senantiasa taat kepada Allah SWT dan menjaga kehormatannya dari perbuatan
keji (zina).apabila wanita seperti itu dituduh berzina tanpa disertai syarat yang
telah ditetapkan syara’ seperti mendatangkan empat saksi dan menyaksikan
dengan mata kepala sendiri, maka penuduhnya wajib didera delapan puluh kali
dan kesaksiannya tidak boleh diterima selama-lamanya. Allah SWT berfirman :
‫َٰن‬
‫َو ٱَّلِذ يَن َيْر ُم وَن ٱْلُم ْح َص ِت ُثَّم َلْم َيْأُتو۟ا ِبَأْر َبَعِة ُش َهَدٓاَء َفٱْج ِلُدوُهْم َثَٰم ِنيَن َج ْل َد ًة َو اَل َتْقَبُل و۟ا َلُهْم‬
َ‫َش َٰه َد ًة َأَبًداۚ َو ُأ۟و َٰٓلئَِك ُهُم ٱْلَٰف ِس ُقون‬

Artinya “dan orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik (berbuat


zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah
kamu trima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah
orang orang yang fasik” (QS An-Nur : 4).

12
BAB 3PENUTUP
Setelah penulis memberikan penjelasan keimanan seperti di atas, dapat
disimpulkan bahwasanya iman merupakan inti ajaran semua agama. Keimanan
bukan semata hanya percaya. Akan tetapi keimanan harus dilandaskan dengan
perbuatan seperti apa apa rasulullah ajarkan atau contoh contoh di atas. Iman
tidak sempurna bila diartikan sebagai pembenaran dalam hati saja, tanpa amal
perbuatan. Pemaknaan iman dan Islam semacam itu didukung oleh riwayat
lain. Sebuah hadit Nabi Saw. Menyatakan: “ Orang muslim adalah seorang
yang bisa melindungi keselamatan orang lain dari ucapan maupun
perbuatannya ”. Selain itu, ketika Nabi Saw ditanya mengenai Islam yang baik,
Nabi Saw mengaitkannya dengan aktifitas lahiriyah. Beliau mengatakan: “
Islam (yang sempurna) adalah memberi makanan (kepada kerabat)”. Dengan
demikian, berpijak pada keterangan hadits-hadits di muka maka pengertian
objektif kata iman dan Islam dibedakan. Islam adalah aktifitas lahir, dan iman
aktifitas batin. Namun, hal ini tidak dapat dijadikan sebuah kesimpulan akhir.
Karena jika diteliti lebih lanjut, ternyata ada hadits lain yang menyamakan
kedudukan iman dan Islam. Misalnya hadits riwayat Umar ibn’ Abasah. Ia
berkata: “ Ada seorang laki-laki menemui Nabi Saw, lalu bertanya: “ Wahai
Rasul, apa sebenarnya Islam itu”. Nabi menjawab, Islam adalah berserah diri
kepada Allah dalam hati dan menjamin ketenangan kaum muslimin dari ucapan
maupun perbuatannya.
Keimanan sebagai sesuatu yang esoteris berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat ukhrawi. Sementara sesuatu yang nampak adalah standar penilaian
keislaman seseorang di dunia. Dimana tanpa adanya keimanan kita sebagai
umat yang beragama, tentulah kita akan menjadi manusia yang jauh dari

13
rahmat Allah. Sudah sepatutnya pula, kita harus meningkatkan keimanan kita,
Dengan cara seperti penjabaran di atas.

DAFTAR PUSTAKA
Kaelany HD, Iman, Ilmu dan Amal Saleh, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Dr.Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman,
Jakarta, Bumi Aksara,1996

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka, 2000.

Abu A'la Al-Maududi, Toward Understanding, Comiti Riyadh: Islamic


Dakwah, 1985.

HAR. Gibb and JH Krammers, Shorter Encyclopaedia of islam, E.J. Brill,


Leiden, 1974.

Yusuf Al-Qardhawy, Iman Dan Kehidupan, (Jakarta: Bulan Bintang).

Husain bin Muhammad Al-Jisr, Husunul Hamidiyah, Salim bin Nabhan,


Surabaya, 1953.

Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, (Yogakarta: Pustaka


Pelajar Offset, 2005).

Abu Bkar Jabir al-Jazairi, Aqidatu Mu’min, Maktabah Kulliyah al-


Azhariyah, 1978.

Habib Zain bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan


Muhimmatid Din, Terj. Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam,
Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu, (A. Bayan, 1998).

Syaikh Hafidz bn Ahmad Hakami, 222Kunci Aqidah yang Lurus, Jak-Sel,


Mustaqim, 2001.

14
Syakh abu bakar jabir al-jazairi, Aqidatu Mu’min kupas tuntas aqidah
seorang mu’min, Solo, Daar An-Naba’,2014.

Jujun S. Suriasumarti, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia, 2001).

15

Anda mungkin juga menyukai