Anda di halaman 1dari 11

KONSEP IHSAN

MAKALAH

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir 1


Dosen Pengampu : Dr. Yudi Kuswandi, S.Pd.I, M.Ag

Disusun Oleh :
Muhammad Muslim 020.011.0017
Narisha Rodyah Sari 020.011.0019

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SILIWANGI BANDUNG
BANDUNG 2021 M/1442 H

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhaanahuwata’ala yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Tafsir I dengan judul “Konsep Ihsan”.
Tidak lupa juga shalawat serta salam kami curah limpahkan kepada Nabi Muhammad
sholallaahu ‘alaihi wasallam.Kemudian kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran maupun kritikan dari berbagai pihak.
Akhirul kalam, harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembacanya.

Cimahi, 10 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................iii
A. Latar Belakang...........................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah......................................................................................................iii
C. Tujuan Masalah..........................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................1
A. Konsep Ihsan..............................................................................................................1
1. Pengertian Ihsan...................................................................................................1
2. Macam-macam Ihsan dalam perilakunya............................................................1
..............................................................................................................................
3. Fungsi Ihsan.........................................................................................................2
B. Ayat-ayat Konsep Ihsan.............................................................................................1
....................................................................................................................................
1. Qs Al An-Nahl 90................................................................................................2
2. Qs Al Baqarah 83.................................................................................................3
3. Qs At-Tagahbun 03..............................................................................................3
4. Qs Al-Araaf 56.....................................................................................................4
BAB III PENUTUP...............................................................................................................5
A. Kesimpulan................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................6

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang baik, agama yang di berkahi oleh Allah swt. Islam juga
agama yang memberikan tuntunan kepada umatnya baik berupa sikap yang ditujukkan
kepada manusia dalam melalui kehidupannya. Manusia sebagai pemimpin di muka bumi
ini yang tentunya harus dibekali dengan sikap atau tuntunan akhlak yang baik untuk
dirinya sendiri, maupun untuk orang lain, masyarakat, serta orangorang yang terdapat
disekitarnya.
Seluruh Umat Muslim wajib mengetahui perilaku Ihsan sebagai pengalaman syariat
serta memahami batasan-batasan dalam hidup agar sesuai dengan yang diperintahakan
Allah SWT. Sikap demikian dapat mengantarkan manusia tertanam iman,islam dan ihsan.
Iman, Islam, dan ihsan memiliki keterkaitan. Iman tertanam dalam hati dan Islam terlihat
dari amal perbuatan.
Oleh karena begitu adanya ihsan meliputi keduanya, tertanam di hati serta seluruh
amal perbuatan. Ihsan dibuktikan dalam wujud amal perbuatan yang dilakukan seluruh
anggota tubuh. Sejalan dengan iman dan Islam yang menuntut untuk dikerjakan sebaik
mungkin, maka dalam penerapannya, ketiganya tidak bisa dipisahkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Ihsant?
2. Bagaimana ayat-ayat al-qur’an tentang Ihsan
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep Ihsan
2. Untuk mengetahui ayat-ayat al-qur’an tentang konsep Ihsan.

iii
iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Ihsan
1. Pengertian Ihsan
Ihsan berasal dari kata Ahsana-Yuhsina-Ihsanan yang artinya, memperbaiki atau
berbuat baik. Maka, pengertian ihsan ialah beribadah dengan ikhlas, baik yang berupa
ibadah-ibadah tertentu. Seluruh tingkah laku yang menghadirkan faedah dan
meninggalkan kemudharatan ialah perbuatan yang Ihsan, akan tetapi karena kapasitas
Ihsan bagi manusia sangat mutlak dan temporal, bahwa ukuran Ihsan yang sesungguhnya
datang dari Allah Swt. (Abuddin Nata : 87)
2. Macam-Macam Ihsan Dalam Al-Qur’an

Dalam ayat-ayat Al-Qur‟an yang mengungkapkan masalah Ihsan di dalam Al-Qur‟an


terdapat tempat-tempat yang menuturkan kata Ihsan dengan berbagai kondisi dan sebagai
perilaku Ihsan yang diantaranya dapat disebutkan sebagai berikut :
Berlaku Adil dan Ihsan Kepada Kaum Kerabat.

(Falih Bin Muhammad Bin Falih Ash-Shughayyir : 174.)


a) Berlaku Adil
Menurut Poedjawijatna adil adalah pengakuan dan perlakukan terhadap hak (yang sah).
Sedangkan dalam literatur Islam, adil dapat diartikan istilah yang digunakan untuk
menunjukan pada persamaan atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara.
(Falih Bin Muhammad Bin Falih Ash-Shughayyir : 174.)

b) Ihsan Kepada Kaum Kerabat


Yaitu berbuat baik dan menyayangi mereka, berlemah lembut dan peduli kepada mereka,
melaksanakan sesuatu yang dapat menggembirakan mereka, danmeninggalkan ucapan
atau perbuatan yang bisa melukai mereka. (Abu Bakar Jabir Al-Jazairi : h. 343.0)

c) Orang-orang Yang Berjihad

Jihad artinya peperangan terhadap orang kafir yang dipandang musuh,untuk membela
agama Allah (li i‟lai kalimatillah). (Sulaiman Rasjid : 447.)

1
Jihad yang bersifat khusus, yaitu berperang melawan orang-orang kafir dan orang-orang
yang memerangi kaum muslimin hukumnya fardhu kifayah. (Abu Bakar Jabir Al-Jazairi :
655.)

Tujuan perang (Jihad) yang menjadi pokok ialah membela, memelihara, dan menjunjung tinggi
agama Allah Swt. Islam mengijinkan berperang dengan menentukan sebab-sebab dan maksud
yang dituju dari peperangan itu, yaitu untuk menolak kezaliman, menghormati tempat-tempat
ibadah, menjamin kemerdekaan bertanah air, menghilangkan fitnah, dan menjamin kebebasan
setiap orang memeluk dan menjalankan agama.

(Sulaiman Rasjid : 447)

3. Fungsi Ihsan adalah sebagai berikut :


1. Pendorong, bahwa Ihsan terhadap Allah Swt, memotivasi manusia menghormati hidupnya,
beribadah dan beramal shaleh sebatas menambah keimanan dan ketaqwaan seseorang.
2. Penyalur, yakni bahwa Ihsan terhadap Allah Swt, yang sudah dipunyai manusia agar bisa
berkembang secara optimal dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan menggunakan
tuntunan agama Islam sebatas dirinya sadar dengan Allah Swt.
3. Pengendalian, dengan menggunakan Ihsan manusia bisa mengendalikan perbuatannya ketika
melakukan perbuatan sesuatu yang dilarang oleh Allah Swt.
4. Penyesuaian, manusia harus sadar dengan dirinya sebagai makluk ciptaan Allah Swt yang
tidak ada tenaga dan tidak ada kekuatan dibandingkan dengan Allah yang maha pencipta dan
maha kuasa.
(Nasr Hamid Abu Zaid, 2005:15).

3. Ayat-ayat konsep Ihsan


1. Qs An-nahl ayat 90
‫ِإَّن َهَّللا َيْأُم ُر ِباْلَعْد ِل َو اِإْل ْح َس اِن َو ِإيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبٰى َو َيْنَهٰى َع ِن اْلَفْح َشاِء َو اْلُم نَك ِر َو اْلَبْغ ِي ۚ َيِع ُظُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُروَن‬
’’ Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran ‘’. [QS. An-Nahl : 90]
Dalam tafsir As-Sa’di disebutkan : Ihsan (berbuat kebajikan) adalah keutamaan yang dianjurkan
seperti memberikan manfaat kepada manusia dengan harta, badan, ilmu dan segala sesuatu yang
bermanfaat lainnya. Hingga berbuat baik pada hewan ternak pun juga termasuk ihsan.
(Abdurrahman bin Nasihr As-Sa’di : 447)

2
2. Qs Al Baqarah ayat 83
‫َو ِإْذ َأَخ ْذ َنا ِم يَثاَق َبِني ِإْسَر اِئيَل اَل َتْعُبُدوَن ِإاَّل َهَّللا َو ِباْلَو اِلَدْيِن ِإْح َس اًنا َوِذ ي اْلُقْر َبٰى َو اْلَيَتاَم ٰى َو اْلَم َس اِك يِن‬
‫َو ُقوُلوا ِللَّناِس ُح ْس ًنا َو َأِقيُم وا الَّص اَل َة َو آُتوا الَّزَك اَة ُثَّم َتَو َّلْيُتْم ِإاَّل َقِلياًل ِّم نُك ْم َو َأنُتم ُّم ْع ِر ُضوَن‬
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil
daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.”[QS. Al-Baqarah : 83]
As-Sa’di menafsirkan : Yakni berbaktilah kepada kedua orang tua. Perintah ini bersifat kebaikan
secara umum, baik itu dengan ucapan maupun perbuatan. Termasuk juga larangan berbuat buruk
kepada kedua orang tua, atau tidak berbuat baik mesikupun tidak berbuat buruk. Karena, jika
berbuat baik adalah suatu kewajiban, maka melakukan kebalikannya adalah sebuah larangan.
Kebalikan dari berbuat baik pada kedua orang tua itu ada dua (yaitu) :
1. Berbuat buruk, yang mana ini merupakan kejahatan yang paling besar
2. Tidak berbuat baik, tidak juga berbuat buruk, dan ini diharamkan, akan tetapi tidak sama
dengan yang pertama
Demikian pula berbuat baik kepada kerabat dengan bersilaturahmi, berbuat baik pada anak-anak
yatim, dan juga orang miskin sama wajib hukumnya. Adapun rincian dalam berbuat baik ini
tidak terbatas pada bilangan, akan tetapi sesuai dengan ketetapan.
Kemudian, pada perintah selanjutnya Allah perintahkan untuk berbuat baik kepada manusia
secara umum, Allah berfirman (yang artinya) : “serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia”. Diantara ucapan yang baik adalah memerintahkan pada kebaikan, melarang dari
kemungkaran, mengajarkan ilmu, menyebarkan salam, wajah berseri, dan lain sebagainya.
Apabila seseorang tidak mampu berbuat baik pada orang dengan hartanya maka Allah
perintahkan dengan perbuatan baik kepada setiap makhluk yang mampu ia kerjakan, yaitu
dengan ucapan yang baik. Maka dari itu ayat ini juga mengandung larangan berkata buruk,
bahkan kepada orang kafir sekalipun.
(Abdurrahman bin Nasihr As-Sa’di : 57)
3. Qs At Taghabun ayat 3
‫َخ َلَق الَّسَم اَو اِت َو اَأْلْر َض ِباْلَح ِّق َو َص َّوَر ُك ْم َفَأْح َس َن ُص َو َر ُك ْم ۖ َو ِإَلْيِه اْلَم ِص ير‬
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskanNya
rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).” [QS.At-Taghabun : 03]
Terdapat kata ahsana yang cenderung bermakna memperindah, membaguskan ataupun
menjadikan sesuatu dengan sebaik-baiknya. Dari sini,dapat pula diartikan bahwa Allah telah
berbuat baik dan memberikan nikmatNya untuk segenap makhluk, terutama manusia berupa
keindahan bentuk dan rupa. Ihsan dalam hal ini jelas adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh
Allah, atau ihsan Allah. Sementara ihsan dengan arti ke dua, yakni berbuat baik kepada siapa

3
saja, merupakan ungkapan Allah yang meliputi segenap term ihsan yang termaktub dalam al-
Qur‟an. Makna ihsan ini lebih sederhana, akan tetapi luas sifatnya dan mencakup berbagai aspek
kehidupan, baik yang melakukan kebaikan itu manusia maupun Allah. Sesuai pada firman Allah:
(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka
(dalam peperangan Uhud). bagi orang orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang
bertakwa ada pahala yang besar. (QS. Ali Imran : 172).
Al- Raziy menafsirkan lafadz ah}sana yang ada pada ayat ini sebagai perbuatan baik yang
dilaksanakan seseorang dalam bentuk mentaati Allah dan rasulNya, yang diaplikasikan ke dalam
pengamalan seluruh perintah, sekalipun perintah yang dipikulkan itu berbahaya. Perilaku ini
merupakan bentuk kebajikan yang melekat pada pribadi orang-orang mukmin yang mempunyai
sikap istiqamah dan komitmen total terhadap seruan Allah dan rasulNya.
(Al- Raziy, 1990:80).
Ayat ini menerangkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar,
penuh kebijaksanaan, dan menjamin kebahagiaan makhluknya di dunia dan di akhirat. Allah
yang menjadikan manusia dalam bentuk yang sebagus-bagusnya, bebeda dengan makhluk yang
lain. Manusia akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di dunia lalu mendapat
balasan yang setimpal,
4. QS Al-Araaf ayat 56
‫ِإَّن َر ْح َم َت ِهَّللا َقِر يٌب ِّم َن اْلُم ْح ِس ِنين‬
“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”[QS. Al-A’raaf
: 56]
Ibnul Qayyim mengatakan : Ayat ini mengandung peringatan yang jelas bahwa perintah berbuat
baik yang dituntut oleh Allah kepada kalian dan yang kalian tuntut dari Allah adalah rahmat-
Nya, dan rahmat Allah itu dekat pada orang-orang yang berbuat baik.
Mereka itulah orang-orang yang mengerjakan apa yang Allah perintahkan dengan berdoa
kepada-Nya dengan harapan (diterima doanya) dan rasa khawatir (tidak diterima doanya).
Dengan mengerjakan perintah itu maka Allah dekatkan apa yang kalian tuntut dari Allah yaitu
rahmat.
Rahmat yang Allah berikan tergantung seberapa besar kalian mengerjakan apa yang Allah tuntut
dari kalian yaitu berbuat baik, yang mana sebenarnya berbuat baik itu sendiri merupakan berbuat
baik kepada diri kalian sendiri, karena Allah ta’ala itu Maha Kaya dan Maha Terpuji (tidak butuh
dengan perbuatan baik kalian). Apabila kalian berbuat baik maka sebenarnya kalian telah berbuat
baik pada diri kalian sendiri.
( Ibnul-Qayyim Al-Jauziyah : 17-18.)

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang kami bahas, jadi Ihsan merupakan pilar penting dalam bangunan
agama Islam selain pilar iman dan islam. Ihsan tidak dapat dipisahkan dari iman dan islam.
Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak boleh ditinggal salah satunya sebagai
1kesempurnaan keberislaman seseorang. Ihsan berikut turunan katanya sering kali ditemukan
pada Al-Qur’an dan hadits yang menunjukkan urgensinya. Ihsan yang berarti perbuatan baik
merupakan pembuktian atas keimanan dan keislaman seseorang. Ihsan secara harfiah berarti
kebaikan sebagai perilaku, bukan sekadar pengetahuan tentang kebaikan sebagai etika. Ihsan
dapat menjadi alternatif di tengah krisis akhlak di mana kebaikan hanya berhenti pada level
pengetahuan atau jargon, tidak sampai pada tindakan atau aksi nyata. Oleh karena itu, adanya
ihsan meliputi keduanya, tertanam di hati serta seluruh amal perbuatan. Ihsan dibuktikan dalam
wujud amal perbuatan yang dilakukan seluruh anggota tubuh. Sejalan dengan iman dan Islam
yang menuntut untuk dikerjakan sebaik mungkin, maka dalam penerapannya, ketiganya tidak
bisa dipisahkan.

5
DAFTAR PUSTAKA.

Nasr Hamid Abu Zaid, Tektualitas al- Qur‟an, terj. Khoiron Nahdliyin (Yogyakarta: LKiS
Pelangi Aksara , 2005), 15

Taisir Al-Kariim Ar-Rahmaan (Muassasah Ar-Risaalah, 2000) oleh Abdurrahman bin Nasihr As-
Sa’di, hlm 447

Taisir Al-Kariim Ar-Rahmaan (Muassasah Ar-Risaalah, 2000) oleh Abdurrahman bin Nasihr As-
Sa’di, hlm 57

Al- Raziy, Al- Tafsi>r al- Kabi>r Mafa>tih} al- Ghaib Jil. 9 (TK: Da>r al- Kutub al- Ilmiyyah,
1990), 80.

Bada’i’ul-Fawaaid (Lebanon: Darul-Kutub Al-Arabiiy, Bairut) oleh Ibnul-Qayyim Al-Jauziyah,


juz 3 hlm.17-18.

Jabir Al-Jazairi, Abu Bakar, Pedoman Hidup Seorang Muslim, Jakarta: Ummul Qura, 2014.

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, ( Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010 ), h. 447.

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2017 ),h. 87

Falih, Ash-Shughayyir Bin Falih Bin Muhammad, Meraih Puncak Ihsan, Jakaerta : Darus
Sunnah, 2009

Anda mungkin juga menyukai