DISUSUN OLEH
Kelompok 3
Karina (4012022015)
Afrisa Salsabila (4012022052)
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat
dan karunia-Nya. Dengan dibuatnya makalah ini, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Orang tua yang telah mendukung dalam segi apapun. Terima kasih pula untuk
dosen pengampu mata kuliah yang senantiasa memberikan bimbingan kepada kami.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan, para
pembaca, dan untuk penyusun. Aamiin.
...................................
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika kita memperhatikan kisah para nabi dan rasul yang tercantum dalam
Al-Qur’an dan apa yang terjadi pada umat mereka, kita dapatkan bahwa mereka
seluruhnya menyeru kepada satu kalimat, yaitu agar umatnya beribadah kepada
Allah dan tidak ada sekutu bagiNya. Misi dakwah mereka adalah sama, yaitu
mengingatkan kaumnya agar tidak terjerumuskan dalam kemusyrikan, meski
syariat atau tata cara ibadah dan muammalah masing-masing nabi dan rasul
berbeda.
Pembelajaran tauhid merupakan prioritas nomor satu dalam agenda
dakwah para nabi dan rasul. Seluruh nabi dan rasul yang di utus oleh Allah
mengajak umatnya, pertama kali untuk menerima, meyakini, dan melaksanakan
tauhid. Seluruh usaha dakwah mereka di pusatkan agar kaumnya beribadah
kepada Allah, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Maka dari itu makalah ini akan membahas tentang pengertian tauhid,
macam-macam tauhid, keutamaan tauhid dan pahala orang-orang yang
merealisasikan tauhid.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Tauhid?
2. Apasaja Macam-macam Tauhid?
3. Apa Saja Keutamaan dari Tauhid?
4. Siapa saja yang Merealisasikan Tauhid?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhid
Tauhid adalah menunggalkan Allah ta’ala dalam masa rububiyah,
uluhiyah dan kesempurnaan nama dan sifatNya.1
Istilah tauhid berasal dari kata dasar wahhada-yuwahhidu tauhid, yang
berarti”menyetakan” menganggap sesuatu sebagai satu atau “mengesahkan”.
Adapun pengertian tauhid menurut istilah ilmu akidah adalah meng’esahkan
Allah, meyakini ke esaan Allah dalam rububiyah-Nya, ikhlas beribadah kepada-
Nya, serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya.
Adapun pengertian tauhid menurut istilah ilmu akidah adalah mengesakan
Allah, meyakini keesaan Allah dalam rububiyah-Nya, ikhlas beribadah kepada-
Nya, serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat kesempurnaan-Nya.2
Allah ta’ala berfirman,
Artinya: “Dan tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah-
beribadah3 kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
1
Syaikh Muhammad, Kitab Tauhid Memurnikan La Illaha Illallah, (Jogjakarta: Media
Hidayah), hlm 13
2
Kelompok telaah kitab Ar-Risalah, Buku Pintar Akidah, (Sukoharjo: Roemah Buku), hlm.
198.
3
Syaikhul Islam Ibnu Tamiyah mengatkan bahwa ibadah adalah suatu ungkapun yang
mencakup segala ucapan dan perbuatan baik yang lahir maupun yang batin yang di cintai dan
diridhoi Allah. (Al Ubudiyah hlm. 20) Agar suatu ibadah di terima Allah, maka ibadah harus
memenuhi dua kriteria yaitu ikhlasdan mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Keduanya harus
beriringan tidak boleh dipisahkan karena Allah tidak akan menerima amalan yang disertai
kesyirikan.
2
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut4”
(QS. An Nahl: 36)
B. Macam-macam Tauhid
Tauhid merupakan bagian terpenting dari agama ini, ia merupakan fitrah
yang telah Allah tetapkan pada setiap manusia. Tauhid juga merupakan inti ajaran
4
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa thaghut adalah segala sesuatu (selain Allah) yang di
sembah, diikuti, dan ditaati hingga melampau batas oleh seorang hamba.’Umar mengatakan
bahwa thaghut adalah setan. Jabir mengatakan bahwa thaghuh adalah dukun yang selalu
didatangi setan. Imam Malik mengatakan bahwa thaghuh adalah segala yang disembah selain
Allah.
5
Muhammad bin Abdul wahab, Kitab Tauhid, (Jogjakarta: Media hidayah, 2004), hlm. 15
3
dan dahwah seluruh nabi dan rasul, meski syariat yang dibebankan kepada
masing-masing umat berbeda-beda.
Pada definisi yang terdahulu telah dijelaskan bahwa tauhid merupakan
ilmu tentang meng’esakan Allah, meyakini ke’esaan Allah dalam rububiyah-Nya,
ikhlas beribadah kepada-Nya, serta menetapkan bagi-Nya. Dengan demikian
tauhid ada 4 macam : Tauhid Rububiyah, Tuhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma’ wa
sifat, Tauhid Rohmaniyayah. Setiap macam dari ketiga tauhid itu memiliki makna
yang harus dijelaskan, sehingga menjadi terang perbedaan antara ketiganya.
1. Tauhid Rububiyah
Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah
yaitu Rabb. Nama ini memiliki beberapa arti, antara lain: Al-Murabbi
(pemelihara), An-Nashir (penolong), Al-Malik (raja dan pemilik), Al-Mushlih
(yang mengurusi dan memperbaiki), As-Sayyid (tuan), dan Al-Wali (wali,
penolong).
Secara istilah syariat, pengertian tauhid Rububiyah adalah meyakini bahwa
Allah adalah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya dengan takdir-
Nya. Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-
sunnah-Nya.
Tauhid Rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan berikut:
a. Menegaskan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya, misalnya
menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, menguasai,
dan lain-lain.
b. Beriman kepada takdir Allah.
c. Beriman kepada zat Allah.
4
Allah Berfirman :
قُلۡ َمن َّر ُّب٨٥ َسيَقُولُونَ هَّلِل ۚ ِ قُلۡ َأفَاَل تَ َذ َّكرُون َ ٨٤ َض َو َمن ِفي َهٓا ِإن ُكنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون ُ قُل لِّ َم ِن ٱَأۡل ۡر
ُ قُلۡ َم ۢن بِيَ ِد ِهۦ َملَ ُكوت٨٧ َسيَقُولُونَ هَّلِل ۚ ِ قُلۡ َأفَاَل تَتَّقُون
َ ٨٦ يم ِ ش ۡٱل َع ِظ
ِ س ۡب ِع َو َر ُّب ۡٱل َع ۡر ِ س ٰ َم ٰ َو
َّ ت ٱل َّ ٱل
٨٩ َسيَقُولُونَ هَّلِل ۚ ِ قُلۡ فََأنَّ ٰى ت ُۡس َحرُون
َ ٨٨ َُك ِّل ش َۡي ٖء َو ُه َو يُ ِجي ُر َواَل يُ َجا ُر َعلَ ۡي ِه ِإن ُكنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون
Artinya: “Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada
padanya, jika kamu mengetahui?” “Mereka akan menjawab:
"Kepunyaan Allah". Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?”
“Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang
Empunya ´Arsy yang besar? “Mereka akan menjawab: "Kepunyaan
Allah". Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?”
“Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas
segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” “Mereka akan
menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "(Kalau demikian), maka
dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. Al- Mukminun : 84-89)
٨٧ َسَأ ۡلتَ ُهم َّم ۡن َخلَقَ ُهمۡ لَيَقُولُنَّ ٱهَّلل ۖ ُ فََأنَّ ٰى يُ ۡؤفَ ُكون
َ َولَِئن
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang
menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah.” (QS. Az-
Zukhruf: 87)
5
memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan
sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir´aun, seorang yang akan
binasa" (QS. Al-Isra’ 102)
ۡ
١٤ م ظُ ۡل ٗما َو ُعلُ ٗ ّو ۚاšۡس ُه
ُ ُٱست َۡيقَنَ ۡت َهٓا َأنف
ۡ َو َج َحدُو ْا بِ َها َو
Artinya: “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan
(mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya” ). (QS. An-
Naml: 14).
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah meng’esahkan Allah dengan memurnikan
perbuatan para hamba semata-mata dengan niat taqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah, seperti shalat, zakat, shaum, haji, shadaqah, membaca Al-Qur’an,
berdzikir, berdoa, nadzar, berkurban, raja, (berharap), takut, tawakal, mahabbah
(rasa cinta), bertaubat, berbakti kepada kedua orang tua, memuliakan tamu dan
tetangga, dan lain-lain.
Dengan kata lain, tauhid uluhiyah adalah meng’esahkan Allah dalam
ibadah dan ketaatan, dengan mempersembahkan segala bentuk peribadatan dan
ketaatan kepada Allah semata.
Tauhid ini disebut tauhid uluhiyah karena uluhiyah adalah sifat Allah yang
ditunjukkan oleh nama-Nya, Allah yang artinya Dzul Uluhiyah (yang memiliki
sifat uluhiyah). Ia juga disebut tauhid ibadah, karena ubudiyah adalah sifat ‘abid
(hamba) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan
mereka kepada-Nya.
Tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, karena ia adalah pondasi tempat
dibangunnya seluruh amal. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah tidak
akan diterima. Karena tidak terwujudnya tauhid uluhiyah pada diri seorang
hamba, niscaya yang akan bercokol pada akhirnya adalah lawannya, yaitu syirik.
Allah berfirman :
٤٨ ِإنَّ ٱهَّلل َ اَل يَ ۡغفِ ُر َأن يُ ۡش َركَ بِ ِۦه
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik” (QS. An-
Nisa: 48)
6
١٩ ۡ ت ۡ ٱعلَمۡ َأنَّ ۥهُ ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل ٱهَّلل ُ َو
ِ ۗ َٱست َۡغفِ ۡر لِ َذ ۢنبِكَ َولِ ۡل ُم ۡؤ ِمنِينَ َو ۡٱل ُم ۡؤ ِم ٰن ۡ َف
Artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,
tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi
(dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan”. (QS.
Muhammad: 19)
Oleh karenanya tauhid uluhiyah adalah bagian tauhid yang paling penting
dan mendasar, karena ia merupakan pondasi bagi kehidupan dan syariat. Oleh
karenanya, setiap nabi dan rasul diutus dengan membawa ajaran tauhid uluhiyah
(lihat QS Al-Anbiya :25, An-Nahl: 36, Az-Zukhuf : 45). Tauhid uluhiyah
merupakan tugas pokok hidup manusia dan jin (lihat QS.Adz-Dzariyat : 56).
Tauhid uluhiyah merupakan hak Allah atas hamba-Nya. Barang siapa
memurnikan tauhid uluhiyah dengan beribadah kepada Allah semata dan
meninggalkan segala bentuk peribadahan kepada selain-Nya, niscaya ia
mendapatkan mandat jaminan untuk masuk surga. Jika ia melakukan berbagai
7
kemaksiatan dan ia mati nasibnya terserah kepada Allah. Jika Allah berkehendak,
dosa-dosanya tersebut diampuni-Nya.
Bila Allah tidak berkenan mengampuni dosa-dosanya, ia akan masuk
neraka terlebih dahulu untuk dibersihkan dari noda-noda dosa. Setelah dosa-
dosanya habis dicuci di neraka, ia kan diangkat dan dimasukkan ke dalam surga.
Berbeda dengan orang yang melakukan kesyirikan, ia akan selamanya di neraka,
tanpa diperkenankan untuk mencicipi surga sedikitpun.
Sebagai Rabb, secara otomatis Allah adalah ilah, yaitu satu-satunya Zat yang
layak dan berhak untuk diibadahi oleh seluruh makhluk. Allah mengingatkan
seluruh manusia untuk beribadah kepada-Nya semata, karena Dia-lah yang telah
menciptakan, memberi rezeki, dan mengatur kehidupan serta kematian mereka.
Allah Berfirman :
ٱلَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم٢١ َم َوٱلَّ ِذينَ ِمن َق ۡبلِ ُكمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ تَتَّقُونšۡٱعبُدُو ْا َربَّ ُك ُم ٱلَّ ِذي َخلَقَ ُك
ۡ اس ُ َّٰيََٓأيُّ َها ٱلن
ِ ٓاء فََأ ۡخ َر َج بِ ِهۦ ِمنَ ٱلثَّ َم ٰ َر
ت ِر ۡز ٗقا لَّ ُكمۡۖ فَاَل َّ ٓاء َوَأن َز َل ِمنَ ٱل
ٗ س َمٓا ِء َم ٗ َس َمٓا َء بِن َ ٱَأۡل ۡر
َّ ض فِ ٰ َرشٗ ا َوٱل
٢٢ َت َۡج َعلُو ْا هَّلِل ِ َأندَادٗ ا َوَأنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui.”(QS. Al-Baqarah : 21-22)
8
Mayoritas manusia mengetahui Allah sebagai sang pencipta, pemberi
rizki, pengatur alam dan kehidupan mereka. Namun pengakuan mereka tidak
ditinda klanjuti dengan beribadah kepada-Nya semata. Mereka justru melakukan
berbagai bentuk ibadah kepada selain Allah. Kalau pun beribadah kepada Allah,
mereka tujukan kepada Allah. Namun sebagian besar aspek ibadah lainnya justru
mereka tujukan kepada selain Allah, yang juga adalah makhluk seperti mereka.
Kesyirikan dalam ibadah seperti ini tentu saja merupakan sebuah kezhaliman,
karena menempatkan dan menunjukan. Ibadah kepada pihak yang tidak berhak
menerimanya. Tidak heran bila syirik merupakan dosa besar yang paling besar,
dan kezhaliman yang paling zhalim. Allah berfirman:
ۡ ُوَِإ ۡذ قَا َل لُ ۡق ٰ َمن
١٣ يمٞ ٱِلبنِ ِۦه َو ُه َو يَ ِعظُهۥُ ٰيَبُنَ َّي اَل ت ُۡش ِر ۡك بِٱهَّلل ۖ ِ ِإنَّ ٱلش ِّۡركَ لَظُ ۡل ٌم َع ِظ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar" (QS. Luqman : 13)
9
Para ahli kalam yang mengkaji akidah berdasar akal, filsafat, dan ilmu
kalam telah keliru dalam memahami tauhid. Mereka baru rampai pada tauhid
Rububiyah dan belum sampai kepada tauhid Uluhiyah. Oleh karena itu
pembahasan akidah mereka tidak mampu membendung merena dari terseret
dalam berbagai praktek kesyirikan yang membatalkan tauhid.
Para ahli kalam memahami tauhid adalah rububiyah semata. Sehingga
tatkala mereka mengucapkan berbagai ucapan, atau melakukan berbagai amalan
yang sebenarnya telah termasuk perbuatan syirik yang membatalkan tauhid.
Mereka menganggap ucapan dan perbuatan mereka tersebut tidak membatalkan
tauhid, karena mereka meyakini akan wujud dan ke esaan Allah. Padahal, hal
yang sama juka diyakini oleh iblis, fir’aun dan kaum musyrikin arab. Meski
demikian iblis, fir’aun, dan kaum musyrikin arab telah berbuat syirik dan
membatalkan tauhid, karena mereka melakukan berbagai perbuatan yang bertolak
belakang dengan Tauhid Uluhiyah.
Dengan demikian, di sini perlu dijelaskan perbedaan pokok antara Tuhid
Rububiyah dengan Tauhid Ulibiyah. Perbedaan tersebut antara lain :
a. Secara etimologi bahwa Rububiyah diambil dari satu nama Allah, yaitu
Rabb, sedangkan Uluhiyah diambil dari kata Ilah sendiri.
b. Tauhid Rububiyah terikat dengan masalah-masalah kauniah (alam).
Seperti : menciptakan, menurunkan hujan, menghidupkam, mematikan,
memberi rizki, dan semacamnya. Sedangkan Tauhid terkait dengan
perintah dan larangan, seperti hukum wajib, sunnah, haram, makruh, halal,
dan lain-lain.
c. Kaum musyrikin meyakini keberadaan Tauhid Rububiyah tetapi menolak
untuk mengakui Tauhid Uluhiyah, sebagaimana banyak disebutkan dalam
ayat Al-Qur’an.
d. Muatan Tauhid Rububiyah bersifat ilmiah (pengetahuan), sedangkan
muatan Tauhid Uluhiyah bersifat amaliah (aplikasinya).
e. Tauhid Ulubiyah adalah konsekuensi pengakuan terhadap tauhid
Rubibiyah. Artinya Tauhid Uluhiyah berada di luar Tuhid Rububiyah.
Tauhid Rububiyah tidak dianggap telah terlaksana dengan benar, kecuali
10
bila telah ditindaklanjuti dengan merealisasikan Tauhid Uluhiyah.
Sebaliknya, Tauhid Uluhiyah telah mencangkup Tauhid Rububiyah.
Dengan istilah lain, Tauhid Rububiyah merupakan bagian dari Tauhid
Uluhiyah.
f. Tidak semua yang beriman kepada Tauhid Rububiyah secara otomatis
menjadi seorang muslim, namun semua yang beriman kepada Tuhid
Uluhiyah otomatis menjadi seorang muslim.
g. Tauhid Rububiyah merupakan peng esaan Allah, dengan perbuatan-Nya
sendiri, seperti meng esakan Allah sebagai pencipta, pengatur alam
semesta, dan sebagainya. Sedangkan Tauhid Uluhiyah adalah meng
esaakan Allah dengan alam perbuatan hamba, seperti : shalat, zakat, puasa,
shiyam, membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu, berbakti kepada kedua orang
tua, cinta, benci, rasa harap dan seluruh amal ibadah lain. Oleh karena itu
Tauhid Uluhiyah sering juga disebut dengan istilah Tauhid iradah wa
Thalab (Tauhid kemauan dan permohonnan).
11
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dialah yang maha
Melihat dan mendengar.
Pengagalan ayat ini, yaitu firman Allah ‘tidak ada sesuatupun yang serupa
dengan Dia’ membantah orang-orang yang melakukan tamsil dan takyif.
Penggalan kedua Ayat ini, yaitu firman Allah ‘dan Dia maha mendengar
lagi maha melihat’ membantah orang-orang yang melakukan ta’thil dan tahrif.
Ayat yang mulia ini menunjukan bahwa Allah mempunyai nama-nama
yang agung yang ada di di asmaul husna.6
4. Tauhid Mulkiyah
Yaitu mentauhidkan Allah dalam mulkiyahnya bermakna kita mengesakan
Allah terhadap pemilikan, pemerintahan dan penguasaanNya terhadap alam ini.
Dialah Pemimpin, Pembuat hukum dan Pemerintah kepada alam ini. Hanya
landasan kepemimpinan yang dituntut oleh Allah saja yang menjadi ikutan kita.
Hanya hukuman yang diturunkan oleh Allah saja menjadi pakaian kita dan hanya
perintah dari Allah saja menjadi junjungan kita.
Allah berfirman :
Katakanlah (wahai Muhammad) : “Wahai Tuhan yang mempunyai
kuasa pemerintahan, Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada
siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkaulah yang mencabut kuasa
pemerintahan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang
memuliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina
siapa yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaan Engkaulah saja adanya
segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
[Ali Imran : 26]
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum)
siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin?” [Al Maidah: 50]
6
Ibid, hlm. 225
12
“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan kitab
(Al-Qur’an, dan Dia lah jua yang menolong dan memelihara orang-orang
yang berbuat kebaikan.” [Al A'raaf : 50]
“Apa yang kamu sembah, yang lain dari Allah, hanyalah nama-nama
yang kamu menamakannya, kamu dan datuk nenek kamu, Allah tidak pernah
menurunkan sembarang bukti yang membenarkannya. Sebenarnya hukum
(yang menentukan amal ibadat) hanyalah bagi Allah. Ia memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah melainkan Dia. Yang demikian itulah
agama yang betul, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Yusuf :
50]
13
Jawab : Segala puji hanya bagi Allah Swt. semata yang mengatur alam
semesta ini. Adapun yang dimaksud dengan Tauhid Hakimiyyah adalah
pengesaan Allah dalam perkara hukum dan syari’at. Sebagaimana Allah tidak
memiliki serikat dalam kekuasaanNya, dalam mengurus berbagai urusan
makhlukNya, demikian juga Allah swt tidak memiliki sekutu dalam hukum dan
pembuatan undang-undang (tasyri’). Allah adalah hakim yang paling adil, Dia
memiliki kewenangan untuk memutuskan dan memerintah, maka tidak ada sekutu
bagiNya dalam membuat hukum dan perundang-undangan. Sebagaimana Dia
tidak membutuhkan sekutu dalam kekuasaan dan mengatur urusan mahluk-Nya.
Maka demikian halnya Dia Esa dalam masalah hukum dan tasyri’.
Firman Allah :”Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. dia Telah
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Yusuf:40)
“dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya) , tidak ada yang dapat
menolak ketetapan-Nya; dan Dia-lah yang Maha cepat hisab-Nya.” (ar-Ra’d:41)
14
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?.” (al-
Maidah:50)
“dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-
orang yang musyrik.” (al-An’am:121)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan secara jelas
dan kuat tentang tauhid ini, dan iman seseorang tidaklah dapat dikatakan sah tanpa
adanya tauhid ini. Dalam hadits shohih disebutkan bahwa Nabi Saw.barkata:
15
hukum tidak sesuai dengan apa yang Allah turunkan, tetapi memutuskan hukum
menggunakan undang-undang kufur dan UU thaghut. Kondisi ini mengisyaratkan
agar istilah tauhid hakimiyah ini disebutkan tersendiri agar orang-orang melihat
urgensi tauhid ini.
Tanpa adanya tauhid ini maka sesunggunya mereka belum memenuhi
tuntutan tauhid uluhiyah sebagaimana mestinya. Sebagai contoh; Anda
menjumpai suatu kaum yang musyrik dalam hal ketaatanya, kemudian Aanda
berkata, “Kalian seharusnya melakukan tauhid tho’ah (hanya taat pada Allah swt
semata), dan janganlah mentaati seseorang karena dzatnya kecuali pada Allah swt.
Maka statemen Anda yang seperti ini benar dan Anda tidak boleh diingkari. Juga
tidak benar kalau dikatakan bahwa Aanda membuat sesuatu yang baru dalam
masalah tauhid yang namanya tauhid tho’ah, atau menyebut tauhid lain selain
tauhid uluhiyah!!! Begitu pula ketika Anda menjumpai suatu kaum yang telah
menyekutukan Allah dengan mengangkat tandingan-tandingan bagi Allah dalam
aspek mahabbah, wala’ dan baro’ (cinta, loyalitas dan anti loyalitas).
Saat itu Anda terpaksa menyebut tauhid Mahabbah, sebab yang layak
dicintai karena substansi (dzat)nya sendiri hanyalah Allah swt. Akan tetapi tauhid
ini bukanlah jenis tauhid baru yang bukan tauhid uluhiyah, sebagaimana statemen
anda tentang tauhid mahabbah ini tidak ada unsur yang baru apalagi bid’ah.
Demikian pula jika Anda dapati orang yang menyekutukan Allah swt dalam hal
berdoa dan meminta pertolongan. Merespons sikap mereka itu Anda berkata,
“Kamu harus mengesakan Allah swt dalam doa dan permohonan. Pembagian
tauhid seperti ini bukan berarti menyebutkan bagian tauhid baru yang terpisah dari
tauhid uluhiyah. Disebutkan macam seperti di atas karena adanya kebutuhan yang
mengharuskan adanya penjelasan tersendiri ketika Anda menjumpai orang yang
berbuat syirik dari sisi itu. Tidak ada seorang pun baik yang terdahulu maupun
sekarang yang mengatakan, “Bahwa tauhid hakimiyah adalah bagian tauhid
tersendiri atau bagian ke-empat dari pembagian tauhid”. Semuanya ulama’
memasukkannya ke dalam tauhid uluhiyah, dan juga memasukkan sebagian
unsur-unsur yang ada di dalamnya ke dalam bagian tauhid yang lain sebagaimana
telah dijelaskan di muka.
16
Adapun maksud dari disebutkannya jenis tauhid ini adalah urgensinya agar
ummat memperhatikan aspek tauhid yang sudah hampir musnah. Jika anda telah
memahaminya, propaganda dari para penentangnya sudah tidak bisa lagi untuk
dijadikan alat justifikasi selain hanya ingin mereduksi makna dari tauhid yang
tidak kalah pentingnya ini, serta ingin dijadikan sebagai pembenar dari
kekurangan para thoghut hukum dari pengingkaranya terhadap sisi tauhid ini.7
C. Keutamaan Tauhid
Diantara keutamaan tauhid adalah terhapusnya dosa-dosa seorang hamba.
Allah ta’ala berfirman
ٰۤ ْ ُ
َول ِٕى َك لَ ُه ُم ااْل َ ْمنُ َو ُه ْم ُّم ْهتَد ُْون ُ ِاَلَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َولَ ْم يَ ْلب
ُس ْٓوا اِ ْي َمانَ ُه ْم بِظل ٍم ا
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat
keamanan. Mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al An’am:82)
وان عيسى عبدهللا, وان محمدا عبده ورسوله, من شهد ان الاله اال هللا وحده ال شريك له
ولنار حق اد خله هللا الجنة, والجنة حق, ورسوله وكلمته القا ها الى مريم وروح منه
على ماكان من العمل
Artinya: “Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
untuk disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad
adalah hamba dan utusan-Nya, (bersaksi bahwa) Nabi Isa adalah hamba,
utusan dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh
dari pada-Nya, (bersaksi bahwa) surga adalah benar adanya dan neraka
pun benar adanya, maka Allah pasti memasukkannya kedalam surga
betapa pun amal yang telah dilakukannya.” (HR. Bukhari 3430, Muslim
28)
Imam Bukhari Muslim meriwayatkan pula hadits dari ‘Itban
ال اله اال هللا يبتغي بذ لك وجه هللا: فان هللا حرم على النار من قل
7
http://furis09.blogspot.co.id/2010/09/pengertian-tauhid-mulkiyah.html, diakses : 01 Nov
2022.
17
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucap
‘La ilaha illah’ (Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah
selain Allah), dengan mengharap (pahala melihat) wajah Allah.” (HR.
Bukhari 425, Muslim 263)
18
D. Pahala Orang Yang Merealisasikan Tauhid
Barang siapa yang mengamalkan tauhid dengan tulus, maka dia akan
masuk surga tanpa hisab.
Allah ta’ala berfirman :
ان ابر هيم كا ن امنة قا نتا هلل حنيفا ولم يك من المشر كين
Artinya: “Sesungguhnya ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan
teladan lagi patut kepada Allah dan hanif. Sekali-kali bukanlah dia
termasuk orang-orang yang berbuat syirik.” (QS. An Nahl: 120)
8
Penyembuhan dengan menggunakan ayat-ayat Al Qur’an dan do’a-do’a yang diajarkan
Rasulullah
9
Pengaruh jahat yang timbul karena rasa dengki seseorang melalui pandangan matanya
10
Ibid, hlm. 16
19
Artinya: “Barangsiapa bertemu dengan Allah (mati) dalam keadaan
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun maka dia akan masuk surga.
Barangsiapa bertemu dengan Allah (mati) dalam keadaan menyekutukan
Allah dengan sesuatu pun, maka dia akan masuk neraka.” (HR. Muslim
93)11
BAB III
PENUTUP
11
Ibid, hlm. 31
20
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tauhid merupakan
sikap dalam meyakini keesaan Allah baik dalam rububiyah-Nya, keikhlasannya
dalam beribadah serta meyakini dan menetapkan nama dan sifat Allah yang
sempurna. Tauhid adalah menunggalkan Allah ta’ala dalam masa rububiyah,
uluhiyah dan kesempurnaan nama dan sifat-Nya. Sebagai umat muslim wajib
untuk bertauhid dan meyakini keesaan Allah, bahwa Allahlah satu-satunya yang
wajib di sembah tanpa ada yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
21
Syaikh Muhammad, Kitab Tauhid Memurnikan La Illaha Illallah, (Jogjakarta:
Media Hidayah), hlm 13
Syaikhul Islam Ibnu Tamiyah mengatkan bahwa ibadah adalah suatu ungkapun
yang mencakup segala ucapan dan perbuatan baik yang lahir maupun yang
batin yang di cintai dan diridhoi Allah. (Al Ubudiyah hlm. 20) Agar suatu
ibadah di terima Allah, maka ibadah harus memenuhi dua kriteria yaitu
ikhlasdan mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Keduanya harus beriringan
tidak boleh dipisahkan karena Allah tidak akan menerima amalan yang
disertai kesyirikan.
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa thaghut adalah segala sesuatu (selain Allah)
yang di sembah, diikuti, dan ditaati hingga melampau batas oleh seorang
hamba.’Umar mengatakan bahwa thaghut adalah setan. Jabir mengatakan
bahwa thaghuh adalah dukun yang selalu didatangi setan. Imam Malik
mengatakan bahwa thaghuh adalah segala yang disembah selain Allah.
Muhammad bin Abdul wahab, Kitab Tauhid, (Jogjakarta: Media hidayah, 2004),
hlm. 15
Abdul wahab bin Muhammad, Kitab Tauhid, Jogjakarta: Media hidayah, 2004.
22