Anda di halaman 1dari 25

Makalah

TAUHID, MACAM-MACAM TAUHID,


DAN PENTINGNYA TAUHID

DISUSUN OLEH
Kelompok 3

Karina (4012022015)
Afrisa Salsabila (4012022052)

Fakultas / Jurusan : FEBI / Perbankan Syariah


Mata Kuliah : Tauhid dan Adab
Semester / Unit :1/3
Dosen Pengampu : Rizal Ichsan Anwar, Lc, M.TH.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LANGSA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat
dan karunia-Nya. Dengan dibuatnya makalah ini, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Orang tua yang telah mendukung dalam segi apapun. Terima kasih pula untuk
dosen pengampu mata kuliah yang senantiasa memberikan bimbingan kepada kami.

Makalah ini dibuat untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang


budaya dan untuk memenuhi tugas kami. Makalah ini kami tujukan kepada para pembaca
untuk menjadi bahan referensi dan inspirasi dalam proses kegiatan menimba ilmu.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan, para
pembaca, dan untuk penyusun. Aamiin.

Langsa, 01 November 2022


Penulis

...................................

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2


A. Pengertian Tauhid ............................................................................... 2
B. Macam-Macam Tauhid ....................................................................... 3
1. Tauhid Rububiyah ......................................................................... 4
2. Tauhid Uluhiyah ............................................................................ 6
3. Tauhid Asma’ dan Sifat ................................................................. 11
4. Tauhid Mulkiyah ........................................................................... 12
C. Keutamaan Tauhid .............................................................................. 17
D. Pahala Orang Yang Merealisasikan Tauhid ........................................ 19

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika kita memperhatikan kisah para nabi dan rasul yang tercantum dalam
Al-Qur’an dan apa yang terjadi pada umat mereka, kita dapatkan bahwa mereka
seluruhnya menyeru kepada satu kalimat, yaitu agar umatnya beribadah kepada
Allah dan tidak ada sekutu bagiNya. Misi dakwah mereka adalah sama, yaitu
mengingatkan kaumnya agar tidak terjerumuskan dalam kemusyrikan, meski
syariat atau tata cara ibadah dan muammalah masing-masing nabi dan rasul
berbeda.
Pembelajaran tauhid merupakan prioritas nomor satu dalam agenda
dakwah para nabi dan rasul. Seluruh nabi dan rasul yang di utus oleh Allah
mengajak umatnya, pertama kali untuk menerima, meyakini, dan melaksanakan
tauhid. Seluruh usaha dakwah mereka di pusatkan agar kaumnya beribadah
kepada Allah, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Maka dari itu makalah ini akan membahas tentang pengertian tauhid,
macam-macam tauhid, keutamaan tauhid dan pahala orang-orang yang
merealisasikan tauhid.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Tauhid?
2. Apasaja Macam-macam Tauhid?
3. Apa Saja Keutamaan dari Tauhid?
4. Siapa saja yang Merealisasikan Tauhid?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid
Tauhid adalah menunggalkan Allah ta’ala dalam masa rububiyah,
uluhiyah dan kesempurnaan nama dan sifatNya.1
Istilah tauhid berasal dari kata dasar wahhada-yuwahhidu tauhid, yang
berarti”menyetakan” menganggap sesuatu sebagai satu atau “mengesahkan”.
Adapun pengertian tauhid menurut istilah ilmu akidah adalah meng’esahkan
Allah, meyakini ke esaan Allah dalam rububiyah-Nya, ikhlas beribadah kepada-
Nya, serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya.
Adapun pengertian tauhid menurut istilah ilmu akidah adalah mengesakan
Allah, meyakini keesaan Allah dalam rububiyah-Nya, ikhlas beribadah kepada-
Nya, serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat kesempurnaan-Nya.2
Allah ta’ala berfirman,

Artinya: “Dan tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah-
beribadah3 kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

1
Syaikh Muhammad, Kitab Tauhid Memurnikan La Illaha Illallah, (Jogjakarta: Media
Hidayah), hlm 13
2
Kelompok telaah kitab Ar-Risalah, Buku Pintar Akidah, (Sukoharjo: Roemah Buku), hlm.
198.
3
Syaikhul Islam Ibnu Tamiyah mengatkan bahwa ibadah adalah suatu ungkapun yang
mencakup segala ucapan dan perbuatan baik yang lahir maupun yang batin yang di cintai dan
diridhoi Allah. (Al Ubudiyah hlm. 20) Agar suatu ibadah di terima Allah, maka ibadah harus
memenuhi dua kriteria yaitu ikhlasdan mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Keduanya harus
beriringan tidak boleh dipisahkan karena Allah tidak akan menerima amalan yang disertai
kesyirikan.

2
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut4”
(QS. An Nahl: 36)

Artinya: “Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain.


Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, jangan sekali-
kali mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan jangan pula
membentak mereka. Ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulai.
Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih
sayang. Ucapkanlah, “Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka berdua,
sebagaimana mereka telah memeliharaku sewaktu kecil.’” (QS. Al
Isra’: 23-24)5

B. Macam-macam Tauhid
Tauhid merupakan bagian terpenting dari agama ini, ia merupakan fitrah
yang telah Allah tetapkan pada setiap manusia. Tauhid juga merupakan inti ajaran

4
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa thaghut adalah segala sesuatu (selain Allah) yang di
sembah, diikuti, dan ditaati hingga melampau batas oleh seorang hamba.’Umar mengatakan
bahwa thaghut adalah setan. Jabir mengatakan bahwa thaghuh adalah dukun yang selalu
didatangi setan. Imam Malik mengatakan bahwa thaghuh adalah segala yang disembah selain
Allah.
5
Muhammad bin Abdul wahab, Kitab Tauhid, (Jogjakarta: Media hidayah, 2004), hlm. 15

3
dan dahwah seluruh nabi dan rasul, meski syariat yang dibebankan kepada
masing-masing umat berbeda-beda.
Pada definisi yang terdahulu telah dijelaskan bahwa tauhid merupakan
ilmu tentang meng’esakan Allah, meyakini ke’esaan Allah dalam rububiyah-Nya,
ikhlas beribadah kepada-Nya, serta menetapkan bagi-Nya. Dengan demikian
tauhid ada 4 macam : Tauhid Rububiyah, Tuhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma’ wa
sifat, Tauhid Rohmaniyayah. Setiap macam dari ketiga tauhid itu memiliki makna
yang harus dijelaskan, sehingga menjadi terang perbedaan antara ketiganya.
1. Tauhid Rububiyah
Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah
yaitu Rabb. Nama ini memiliki beberapa arti, antara lain: Al-Murabbi
(pemelihara), An-Nashir (penolong), Al-Malik (raja dan pemilik), Al-Mushlih
(yang mengurusi dan memperbaiki), As-Sayyid (tuan), dan Al-Wali (wali,
penolong).
Secara istilah syariat, pengertian tauhid Rububiyah adalah meyakini bahwa
Allah adalah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya dengan takdir-
Nya. Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-
sunnah-Nya.
Tauhid Rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan berikut:
a. Menegaskan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya, misalnya
menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, menguasai,
dan lain-lain.
b. Beriman kepada takdir Allah.
c. Beriman kepada zat Allah.

Tujuan dari tauhid rububiyah ini adalah agar manusia mengakui


keagungan dan mutlak Allah atas semua makhluknya. Seseorang yang telah
mengakui rububiyah Allah belum tentu juga beriman kepada uluhiyah Allah dan
asma serta sifat-Nya. Hal itu sebagaimana yang dialami oleh sebagaian besar
musyrikin Arab yang menguakui rububiyah Allah, namun mengingkari sifat-Nya
dan menolak perintah untuk beripan kepada-Nya semata.

4
Allah Berfirman :
‫ قُلۡ َمن َّر ُّب‬٨٥ َ‫سيَقُولُونَ هَّلِل ۚ ِ قُلۡ َأفَاَل تَ َذ َّكرُون‬ َ ٨٤ َ‫ض َو َمن ِفي َهٓا ِإن ُكنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون‬ ُ ‫قُل لِّ َم ِن ٱَأۡل ۡر‬
ُ‫ قُلۡ َم ۢن بِيَ ِد ِهۦ َملَ ُكوت‬٨٧ َ‫سيَقُولُونَ هَّلِل ۚ ِ قُلۡ َأفَاَل تَتَّقُون‬
َ ٨٦ ‫يم‬ ِ ‫ش ۡٱل َع ِظ‬
ِ ‫س ۡب ِع َو َر ُّب ۡٱل َع ۡر‬ ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬
َّ ‫ت ٱل‬ َّ ‫ٱل‬
٨٩ َ‫سيَقُولُونَ هَّلِل ۚ ِ قُلۡ فََأنَّ ٰى ت ُۡس َحرُون‬
َ ٨٨ َ‫ُك ِّل ش َۡي ٖء َو ُه َو يُ ِجي ُر َواَل يُ َجا ُر َعلَ ۡي ِه ِإن ُكنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون‬
Artinya: “Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada
padanya, jika kamu mengetahui?” “Mereka akan menjawab:
"Kepunyaan Allah". Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?”
“Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang
Empunya ´Arsy yang besar? “Mereka akan menjawab: "Kepunyaan
Allah". Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?”
“Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas
segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” “Mereka akan
menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "(Kalau demikian), maka
dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. Al- Mukminun : 84-89)

٨٧ َ‫سَأ ۡلتَ ُهم َّم ۡن َخلَقَ ُهمۡ لَيَقُولُنَّ ٱهَّلل ۖ ُ فََأنَّ ٰى يُ ۡؤفَ ُكون‬
َ ‫َولَِئن‬
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang
menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah.” (QS. Az-
Zukhruf: 87)

Bahkan Fir’aun yang mengklain dirinya adalah Rabb, pada dasarnya


dalam hatinya juga mengakui adanya Allah yang maha menguasai dan mengatur
alam semesta. Hanya saja kesombongan telah membuatnya pura-pura ingkar dan
tidak tahu menahu akan ke’esaan Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam firman
Allah :

ٗ ُ‫صٓاِئ َر وَِإنِّي َأَلظُنُّ َك ٰيَفِ ۡرع َۡونُ َم ۡثب‬


‫ورا‬ ِ ‫ت َوٱَأۡل ۡر‬
َ َ‫ض ب‬ َّ ‫قَا َل لَقَ ۡد َعلِمۡ تَ َمٓا َأن َز َل ٰ َٓهُؤٓاَل ِء ِإاَّل َر ُّب ٱل‬
ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬
١٠٢
Artinya: “Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada
yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang

5
memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan
sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir´aun, seorang yang akan
binasa" (QS. Al-Isra’ 102)

ۡ
١٤ ‫م ظُ ۡل ٗما َو ُعلُ ٗ ّو ۚا‬šۡ‫س ُه‬
ُ ُ‫ٱست َۡيقَنَ ۡت َهٓا َأنف‬
ۡ ‫َو َج َحدُو ْا بِ َها َو‬
Artinya: “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan
(mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya” ). (QS. An-
Naml: 14).
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah meng’esahkan Allah dengan memurnikan
perbuatan para hamba semata-mata dengan niat taqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah, seperti shalat, zakat, shaum, haji, shadaqah, membaca Al-Qur’an,
berdzikir, berdoa, nadzar, berkurban, raja, (berharap), takut, tawakal, mahabbah
(rasa cinta), bertaubat, berbakti kepada kedua orang tua, memuliakan tamu dan
tetangga, dan lain-lain.
Dengan kata lain, tauhid uluhiyah adalah meng’esahkan Allah dalam
ibadah dan ketaatan, dengan mempersembahkan segala bentuk peribadatan dan
ketaatan kepada Allah semata.
Tauhid ini disebut tauhid uluhiyah karena uluhiyah adalah sifat Allah yang
ditunjukkan oleh nama-Nya, Allah yang artinya Dzul Uluhiyah (yang memiliki
sifat uluhiyah). Ia juga disebut tauhid ibadah, karena ubudiyah adalah sifat ‘abid
(hamba) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan
mereka kepada-Nya.
Tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, karena ia adalah pondasi tempat
dibangunnya seluruh amal. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah tidak
akan diterima. Karena tidak terwujudnya tauhid uluhiyah pada diri seorang
hamba, niscaya yang akan bercokol pada akhirnya adalah lawannya, yaitu syirik.
Allah berfirman :
٤٨ ‫ِإنَّ ٱهَّلل َ اَل يَ ۡغفِ ُر َأن يُ ۡش َركَ بِ ِۦه‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik” (QS. An-
Nisa: 48)

6
١٩ ۡ ‫ت‬ ۡ ‫ٱعلَمۡ َأنَّ ۥهُ ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل ٱهَّلل ُ َو‬
ِ ۗ َ‫ٱست َۡغفِ ۡر لِ َذ ۢنبِكَ َولِ ۡل ُم ۡؤ ِمنِينَ َو ۡٱل ُم ۡؤ ِم ٰن‬ ۡ َ‫ف‬
Artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,
tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi
(dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan”. (QS.
Muhammad: 19)

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan untuk terlebih dahulu mengilmui


makna laa ilaaha illallahu. Kalimat tauhid laa ilaaha illallahu yang secara harfiah
bermakna “ tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah” ini harus dihadapi
deangan sebenar-benar pemahaman. Rukun-rukun, syarat-syarat, konsekuensi-
konsekuensi, dan pembatal-pembatalnya harus dikenali, didalam dan diilmui.
Dengan mengenali dan kemudian mengamalkannya, seorang hamba akan
mampu bertauhid. Setelah seorang hamba bertauhid, barulah datang perintah
selanjutnya,yaitu meminta ampunan Allah : “ Dan meminta ampun kepada Allah
atas dosa mu, dosa kaum beriman laki-laki dan dosa kaum beriman perempuan”.
Allah Berfirman :
َ ٰ ‫ض ٰى َربُّكَ َأاَّل ت َۡعبُد ُٓو ْا ِإٓاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ۡٱل ٰ َولِد َۡي ِن ِإ ۡح‬
٢٣ ‫سنً ۚا‬ َ َ‫َوق‬
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya.” (QS. Al-Isra : 23)

Oleh karenanya tauhid uluhiyah adalah bagian tauhid yang paling penting
dan mendasar, karena ia merupakan pondasi bagi kehidupan dan syariat. Oleh
karenanya, setiap nabi dan rasul diutus dengan membawa ajaran tauhid uluhiyah
(lihat QS Al-Anbiya :25, An-Nahl: 36, Az-Zukhuf : 45). Tauhid uluhiyah
merupakan tugas pokok hidup manusia dan jin (lihat QS.Adz-Dzariyat : 56).
Tauhid uluhiyah merupakan hak Allah atas hamba-Nya. Barang siapa
memurnikan tauhid uluhiyah dengan beribadah kepada Allah semata dan
meninggalkan segala bentuk peribadahan kepada selain-Nya, niscaya ia
mendapatkan mandat jaminan untuk masuk surga. Jika ia melakukan berbagai

7
kemaksiatan dan ia mati nasibnya terserah kepada Allah. Jika Allah berkehendak,
dosa-dosanya tersebut diampuni-Nya.
Bila Allah tidak berkenan mengampuni dosa-dosanya, ia akan masuk
neraka terlebih dahulu untuk dibersihkan dari noda-noda dosa. Setelah dosa-
dosanya habis dicuci di neraka, ia kan diangkat dan dimasukkan ke dalam surga.
Berbeda dengan orang yang melakukan kesyirikan, ia akan selamanya di neraka,
tanpa diperkenankan untuk mencicipi surga sedikitpun.
Sebagai Rabb, secara otomatis Allah adalah ilah, yaitu satu-satunya Zat yang
layak dan berhak untuk diibadahi oleh seluruh makhluk. Allah mengingatkan
seluruh manusia untuk beribadah kepada-Nya semata, karena Dia-lah yang telah
menciptakan, memberi rezeki, dan mengatur kehidupan serta kematian mereka.
Allah Berfirman :
‫ ٱلَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم‬٢١ َ‫م َوٱلَّ ِذينَ ِمن َق ۡبلِ ُكمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ تَتَّقُون‬šۡ‫ٱعبُدُو ْا َربَّ ُك ُم ٱلَّ ِذي َخلَقَ ُك‬
ۡ ‫اس‬ ُ َّ‫ٰيََٓأيُّ َها ٱلن‬
ِ ‫ٓاء فََأ ۡخ َر َج بِ ِهۦ ِمنَ ٱلثَّ َم ٰ َر‬
‫ت ِر ۡز ٗقا لَّ ُكمۡۖ فَاَل‬ َّ ‫ٓاء َوَأن َز َل ِمنَ ٱل‬
ٗ ‫س َمٓا ِء َم‬ ٗ َ‫س َمٓا َء بِن‬ َ ‫ٱَأۡل ۡر‬
َّ ‫ض فِ ٰ َرشٗ ا َوٱل‬
٢٢ َ‫ت َۡج َعلُو ْا هَّلِل ِ َأندَادٗ ا َوَأنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون‬
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui.”(QS. Al-Baqarah : 21-22)

Tauhid uluhiyah merupakan bukti nyata dari ikrar seorang hamba :


‫ش ِريكَ لَ ۖۥهُ َوبِ ٰ َذلِكَ ُأ ِم ۡرتُ َوَأنَ ۠ا‬
َ ‫ اَل‬١٦٢ َ‫ي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َر ِّب ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬
َ ‫س ِكي َو َم ۡحيَا‬ َ َّ‫قُلۡ ِإن‬
ُ ُ‫صاَل تِي َون‬
١٦٣ َ‫َأ َّو ُل ۡٱل ُم ۡسلِ ِمين‬
Artinya: “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
“Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)."(QS. Al-An’am : 162-163)

8
Mayoritas manusia mengetahui Allah sebagai sang pencipta, pemberi
rizki, pengatur alam dan kehidupan mereka. Namun pengakuan mereka tidak
ditinda klanjuti dengan beribadah kepada-Nya semata. Mereka justru melakukan
berbagai bentuk ibadah kepada selain Allah. Kalau pun beribadah kepada Allah,
mereka tujukan kepada Allah. Namun sebagian besar aspek ibadah lainnya justru
mereka tujukan kepada selain Allah, yang juga adalah makhluk seperti mereka.
Kesyirikan dalam ibadah seperti ini tentu saja merupakan sebuah kezhaliman,
karena menempatkan dan menunjukan. Ibadah kepada pihak yang tidak berhak
menerimanya. Tidak heran bila syirik merupakan dosa besar yang paling besar,
dan kezhaliman yang paling zhalim. Allah berfirman:
ۡ ُ‫وَِإ ۡذ قَا َل لُ ۡق ٰ َمن‬
١٣ ‫يم‬ٞ ‫ٱِلبنِ ِۦه َو ُه َو يَ ِعظُهۥُ ٰيَبُنَ َّي اَل ت ُۡش ِر ۡك بِٱهَّلل ۖ ِ ِإنَّ ٱلش ِّۡركَ لَظُ ۡل ٌم َع ِظ‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar" (QS. Luqman : 13)

Karena besarnya kezhaliman dan kebinasaan yang ditimbulkan oleh doas


syirik, Allah menetapkan bahwa seseorang yang mati dengan membawa dosa
syirik dan belum bertoaubat dari dosa syirik tersebut, niscaya akan masuk neraka
dan tidak akan bisa masuk surga.
Berbeda halnya dengan dosa-dosa besar lain. Jika pelakunya mati dan
belum bertaubat darinya, ia berada dalam masyiah (kehendak Allah). Jika Allah
berkenan mengampuni, niscaya dosanya diampuni dan ia akan masuk surga. Bila
Allah tidak berkenan mengampuni, niscaya ia akan masuk ke nerakauntuk dicuci
doa-dosanya sampai bersih, untuk kemudian dimasukkan ke surga. (Lihat QS.An-
Nisa:48 dan 116 dan Al-Maidah: 72).
Dari pemaparan dan pengkajian secara mendalam terhadap ayat Al-Qur’an
Nabi, menjadi jelas bahwa kesalahan dalam memahami tauhid uluhiyah
merupakan sebuah malapetaka terbesar, karena akan mengantarkan seorang
hamba ke dalam jurang kesyirikan yang teramat dalam.

9
Para ahli kalam yang mengkaji akidah berdasar akal, filsafat, dan ilmu
kalam telah keliru dalam memahami tauhid. Mereka baru rampai pada tauhid
Rububiyah dan belum sampai kepada tauhid Uluhiyah. Oleh karena itu
pembahasan akidah mereka tidak mampu membendung merena dari terseret
dalam berbagai praktek kesyirikan yang membatalkan tauhid.
Para ahli kalam memahami tauhid adalah rububiyah semata. Sehingga
tatkala mereka mengucapkan berbagai ucapan, atau melakukan berbagai amalan
yang sebenarnya telah termasuk perbuatan syirik yang membatalkan tauhid.
Mereka menganggap ucapan dan perbuatan mereka tersebut tidak membatalkan
tauhid, karena mereka meyakini akan wujud dan ke esaan Allah. Padahal, hal
yang sama juka diyakini oleh iblis, fir’aun dan kaum musyrikin arab. Meski
demikian iblis, fir’aun, dan kaum musyrikin arab telah berbuat syirik dan
membatalkan tauhid, karena mereka melakukan berbagai perbuatan yang bertolak
belakang dengan Tauhid Uluhiyah.
Dengan demikian, di sini perlu dijelaskan perbedaan pokok antara Tuhid
Rububiyah dengan Tauhid Ulibiyah. Perbedaan tersebut antara lain :
a. Secara etimologi bahwa Rububiyah diambil dari satu nama Allah, yaitu
Rabb, sedangkan Uluhiyah diambil dari kata Ilah sendiri.
b. Tauhid Rububiyah terikat dengan masalah-masalah kauniah (alam).
Seperti : menciptakan, menurunkan hujan, menghidupkam, mematikan,
memberi rizki, dan semacamnya. Sedangkan Tauhid terkait dengan
perintah dan larangan, seperti hukum wajib, sunnah, haram, makruh, halal,
dan lain-lain.
c. Kaum musyrikin meyakini keberadaan Tauhid Rububiyah tetapi menolak
untuk mengakui Tauhid Uluhiyah, sebagaimana banyak disebutkan dalam
ayat Al-Qur’an.
d. Muatan Tauhid Rububiyah bersifat ilmiah (pengetahuan), sedangkan
muatan Tauhid Uluhiyah bersifat amaliah (aplikasinya).
e. Tauhid Ulubiyah adalah konsekuensi pengakuan terhadap tauhid
Rubibiyah. Artinya Tauhid Uluhiyah berada di luar Tuhid Rububiyah.
Tauhid Rububiyah tidak dianggap telah terlaksana dengan benar, kecuali

10
bila telah ditindaklanjuti dengan merealisasikan Tauhid Uluhiyah.
Sebaliknya, Tauhid Uluhiyah telah mencangkup Tauhid Rububiyah.
Dengan istilah lain, Tauhid Rububiyah merupakan bagian dari Tauhid
Uluhiyah.
f. Tidak semua yang beriman kepada Tauhid Rububiyah secara otomatis
menjadi seorang muslim, namun semua yang beriman kepada Tuhid
Uluhiyah otomatis menjadi seorang muslim.
g. Tauhid Rububiyah merupakan peng esaan Allah, dengan perbuatan-Nya
sendiri, seperti meng esakan Allah sebagai pencipta, pengatur alam
semesta, dan sebagainya. Sedangkan Tauhid Uluhiyah adalah meng
esaakan Allah dengan alam perbuatan hamba, seperti : shalat, zakat, puasa,
shiyam, membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu, berbakti kepada kedua orang
tua, cinta, benci, rasa harap dan seluruh amal ibadah lain. Oleh karena itu
Tauhid Uluhiyah sering juga disebut dengan istilah Tauhid iradah wa
Thalab (Tauhid kemauan dan permohonnan).

3. Tauhid Asma’ dan Sifat


Tauhid ini menetapkan dan mengakui bahwa sifat Allah mempunyai
nama-nama yang baikdan sifat-sifat yang tinggi dan sempurna, yang termaktub
dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Nabawiyah.
Akidah Ahlus sunnah yang di ajarkan oleh Rasulluah kepada generasi
sahabat, dan di ajarkan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi
selanjutnya dalam masalah nama-nama dan sifat-sifat Allah, adalah mengakui dan
menetapkan semua nama dan sifat Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah tanpa sedikit pun melakukan ta’thil (meniadakan nama atau sifat
Allah), tahrif (memalingkan maknanya kepada makna yang tidak dikehendaki
oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah), tamtsil (menyerupakan nama, atau sifat Allah
dengan nama atau sifat makhluk), dan takyif (mempersoalkan hakikat nama dan
sifat Allah dengan menanyakan’bagaimana). Sebagaimana dijelaskan oleh Allah
firman Allah:
ِ َ‫س ِم ْي ُع ا ْلب‬
‫ص ْي ُر‬ ْ ‫س َك ِم ْثلِ ٖه ش‬
َّ ‫َي ٌء ۚ َوه َُو ال‬ َ ‫لَ ْي‬

11
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dialah yang maha
Melihat dan mendengar.

Pengagalan ayat ini, yaitu firman Allah ‘tidak ada sesuatupun yang serupa
dengan Dia’ membantah orang-orang yang melakukan tamsil dan takyif.
Penggalan kedua Ayat ini, yaitu firman Allah ‘dan Dia maha mendengar
lagi maha melihat’ membantah orang-orang yang melakukan ta’thil dan tahrif.
Ayat yang mulia ini menunjukan bahwa Allah mempunyai nama-nama
yang agung yang ada di di asmaul husna.6

4. Tauhid Mulkiyah
Yaitu mentauhidkan Allah dalam mulkiyahnya bermakna kita mengesakan
Allah terhadap pemilikan, pemerintahan dan penguasaanNya terhadap alam ini.
Dialah Pemimpin, Pembuat hukum dan Pemerintah kepada alam ini. Hanya
landasan kepemimpinan yang dituntut oleh Allah saja yang menjadi ikutan kita.
Hanya hukuman yang diturunkan oleh Allah saja menjadi pakaian kita dan hanya
perintah dari Allah saja menjadi junjungan kita.
Allah berfirman :
Katakanlah (wahai Muhammad) : “Wahai Tuhan yang mempunyai
kuasa pemerintahan, Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada
siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkaulah yang mencabut kuasa
pemerintahan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang
memuliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina
siapa yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaan Engkaulah saja adanya
segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
[Ali Imran : 26]
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum)
siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin?” [Al Maidah: 50]

Tauhid Mulkiyah menuntuk adanya ke-wala-an secara totalitas kepada


Allah, Rasul dan Amirul Mukmin (selama tidak bermaksiat kepada Allah SWT)
Pemimpin (wali). Wali adalah sebahagian dari sifat-sifat mulkiyatullah. Ia
membawa arti sifat penguasaan iaitu sebagai pelindung, penolong dan pemelihara.

6
Ibid, hlm. 225

12
“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan kitab
(Al-Qur’an, dan Dia lah jua yang menolong dan memelihara orang-orang
yang berbuat kebaikan.” [Al A'raaf : 50]

Pembuat Hukum. Hakiman atau pembuat hukum juga adalah sebahagian


dari sifat mulkiyatullah. Ia mesti diikhtiraf oleh manusia dan tunduk hanya kepada
hukum-hukum yang telah diturunkan olehNya saja karena hak mencipta hukum
itu hanya terhadap kepada Allah semata-mata.

“Apa yang kamu sembah, yang lain dari Allah, hanyalah nama-nama
yang kamu menamakannya, kamu dan datuk nenek kamu, Allah tidak pernah
menurunkan sembarang bukti yang membenarkannya. Sebenarnya hukum
(yang menentukan amal ibadat) hanyalah bagi Allah. Ia memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah melainkan Dia. Yang demikian itulah
agama yang betul, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Yusuf :
50]

Pemerintah Aamiran atau pemerintah satu lagi sifat mulkiyatullah yang


perlu diketahui oleh setiap muslim. Allah memiliki Arasy dan memerintah seluruh
mahluk ciptaannya ini dengan ketentuan daripadanya. Dia yang menciptakan dan
Dia yang mengarahkan menurut apa yang dikehendakiNya.
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa lalu. Ia bersemayam di atas Arasy. Ia melindungi
malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia
pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang,
(semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah
tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan.
Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam.” [Al
A'raaf : 50]

Perbedaan Pandangan Mengenai Pembagian Tauhid Mulkiyah/ Hakimiyah


Dalam pandangan kami Tauhid Mulkiyah adalah bagian dari pada Tauhid
Uluhiyah (Pengesaan Allah dengan ibadah kepada-Nya. penj). Sebagaimana saya
pernah mendengar Syekh Muhammad bin Ibrahim, Syekh Bin Baz adalah diantara
orang yang tidak mengajarkan Tauhid Hakimiyah ini kepada orang banyak. Dari
sana banyak diantara golongan salafy saudi yang tidak mengacuhkan istilah ini
dan menganggapnya sebagai bid’ah, apakah pendapat ini benar? Kemudian
bisakah Anda tunjukkan kitab apa saja yang memuat keterangan tentang dimensi
tauhid ini?

13
Jawab : Segala puji hanya bagi Allah Swt. semata yang mengatur alam
semesta ini. Adapun yang dimaksud dengan Tauhid Hakimiyyah adalah
pengesaan Allah dalam perkara hukum dan syari’at. Sebagaimana Allah tidak
memiliki serikat dalam kekuasaanNya, dalam mengurus berbagai urusan
makhlukNya, demikian juga Allah swt tidak memiliki sekutu dalam hukum dan
pembuatan undang-undang (tasyri’). Allah adalah hakim yang paling adil, Dia
memiliki kewenangan untuk memutuskan dan memerintah, maka tidak ada sekutu
bagiNya dalam membuat hukum dan perundang-undangan. Sebagaimana Dia
tidak membutuhkan sekutu dalam kekuasaan dan mengatur urusan mahluk-Nya.
Maka demikian halnya Dia Esa dalam masalah hukum dan tasyri’.
Firman Allah :”Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. dia Telah
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Yusuf:40)

“dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya) , tidak ada yang dapat
menolak ketetapan-Nya; dan Dia-lah yang Maha cepat hisab-Nya.” (ar-Ra’d:41)

“Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-


Nya.” (al-Maidah:1)

”dan dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan


keputusan.” (al-Kahfi:26)

14
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?.” (al-
Maidah:50)

“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah) kepada


Allah.” (asy-Syura:10)

“dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-
orang yang musyrik.” (al-An’am:121)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan secara jelas
dan kuat tentang tauhid ini, dan iman seseorang tidaklah dapat dikatakan sah tanpa
adanya tauhid ini. Dalam hadits shohih disebutkan bahwa Nabi Saw.barkata:

“sesungguhnya Allah adalah hakim dan keputusan ada pada-Nya”.

Namun pertanyaannya, apakah tauhid hakimiyah ini bukan termasuk


tauhid uluhiyyah atau malah bagian tersendiri yang lain dari tauhid uluhiyyah.
Saya katakan, “Tidak, Tauhid ini bukanlah satu jenis tauhid tersendiri yang bukan
bagian dari tauhid uluhiyah. Tauhid ini sudah terkandung di dalam Tauhid
Uluhiyyah. Ada juga unsur yang termasuk kedalam kategori tauhid Rububiyyah.
Dan ada juga unsurnya yang masuk ke dalam kategori Tauhid asma’ dan sifat.
Namun di saat syirik merajalela di kalangan ummat dalam bentuk memutuskan

15
hukum tidak sesuai dengan apa yang Allah turunkan, tetapi memutuskan hukum
menggunakan undang-undang kufur dan UU thaghut. Kondisi ini mengisyaratkan
agar istilah tauhid hakimiyah ini disebutkan tersendiri agar orang-orang melihat
urgensi tauhid ini.
Tanpa adanya tauhid ini maka sesunggunya mereka belum memenuhi
tuntutan tauhid uluhiyah sebagaimana mestinya. Sebagai contoh; Anda
menjumpai suatu kaum yang musyrik dalam hal ketaatanya, kemudian Aanda
berkata, “Kalian seharusnya melakukan tauhid tho’ah (hanya taat pada Allah swt
semata), dan janganlah mentaati seseorang karena dzatnya kecuali pada Allah swt.
Maka statemen Anda yang seperti ini benar dan Anda tidak boleh diingkari. Juga
tidak benar kalau dikatakan bahwa Aanda membuat sesuatu yang baru dalam
masalah tauhid yang namanya tauhid tho’ah, atau menyebut tauhid lain selain
tauhid uluhiyah!!! Begitu pula ketika Anda menjumpai suatu kaum yang telah
menyekutukan Allah dengan mengangkat tandingan-tandingan bagi Allah dalam
aspek mahabbah, wala’ dan baro’ (cinta, loyalitas dan anti loyalitas).
Saat itu Anda terpaksa menyebut tauhid Mahabbah, sebab yang layak
dicintai karena substansi (dzat)nya sendiri hanyalah Allah swt. Akan tetapi tauhid
ini bukanlah jenis tauhid baru yang bukan tauhid uluhiyah, sebagaimana statemen
anda tentang tauhid mahabbah ini tidak ada unsur yang baru apalagi bid’ah.
Demikian pula jika Anda dapati orang yang menyekutukan Allah swt dalam hal
berdoa dan meminta pertolongan. Merespons sikap mereka itu Anda berkata,
“Kamu harus mengesakan Allah swt dalam doa dan permohonan. Pembagian
tauhid seperti ini bukan berarti menyebutkan bagian tauhid baru yang terpisah dari
tauhid uluhiyah. Disebutkan macam seperti di atas karena adanya kebutuhan yang
mengharuskan adanya penjelasan tersendiri ketika Anda menjumpai orang yang
berbuat syirik dari sisi itu. Tidak ada seorang pun baik yang terdahulu maupun
sekarang yang mengatakan, “Bahwa tauhid hakimiyah adalah bagian tauhid
tersendiri atau bagian ke-empat dari pembagian tauhid”. Semuanya ulama’
memasukkannya ke dalam tauhid uluhiyah, dan juga memasukkan sebagian
unsur-unsur yang ada di dalamnya ke dalam bagian tauhid yang lain sebagaimana
telah dijelaskan di muka.

16
Adapun maksud dari disebutkannya jenis tauhid ini adalah urgensinya agar
ummat memperhatikan aspek tauhid yang sudah hampir musnah. Jika anda telah
memahaminya, propaganda dari para penentangnya sudah tidak bisa lagi untuk
dijadikan alat justifikasi selain hanya ingin mereduksi makna dari tauhid yang
tidak kalah pentingnya ini, serta ingin dijadikan sebagai pembenar dari
kekurangan para thoghut hukum dari pengingkaranya terhadap sisi tauhid ini.7

C. Keutamaan Tauhid
Diantara keutamaan tauhid adalah terhapusnya dosa-dosa seorang hamba.
Allah ta’ala berfirman
ٰۤ ْ ُ
َ‫ول ِٕى َك لَ ُه ُم ااْل َ ْمنُ َو ُه ْم ُّم ْهتَد ُْون‬ ُ ِ‫اَلَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َولَ ْم يَ ْلب‬
ُ‫س ْٓوا اِ ْي َمانَ ُه ْم بِظل ٍم ا‬
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat
keamanan. Mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al An’am:82)
‫ وان عيسى عبدهللا‬, ‫ وان محمدا عبده ورسوله‬, ‫من شهد ان الاله اال هللا وحده ال شريك له‬
‫ ولنار حق اد خله هللا الجنة‬, ‫ والجنة حق‬, ‫ورسوله وكلمته القا ها الى مريم وروح منه‬
‫على ماكان من العمل‬
Artinya: “Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
untuk disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad
adalah hamba dan utusan-Nya, (bersaksi bahwa) Nabi Isa adalah hamba,
utusan dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh
dari pada-Nya, (bersaksi bahwa) surga adalah benar adanya dan neraka
pun benar adanya, maka Allah pasti memasukkannya kedalam surga
betapa pun amal yang telah dilakukannya.” (HR. Bukhari 3430, Muslim
28)
Imam Bukhari Muslim meriwayatkan pula hadits dari ‘Itban
‫ ال اله اال هللا يبتغي بذ لك وجه هللا‬: ‫فان هللا حرم على النار من قل‬

7
http://furis09.blogspot.co.id/2010/09/pengertian-tauhid-mulkiyah.html, diakses : 01 Nov
2022.

17
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucap
‘La ilaha illah’ (Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah
selain Allah), dengan mengharap (pahala melihat) wajah Allah.” (HR.
Bukhari 425, Muslim 263)

Dari Abu Sa’id Al Khudri Rasulullah bersabda,


: ‫ ال اله االهللا‬: ‫ قل يا موسى‬: ‫ قل‬. ‫ علمني شيعا اذ كرك وادعو ك به‬, ‫ يا رب‬: ‫قا ل موسى‬
‫ يا رب كل عبدك يقولو ن‬: ‫قال‬
‫ واالرضين السبع في‬, ‫ لو ان السموا ت السبع وعا مر هن غيري‬, ‫ يا مو سى‬: ‫ قا ل‬, ‫هذا‬
‫ ما لت بهن ال اله هللا‬, ‫ وال اله االهللا في كفة‬, ‫كفة‬
Artinya: “Nabi Musa berkata, ‘Ya Rabbi, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk
berdzikir dan berdoa kepada-Mu.’ Allah berfirman, ‘Wahai Musa,
katakanlah, ‘La ilaha illallah’.’ Musa berkata, ‘Ya Rabbi, semua
hamba-Mu mengatakan kalimat itu.’ Allah berfirman, ‘Wahai Musa,
kalau sekiranya ketujuh langit dan penghuninya selain Aku, serta
ketujuh bumi diletakkan pada satu daun timbangan, sedangkan ‘La ilaha
illallah’, diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka timbangan
‘La ilaha illallah’ niscaya lebih berat.” (Sanadnya shahih, diriwayatkan
oleh Nasa’i dalam kitab Al Kubra 10760, Ibnu Hibban 6218, dan
Hakim 1/528)

Tirmidzi meriwayatkan hadits yang beliau nyatakan berderajat hasan, dari


Anas, dia menceritakan bahwa dirinya mendengar bahwa Rasulullah bersabda,
‫ ثم لقيتني ال تشر ك بي‬, ‫ لو اتيتني بقرا ب االرض خطا يا‬, ‫ يا ابن ادم‬: ‫قا ل هللا تعا لى‬
‫شيىا التيتك بقرا بها مغفرة‬
Artinya: “Allah ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam, seandainya engkau datang
kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh jagad, lantas engkau
menemuiku dalam keadaan tidak mmenyekutukan-Ku dengan sesuatu
pun, maka Aku akan memberimu ampunan sepenuh jagad itu pula.” (HR.
Tirmidzi 3540)

18
D. Pahala Orang Yang Merealisasikan Tauhid
Barang siapa yang mengamalkan tauhid dengan tulus, maka dia akan
masuk surga tanpa hisab.
Allah ta’ala berfirman :
‫ان ابر هيم كا ن امنة قا نتا هلل حنيفا ولم يك من المشر كين‬
Artinya: “Sesungguhnya ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan
teladan lagi patut kepada Allah dan hanif. Sekali-kali bukanlah dia
termasuk orang-orang yang berbuat syirik.” (QS. An Nahl: 120)

‫وا لذين هم بربهم ال يشر كون‬


Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Rabb mereka (dengan
sesuatu pun).” (QS. Al Mukminun: 59)

Husain bin Abdirrahman menutur bahwa suatu ketika dirinya bersama


Sa’id bin Jubair. Lalu ia bertanya, “ Siapakah diantara kalian yang melihat bintang
jatuh semalam?” “Saya” kataku, kemudian saya melanjutkan, “Waktu itu saya
sedang tidak mengerjakan shalat. Akan tetapi saya sedang terkena sengatan
kalajengking.” Sa’id bertanya, “Lantas apa yang kamu lakukan?” Saya menjawab,
“Minta diruqyah.” Ia bertanya lagi, “Apa yang mendorongmu untuk berbuat
demikian?” Saya jawab, “Sebuah hadits yang disampaikan oleh Asy Sya’bi
kepada kami.” Ia bertanya lagi, “Apa yang disampaikan As Sya’bi kepadamu?”
Saya menjawab, “Dia menuturkan kepada kami hadits dari Buraidah bin Al
Hushaib yang berbunyi,
‫ال رقية اال من عين اوحمة‬
Artinya: “Tidak ada ruqyah yang lebih manjur selain kepada 8 yang terkena ‘ain9
atau sengatan.” (Shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Majah).10

Imam Muslim meriwayatkan dari jabir, dia menuturkan bahwa Rasulullah


bersabda,

8
Penyembuhan dengan menggunakan ayat-ayat Al Qur’an dan do’a-do’a yang diajarkan
Rasulullah
9
Pengaruh jahat yang timbul karena rasa dengki seseorang melalui pandangan matanya
10
Ibid, hlm. 16

19
Artinya: “Barangsiapa bertemu dengan Allah (mati) dalam keadaan
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun maka dia akan masuk surga.
Barangsiapa bertemu dengan Allah (mati) dalam keadaan menyekutukan
Allah dengan sesuatu pun, maka dia akan masuk neraka.” (HR. Muslim
93)11

BAB III
PENUTUP

11
Ibid, hlm. 31

20
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tauhid merupakan
sikap dalam meyakini keesaan Allah baik dalam rububiyah-Nya, keikhlasannya
dalam beribadah serta meyakini dan menetapkan nama dan sifat Allah yang
sempurna. Tauhid adalah menunggalkan Allah ta’ala dalam masa rububiyah,
uluhiyah dan kesempurnaan nama dan sifat-Nya. Sebagai umat muslim wajib
untuk bertauhid dan meyakini keesaan Allah, bahwa Allahlah satu-satunya yang
wajib di sembah tanpa ada yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

21
Syaikh Muhammad, Kitab Tauhid Memurnikan La Illaha Illallah, (Jogjakarta:
Media Hidayah), hlm 13

Kelompok telaah kitab Ar-Risalah, Buku Pintar Akidah, (Sukoharjo: Roemah


Buku), hlm. 198.

Syaikhul Islam Ibnu Tamiyah mengatkan bahwa ibadah adalah suatu ungkapun
yang mencakup segala ucapan dan perbuatan baik yang lahir maupun yang
batin yang di cintai dan diridhoi Allah. (Al Ubudiyah hlm. 20) Agar suatu
ibadah di terima Allah, maka ibadah harus memenuhi dua kriteria yaitu
ikhlasdan mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Keduanya harus beriringan
tidak boleh dipisahkan karena Allah tidak akan menerima amalan yang
disertai kesyirikan.

Ibnu Qayyim mengatakan bahwa thaghut adalah segala sesuatu (selain Allah)
yang di sembah, diikuti, dan ditaati hingga melampau batas oleh seorang
hamba.’Umar mengatakan bahwa thaghut adalah setan. Jabir mengatakan
bahwa thaghuh adalah dukun yang selalu didatangi setan. Imam Malik
mengatakan bahwa thaghuh adalah segala yang disembah selain Allah.

Muhammad bin Abdul wahab, Kitab Tauhid, (Jogjakarta: Media hidayah, 2004),
hlm. 15

Abdul wahab bin Muhammad, Kitab Tauhid, Jogjakarta: Media hidayah, 2004.

Kelompok telaah kitab Ar-Risalah, Buku Pintar Akidah, Sukoharjo: Roemah


Buku.

22

Anda mungkin juga menyukai