Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM

TAUHID DAN URGENSINYA BAGI KEHIDUPAN MUSLIM

DOSEN PENGAMPU
NADIRAH, S.Pd,.M.Pd.

DISUSUN OLEH :
BOSSI FERNANDA (0910581022024)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDENRENG RAPPANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayahnya yang diberikan, makalah kami yang berjudul “TAUHID DAN URGENSINYA
BAGI KEHIDUPAN MUSLIM” dapat kami selesaikan tepat waktu. Sebelumnya kami
ucapkan terima kasih kepada ibu nadirah, S.Pd,.M.Pd. sebagai dosen pengampu, serta kerja
keras semua anggota kelompok dalam menyelesaikan makalah ini. Meskipun demikian,
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengucapkan permintaan
maaf apabila dalam penulisan materi masih ada kesalahan. Kami berharap kepada pembaca
dapat memberikan kritik dan saran untuk kebaikan penulis kedepan dalam menyusun makalah
selanjutnya.
Semoga makalah yang disusun dapat bermanfaat bagi pembaca.

Rappang, 11 Desember 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

TAUHID DAN URGENSINYA BAGI KEHIDUPAN MUSLIM........................................................1


KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Tauhid......................................................................................................................5
B. Makna Kalimat Laillahailallah dan Bagaimana Konsekuensinya Dalam Kehidupan.................7
C. Tauhid Menjadi Landasan Bagi Semua Aspek Kehidupan........................................................8
D. Jaminan Allah Bagi Orang Yang Bertauhid Mutlak..................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................................12
1.4 Kesimpulan..........................................................................................................................12
1.5 Saran....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang kompleks dalam agama
Islam,dimanaTauhid itu sendiri adalah dasar agama karena Tauhid itu sendiri adalah
peEsahan terhadapAllah dalam hal yang menjadikan kekhususan diriNya.Dalam Tauhid
itu sendiri terdiri daritiga macam yaitu;Rububiyah,Uluhiyah,dan Asma Was Shifat.

Manusia pada dasarnya terlahir dalam keadaan fitrah,namun


seiringperkembangannya manusia terpengaruh lingkungan dan orangtuanya yang
terkadanmenyebabkan mereka melupakan arti dari Tauhid yang sebenarnya.dan
terkadang ada pulaorang yang beribadah namun menyimpang dari ketetapan dan
konsekuensi Tauhid yang sebenarnya.

Berangkat dari uraian diatas Kami berupaya menyampaikan dan mencoba


memjelaskanmengenai Tauhid dan Urgensinya.

1.2 Rumusan Masalah


 Apakah pengertian dari tauhid ?
 Apakah makna kalimat Laillahailallah dan bagaimana konsekuensinya

dalam kehidupan ?

 Bagaimana tauhid menjadi landasan bagi semua aspek kehidupan ?


 Apakah jaminan Allah bagi orang yang bertauhid mutlak ?

1.3 Tujuan Penulisan


 Untuk memenuhi tugas mata kuliah AIK
 Untuk mengetahui lebih lengkap tentang Tauhid Dan Urgensinya Bagi Kehidupan
Muslim

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid
Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhadayuwahhidu
(dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad
bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu
menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru
menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Sedangkan secara istilah syar’i, makna tauhid
adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala
kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami
bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para
Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang
bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

Pembagian Tauhid
Tauhid menurut ulama dibagi menjadi tiga sifat tauhid yaitu tauhid rububiyah, tauhid
uluhiyah dan tauhid al asma ‘ was.
 Tauhid Rububiyah
Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan,
menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak
mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al
Quran yang berbunyi: “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala
sesuatu. (AzZumar 39:62)”
Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang
mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada
kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan
mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah
alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka
hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah:
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan?
Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak
meyakini (apa yang mereka katakan)”. (Ath-Thur: 35-36).
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan
seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang
diperangi rasulullah mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman
Allah: “Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki
Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka
apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tanganNya berada

5
kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan
Allah.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?' ‘(Al-Mu’minun: 86-89).
 Tauhid Uluhiyah
Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu
bagiNya. "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga
menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang
Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana. ('Al 'Imran 3:18).
Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap
rububiyahNya. Mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan.
Seperti salat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan
berbagai macam ibadah lainnya. Di mana kita harus memaksudkan tujuan dari
kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti
dakwah para rasul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin
Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah mengenai perkataan mereka
itu.
Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu
saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (Shaad
38:5). Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai
macam ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah
maka mereka dikafirkan oleh Allah dan rasul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa
Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.

 Tauhid Al Asma’ was


mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai
dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam. Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan
menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya dan
menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, 5 dengan tanpa tahrif,
tanpa ta’thil dan tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul). Allah Ta’ala berfirman
yang artinya:
“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya
dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180).
Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah
dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’
yang artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’.
Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana
sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata
Allah berada di mana-mana.
Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali
tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu
menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha
menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.

6
B. Makna Kalimat Laillahailallah dan Bagaimana Konsekuensinya Dalam
Kehidupan.
1. Makna Kalimat Laa Ilaha Illallah
Kalimat Laa Ilaaha IlIa-Allah mengandung dua makna, yaitu makna penolakan
segala bentuk sesembahan selain Allah SWT, dan makna menetapkan bahwa
satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Dia semata. Berkaitan dengan
kalimatini Allah SWT berfirman :

‫َفاْع َلْم َأَّنُه اَل ِإَٰل َه ِإاَّل هَّللا‬


Artinya :"Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang
benar selain Allah". (Qs. Muhammad : 19)
Berdasarkan ayat di atas, bahwa memahami makna syahadat adalah wajib
hukumnya dan mesti didahulukan dari pada rukun-rukun Islam yang lain.
Rasulullah SAW juga menegaskan :"Barang siapa yang mengucapkan laa ilaaha
illa-Allah dengan ikhlas maka akan masuk ke datang surga."(HR. Ahmacl).
Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah memahami, mengamalkan dan
mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya.
Rasulullah sendiri mengajak paman beliau Abu Thalib menjelang detik-detik
kematiannya dengan ajakan :"Wahai pamanku, ucapkanlah laa ilaaha illa-Allah,
sebuah kalimat yang aku akan jadikan ia sebagai nutfah di hadapan Allah".
Akan tetapi, Abu Thalib enggan untuk mengucapkan dan meninggal datam
keadaan musyrik.
Selama 13 tahun di Makkah. Nabi Muhammad SAW mengaiak orang-orang
dengan perkataan beliau :"Katakan laa ilaaha illa-Allah”.Kemudian orang-orang
kafir menjawab :"Beribadah kepada sesembahan yang satu. Tidak pernah kami
dengar dari orang tua kami". Orang Quraisy di zaman Rasulullah sangat paham
makna kalimat tersebut, dan barang siapa yang mengucapkannya tidak akan
menyeru/berdoa kepada selain Allah.

 Syarat-syarat Laa Ilaaha IlIa-Allah ()


Bersaksi dengan laa ilaaha illa-Allah harus dengan tujuh syarat.Tanpa syarat-
syarat itu kesaksian tersebut tidak akan bermanfaat bagi yang
mengikrarkannya. Secara singkat tujuh syarat itu ialah :
 ‘ilmu (mengetahui), yang menafikan jahl (Kebodohan)
 Yaqin(yakin), yang menafikan syak (keraguan)
 Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan)
 Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan)
 Ikhlash, yang menafikan syirik
 Shidq (jujur), yang menafikan kidzb (dusta)
 Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).
2. Konsekuensi Dalam Kehidupan

7
Konsekuensinya dalam kehidupan yaitu meninggalkan ibadah kepada
selain Allah dari segala macam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari
peniadaan laa ilaaha illa-Allah. Dan beribadah kepada Allah semata tanpa
unsur kesyirikan sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan ilaa-Allah.
Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya.
Sehingga mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa
makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya. Dengan
kata lain, orang tersebut mengamalkan 8 apa yang diperintahkan oleh Allah
dan menjauhi segala yang dilarangNya.

C. Tauhid Menjadi Landasan Bagi Semua Aspek Kehidupan


Tauhid adalah sesuatu yang sudah akrab di telinga kita. Namun tidak ada
salahnya kita mengingat beberapa keutamaannya. Karena dengan begitu bisa
menambah keyakinan atau meluruskan tujuan sepak terjang kita yang selama ini
yang mungkin keliru. Karena melalaikan masalah tauhid akan berujung pada
kehancuran dunia dan akhirat. Tauhid merupakan landasan dari seluruh aspek
kehidupan manusia secara pribadi, dalam keluarga, masyarakat dan berbangsa,
baik dari masalah kegiatan ekonomi, budaya, sosial politik dan lainnya tidak
terlepas dari semangat tauhid.

Memang tujuan diciptakannya makhluk adalah untuk bertauhid. Allah


berfirman, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzariyaat: 56). Makna menyembahKu dalam
ayat ini adalah mentauhidkan Allah. Seluruh rasul itu semua dalam menyerukan
dakwah dan agama yang satu yaitu beribadah kepada Allah saja yang tidak
boleh ada satupun sekutu bagi-Nya. Beribadah kepada Allah dan mengingkari
thoghut itulah hakekat makna tauhid. Tauhid adalah kewajiban pertama dan
terakhir. Rasul memerintahkan para utusan dakwahnya agar menyampaikan
tauhid terlebih dulu sebelum yang lainnya. Nabi SAW bersabda kepada Mu’adz
bin Jabal ra. “Jadikanlah perkara yang pertama kali kamu dakwahkan ialah agar
mereka mentauhidkan Allah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim). Nabi juga
bersabda, “Barang siapa yang perkataan terakhirnya Laa ilaaha illAllah niscaya
masuk surga.” (Riwayat Abu Dawud, Ahmad dan Hakim)

Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan


Allah mengampuni dosa selain itu bagi orang-orang yang Dia kehendaki.” (An
Nisaa': 116).

Sehingga syirik menjadi larangan yang terbesar. Sebagaimana syirik adalah


larangan terbesar maka lawannya yaitu tauhid menjadi kewajiban yang 9
terbesar pula. Allah menyebutkan kewajiban ini sebelum kewajiban lainnya
yang harus ditunaikan oleh hamba.

Allah berfirman, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-


Nya dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah pada kedua orang tua.” (An
Nisaa': 36). Kewajiban ini lebih wajib daripada semua kewajiban, bahkan lebih

8
wajib daripada berbakti kepada orang tua. Sehingga seandainya orang tua
memaksa anaknya untuk berbuat syirik maka tidak boleh ditaati.

Allah berfirman, “Dan jika keduanya (orang tua) memaksamu untuk


mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Luqman: 15) Hati yang saliim
adalah hati yang bertauhid. Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah di dalam
tubuh itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh.
Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah berfirman, “Hari dimana harta dan keturunan tidak bermanfaat lagi,
kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang saliim (selamat).” (Asy
Syu’araa': 88-89). Imam Ibnu Katsir, yaitu hati yang selamat dari dosa dan
kesyirikan. Maka orang yang ingin hatinya bening hendaklah ia memahami
tauhid dengan benar.

Rasulullah SAW bersabda, “Hak Allah yang harus ditunaikan hamba yaitu
mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”
(HR. Bukhari dan Muslim). Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya
artinya mentauhidkan Allah dalam beribadah. Tidak boleh menyekutukan Allah
dengan sesuatu apapun dalam beribadah, sehingga wajib membersihkan diri dari
syirik dalam ibadah. Orang yang tidak membersihkan diri dari syirik maka
belumlah dia dikatakan sebagai orang yang beribadah kepada Allah saja. Ibadah
adalah hak Allah semata, maka barangsiapa menyerahkan ibadah kepada selain
Allah maka dia telah berbuat syirik. Maka orang yang ingin menegakkan
keadilan dengan menunaikan hak kepada pemiliknya sudah semestinya
menjadikan tauhid sebagai ruh perjuangan mereka.

D. Jaminan Allah Bagi Orang Yang Bertauhid Mutlak


1) Ahli Tauhid Mendapat Keamanan dan Petunjuk
Seseorang yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa aman dan
petunjuk. Allah Ta’ala menegaskan dalam firman-Nya,

‫ٰۤل‬
‫َاَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو َلْم َيْلِبُس ْٓو ا ِاْيَم اَنُهْم ِبُظْلٍم ُاو ِٕىَك َلُهُم اَاْلْم ُن َو ُهْم ُّم ْهَتُد ْو َن‬
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al An’am:82)
Kezaliman meliputi tiga perkara :
1. Kezaliman terhadap hak Allah yaitu dengan berbuat syirik
2. Kezaliman seseorang terhadap dirinya sendiri yaitu dengan berbuat maksiat
3. Kezaliman seseorang terhadap orang lain yaitu dengan menganiaya orang
lain
Kezaliman adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Kesyirikan
disebut kezaliman karena menujukan ibadah kepada yang tidak berhak
menerimanya. Ini merupakan kezaliman yang paling zalim. Hal ini karena
pelaku syirik menujukan ibadah kepada yang tidak berhak menerimanya,

9
mereka menyamakan Al Khaaliq (Sang Pencipta) dengan makhluk,
menyamakan yang lemah dengan Yang Maha Perkasa. Manakah kezaliman
yang lebih parah dari ini?
2) Ahli Tauhid Pasti Masuk Surga
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam bersabda,

‫ وأن عيسى عبد هلال‬،‫ وأن محمدًا عبده ورسوله‬،‫من شهد أنَ ل إله َإل هلال وحدهَ ل شريك له‬

‫ والنار حق أدخله هلال الجنة على ما كان‬،‫ والجنة حق‬،‫ورسوله وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه‬

‫من العمل‬
“Barangsiapa yang bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada ilah (sesembahan)
yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan ‘Isa adalah
hamba dan rasul-Nya, dan kalimat yang disampaikan-Nya kepada Maryam
serta ruh dari-Nya, dan bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya, maka
Allah akan 12 memasukkannya ke dalam surga, sesuai amal yang telah
dikerjakakannya”

Ini merupakan janji dari Allah Ta’ala untuk ahli tauhid bahwa Allah akan
memasukkan mereka ke dalam surga. Ahlu tauhid adalah mereka yang
bersyahadat (bersaksi) dengan persaksian yang disebut dalam hadist di atas.
Maksud syahadat yang benar harus terkandung tiga hal yaitu mengucapkannya
dengan lisan, mengilmui maknanya, dan mengamalkan segala
konsekuensinya, tidak cukup hanya sekadar mengucapknnya saja.

3) Ahli Taufid Diharamkan dari Neraka


Sungguh, neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Betapa bahagianya
sesorang yang tidak menjadi penghuni neraka. Hal ini akan didiapatkan oleh
seseorang yang bertauhid dengan benar. Rasululllah shalallahu ‘alahi wa
salaam bersabda,
َ‫فإن هلال حرم على النار من ق‬: ‫ل إله َإل هلال يبتغي بذلك وجه هلال‬

“Sesunggunhya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengatakan Laa


ilaah illallah, yang di ucapkan ikhlas mengharapkan wajah Allah”

Pengharaman dari neraka ada dua bentuk:


1. Diharamkan masuk neraka secara mutlak dalam arti dia tidak akan pernah
masuk neraka sama sekali, boleh jadi dia mempunyai dosa kemudian Allah
mengampuninya atau dia termasuk golongan orangorang yang masuk surga
tanpa hisab dan tanpa azab.
2. Diharamkan kekal masuk neraka dalam arti dikeluarkan dari neraka setelah
sempat dimasukkan ke dalamnya selama beberapa waktu.

Makna diharamkannya masuk neraka dalam hadist di atas mencakup dua


bentuk ini.

10
4) Ahli Tauhid Diampuni Dosa – Dosanya
Hidup kita tidak luput dari gelimang dosa dan maksiat. Oleh karena itu
pengampunan dosa adalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan
melaksanakan tauhid secara benar, menjadi sebab terbesar dapat menghapus
dosa-dosa kita. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam bersabda,
‫قال هلال تعالى‬: ‫ ثم لقيتنيَ لْ لتيتك‬،‫يا ابن آدم؛ لو أتيتني بقراب ْالرض خطايا‬
‫بقرابها مغفرة‬
“Allah berfirman: ‘ Wahai anak adam, sesungguhnya sekiranya kamu datang
kepada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian kamu datang kepada-
Ku tanpa menyekutukan sesuatu pun dengan-Ku, maka Aku akan
mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula”

Dalam hadist ini Nabi mengkhabarkan tentang luasnya keutamaan dan rahmat
Allah ‘Azza wa Jalla. Allah akan menghapus dosa-dosa yang sangat banyak
selama itu bukan dosa syirik.

5) Jaminan Bagi Masyarakat yang Bertauhid


Kebaikan tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu. Jika suatu
masyarakat benar-benar merealisasikan tauhid dalam kehidupan mereka, Allah
Ta’ala akan memberikan jaminan bagi mereka sebagaimana firmanNya

‫َو َعَد ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ِم ْنُك ْم َو َع ِم ُلوا الّٰص ِلٰح ِت َلَيْسَتْخ ِلَفَّنُهْم ِفى اَاْلْر ِض َك َم ا اْسَتْخ َلَف اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلِه ْۖم َو َلُيَم ِّك َنَّن‬
‫َلُهْم ِد ْيَنُهُم اَّلِذ ى اْر َتٰض ى َلُهْم َو َلُيَبِّد َلَّنُهْم ِّم ْۢن َبْع ِد َخ ْو ِفِهْم َاْم ًنۗا َيْعُبُد ْو َنِنْي اَل ُيْش ِرُك ْو َن ِبْي َش ْئًـۗا َو َم ْن َكَفَر َبْع َد‬
‫ٰۤل‬
‫ٰذ ِلَك َفُاو ِٕىَك ُهُم اْلٰف ِس ُقْو َن‬

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguhsungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
(QS. An Nuur:55)
Dalam ayat yang mulia ini Allah memberikan beberapa jaminan bagi suatu
masyarakat yang mau merealisasikan tauhid yaitu:
1. Mendapat kekuasaan di muka bumi.
2. Mendapat kemantapan dan keteguhan dalam beragama.
3. Mendapat keamanan dan dijauhkan dari rasa takut.

11
BAB III

PENUTUP

1.4 Kesimpulan
Setiap muslim hendak meyakini bahwa tauhid adalah dasart Islam yang
paling agung dan istimewa. Jika tauhid yang murni terealisasikan dalam
hidup seseorang, baik pribadi maupun jama’ah, akan memetik buah yang
amat manis. Di antara buah yang didapat adalah memerdekakan manusia dari
perbudakan serta tunduk kepada selain Allah, baik benda-benda atau makhluk
lainnya, juka akan memebentuk keperibadian yang kokoh.
Karena itu, siapa pun yang mampu mengamalkan nilai-nilai ketauhidan
dengan benar dalam segala aktivitasnya, niscaya mendapat ketauhidan dengan
benar dalam segala aktivitasnya, niscaya mendapat banyak keistimewaan.
Allah SWT menjanjikan bagi para ahli Tauhid aneka kebahagiaan, baik di
dunia, lebih-lebih di akhirat kelak.

1.5 Saran
Sebagai seorang muslim yang baik kita hendaknya tidak hanya
bertauhid di mulut saja tetapi juga dilaksanakan dan diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari agar Allah menjamin surga.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid diakses pada hari selasa tanggal 04 oktober 2022 pukul 19.30

https://muslim.or.id/6615-makna-tauhid.html diakses pada hari selasa tanggal 04 oktober 2022


pukul 19.35

http://maswanuldwim.blogspot.com/2017/05/tauhid-dan-urgensinya-bagikehidupan.html diakses
pada hari selasa tanggal 04 oktober 2022 pukul 19.37

https://kerjainyugas.blogspot.com/2017/01/makalah-kemuhammadiyahan-1- tauhid-dalam.html
diakses pada hari selasa tanggal 04 oktober 2022 pukul 19.39

https://muslim.or.id/2481-inilah-jaminan-bagi-ahli-tauhid.html diakses pada hari selasa tanggal 04


oktober 2022 pukul 19.42

13

Anda mungkin juga menyukai