Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tauhid
Disusun oleh :
Ratri Hiusena 1187040056
Yuni Shiyami Sulistiawati 1187040077
JURUSAN KIMIA / 3B
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Berkat limpahan dan rahmat-Nya,
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah ilmu tauhid. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan ke pangkuan
Nabi besar Muhammad saw, yang kita nanti-nantikan syafaatnya di hari akhir.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penyusun hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah yang berjudul “Qadla dan Qadar” disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang qadla dan qadar, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di
susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Kami sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pengampu kami meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan dating dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat
warna-warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan
(tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak
satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi
adalah kehendak dan kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang
akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir,
angin ribut dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita adalah atas
kehendak, hak, dan kuasa Allah SWT. Dengan bekal keyakinan terhadap takdir
yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal
kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang
telah diberikan Allah SWT.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang
terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir
yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal,
menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang
harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini.
Sudah sejak dahulu masalah qadha dan qadar menjadi ajang perselisihan di
kalangan umat Islam. Diriwayatkan bahwa Rasulullah keluar menemui
shahabatnya, ketika itu mereka sedang berselisih tentang masalah qadha dan qadar
maka beliau melarangnya dan memperingatkan bahwa kehancuran umat-umat
terdahulu tiada lain karena perdebatan seperti ini.1
Iman adalah aspek agama Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut
pondasi dari setiap agama. Bila sistem Iman rusak, maka runtuhlah bangunan
agama secara keseluruhan. Dalam agama Islam Iman ini terbagi menjadi enam,
yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada Rasulullah SAW, Iman kepada malaikat
1
Muhammad bin Shaleh Al-‘Utsaimin, Masykur MZ. (trans.), Qadha dan Qadar, (Riyadh:Maktab
Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007), hlm. 4
2
Lihat QS. Al-Qamar [54] : 49-50
3
Lihat HR. Muslim (no. 8), HR. Abu Dawud (no. 4695), HR. at-Tirmidzi (no. 2610), HR. an-
Nasa-i (VIII/97), HR. Ibnu Majah (no. 63). Hadis ini Sahih.
4
syak = Rasa kurang percaya (sangsi, curiga, tidak yakin, ragu-ragu).
5
Lihat QS. Al-A’raaf [7] : 37, QS. Yunus [10] : 61, QS. Hud [11] : 6, QS. Ar -Ra’d [13] : 39, QS.
Al-Israa [17] : 58, QS. Al-Anbiyaa [21] : 105, QS. Al-Hajj [22] : 70, QS. Saba [34] : 3, QS.Faatir
[35] : 11, QS. Yaseen [36] : 12, QS. Az-Zukhruf [43] : 4.
6
nas = Perkataan atau kalimat dari Al-Qur’an atau hadis yang dipakai sebagai alasan atau dasar
untuk memutuskan suatu masalah
2
Allah, Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada hari akhir, dan Iman
kepada qadha & qadar.
Qadha dan qadar merupakan rukun Iman yang ke enam. Kita umat muslim
harus benar-benar meyakininya, artinya setiap manusia (muslim dan muslimah)
wajib mempunyai niat dan keyakinan sungguh-sungguh bahwa segala perbuatan
makhluk, sengaja maupun tidak telah ditetapkan oleh Allah SWT. dan tidak ada
campur tangan dari siapapun. Orang yang benar-benar beriman adanya qadha dan
qadar akan senantiasa menjaga agar perilakunya baik dan berusaha menjauhi hal-
hal yang buruk. Begitu juga sebaliknya. Dalam makalah ini akan diuraikan
mengenai persoalan qadha dan qadar. Dari pembahasan makalah ini diharapkan
kita semua bisa mendapatkan pemahaman yang bisa meningkatkan kadar keimanan
kita terhadap rukun Iman yang telah di tetapkan khususnya Iman
kepada qadha dan qadar.
3
BAB II
ISI
َو َكانَ أ َ ْم ُر ه
ً َّللاِ قَدَ ًرا َم ْقد
ُورا
“…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” [Al-
Ahzab/33 :38] . Juga firman-Nya:
ٍ َُيءٍ ِإ هَّل ِع ْندَنَا خَزَ ائِنُهُ َو َما نُن َِزلُهُ ِإ هَّل ِبقَدَ ٍر َم ْعل
وم ْ َو ِإ ْن ِم ْن ش
“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah kha-zanahnya,
dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” [Al-
Hijr/15 : 21]. Juga firman-Nya:
4
2.1.2 Pengertian menurut lughah
Secara bahasa, qadha’ mengandung beberapa makna berbeda sesuai
konteks kalimatnya. Di antaranya berarti:
a. Memutuskan hukum (al-hukmun). Qadha yaqdhi qadhaan. Berarti
menghukumi
b. Perintah (al-amr ). Allah berfirman dalam surat Al-Isra’ [17] ayat 23.
َسانًا ِإ هما يَ ْبلَُغ هَن ِع ْندَ َك َ ض ٰى َرب َُّك أ َ هَّل ت َ ْعبُدُوا ِإ هَّل ِإيهاهُ َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن إِ ْْح َ ََوق
ٍ ُ ْال ِكبَ َر أ َ َْحدُ ُه َما أ َ ْو ِك ََل ُه َما فَ ََل تَقُ ْل لَ ُه َما أ
ف َو ََّل ت َ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْو ًَّل
َك ِري ًما
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaknya berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”7
َص ِب ِحين
ْ ع ُم ُ ض ْينَا ِإلَ ْي ِه ٰذَ ِل َك ْاْل َ ْم َر أ َ هن دَا ِب َر ٰ َهؤ ََُّل ِء َم ْق
ٌ طو َ ََوق
Artinya: “Dan telah Kami tetapkan kepadanya (Luth) keputusan itu, bahwa
akhirnya mereka akan ditumpas habis pada waktu subuh”8
7
Imam Ghazali Masykuri, dkk., Al Mumayyaz, Al-Qur’an Tajwid Warna Transliterasi PerKata
Terjemah Per Kata, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2014), hlm. 284.
8
Imam Ghazali Masykuri, dkk., Al Mumayyaz, Al-Qur’an Tajwid Warna Transliterasi PerKata
Terjemah Per Kata, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2014), hlm. 265.
9
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Syahirul Alim Al-Adib (trans.), Kitab Tauhid, (Solo: UmmulQura,
2015), hlm. 285.
5
dan penulisannya di Lauh mahfuzh.10 Allah Azza wa Jalla berfirman dalam
surat Fussilat [41] ayat 10.
10
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Syahirul Alim Al-Adib (trans.), Kitab Tauhid, (Solo: UmmulQura,
2015), hlm. 285.
11
Imam Ghazali Masykuri, dkk., Al Mumayyaz, Al-Qur’an Tajwid Warna Transliterasi PerKata
Terjemah Per Kata, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2014), hlm. 477.
12
Universitas Islam Madinah Bidang Riset & Kajian Ilmiah Bagian Terjemah,
ErwandiTarmizi(Murajaah), Rukun Iman, (Riyadh: Islamic Propagation Office in Rabwah, 1426H),
hlm.140.
13
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Syahirul Alim Al-Adib (trans.), Kitab Tauhid, (Solo: UmmulQura,
2015), hlm. 286.
6
2.1.3 Pengertian menurut ulama kalam
Qada dan qadar ialah ketetapan Allah yang telah ditentukan sejak
dari azali lagi berdasarkan ilmu-Nya yang Maha Tinggi, disusuli dengan
kejadian seperti mana yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, sebelum
kejadian alam semesta, Allah menetapkan gas atau asap akan memenuhi
angkasa raya diikuti dengan kejadian bintang bintang dan planet-planet dan
itulah sebenarnya yang telah berlaku tanpa dapat dihalangi. Allah
menetapkan satu bahagian oksigen perlu bercantum dengan dua bahagian
hydrogen untuk menjadi air dan hakikat ini tidak dapat diubah sampai ke
bila-bila. Allah menetapkan kaum wanita dan bukannya kaum lelaki yang
mengandung dan melahirkan anak dan hakikat ini juga tidak boleh diubah.
Allah menetapkan mata sebagai alat untuk melihat dan telinga untuk
mendengar dan fungsi ini akan berterusan sampai ke bila-bila.
Allah menetapkan setiap yang hidup pasti merasakan mati dan tidak
ada seorang pakar perbuatan pun yang mengubah kenyataan ini. Semua ini
dan yang lain-lainnya tidak dapat diubah sebab ia adalah ketetapan Allah
sejak dari azali lagi berdasarkan kebijaksanaan-Nya yang tanpa batas dan ia
telah menjadi hokum alam yang dikenali sebagai hokum sebab musabab dan
sebab akibat. Justru, hokum alam yang berkait rapat dengan kehidupan
manusia ini adalah sebagian daripada ketetapan qada dan qadar.
Isu yang hangat diperkatakan tentang qadla dan qadar ialah, adakah
tindak tanduk manusia juga telah ditentukan oleh Allah sejak dari azali lagi?
Syed Sabiq di dalam kitabnya Al-Aqaid Al-Islamiyah berkata: “Imam Al-
Khathabi telah berkata: Ramai orang mengira qadla dan qadar adalah
pemaksaan Allah ke atas hambaNya dan manusia hanya mengikut apa yang
telah ditetapkan oleh Allah. Sebenarnya pandangan yang seperti ini adalah
salah karena takdir adalah ketetapan Allah berdasarkan ilmu Allah yang
Maha Mengetahui tentang kejadian yang akan berlaku berhubung semua
perkara.. Pengetahuan Allah tentang sesuatu perkara tidak akan
mempengaruhi kehendak hamba itu.”
7
Di zaman Omar Al-Khattab ra., seorang lelaki telah ditangkap
karena mencuri dan beliau telah dibawa menghadap khalifat Omar. Lelaki
itu telah disoal “Mengapa kamu mencuri?” Lelaki itu menjawab: “Karena
Allah telah mentakdirkan ini ke atas diri saya. “Khalifah Omar ra amat
marah dengan lelaki ini lantas beliau terus berkata: “Pukul lelaki ini dengan
hukuman itu dan terus bertanya: “Mengapa hukumannya begitu berat?”
Berkata Omar Al-khattab ra: “Kamu akan dipotong tangan karena mencuri
dan disebut karena berdusta atas nama Allah. “Maksudnya, manusia
diizinkan Allah untuk membuat pilihan dan hal ini adalah sebahagian
daripada ketetapan qadla dan qadar.
Takdir ini dikenali sebagai qadla sebagai qada mubram atau takdir
yang pasti dan mengingkarinya akan menyebabkan seseorang menjadi kafir
mengikuti ijmak ulama. Takdir yang kedua ialah takdir yang tertulis di Lauh
Mahfuz dan ia dikenali juga sebagai takdir mua’allaq. Mengikut k.H
8
Sirajudiin Abbas di dalam buku 40 Maslah Agma, takdir ini boleh berubah
dari masa ke masa, sebagai contoh jika seseorang telah ditakdirkan hidup
hingga ke usia 60 tahaun, dan beliau sering menghubungkan tali
persaudaraan dengan manusia, Allah mungkin menambah umurnya
melebihi 60 tahun. Atau jika seseorang telah ditulis kan memasuki neraka
kemudian di ujung hidupnya beliau bertaubat dan melakukan amal salih
dengan penuh keikhlasan, berkemungkinan beliau akhirnya akan
dimasukkan ke dalam syurga. Berhubung dengan ini Allah berfirman:
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang
Dia kehendaki dan disisi-Nya terdapat Ummul Kitab.” (Surah Ar-Ra’d ayat
39).
2.2 Faedah dan Pengaruh Iman Kepada Qadla dan Qadar dalam
Menghasilkan Daya Kekuatan dan Perkembangan Islam
Hikmah beriman kepada takdir (qadha dan qadar) membuahkan hasil dan
dampak yang baik untuk umat dan individu, di antaranya:
1. Akan membuahkan berbagai macam amal saleh dan sifat yang
terpuji,seperti ikhlas, tawakal, rasa takut dan pengharapan kepada Allah,
berbaiksangka kepada-Nya, sabar dan tabah, menghilangkan rasa putus
asa, ridhadengan Allah, hanya bersyukur kepada Allah, dan senang dengan
karuniadan rahmat-Nya, tawadhu' kepada-Nya, meninggalkan
kesombongan dankeangkuhan, mendorong untuk berinfak di jalan kebaikan
karena tsiqoh (percaya) kepada Allah, berani,qana'ah (menerima yang ada)
dan memilik harga diri, tekad yang tinggi, tegas, kesungguhan dalam segala
permasalahan, bersikap menengah dalam suka dan duka, selamat dari hasad
dan penolakan, bebasnya akal dari khurafat dan kebathilan,kelapangan
jiwa dan ketenangan hati.
9
2. Seorang mukmin dengan taqdir akan berjalan dalam hidupnya di atas jalan
kebenaran, nikmat tidak akan membuat dia berputus asa serta meyakini
bahwa segala kesulitan yang menimpanya adalah merupakan taqdir dan ujian dari
Allah, dengan demikian dia akan bersabar dan tabah dan tidak akan gelisah.
3. Beriman kepada taqdir , melindunginya dari sebab-sebab yang
menjerumuskan kepada kesesatan dan suul khatimah (pengakhiran hidup yang
jelek) karena taqdir membuat seseorang senantiasa bersungguh-sungguh
untuk istiqamah, memperbanyak amal saleh dan menjauhikemaksiatan dan
penyebab kehancuran.
4. Menumbuhkan pada jiwa orang-orang beriman keteguhan hati
dankeyakinan yang mantap di samping mengusahakan sebab
dalammenghadapi musibah dan berbagai kesulitan. Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan:
1. Perbuatan yang dilakukan oleh semua makhluk yang mempunyai kehendak.
Perbuatan ini terjadi atas dasar keinginan dan kemauanpelakunyakarena
Allah Ta’ala menjadikannya untuk mereka.
2. Seorang mukmin dengan taqdir akan berjalan dalam hidupnya di atas jalan
kebenaran, nikmat tidak akan membuat dia berputus asa serta meyakini
bahwa segala kesulitan yang menimpanya adalah merupakan taqdir dan ujian dari
Allah, dengan demikian dia akan bersabar dan tabah dan tidak akan gelisah.
3.2 Saran
Kami menyadari akan ketidaksempurnaan makalah ini, untuk itu
saran yang membangun dari teman-teman sangat bermanfaat untuk
memperbaiki makalah selanjutnya. Kemudian saran dari kami adalah kita
harus sanga tmemperhatikan masalah perintah dan melarang untuk
berhujjah terhadap perbuatan maksiat dengan takdir yang telah Allah
tetapkan. Wallahu a’lam.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shaleh, Alih Bahasa: Masykur MZ, 1428 H/2007,
Qadha dan Qadar, Riyadh: Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah.
Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan, Alih Bahasa: Syahirul Alim Al-Adib, 2015,
KitabTauhid, Solo: Ummul Qura.
Cahyadi, Djaya, 2011, Takdir dalam Pandangan Fakhr Al-Din Al-Razi, Jakarta:Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
12