Anda di halaman 1dari 15

QADLA DAN QADAR

MAKALAH ILMU TAUHID

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tauhid

Dosen Pengampu : Dr. H. Buhori Muslim, M. Ag

Disusun oleh :
Ratri Hiusena 1187040056
Yuni Shiyami Sulistiawati 1187040077

JURUSAN KIMIA / 3B
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Berkat limpahan dan rahmat-Nya,
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah ilmu tauhid. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan ke pangkuan
Nabi besar Muhammad saw, yang kita nanti-nantikan syafaatnya di hari akhir.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penyusun hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah yang berjudul “Qadla dan Qadar” disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang qadla dan qadar, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di
susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Kami sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pengampu kami meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan dating dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.

Bandung, 29 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Qadla dan Qadar ..................................................................... 4
2.1.1 Pengertian menurut Al-Qur`an ........................................................... 4
2.1.2 Pengertian menurut lughah ................................................................. 5
2.1.3 Pengertian menurut ulama kalam....................................................... 7
2.2 Faedah dan Pengaruh Iman Kepada Qadla dan Qadar dalam
Menghasilkan Daya Kekuatan dan Perkembangan Islam ............................ 9
BAB III ................................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 11
3.2 Saran ........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat
warna-warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan
(tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak
satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi
adalah kehendak dan kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang
akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir,
angin ribut dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita adalah atas
kehendak, hak, dan kuasa Allah SWT. Dengan bekal keyakinan terhadap takdir
yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal
kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang
telah diberikan Allah SWT.

Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah


ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh
manusia. Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah
ini, maka kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan
berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim
yaitu melihat Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.

Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang
terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir
yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal,
menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang
harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini.

Sudah sejak dahulu masalah qadha dan qadar menjadi ajang perselisihan di
kalangan umat Islam. Diriwayatkan bahwa Rasulullah keluar menemui
shahabatnya, ketika itu mereka sedang berselisih tentang masalah qadha dan qadar
maka beliau melarangnya dan memperingatkan bahwa kehancuran umat-umat
terdahulu tiada lain karena perdebatan seperti ini.1

Walaupun masalah qadha dan qadar menjadi ajang perselisihan dikalangan


umat Islam, tetapi Allah Ta’ala telah membuka hati para hamba-Nya yang beriman,
yaitu para salaf shaleh yang mereka itu senantiasa menempuh jalan kebenaran
dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha danqadar adalah termasuk
rububiyah Allah atas makhluk-Nya.2 Maka masalah ini termasuk dalam salah satu
diantara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama.3

Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid Ar Rububiyah. Oleh karena


ituimam Ahmad rahmatullah berkata “Qadar adalah merupakan kekuasaan Allah
Ta’ala". Karena tak syak4 lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan kekuasaan-Nya yang
menyeluruh, di samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang tersembunyi, tak ada
seorang pun yang dapat mengetahuinya kecuali Dia,tertulis di lauh mahfuzh5 dan tak
ada seorang pun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu, takdir baik atau buruk yang
telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi
atau berdasarkan nas6 yang sahih.

Iman adalah aspek agama Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut
pondasi dari setiap agama. Bila sistem Iman rusak, maka runtuhlah bangunan
agama secara keseluruhan. Dalam agama Islam Iman ini terbagi menjadi enam,
yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada Rasulullah SAW, Iman kepada malaikat

1
Muhammad bin Shaleh Al-‘Utsaimin, Masykur MZ. (trans.), Qadha dan Qadar, (Riyadh:Maktab
Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007), hlm. 4
2
Lihat QS. Al-Qamar [54] : 49-50
3
Lihat HR. Muslim (no. 8), HR. Abu Dawud (no. 4695), HR. at-Tirmidzi (no. 2610), HR. an-
Nasa-i (VIII/97), HR. Ibnu Majah (no. 63). Hadis ini Sahih.
4
syak = Rasa kurang percaya (sangsi, curiga, tidak yakin, ragu-ragu).
5
Lihat QS. Al-A’raaf [7] : 37, QS. Yunus [10] : 61, QS. Hud [11] : 6, QS. Ar -Ra’d [13] : 39, QS.
Al-Israa [17] : 58, QS. Al-Anbiyaa [21] : 105, QS. Al-Hajj [22] : 70, QS. Saba [34] : 3, QS.Faatir
[35] : 11, QS. Yaseen [36] : 12, QS. Az-Zukhruf [43] : 4.
6
nas = Perkataan atau kalimat dari Al-Qur’an atau hadis yang dipakai sebagai alasan atau dasar
untuk memutuskan suatu masalah

2
Allah, Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada hari akhir, dan Iman
kepada qadha & qadar.

Qadha dan qadar merupakan rukun Iman yang ke enam. Kita umat muslim
harus benar-benar meyakininya, artinya setiap manusia (muslim dan muslimah)
wajib mempunyai niat dan keyakinan sungguh-sungguh bahwa segala perbuatan
makhluk, sengaja maupun tidak telah ditetapkan oleh Allah SWT. dan tidak ada
campur tangan dari siapapun. Orang yang benar-benar beriman adanya qadha dan
qadar akan senantiasa menjaga agar perilakunya baik dan berusaha menjauhi hal-
hal yang buruk. Begitu juga sebaliknya. Dalam makalah ini akan diuraikan
mengenai persoalan qadha dan qadar. Dari pembahasan makalah ini diharapkan
kita semua bisa mendapatkan pemahaman yang bisa meningkatkan kadar keimanan
kita terhadap rukun Iman yang telah di tetapkan khususnya Iman
kepada qadha dan qadar.

3
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Qadla dan Qadar


2.1.1 Pengertian menurut Al-Qur`an
Dalil-Dalil dari Al-Qur-an. Dalil-dalil dari al-Qur-an sangat
banyak, di antaranya firman Allah Azza wa Jalla

‫َو َكانَ أ َ ْم ُر ه‬
ً ‫َّللاِ قَدَ ًرا َم ْقد‬
‫ُورا‬
“…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” [Al-
Ahzab/33 :38] . Juga firman-Nya:

‫ش ْيءٍ َخلَ ْقنَاهُ بِقَدَ ٍر‬


َ ‫إِنها ُك هل‬

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” [Al-


Qamar/54 : 49]. Dan juga firman-Nya yang lain:

ٍ ُ‫َيءٍ ِإ هَّل ِع ْندَنَا خَزَ ائِنُهُ َو َما نُن َِزلُهُ ِإ هَّل ِبقَدَ ٍر َم ْعل‬
‫وم‬ ْ ‫َو ِإ ْن ِم ْن ش‬

“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah kha-zanahnya,
dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” [Al-
Hijr/15 : 21]. Juga firman-Nya:

َ‫وم فَقَدَ ْرنَا فَ ِن ْع َم ْالقَاد ُِرون‬


ٍ ُ‫إ ِِلَ ٰى قَدَ ٍر َم ْعل‬

“Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka


Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.” [Al-Mursalaat/77 : 22-23]

4
2.1.2 Pengertian menurut lughah
Secara bahasa, qadha’ mengandung beberapa makna berbeda sesuai
konteks kalimatnya. Di antaranya berarti:
a. Memutuskan hukum (al-hukmun). Qadha yaqdhi qadhaan. Berarti
menghukumi
b. Perintah (al-amr ). Allah berfirman dalam surat Al-Isra’ [17] ayat 23.

‫َسانًا ِإ هما يَ ْبلَُغ هَن ِع ْندَ َك‬ َ ‫ض ٰى َرب َُّك أ َ هَّل ت َ ْعبُدُوا ِإ هَّل ِإيهاهُ َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن إِ ْْح‬ َ َ‫َوق‬
ٍ ُ ‫ْال ِكبَ َر أ َ َْحدُ ُه َما أ َ ْو ِك ََل ُه َما فَ ََل تَقُ ْل لَ ُه َما أ‬
‫ف َو ََّل ت َ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْو ًَّل‬
‫َك ِري ًما‬
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaknya berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”7

c. Kabar. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Hijr [15] ayat 66.

َ‫ص ِب ِحين‬
ْ ‫ع ُم‬ ُ ‫ض ْينَا ِإلَ ْي ِه ٰذَ ِل َك ْاْل َ ْم َر أ َ هن دَا ِب َر ٰ َهؤ ََُّل ِء َم ْق‬
ٌ ‫طو‬ َ َ‫َوق‬
Artinya: “Dan telah Kami tetapkan kepadanya (Luth) keputusan itu, bahwa
akhirnya mereka akan ditumpas habis pada waktu subuh”8

Dan maksud qadha’ di sini ialah makna pertama: memutuskan


hukum.9 Qadar ialah takdir. Ketentuan takdir segala sesuatu sebelum terjadi

7
Imam Ghazali Masykuri, dkk., Al Mumayyaz, Al-Qur’an Tajwid Warna Transliterasi PerKata
Terjemah Per Kata, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2014), hlm. 284.

8
Imam Ghazali Masykuri, dkk., Al Mumayyaz, Al-Qur’an Tajwid Warna Transliterasi PerKata
Terjemah Per Kata, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2014), hlm. 265.
9
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Syahirul Alim Al-Adib (trans.), Kitab Tauhid, (Solo: UmmulQura,
2015), hlm. 285.

5
dan penulisannya di Lauh mahfuzh.10 Allah Azza wa Jalla berfirman dalam
surat Fussilat [41] ayat 10.

‫ار َك فِي َها َوقَد َهر فِي َها‬


َ ‫ي ِم ْن فَ ْوقِ َها َو َب‬
َ ‫و َِ َج َع َل فِي َها َر َوا ِس‬
َ‫َسائِ ِلين‬ َ ‫أ َ ْق َوات َ َها فِي أ َ ْربَ َع ِة أَي ٍهام‬
‫س َوا ًء ِلل ه‬
Artinya: ”Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kukuh di
atasnya.Dan kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan
(bagipenghuni)nya dalam empat masa, memadai untuk (memenuhi
kebutuhan)mereka yang memerlukannya”11
Taqdir adalah ketentuan Allah untuk seluruh yang ada sesuai dengan ilmudan
hikmah-Nya. Taqdir ini kembali kepada kudrat (kekuasaan)
Allah,sesungguhnya Dia atas segala sesuatu maha kuasa, dan berbuat apa yang
dikehendaki-Nya.12
Adapun pendapat lain yang menyatakan bahwa qadha’ berarti kehendak
manusia dan qadar adalah ketetapan Allah, atau juga sebaliknya. Namun
keduanya tidak masalah karena keduanya berarti takdir baik dan buruk yang
harus kita imani sebagai seorang muslim. Hukum yang Allah berlakukan
bagi alam dan dijadikan berjalan sesuai konsekuensinya merupakan
sunnatullah yang Dia hubungkan dengan sebab akibat semenjak Dia
menghendakinya hingga selamanya. Jadi, segala yang terjadi di alam ini
sesuai dengan takdir terdahulu yang telah Allah atur dan tentukan. Sesuatu
yang terjadi berarti ia telah ditakdirkan dan diputuskan. Adapun yang tidak
terjadi, berarti tidak ditakdirkan dan diputuskan. Semuanya yang tidak
mengenaimu pasti tidak akan mengenaimu, dan semua yang mengenaimu
tidak mungkin tidak mengenaimu.13

10
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Syahirul Alim Al-Adib (trans.), Kitab Tauhid, (Solo: UmmulQura,
2015), hlm. 285.
11
Imam Ghazali Masykuri, dkk., Al Mumayyaz, Al-Qur’an Tajwid Warna Transliterasi PerKata
Terjemah Per Kata, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2014), hlm. 477.
12
Universitas Islam Madinah Bidang Riset & Kajian Ilmiah Bagian Terjemah,
ErwandiTarmizi(Murajaah), Rukun Iman, (Riyadh: Islamic Propagation Office in Rabwah, 1426H),
hlm.140.

13
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Syahirul Alim Al-Adib (trans.), Kitab Tauhid, (Solo: UmmulQura,
2015), hlm. 286.

6
2.1.3 Pengertian menurut ulama kalam
Qada dan qadar ialah ketetapan Allah yang telah ditentukan sejak
dari azali lagi berdasarkan ilmu-Nya yang Maha Tinggi, disusuli dengan
kejadian seperti mana yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, sebelum
kejadian alam semesta, Allah menetapkan gas atau asap akan memenuhi
angkasa raya diikuti dengan kejadian bintang bintang dan planet-planet dan
itulah sebenarnya yang telah berlaku tanpa dapat dihalangi. Allah
menetapkan satu bahagian oksigen perlu bercantum dengan dua bahagian
hydrogen untuk menjadi air dan hakikat ini tidak dapat diubah sampai ke
bila-bila. Allah menetapkan kaum wanita dan bukannya kaum lelaki yang
mengandung dan melahirkan anak dan hakikat ini juga tidak boleh diubah.
Allah menetapkan mata sebagai alat untuk melihat dan telinga untuk
mendengar dan fungsi ini akan berterusan sampai ke bila-bila.

Allah menetapkan setiap yang hidup pasti merasakan mati dan tidak
ada seorang pakar perbuatan pun yang mengubah kenyataan ini. Semua ini
dan yang lain-lainnya tidak dapat diubah sebab ia adalah ketetapan Allah
sejak dari azali lagi berdasarkan kebijaksanaan-Nya yang tanpa batas dan ia
telah menjadi hokum alam yang dikenali sebagai hokum sebab musabab dan
sebab akibat. Justru, hokum alam yang berkait rapat dengan kehidupan
manusia ini adalah sebagian daripada ketetapan qada dan qadar.

Isu yang hangat diperkatakan tentang qadla dan qadar ialah, adakah
tindak tanduk manusia juga telah ditentukan oleh Allah sejak dari azali lagi?
Syed Sabiq di dalam kitabnya Al-Aqaid Al-Islamiyah berkata: “Imam Al-
Khathabi telah berkata: Ramai orang mengira qadla dan qadar adalah
pemaksaan Allah ke atas hambaNya dan manusia hanya mengikut apa yang
telah ditetapkan oleh Allah. Sebenarnya pandangan yang seperti ini adalah
salah karena takdir adalah ketetapan Allah berdasarkan ilmu Allah yang
Maha Mengetahui tentang kejadian yang akan berlaku berhubung semua
perkara.. Pengetahuan Allah tentang sesuatu perkara tidak akan
mempengaruhi kehendak hamba itu.”

7
Di zaman Omar Al-Khattab ra., seorang lelaki telah ditangkap
karena mencuri dan beliau telah dibawa menghadap khalifat Omar. Lelaki
itu telah disoal “Mengapa kamu mencuri?” Lelaki itu menjawab: “Karena
Allah telah mentakdirkan ini ke atas diri saya. “Khalifah Omar ra amat
marah dengan lelaki ini lantas beliau terus berkata: “Pukul lelaki ini dengan
hukuman itu dan terus bertanya: “Mengapa hukumannya begitu berat?”
Berkata Omar Al-khattab ra: “Kamu akan dipotong tangan karena mencuri
dan disebut karena berdusta atas nama Allah. “Maksudnya, manusia
diizinkan Allah untuk membuat pilihan dan hal ini adalah sebahagian
daripada ketetapan qadla dan qadar.

Hukum sebab musabab atau sebab akibat adalah takdir. Manusia


dapat menolak takdir dengan takdir yang lain karena kesemua itu telah
dicipta dan ditetapkan oleh Allah bagi manusia. Justru, takdir lapar dapat
dihilangkan dengan takdir makan, takdir dahaga dapat dihilangkan dengan
minum dan takdir mengantuk dapat dihilangkan dengan tidur. Mengikut
sebuah riwayat yang shahih, khalifah Omar Al-Khattab ra enggan
memasuki kampong tertentu di Syam karena ketika itu ia sedang dilanda
wabak taun. Sahabat Abu Ubaidah ibn Jarrah ra bertanya kepada Omar ra:
“Mengapa kamu lari dari takdir Tuhan?” Omar ra menjawab: “Aku lari dari
takdir Allah kepada takdir yang lain.”

Takdir mempunyai beberapa bahagiab, pertama ialah takdir di


dalam ilmu Allah yang azali. Ia bermaksud Allah telah mengetahui segala-
galanya sebelum ia benar-benar berlaku. Takdir di dalam bentuk ini tidak
boleh dan tidak mungkin berubah secara mutlak. Jika ia berubah ia
mencacat kesempurnaan Allah dan hal ini adalah mustahil di sisi Allah.
Berhubung dengan ini Allah berfirman: “Keputusan di sisiku tidak akan
berubah dan aku sekali-kali tidak menzalimi hamba-hambaku.

Takdir ini dikenali sebagai qadla sebagai qada mubram atau takdir
yang pasti dan mengingkarinya akan menyebabkan seseorang menjadi kafir
mengikuti ijmak ulama. Takdir yang kedua ialah takdir yang tertulis di Lauh
Mahfuz dan ia dikenali juga sebagai takdir mua’allaq. Mengikut k.H

8
Sirajudiin Abbas di dalam buku 40 Maslah Agma, takdir ini boleh berubah
dari masa ke masa, sebagai contoh jika seseorang telah ditakdirkan hidup
hingga ke usia 60 tahaun, dan beliau sering menghubungkan tali
persaudaraan dengan manusia, Allah mungkin menambah umurnya
melebihi 60 tahun. Atau jika seseorang telah ditulis kan memasuki neraka
kemudian di ujung hidupnya beliau bertaubat dan melakukan amal salih
dengan penuh keikhlasan, berkemungkinan beliau akhirnya akan
dimasukkan ke dalam syurga. Berhubung dengan ini Allah berfirman:
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang
Dia kehendaki dan disisi-Nya terdapat Ummul Kitab.” (Surah Ar-Ra’d ayat
39).

2.2 Faedah dan Pengaruh Iman Kepada Qadla dan Qadar dalam
Menghasilkan Daya Kekuatan dan Perkembangan Islam

Hikmah beriman kepada takdir (qadha dan qadar) membuahkan hasil dan
dampak yang baik untuk umat dan individu, di antaranya:
1. Akan membuahkan berbagai macam amal saleh dan sifat yang
terpuji,seperti ikhlas, tawakal, rasa takut dan pengharapan kepada Allah,
berbaiksangka kepada-Nya, sabar dan tabah, menghilangkan rasa putus
asa, ridhadengan Allah, hanya bersyukur kepada Allah, dan senang dengan
karuniadan rahmat-Nya, tawadhu' kepada-Nya, meninggalkan
kesombongan dankeangkuhan, mendorong untuk berinfak di jalan kebaikan
karena tsiqoh (percaya) kepada Allah, berani,qana'ah (menerima yang ada)
dan memilik harga diri, tekad yang tinggi, tegas, kesungguhan dalam segala
permasalahan, bersikap menengah dalam suka dan duka, selamat dari hasad
dan penolakan, bebasnya akal dari khurafat dan kebathilan,kelapangan
jiwa dan ketenangan hati.

9
2. Seorang mukmin dengan taqdir akan berjalan dalam hidupnya di atas jalan
kebenaran, nikmat tidak akan membuat dia berputus asa serta meyakini
bahwa segala kesulitan yang menimpanya adalah merupakan taqdir dan ujian dari
Allah, dengan demikian dia akan bersabar dan tabah dan tidak akan gelisah.
3. Beriman kepada taqdir , melindunginya dari sebab-sebab yang
menjerumuskan kepada kesesatan dan suul khatimah (pengakhiran hidup yang
jelek) karena taqdir membuat seseorang senantiasa bersungguh-sungguh
untuk istiqamah, memperbanyak amal saleh dan menjauhikemaksiatan dan
penyebab kehancuran.
4. Menumbuhkan pada jiwa orang-orang beriman keteguhan hati
dankeyakinan yang mantap di samping mengusahakan sebab
dalammenghadapi musibah dan berbagai kesulitan. Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:

‫اك ْل َ َْح ٍد إَِّله ِل ْل ُمؤْ ِم ِن إِ ْن‬


َ َ‫ْس ذ‬َ ‫َع َجبًا ْل َ ْم ِر ْال ُمؤْ ِم ِن ِإ هن أ َ ْم َرهُ ُكلههُ َخي ٌْر َولَي‬
ُ‫صبَ َر فَ َكانَ َخي ًْرا لَه‬ َ ‫ض هرا ُء‬ َ ُ‫صابَتْه‬َ َ ‫ش َك َر فَ َكانَ َخي ًْرا لَهُ َو ِإ ْن أ‬َ ‫س هرا ُء‬ َ ُ‫صابَتْه‬ َ َ‫أ‬
"Sungguh mengherankan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua
urusannya baik dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh mukmin, jika ia
mendapatkan nikmat ia bersyukur dan itu baik buat dia, dan jika
mendapatkan musibah ia bersabar maka hal tertib pun baik untuknya.”

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan:
1. Perbuatan yang dilakukan oleh semua makhluk yang mempunyai kehendak.
Perbuatan ini terjadi atas dasar keinginan dan kemauanpelakunyakarena
Allah Ta’ala menjadikannya untuk mereka.
2. Seorang mukmin dengan taqdir akan berjalan dalam hidupnya di atas jalan
kebenaran, nikmat tidak akan membuat dia berputus asa serta meyakini
bahwa segala kesulitan yang menimpanya adalah merupakan taqdir dan ujian dari
Allah, dengan demikian dia akan bersabar dan tabah dan tidak akan gelisah.

3.2 Saran
Kami menyadari akan ketidaksempurnaan makalah ini, untuk itu
saran yang membangun dari teman-teman sangat bermanfaat untuk
memperbaiki makalah selanjutnya. Kemudian saran dari kami adalah kita
harus sanga tmemperhatikan masalah perintah dan melarang untuk
berhujjah terhadap perbuatan maksiat dengan takdir yang telah Allah
tetapkan. Wallahu a’lam.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shaleh, Alih Bahasa: Masykur MZ, 1428 H/2007,
Qadha dan Qadar, Riyadh: Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah.

Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan, Alih Bahasa: Syahirul Alim Al-Adib, 2015,
KitabTauhid, Solo: Ummul Qura.

Al-Mundziri, Imam, Alih Bahasa: Rohimi dan Zaenal Mutaqin,


2013, RingkasanShahih Muslim, Bandung: Penerbit Jabal.

Al-Qahthani, Said bin Musfir, Alih Bahasa: Munirul Abidin, 1429


H/2008, Edisi Indonesia: Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Jakarta:
PT. DarulFalah.

Anam,Khoirul, 2009, Mengubah Takdir, Karena Takdir Buruk Hanyadiperuntukkan


Bagi si Pemalas Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cahyadi, Djaya, 2011, Takdir dalam Pandangan Fakhr Al-Din Al-Razi, Jakarta:Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Masykuri, Imam Ghazali, dkk., 2014, Al Mumayyaz, Al-Qur’an Tajwid Warna


Transliterasi Per Kata Terjemah Per Kata , Bekasi: Cipta Bagus Segara.

Universitas Islam Madinah Bidang Riset & Kajian Ilmiah Bagian


Terjemah,Erwandi Tarmizi (Murajaah), 1426 H, Rukun Iman, Riyadh:
IslamicPropagation Office in Rabwah.

Mianoki,Adika.2010, Memahami Takdir dengan Benar ,https://muslim.or.id/2156


-memahami-takdir-dengan-benar.html [Online] diakses pada 29 September
2019.

Wahyudi, Ari, 2008,Takdir Allah Tidak Kejam,https://muslim.or.id/414-takdir-allah-


tidak-kejam.html [Online] diakses pada 29 September 2019.

12

Anda mungkin juga menyukai