Anda di halaman 1dari 4

2.

6 Bahan Baku dan Bahan Penunjang dalam Proses Produksi

2.6.1 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi industri besi adalah bijih besi dimana bijih
besi akan digunakan untuk menjadi besi kasar (pig iron). Didalam bijih besi terkandung atom oksigen
dan atom besi yang berikatan bersamadalam molekul. Besi sendiri biasanya didapatkan dalam bentuk
magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethite , limonit atau siderite. Biji besi biasanya kaya akan besi oksida
dan beragam dalam hal warna, dari kelabu tua, kuning muda, ungu tua, hingga merah karat. Bijih besi
diperoleh dengan cara penambangan. Biji logam yang diperoleh dari penambangan biasanya masih
bercampur dengan bahan-bahan ikuan lainnya. Presentase berat dari unsur-unsur yang terkandung
didalam bijih-bijih ini tergantung pada kedalaman lapisan tanah dari mana biji tersebut diperoleh,
misalnya untuk lapisan tanah dengan kedalaman 1,6 km akan diperoleh biji dengan 46,59 % oksigen,
27,72 % silicon dan selebihnya unsur termasuk logam-logam. Logam – logam yang terdapat dalam bijih
besi biasanya masih dalam keadaan terikat dengan unsur-unsur lain (berupa senyawa lain) misalnya:

1. berupa Oksida-oksida (biji Fe, Mn, Sn, Cr)


2. berupa karbonat-karbonat (biji Zn, Cu, Fe)
3. Berupa Sulfida (biji Pb, Zb, Cu,dll)

Gambar Bijih Besi

2.6.2 Bahan Penunjang

Bahan penunjang terdiri dari :


1. Batu, yang terdiri dari :
- batu besi merah atau Hematit, ferrrit oxide. Batu ini mengandung kurang lebih 70% Fe dan 30
% Oksigen serta sedikit mengandung Posfor yang berwarna merah.
- batu besi magnit ferri ferrous oxide atau Magnetit). Batu ini mengandung 72,3 % Fe dan 24,6 %
Oksigen serta hampir tidak mengandung Posfor, berwarna hijau tua kehitam-hitaman dan
mempunyai sifat magnet yang kuat.
- batu besi sawo matang ferrous carbonat atau Siderit. Batu ini mengandung 40 % Fe dan 36 %
CO2 serta mengandung air dan Posfor.
2. Pasir
Pasir besi titan (TiO2) mengandung oksida besi (Fe3O4) kurang lebih 70x yang bercampur dengan
oksida titan 9% sampai 11 kali.
2. Berbutir Halus
Pasir besi spat ferrit carbonat (Fe2O3) disebut juga Sperosiderit yang mengandung 30 5 sampai
45 % Fe yang bercampur dengan tanah liat. Pasir besi spat ini ada yang mengandung carbon
antara 10 5 sampai 25 %.
3. Chamosite
Mineral ini terjadi bersama-sama dengan limonite dan siderite dalam bentuk kandungan yang
berkadar rendah (Minette). Chamosite umumnya banyak berisi Sulphur, Phosfor, dan mineral-
mineral lain seperti Quartz dan Calcite
4. Geothite, Hydrogoothie
Keduanya merupakan hydrate oksida besi yang mengandung 63 % besi. Terjadi dari mineral atau
dihasilkan dekat permukaan bumi karena perubahan iklim yang terjadi biji-biji besi yang tidak
terlindung mucul ke permukaan.

2.7 Proses Produksi dalam Industri Besi

2.7.1 Proses Awal Pengolahan Bijih Besi

Biji besi diperoleh dengan cara ditambang. Pada saat penambangan dari alam, biji besi berupa
bongkahan-bongkahan dalam berbagai ukuran dan warna. Bongkahan besi juga mengandung okisgen
dan atom besi yang bercampur dengan aneka kotoran serta unsur-unsur yang tidak diinginkan, seperti
pasir, tanah liat dan batuan lain. Pada umumnya biji besi hasil penambangan berwujud mineral besi
oksida dengan beragam presentase kandungan besi.Mineral besi oksida dengan kandungan besi
terbanyak adalah magnetite, hematite, dan goethite. Sementara kandungan besi lebih rendah misalnya
limonite dan siderite.

Agar bersih dari berbagai macam kotoran yang tertinggal, maka bijih besi harus melewati proses
pencucian (washing). Proses pencucian dapat dibantu dengan alat berat seperti trommel screen (ayakan
yang berupa drum raksasa yang diputar dengan kecepatan tertentu). Setelah pencucian, bijih besi
dipecah atau dihancurkan. Proses pemecahan (breaking) dengan menggunakan alat hammer mill agar
didapatkan butiran berukuran tertentu atau hingga menjadi serbuk halus, proses penghancuran
(crushing) dengan menggunakan alat gyratory mill dan penghalusan (grinding) dengan menggunakan
alat mesin ball mill.

2.7.2 Metode Blast Furnace

Metode Blast furnace adalah salah satu proses mettalurgi untuk mereduksi bijih besi (iron ore),
pellet dan atau sinter secara kimia dan mengubah material besi padat tersebut menjadi logam besi cair
bersuhu tinggi (hot metal) dengan menggunakan tanur / tungku pelebur. Metode ini erat hubungannya
dengan proses pembuatan besi kasar (pig iron) yang menjadi dasar berbagai material besi.

Blast furnace juga dikenal dengan metode tanur tinggi/tegak , karena menggunakan tanur
berbentuk silindertegak dengan ukuran relative besar. Memiliki diameter kurang lebih 6 meter dengan
tinggi kurang lebih 20-30 meter. Tungku depan lubang dibagian atas ini terbuat dari plat baja yang
dinding dalamnya dilapisi material bata tahan api (refractory brick). Sepanjang proses ini ditiupkan udara
panas (hot blast) kedalam tungku, dimana metode ini juga dikenal dengan tanur tiup. Udara bersuhu
1800◦C ini ditiupkan dari dapur cowper melalui lubang/bukaan (tuyer) yang terdapat dibagian bawah
tungku. Blast Furnace akan beroperasi secara berkelanjutan selama enam sampai sepuluh tahun dengan
hanya berhenti untuk melakukan pemeliharaan yang telah direncanakan.

Prinsip kerja Blast Furnace ini secara bertahap bahan baku dituangkan kedalam tungku melalui
lubang bagian atas. Bahan utama yang diperlukan adlah bijih besi yang berkadar besi tinggi (magnetit
dan hematit) maupun hasil olahan (pellet atau sinter). Selain bijih besi diperlukan arang batubara
(kokas) dan bahan tambahan (flux) berupa batu kapur, kapur bakar, atau batu dolomit. Kemudian dari
lubang yang ada dibagian bawah tungku ditiupkan udara panas. Akibat semburan udara panas inilah
terjadi berbagai reaksi kimia pada tiap bagian silinder tegak yang memiliki suhu berbeda-beda (400-
1.800◦C). Berbagai reaksi dalam tungku berlangsung paling efektif pada suhu antara 700-1200◦C. Gas
panas hasil reaksi yang keluar lewat lubang dibagian atas akan dibersihkan dengan alat khusus. Setelah
itu gas panas tersebut akan mengalami proses lanjutan untuk dimanfatkan. Sementara itu, bijih besi
akan mengalami reduksi serta pemurnian yang kemduian akan melebur membentuk logam cair panas
(hot metal) yang akan ditampung dibagian bawah tungku. Dibawah bagian tungku juga ditampung
limbah padat (slag). Kemudian hot metal dapat dicetak menjadi besi kasar (pig iron) atau diproses
menjadi baja.
Gambar Skema Pengolahan Besi yang salah satunya dengan metode Blast Furnace

Zahri, Amiludin. 2014. Bahan Ajar Proses Produksi. Universitas Bina Darma

https://kpssteel.com/educational/manfaat-besi-kehidupan-sehari-hari/

https://metallurgy.itb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai