Anda di halaman 1dari 21

PROSES PRODUKSI II

PEENGOLAHAN BIJIH BESI DAN BAJA

Disusun Oleh :

HAMSA ARSAD (20221035)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengolahan Besi dan Baja dari Bijih Besi


B. Jenis-Jenis Bijih Besi
C. Proses Pengolahan Pada Dapur Tinggi
D. Bahan Baku
E. Diagram Kesetimbangan Besi karbon

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Besi merupakan logam yang paling banyak terdapat di alam. Besi juga
diketahui sebagai unsur yang paling banyak membentuk bumi, yaitu kira-kira 4,7 - 5%
pada kerak bumi. Besi adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi dan jarang dijumpai
dalam keadaan bebas, kebanyakan besi terdapat dalam batuan dan tanah sebagai oksida
besi, seperti oksida besi magnetit (Fe3O4) mengandung besi 65%, hematit (Fe2O3)
mengandung 60 − 75% besi, limonet (Fe2O3·H2O) mengandung 20% besi dan siderit
(Fe2CO3) mengandung 10% besi. Dalam kehidupan, besi merupakan logam paling biasa
digunakan dari pada logam-logam yang lain sebagai paduan logam. Hal ini disebabkan
karena harga yang murah dan kekuatannya yang baik serta penggunaannya yang luas.

Besi terus mengalami kenaikan sekitar 6,3% dari kerak bumi namun tidak
pernah ditemukan dalam bentuk murni, tetapi sebaliknya dikombinasikan dengan unsur-
unsur lain terutama oksigen, yang dapat menghasilkan oksida besi. Pada senyawa besi
memiliki sifat yang berbeda seperti warna yang dihasilkan dari transisi elektron antara
sub orbital kulit d. Warna-warna ini termasuk kuning dan merah yang berperan dalam
pembentukan warna tanah .

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengolahan Besi Dan Baja Dari Bijih Besi

Besi merupakan hasil ekstraksi dari oksida besi dengan reduktor karbon yang
kemudian bijihnya akan diolah dalam suatu tungku yang disebut tanur tiup (blast
furnance). Tanur tiup ini mempunyai bentuk silinder raksasa yang tingginya
sekitar 30 m atau lebih dengan diameter tengahnya sekitar 8 m.

Selain bijih besi, proses pengolahan besi ini juga menggunakan kokas (C)
dan batu kapur (CaCO3) dimana kokas berfungsi sebagai reduktor, sedangkan
batu kapur berfungsi sebagai fluks. Fluks ini adalah bahan yang akan bereaksi
dengan pengotor dalam bijih besi dan memisahkan pengotor itu dalam bentuk
cairan kental yang disebut terak (slag).
Kandungan pengotor dalam bijih besi akan mempengaruhi komposisi bahan
– bahan tersebut. Pengotor bijih besi ada yang bersifat asam seperti SiO2
(pasir), Al2O3, dan P2O5 maupun yang sifatnya basa seperti seperti CaO, MgO,
dan MnO. Namun pada umumnya pengotor dalam bijih besi kebanyakan bersifat
asam sehingga perlu menambahkan bahan fluks yang bersifat basa seperti
CaCO3.
Secara garis besar berikut adalah proses pengolahan bijih besi tersebut :

1. Proses Pengolahan Besi dan Baja

Bijih besi, kokas dan batu kapur diumpankan dari puncak tanur dengan bagian
bawahnya yang ditiupkan udara panas sehingga kokas akan terbakar pada
bagian bawah tanur. Kokas yang terbakar akan membebaskan kalor sehingga
suhu di daerah itu dapat mencapai 2.000°C.
Kemudian unsur Mn, Si, P, C dan S akan larut dalam besi cair dan turun ke dasar
tanur untuk dikeluarkan secara periodik. Karena massa jenis terak lebih kecil
maka akan mengapung di atas besi cair itu dan lapisan terak tersebut akan
berfungsi melindungi besi cair dari oksidasi kembali. Terak dikeluarkan dari
saluran tersendiri dan dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan jalan
raya atau bahan pupuk.
Besi yang dibuat menggunakan tungku tanur tiup ini disebut dengan besi gubal
(pig iron) atau besi kasar. Besi ini mengandung kira – kira 95% besi, 3 –
4% karbon dan sisanya pengotor lain seperti Mn, Si, P, dan S dengan sifatnya
yang keras tetapi rapuh. Besi gubal ini pada umumnya banyak digunakan dalam
pembuatan besi baja, sebagian lain dapat dialirkan ke dalam cetakan sehingga
diperoleh besi tuang (cast iron). Besi gubal yang dikurangi kadar karbonnya
biasanya digunakan sebagai besi tempa dan biasanya besi tempa lebih lunak
namun tidak rapuh.

2. Pembuatan Baja

Baja sendiri dibuat dari campuran besi dan logam lainnya, namun ada
perubahan yang harus dilakukan pada pembuatan baja dan besi gubal, yaitu :
 Menurunkan kadar karbon dari 3 – 4% menjadi 0 – 1,5%
 Pengotor seperti Si, Mn dan P harus dihilangkan
 Menambahkan logam – logam campur seperti Ni dan Cr, penambahan ini
disesuaikan dengan kualitas baja yang akan dibuat
Baik besi maupun baja sendiri mempunyai keunggulannya masing – masing,
namun keduanya memiliki tingkat kekerasan yang hampir sama. Bila diukur
menggunakan alat ukur kekerasan / hardness tester maka keduanya memiliki
tingkat kekerasan sekitar 6 – 7 skala mohs.

B. Jenis-jenis Bijih Besi


5 macam bijih besi yang sering di manfaatkan :

1. Hematite (Fe2O3)

Hematite termasuk ke dalam salah satu macam-macam bijih besi dan merupakan iron oxide
paling umum. Anda bisa menemukan hematite dalam berbagai bentuk dan rupa untuk
penggunaan berbeda-beda. Dalam bentuk padat warnanya tidak terlalu merah namun akan
berubah ketika sudah menjadi bubuk. Karakteristik umumnya sebagai bijih utama untuk
peleburan besi, dan saat ini paling umum ditemukan.

2. Magnetite (Fe3 O4)

Magnetit memiliki sifat yang langka yaitu magnetis dan hanya ada dua bahan alami dapat
dimagnetisasi sebagai magnet permanen. Memiliki karakteristik unik sebagai bijih “terkaya”
karena mengandung banyak besi daripada hematit. Magnetit sangat mudah ditemukan bahkan
dalam jumlah besar sehingga tidak sulit mencari bahan bakunya. Dapat meleleh di suhu 1535
derajat dan kepadatannya sekitar 5,2 g/cm3.
3. Pyrities (FeS2)
Pyrities adalah bijih besi yang memiliki karakteristik warna kuning sampai coklat, termasuk ke
dalam besi sulfat. Kandungan besinya sekitar 45 – 47% dimana banyak ditemukan di negara
India, AS, Rusia dan Kanada.
4. Limonite (2Fe2O3.3H2O)

Macam-macam bijih besi lainnya yaitu Limonite yang sering disebut dengan Hydratited-
Haematite. Dilihat dari warnanya kuning sampai hitam dimana kandungan Fe sekitar 60% dan
mudah ditemukan di India, Jerman, AS.
5. Siderites (FeCO3)

Terakhir adalah bijih besi Siderites yang memiliki kandungan besi di dalamnya sekitar 40 – 48%.
Karakteristik beratnya sekitar 3,7 – 3,9 dan dari segi warna dari kuning sampai coklat .

C. Proses Pengolahan Pada Dapur Tinggi


Gambar Dapur Tinggi

PengertianDapur tinggi merupakan tanurmetalurgi digunakan untukpeleburan untuk


memproduksiindustri logam. Bijih besi yang diolah dalam dapur tinggi berupa Pyrite
(FeS2),magnetite (Fe3O4),serta hematite (Fe2O3) .

1. Konstruksi

Dapur tinggi mempunyai bentuk dua buah kerucut yang berdiri menjadi satu diatas yang lain
pada alasnya. Seluruh dinding dari dapur tinggi terbuat dari batutahan api yang dilapisi baja khusus
untuk lebih memperkuat konstruksinya selainitu pada dapur tinggi juga terdapat tiang-tiang
penyanggah untuk menahankonstruksi dinding batu tahan api dan baja. Pada dapur tinggi juga
dilengkapi dengan pesawat cowper yang berf ungsi untuk meniupkan udara panas padadapur tinggi.

2. Proses kerja

pada dasarnya proses kerja dapur tinggi bisa disederhanakan menjadi 4 tahap yaitu :

a. Proses pemasukan bahan$bahan yang akan diolah

b. Proses reduksi bahan-bahan

c. Proses pencairan bijih besi

3. Hasil produksi

Dapur tinggi dalam prosesnya menghasilkan dua macam produk, yaitu :

a. Besi kasar (Pig iron)

Besi kasar merupakan produk dari hasil reaksi reduksi bijih besi. Besi kasar sendiri memiliki sifat
rapuh (getas), sehingga diperlukan pengolahan lanjut untuk memperoleh besi yang kuat. Adapun
besi kasar ini dibagi menjadi dua yaitu besi kasar putih dan besi kasar kelabu.

a. Terak
Terak merupakan produk sampingan dari proses produksi dapur tinggi, terak terdapat dua macam
yaitu terak yang bersi&at asam dan terak yang bersifat basa. Hal tersebut bergantung pada berapa
kandungan CaO, MgO, Si dan Al pada terak.

Dapur Listrik

Gambar Konstruksi Dapur Tinggi

Dapur listrik merupakan dapurpengolahan lanjut setelah dapurtinggi, dapur listrik ber&ungsi
untukmengolah hasil dari dapur tinggimenjadi baja atau besi. Dapur listriklebih esien dibandingkan
dengandapur lainnya.

Konstruksi

Konstruksi dari dapur listrik berbentuk oval di bagian bawah, dindingnya berbentuk silinder serta
penutup tanur yang bisa membuka dan menutup. Pada penutupnya terdapat lubang untuk tempat
masuknya elektroda. 4 lektroda sendiri tidak bertumpu pada penutup dapur tapi bertumpu pada
rangka atau penopang tersendiri dan dapat bergerak ke atas dan menurun sesuai dengan
kebutuhan. Pada penutup dapur terdapat isolator panas yang mempunyai fungsi agar panas yang di
hasilkan tidak berkurang.

Gambar KonstruksiDapur Listrik

Proses kerja
Besi dalam dapur listrik melalui beberapa prose dalam produksi yaitu :

a. Proses pemuatan bahan-bahan produksi dalam dapur

b. Proses peleburansemua bahan dalam dapur

c. Proses pencairan besi

d. Tahap pembersihan sisa-sisa produksi

e. Tahap penyelesaian atau fnishing

Hasil Produksi hasil dari proses produksi dapur listrik ini berupa baja hasil olahan dari dapur tinggi
yang diolah menjadi baja yang lebih baik dan lebih berkualitas.

DAPUR KUBAH (KUPOLA)

PENJELASAN

a. Bahan adalah merupakan asal benda jadi.

b. Bahan logam adalah jenis bahan yang tersusun atas satu atau lebih unsure logam dengan kadar
hingga 100%.

c. Bahan bukan logam (non logam) adalah jenis bahan yang hanya sedikit atau tidak mengandung
unsur- unsur logam.

d. dLogam besi (ferro) adalah bahan logam yang mempunyai kandungan unsurebesi (Fe) dengan
kemurnian hingga 100%.

e. Logam bukan besi (non ferro) adalah bahan logam yang tidak mengandung unsure besi (Fe) atau
hanya sedikit mengandung unsure besi (Fe).

f. Bahan alami adalah bahan bukan logam yang diperoleh langsung dari alam,bahan alami yang
belum diolah disebut dengan bahan alami murni. Sedangkan bahan alami yang sudah diolah dan
mengalami perubahan fsika disebut dengan bahan alami olahan.

g. Bahan sintetis adalah bahan bukan logam yang sudah mengalami proses kimiawi sehingga terjadi
perubahan kimia.

PENGGOLONGAN BESI

1. UMUM

Besi adalah bahan logam yang masih banyak digunakan dalam bidang teknik,karena harga
dan kekuatannya memadai.

Melalui proses perlakuan panas (Heat Threatment), besi dapat member sifat-sifat khusus
yang dinginkan sesuai dengan kebutuhan. Secara garis besar besi digolongkan menjadi dua
jenis yaitu baja dan besi tuang. Besi juga dapat kita kelompokkan berdasarkan
persenyawaan kimianya, proses pengolahan, perlakuan panas, bentuk dalam perdagangan,
dan penggunaanya.
Gambar Dapur Kupola

Pengertian

Dapur kubah merupakandapur untuk mengolah besi kasar (pig iron) dan besi
rongsokan/potongan-potongan dengan dicampur potongan baja serta sejumlah kecil batu
kapur guna menghasilkan besi tuang dan besi cor.

Konstruksi

konstruksi dari dapur kubah terdiri dari tuyer, lubang cerat dan lubang terak, dan daerah
krus.

Proses kerja

a. Pemasukan bahan-bahan ke dalam dapur kubah

b. Pemanasan atau permulaan dari tiupan

c. Pencairan logam

d. Pengeluaran hasil

Hasil Produksi

hasil produksi dari dapur kubah adalah besi cair yang berasal dari besi-besi yang dimasukkan
ke dalam dapur kemudian mencair dan menjadi cairan besi. Selain itu juga terdapat terak
yang berupa batu kapur dan logam lain.

DAPUR KONVERTOR
Gambar Dapur Konvertor

Pengertian

Dapur konvertor merupakan salah satu dapur yang bisa digunakan untuk menurunkan kadar
karbon dan unsur tambahan lainnya dari besi kasar.

Ada tiga macam konvertor yaitu :

a. Proses Bessemer untuk besi kasar dengan kadar fosfor yang rendah.

b. Proses Thomas untuk besi kasar dengan kadar fosfor yang tinggi.

c. Proses Oksi, proses LD

Konstruksi

Konstruksi dari dapur konvertor adalah bejana yang berbentuk bulat lonjongterbuat dari
pelat baja. Pada lapisan dalam dinding dapur konvertor terdapat batu tahan api yang
berfungsi untuk menyimpan panas dan melindungi lapisan luar dinding baja dapur.

Proses kerja

a. Dipanaskan dengan kokas sampai -+ 1500 derajat celcius

b. Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja (-+ 1/8 dari volume konvertor)

c. Kembali ditegakkan

d. Udara dengan tekanan 1,5-2 atm dihembuskan dari kompresor

e. Setelah 26 - 25 menit konvertor dijungkirkan untuk mengeluarkan isinya


Hasil Produksi

Hasil produksi dari dapur konvertor adalah besi cair dan terak yang dihasilkan selama
pencairan besi.
Gambar Converter Bassemer

DAPUR SIEMEN-MARTIN

Gambar Dapur Siemens-Martin

Pengertian

Dapur Siemens-Martin adalah sebuah dapur nyala api. Dapur ini direncanakan oleh seorang
bangsa Perancis bernama Wilhelm Siemens pada tahun 1800 yang kemudian
disempurnakan oleh Pierre Martin pada tahun 1865. Digunakan untuk mengolah besi-besi
rongsokan atau besi bekas namun bisa juga digunakan untuk mengolah besi mentah atau
pig iron.

Konstruksi

Gambar Kontruksi Dapur Siemens-Martin

Dapur Siemens-martin terdiri dari dua generator yang berisi gas dan udara, terdapat tiga
pintu untukmemasukkan bahan besi yang akan diolah, pada tengah-tengah dapur terdapat
ruangan untuk mengolah atau mencairkan besi serta semua dinding pada dapur Siemens-
martin ini dilapisi oleh batu tahan api asam atau basa.
Proses Kerja

1.      Panaskan terlebih dahulu dapur dengan suhu 900-1200° C

2.      Semua bahan-bahan besi dimasukkan ke dalam dapur

3.      Udara dan gas dialirkan menuju dapur untuk pencairan

4.      Besi yang ada di dalam dapur mulai mencair

5.      Besi cair keluar terlebih dahulu sebelum terak keluar

Hasil produksi

Dari proses kerja yang dilakukan oleh dapur Siemens-martin bisa diperoleh hasil berupa baja cair
yang kuat dan terak yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.

DAPUR ADUK

Pengertian

Dapur aduk merupakan cara pengolahan besi secara konvensional  untuk menghasilkan besi tempa. 
Lebih dikenal dengan tungku tempa. Proses ini ditemukan pada tahun 1784. Di sini yang dibuat
adalah besi tempa.

Konstruksi

Bara yang digunakan pada dapur ini menggunakan udara panas yang dihembuskan oleh blower,
bahan dan peralatan yang digunakan pada dapur aduk ini haruslah sesuai dengan temperatur yang
akan digunakan pada proses produksi

Proses Produksi

1.      Pemanasan dapur dengan meniupkan udara panas dari blower dan api

2.      Setelah panas telah cukup maka bahan dimasukkan ke dalam dapur

3.      Stabilkan panas pada dapur dengan meniupkan udara panas dengan blower

4.      Setelah cair dan telah sesuai dengan yang dibutuhkan maka keluarkan besi cair dari dapur

Hasil produksi

Wrought Iron (besi tempa), Fasa besi tempa berupa ferit (alpha), di dalamnya terdapat sisa terak
yang masih terperangkap dan bisa dimanfaatkan lagi. - See more at

B. Proses Pembuatanbaja
Besi kasar dari hasil proses dapur tinggi, kemudian diproses lanjut untuk dijadikan berbagai
jenis baja. Ada beberapa proses yang dilakukan untuk merubah besi kasar menjadi baja : 
1.    Dapur Baja Oksigen (Proses Bassemer) 

Pada dapur baja oksigen dilakukan proses lanjutan dari besi kasar menjadi baja, yakni
dengan membuang sebagian besar karbon dan kotoran-kotoran (menghilangkan bahan-
bahan yang tidak diperlukan) yang masih ada pada besi kasar.
Kedalam dapur dimasukkan besi bekas, kemudian baru besi kasar, tapi sebagian fabrik
baja banyak yang langsung dari dapur tinggi, sehingga masih dalam keadaan cair langsung
disalurkan kedapur Oksigen.
Kemudian, udara (oksigen) yang didinginkan dengan air dan kecepatan tinggi ditiupkan
kecairan logam. Ini akan bereaksi dengan cepat antara karbon dan kotoran-kotoran lain
yang akan membentuk terak yang mengapung pada permukaan cairan.Dapur dimiringkan,
maka cairan logam akan keluar melalui saluran yang kemudian ditampung dalam kereta-
kereta tuang.Untuk mendapatkan spesifikasi baja tertentu, maka ditambahkan campuran
lain sebagai bahan paduan. Hasil penuangan ini dapat langsung dilanjutkan dengan proses
pengerolan untuk mendapatkan bentuk/profil yang diinginkan.

D. Bahan Baku

Untuk memperoleh efek khusus pada baja, maka baja dicampur dengan logam-logam transisi
yang sesuai dengan sifat, kualitas dan kegunaan tertentu. Pencampuran dilakukan dengan hati-hati
dan teliti untuk mendapatkan komposisi campuran yang memenuhi sifat yang diinginkan. Jenis baja
ini disebut baja alloy atau campuran. Efek khusus logam transisi yang dicampurkan pada baja ,
antara lain:

a. Kobalt : membuat baja tetap kuat pada suhu tinggi.

b. Krom : membuat baja menjadi lebih keras, tahan gesekan, tahan korosi, dan tahan

temperature tinggi.

c. Mangan : membuat baja menjadi keras, tahan aus dan tahan gesekan.

d. Molibden : memperbaiki kekerasan baja, tahan goncangan dan tahan temperature tinggi.

e. Nikel : membuat baja tahan korosi

f. Silikon : pada konsentrasi tinggi membuat baja tahan kondisi asam, pada konsentrasi

rendah memperbaiki sifat megnetik dan sifat listrik baja.

g. Vanadium : memperkuat baja dan meningkatkan ketahanan baja terhadap panas.


Berdasarkan komposisi dan jenis logam transisi yang dicampurkan, baja dibagi menjadi:

1. Stainless steel : baja tahan karat mengandung Cr 19%, Ni 9%, dan Fe 72%.

2. Baja krom : baja yang tahan karat tahan panas mengandung 12%-18% Cr.

3. Baja nikel : baja tahan karat dan keras, mengandung 25% Ni.

4. Baja mangan : baja sangat keras mengandung 11%-14% Mn.

E. Diagram Fe3-Fe3C ( Diagram Kesetimbangan Besi-Besi Karbon)

Diagram kesetimbangan fasa Fe-Fe3C adalah alat penting untuk memahami struktur mikro
dan sifat-sifat baja karbon, suatu jenis logam paduan besi (Fe) dan karbon (C). Karbon larut
di dalam besi dalam bentuk larutan padat (solid solution) hingga 0,05% berat pada
temperatur ruang. Baja dengan atom karbon terlarut hingga jumlah tersebut memiliki
alpha ferrite pada temperatur ruang. Pada kadar karbon lebih dari 0,05% akan terbentuk
endapan karbon dalam bentuk hard intermetallic stoichiometric compound (Fe3C) yang
dikenal sebagai cementite atau carbide. Selain larutan padat alpha-ferrite yang dalam
kesetimbangan dapat ditemukan pada temperatur ruang terdapat fase-fase penting
lainnya, yaitu delta-ferrite dan gamma-austenite.
Logam Fe bersifat polymorphism yaitu memiliki struktur kristal berbeda pada temperatur
berbeda. Pada Fe murni, misalnya, alpha-ferrite akan berubah menjadi gamma-austenite
saat dipanaskan melewati temperature 910 o C. Pada temperatur yang lebih tinggi,
mendekati 1400o C gamma-austenite akan kembali berubah menjadi delta-ferrite. (Alpha
dan Delta) Ferrite dalam hal ini memiliki struktur kristal BCC sedangkan (Gamma) Austenite
memiliki struktur kristal FCC.
Gambar diagram Kesetimbangan Fasa Fe-Fe3C

1. Ferrite

Ferrite adalah fase larutan padat yang memiliki struktur BCC (body centered cubic). Ferrite
dalam keadaan setimbang dapat ditemukan pada temperatur ruang, yaitu alpha-ferrite
atau pada temperatur tinggi, yaitu delta-ferrite. Secara umum fase ini bersifat lunak (soft),
ulet (ductile), dan magnetik (magnetic) hingga temperatur tertentu, yaitu Tcurie. Kelarutan
karbon di dalam fase ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan kelarutan karbon di dalam
fase larutan padat lain di dalam baja, yaitu fase Austenite. Pada temperatur ruang,
kelarutan karbon di dalam alpha-ferrite hanyalah sekitar 0,05%.
Berbagai jenis baja dan besi tuang dibuat dengan mengeksploitasi sifat-sifat ferrite. Baja
lembaran berkadar karbon rendah dengan fase tunggal ferrite misalnya, banyak diproduksi
untuk proses pembentukan logam lembaran. Dewasa ini bahkan telah dikembangkan baja
berkadar karbon ultra rendah untuk karakteristik mampu bentuk yang lebih baik. Kenaikan
kadar karbon secara umum akan meningkatkan sifat-sifat mekanik ferrite sebagaimana
telah dibahas sebelumnya. Untuk paduan baja dengan fase tunggal ferrite, faktor lain yang
berpengaruh signifikan terhadap sifat-sifat mekanik adalah ukuran butir.

2. Austenite
Fase Austenite memiliki struktur atom FCC (Face Centered Cubic). Dalam keadaan
setimbang fase Austenite ditemukan pada temperatur tinggi. Fase ini bersifat non magnetik
dan ulet (ductile) pada temperatur tinggi. Kelarutan atom karbon di dalam larutan padat
Austenite lebih besar jika dibandingkan dengan kelarutan atom karbon pada fase Ferrite.
Secara geometri, dapat dihitung perbandingan besarnya ruang intertisi di dalam fase
Austenite (atau kristal FCC) dan fase Ferrite (atau kristal BCC). Perbedaan ini dapat
digunakan untuk menjelaskan fenomena transformasi fase pada saat pendinginan
Austenite yang berlangsung secara cepat.
Selain pada temperatur tinggi, Austenite pada sistem Ferrous dapat pula direkayasa agar
stabil pada temperatur ruang. Elemen-elemen seperti Mangan dan Nickel misalnya dapat
menurunkan laju transformasi dari gamma-austenite menjadi alpha-ferrite. Dalam jumlah
tertentu elemen-elemen tersebut akan menyebabkan Austenite stabil pada temperatur
ruang. Contoh baja paduan dengan fase Austenite pada temperatur ruang misalnya adalah
Baja Hadfield (12%Mangan) dan Baja Stainless 18-8 (8%Ni).

3. Cementite

Cementite atau carbide dalam sistem paduan berbasis besi adalah stoichiometric inter-
metallic compund Fe3C yang keras (hard) dan getas (brittle). Nama cementite berasal dari
kata caementum yang berarti stone chip atau lempengan batu. Cementite sebenarnya
dapat terurai menjadi bentuk yang lebih stabil yaitu Fe dan C sehingga sering disebut
sebagai fase metastabil. Namun, untuk keperluan praktis, fase ini dapat dianggap sebagai
fase stabil. Cementite sangat penting perannya di dalam membentuk sifat-sifat mekanik
akhir baja. Cementite dapat berada di dalam sistem besi baja dalam berbagai bentuk
seperti: bentuk bola (sphere), bentuk lembaran (berselang seling dengan alpha-ferrite),
atau partikel-partikel carbide kecil. Bentuk, ukuran, dan distribusi karbon dapat direkayasa
melalui siklus pemanasan dan pendinginan. Jarak rata-rata antar karbida, dikenal sebagai
lintasan Ferrite rata-rata (Ferrite Mean Path), adalah parameter penting yang dapat
menjelaskan variasi sifat-sifat besi baja. Variasi sifat luluh baja diketahui berbanding lurus
dengan logaritmik lintasan ferrite rata-rata.

4. Reaksi-reaksi Invarian dan Konstituen Mikro Penting


Secara keseluruhan ada tiga reaksi penting di dalam diagram Kesetimbangan Fase Fe-Fe3C,
yaitu: Reaksi Peritectic, Reaksi Eutectic, dan Reaksi Eutectoid sebagaimana terlihat di dalam
diagram kesetimbangan. Untuk sistem Besi Baja, reaksi Eutectoid adalah reaksi yang sangat
penting karena dengan mengontrol Reaksi Eutectoid kita dapat memperoleh berbagai
konstituen mikro atau micro constituent yang diinginkan untuk mendapatkan sifat-sifat
tertentu. Berdasarkan kadar karbonnya, baja dapat pula diklasifikasikan menjadi (1) baja
eutectoid, (2) baja hypoeutectoid, dan (3) baja hypereutectoid.
Gambar reaksi-reaksi Invarian di dalam Sistem Fe-Fe3C

Sistem penamaan yang telah dikenal luas adalah sistem AISI-SAE yang menggunakan 4-5
Angka. Dua angka pertama menunjukkan elemen-elemen paduan utama (Major Alloying
Elements) dan Dua atau Tiga angka sisanya menunjukkan presentase karbonnya.
Baja dengan nama AISI-SAE 1080 misalnya, adalah jenis baja karbon (plain carbon steel)
dengan kadar karbon 0.8%. Contoh dari baja jenis ini adalah baja kawat piano. Kawat piano
memiliki struktur pearlite seluruhnya dan kekuatannya yang tinggi terutama diperoleh dari
proses pengerjaan dingin pada proses produksinya.
Gambar sistem Penamaan 4-5 Angka AISI-SAE

Note :
Reaksi Eutectoid adalah reaksi yang sangat penting karena dengan mengontrol Reaksi
Eutectoid kita dapat memperoleh berbagai konstituen mikro atau micro constituent yang
diinginkan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu.
Reaksi Peritectic adalah sebuah reaksi isotermal antara dua fasa, cair dan padat.
Reaksi Eutectic adalah sebuah reaksi isotermal antara dua fasa padat atau lebih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah ini dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.      proses pembuatan besi dan baja ini, menitik beratkan pada mengidentifikasi proses
pembuatan besi kasar dan pembuatan baja, proses dapur tinggi, klasifikasi besi dan baja,
perlakuan panas pada besi dan baja, memilih, menentukan besi dan baja dengan benar.  Untuk
itu pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai pengetahuan logam dan non logam sebelumnya
harus tetap dikuasai

2.      Proses pengecoran logam bertitik tolak pada cara kerja proses ini, maka proses
pembuatan jenis ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Proses penuangan dan
2.      Proses pencetakan.
Proses penuangan adalah proses pembuatan benda kerja dari logam tanpa adanya
penekanan sewaktu logam cair mengisi cetakan. Cetakan biasanya dibuat dari pasir, plaster
keramik atau bahan tahan api lainnya.
Proses pencetakan adalah proses pembuatan benda kerja dari logam cair disertai dengan
tekanan sewaktu logam cair tersebut mengisi rongga cetak. Pada proses ini, cetakan biasanya
dibuat dari logam.

Anda mungkin juga menyukai