BESI
A. Keadaan Umum
Besi (Fe) adalah logam-logam yang berwarna putih keperakan, liat dan dapat di
bentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan VIII B, dengan
berat atom 55,85 g.mol-1 , nomor atom 26, berat jenis 7.86 g.cm -3 dan umumnya
mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam yang dihasilkan dari
bijih besi, jarang dijumpai dalam keadaan bebas, untuk mendapatkan unsur besi
campuran lain harus dipisahkan melalui kimia (Eaton Etal, 2005). Besi merupakan
elemen kimiawi yang dapat ditemukan hampir di setiap tempat di bumi pada semua
lapisan-lapisan, namun besi juga merupakan salah satu logam berat yang berbahaya
apabila kadarnya melebihi ambang batas besi (Anonim, 2006). Pada umumnya besi yang
ada di dalam air dapat bersifat terlarut 8 sebagai Fe2+ atau Fe3+. Besi terlarut dalam air
dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau kation ferri (Fe3+). Hal ini tergantung kondisi pH
dan oksigen terlarut dalam air. Besi terlarut dapat berbentuk senyawa tersuspensi,
sebagai butir koloidal seperti Fe(OH)3, FeO, dan Fe2O3. Konsentrasi besi terlarut yang
masih diperbolehkan dalam air adalah 0,3 mg/L (Yuliana, 2009).
E. Proses Pengolahan
Untuk meningkatkan kadar besi (Fe) hingga 60-65% diperoleh melalui tahapan
proses:
1. Proses Penghancuran (Crushing)
Bahan baku dalam bentuk batuan atau pasir dihancurkan sampai ukuran
menjadi mesh 10. Dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan dari material
sehingga memudahkan untuk proses selanjutnya.
2. Proses Penghalusan (Grinding)
Dimaksudkan agar butiran halus bijihbesi lebih banyak lagi terpisah dengan
kotoran atau mineral mineral ikutan yang tidak diinginkan, proses ini sampai
menhasilkan ukuran 120 mesh.
3. Proses Pemisahan (Magnetic Separator)
Untuk memisahkan material logam dan non logam dengan pencucian dengan
menggunakan air dalam mesin silender yang dilapisi magnet apabila bijih besi
tersebut banyak mengandung hematit Fe2O3 atau magnetit (Fe3O4) akan terpisah
sempurna sehingga kemurnian dari oksida besi meningkat.
4. Proses Pemanggangan (Roasting)
Proses ini dilakukan material bijih besi banyak mengandung bijih hematit
(Fe2O3) diubah menjadi magnetit (Fe3O4) yang mempunyai daya magnit lebih kuat
sehingga terpisah antara material yang non magnet dan dihasilkan kadar Fe sampai
65%.
5. Proses Kalsinasi (Rotary Dryer)
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam material, material
diumpankan ke silinder yang berputar dengan arah yang berlawanan (counter current)
Dihembuskan gas panas dari burner (temp. 200-300oC).
6. Proses Pembuatan Pellet (Pan Palletizer)
Sebelum masuk ke alat ini material bijih besi dicampur dalam alat mixer
agitator dengan komposisi tertentu ditambahkan batubara dan binder bentonit dengan
tujuan agar konsentrat besi oksida halus dapat merekat membentuk gumpalan-
gumpalan (aglomerisasi yang disebut pellet basah (green pellet) yang mempunyai
kekuatan yang cukup kuat untuk dapat dibawa ke proses selanjutnya, sedang batubara
fungsinya untuk meningkatkan kadar besi dengan cara proses reduksi dari internal
pada proses selanjutnya.
Prinsip kerja dari alat ini adalah proses aglomerisasi konsentrat bijih besi yang
telah bercampur batubara dan binder bentonit dimasukkan secara kontinyu kedalam
mesin pelletizing yang berbentuk setengah drum/bejana yang berputar dengan
kecepatan dan sudut kemiringan tertentu sambil disemprotkan air secara kontinyu.
Akibat perputaran ini terjadilah gaya centrifugal yang menyebabkan partikel-partikel
halus saling mendekat dan menekan satu sama lain sehingga terbentuklah gumpalan-
gumpalan pellet basah (green pellet) sampai ukuran diameter 12 mm dan mempunyai
kuat tekan 5 kg/pellet dan kuat jatuh 5 kali, hal ini diperlukan agar tidak pecah
selama proses handling atau tranportasi ke proses berikutnya.
7. Proses Reduksi (Rotary Kiln)
Proses ini bertujuan untuk memurnikan kandungan besi oksida menjadi besi
murni dengan cara proses reduksi external dengan gas alam (gas CO) dan reduksi
Internal dari Batubara.
Dengan temperatur 1700ºC akibat dari proses ini material oksida besi akan
terpisah membentuk besi murni (Fe 92%) dan oksidanya membentuk gas CO2.
Prinsip kerjanya material berbentuk pellet diumpankan ke silinder yang berputar
dengan RPM dan sudut kemiringan tertentu kemudian dihembuskan gas panas dari
arah berlawanan (counter current) kemudian dari titik titik tertentu di semprotkan gas
CO dari gas alam sehingga akan terjadi proses reduksi dari internal maupun external.
Kemudian material tersebut didinginkan di pendingin cooler sampai
temperatur 60ºC dan siap untuk dikemas atau curah. Hasil yang keluar dari alat ini
sudah merupakan produk sponge iron yang berupa pellet dengan qualitas sesuai
produk standart ASTM, JIS, DIN dan mempunyai kekuatan tekan 250 mpa dengan
diameter 12-15 mm.
8. Produksi Pig Iron
Hasil pellet (green pellet) yang dihasilkan dari proses pelletizer dimasukkan
dalam tungku (blast furnace) dimasukkan larutan kapur, gas CO sebagai zat
pereduksi dengan temperatur tertentu, kemudian akan mengalami
proses pelelehan (melting) sehingga terpisah antara kandungan yang banyak
mengandung logam besi (Fe) dan akan terpisah karena perbedaan berat jenis
dari kotorannya (slag), kemudian kandungan besinya akan masuk ke mesin casting
(cetak) sesuai kebutuhan dengan kandungan Fe total 95% dalam produk jadi Pig
Iron.
G. Manfaat
Kegunaan pasir besi selain menjadi logam besi juda dapat dimanfaatkan pada
industri semen. Penggunaan logam besi dapat dikatakan merupakan logam utama. Dalam
kehidupan sehari-hari, besi dimanfaatkan untuk bahan pembuatan baja Alloy, dengan
logam lain seperti tungsten, mangan, nikel, vanadium, dan kromium untuk menguatkan
atau mengeraskan campuran. Keperluan metalurgi dan magnet Katalis dalam kegiatan
industri Besi radiokatif (iron 59) digunakan di bidang medis, biokimia, dan metalurgi.
Pewarna, plastik, tinta, kosmetik, dan sebagainya.
H. Pemasaran
Ekspor bijih besi Indonesia terutama berasal dari Kalimantan Selatan, di mana pada
tahun 2009 mencapai 2.267.658,00 ton atau merupakan 74,9% dari total ekspor dengan
nilai US$ 48,06 juta. Sedangkan dari daerah lainnya, seperti Kalimantan Barat sebesar
483.624,60 ton, Banten 320.150,20 ton, Riau 405.568,20 ton, Jambi 378.891,00 ton,
Bangka Belitung 376.553,00 ton, Sulawesi Utara 385.026,60 ton, dan Sumatera Utara
serta Lampung masing-masing 319.248,60 ton, dan 315.645,80 ton. Negara tujuan
ekspor bijih besi Indonesia yang terbesar adalah ke negeri Cina (Hidayat, 2012). Pada
tahun 2009 lalu ekspor ke negara tersebut mencapai 4.689.090,00 ton, atau merupakan
80,9% dari total
ekspor dengan nilai US$ 86,44 juta. Sedangkan yang lain tertuju ke Swis, Singapura, dan
Hongkong.
A. Keadaan Umum
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan
murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi
menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan
dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta
komponen industri. Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral
yang disebutnya kupfernickel (nikolit). Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak
dalam meteorit dan menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral
lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar
5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan
Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel.
Deposit nikel lainnya ditemukan di
Kaledonia Baru, Australia, Cuba, dan Indonesia
E. Proses Pengolahan
Berdasarkan tahapan proses, pengolahan nikel dapat dilakukan dalam tiga tahapan
proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering. Kegiatan
pengolahan ini bertujuan untuk membebaskan dan memisahkan mineral berharga dari
mineral yang tidak berharga atau mineral pengotor sehingga setelah dilakukan proses
pengolahan dihasilkan konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing yang tidak berharga.
Metode yang dipakai bermacam-macam tergantung dari sifat kimia, sifat fisika, sifat
mekanik dari mineral itu sendiri. Nikel merupakan logam berwarna putih keperak –
perakan, ringan, kuat antin karat, bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis,
dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong
dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga.
Spesifik gravitynya 8,902 dengan titik lebur 14530C dan titik didih 27320C, resisten
terhadap oksidasi, mudah ditarik oleh magnet, larut dalam asam nitrit, tidak larut dalam
air dan amoniak, sedikit larut dalam hidrokhlorik dan asam belerang. Memiliki berat
jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04 untuk kristal tunggal.
Kominusi
Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi
lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut
dari mineral pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi bahan galian meliputi
kegiatan berikut:
1. Crushing yaitu suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang
diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain. Dimana proses ini
bertujuan juga untuk reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung dari
tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm)
menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Alat yang
digunakan pada Primary Crusher dan Secondery Crusher yaitu antara lain:
Jaw crusher
Gyratory crusher
Cone crusher
Roll crusher
Impact crusher
Rotary breaker
Hammer mill
2. Grinding Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang
diinginkan. Tujuan Grinding yaitu Mengadakan liberalisasi mineral berharga,
Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri, Mendapatkan ukuran
yang memenuhi persyaratan proses.
Sizing
Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi sesuai ukuran
yang dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah satu pemisahan
berdasarkan ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing dibagi menjadi dua
antara lain:
Hand sieve
Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
Sieve shaker / rotap
Wet and dry sieving
Stationary grizzly
Roll grizzly
Sieve bend
Revolving screen
Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
Shaking screen
Rotary shifter
2. Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan pengendapannya
dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam suatu alat yang
disebut classifier. Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu antara lain:
Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu:
Partition concept
Tapping concept
Rein concept
Pengeringan (Drying)
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari
konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).Peralatan atau cara yang
dipakai ada bermacam-macam, yaitu antara lain:
1. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas
lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
2. Shaft drier, ada dua macam, yaitu:
tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran silindris
vertikal yang dialiri udara panas (800 – 1000).
rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang diputar
pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah
G. Manfaat
Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang
banyak diaplikasikan pada peralatan dapur, ornamen-ornamen rumah dan gedung,
elektronik, serta komponen industri.
H. Pemasaran
Indonesia sendiri saat ini menguasai lebih dari 20% total ekspor nikel dunia. Negara
ini menjadi eksportir nikel terbesar kedua untuk industri baja negara-negara Uni Eropa.
Nilai ekspor bijih nikel Indonesia mengalami peningkatan tajam dalam beberapa tahun
terakhir. Tercatat, ekspor bijih nikel Indonesia naik signifikan sebesar 18% pada kuartal
kedua 2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017.