Anda di halaman 1dari 14

Judul : Logam Besi dan Campuran (Besi dan Nikel)

Nama : Aji Galih Curah Kusuma


NIM 03021181722010
Kampus : Indralaya

BESI

A. Keadaan Umum
Besi (Fe) adalah logam-logam yang berwarna putih keperakan, liat dan dapat di
bentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan VIII B, dengan
berat atom 55,85 g.mol-1 , nomor atom 26, berat jenis 7.86 g.cm -3 dan umumnya
mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam yang dihasilkan dari
bijih besi, jarang dijumpai dalam keadaan bebas, untuk mendapatkan unsur besi
campuran lain harus dipisahkan melalui kimia (Eaton Etal, 2005). Besi merupakan
elemen kimiawi yang dapat ditemukan hampir di setiap tempat di bumi pada semua
lapisan-lapisan, namun besi juga merupakan salah satu logam berat yang berbahaya
apabila kadarnya melebihi ambang batas besi (Anonim, 2006). Pada umumnya besi yang
ada di dalam air dapat bersifat terlarut 8 sebagai Fe2+ atau Fe3+. Besi terlarut dalam air
dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau kation ferri (Fe3+). Hal ini tergantung kondisi pH
dan oksigen terlarut dalam air. Besi terlarut dapat berbentuk senyawa tersuspensi,
sebagai butir koloidal seperti Fe(OH)3, FeO, dan Fe2O3. Konsentrasi besi terlarut yang
masih diperbolehkan dalam air adalah 0,3 mg/L (Yuliana, 2009).

B. Mineral Komersial dan Rumus Kimia


Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe
paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit merupakan mineral
bijih utama yang di butuhkan dalaln industri besi. Mineral-mineral pembawa besi dengan
nilai ekonomis dengan susunan kimia.
Kandungan mineral pada bijih besi.
Mineral Susunan Kimia Kandungan Fe (%) Klasifikasi Komersil
Magnetit FeO 72,4 Magnetik atau bijih hitam
Hematit Fe2O3 70,0 Bijih merah
Limonit Fe2O3.nH2O 59-63 Bijih coklat
Siderit FeCO3 48,2 Spathic, black band, clay
ironstone

C. Sifat Fisik dan Kimia


Lambang : Fe
No. Atom : 26
Golongan, periode : 8,4
Penampilan : Metalik Mengkilap keabu-abuan
Massa Atom : 55,854 (2) g/mol
Konfigurasi Elektron : [ Ar ] 3d6 4s2
Fase : Padat
Massa Jenis (Suhu Kamar) : 7,86 g/cm3
Titik Lebur : 1811 ºK (1538 ºC, 2800 ºF)
Titik Didih : 3134 ºK (2861 ºC, 5182 ºF)
Kapasitas Kalor : (25 ºC) 25,10 J/ (mol.K)

D. Jumlah Cadangan di Indonesia


Berdasarkan data Badan Geologi per Desember 2018, potensi sumber daya tembaga
mencapai 12.468,35 bijih juta ton, sementara besi sebesar 12.079,45 bijih juta ton, emas
primer 11.402,33 bijih juta ton, nikel 9.311,06 bijih juta ton, perak 6.433,01 bijih juta
ton, bauksit 3.301,33 bijih juta ton, timah 3.878,29 bijih juta ton, dan emas alluvial
1.619,84 bijih juta ton.
Sementara cadangan total terbukti dan terkira dari Nikel 3.571,56 bijih juta ton, besi
3.074,01 bijih juta ton, emas primer 3.024,39 bijih juta ton, perak 2.765,96 bijih juta ton,
tembaga 2.761,18 bijih juta ton, bauksit 2.378,34 bijih juta ton, timah 1.209,94 bijih juta
ton, dan emas alluvial 6,06 bijih juta ton.

E. Proses Pengolahan
Untuk meningkatkan kadar besi (Fe) hingga 60-65% diperoleh melalui tahapan
proses:
1. Proses Penghancuran (Crushing)
Bahan baku dalam bentuk batuan atau pasir dihancurkan sampai ukuran
menjadi mesh 10. Dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan dari material
sehingga memudahkan untuk proses selanjutnya.
2. Proses Penghalusan (Grinding)
Dimaksudkan agar butiran halus bijihbesi lebih banyak lagi terpisah dengan
kotoran atau mineral mineral ikutan yang tidak diinginkan, proses ini sampai
menhasilkan ukuran 120 mesh.
3. Proses Pemisahan (Magnetic Separator)
Untuk memisahkan material logam dan non logam dengan pencucian dengan
menggunakan air dalam mesin silender yang dilapisi magnet apabila bijih besi
tersebut banyak mengandung hematit Fe2O3 atau magnetit (Fe3O4) akan terpisah
sempurna sehingga kemurnian dari oksida besi meningkat.
4. Proses Pemanggangan (Roasting)
Proses ini dilakukan material bijih besi banyak mengandung bijih hematit
(Fe2O3) diubah menjadi magnetit (Fe3O4) yang mempunyai daya magnit lebih kuat
sehingga terpisah antara material yang non magnet dan dihasilkan kadar Fe sampai
65%.
5. Proses Kalsinasi (Rotary Dryer)
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam material, material
diumpankan ke silinder yang berputar dengan arah yang berlawanan (counter current)
Dihembuskan gas panas dari burner (temp. 200-300oC).
6. Proses Pembuatan Pellet (Pan Palletizer)
Sebelum masuk ke alat ini material bijih besi dicampur dalam alat mixer
agitator dengan komposisi tertentu ditambahkan batubara dan binder bentonit dengan
tujuan agar konsentrat besi oksida halus dapat merekat membentuk gumpalan-
gumpalan (aglomerisasi yang disebut pellet basah (green pellet) yang mempunyai
kekuatan yang cukup kuat untuk dapat dibawa ke proses selanjutnya, sedang batubara
fungsinya untuk meningkatkan kadar besi dengan cara proses reduksi dari internal
pada proses selanjutnya.
Prinsip kerja dari alat ini adalah proses aglomerisasi konsentrat bijih besi yang
telah bercampur batubara dan binder bentonit dimasukkan secara kontinyu kedalam
mesin pelletizing yang berbentuk setengah drum/bejana yang berputar dengan
kecepatan dan sudut kemiringan tertentu sambil disemprotkan air secara kontinyu.
Akibat perputaran ini terjadilah gaya centrifugal yang menyebabkan partikel-partikel
halus saling mendekat dan menekan satu sama lain sehingga terbentuklah gumpalan-
gumpalan pellet basah (green pellet) sampai ukuran diameter 12 mm dan mempunyai
kuat tekan 5 kg/pellet dan kuat jatuh 5 kali, hal ini diperlukan agar tidak pecah
selama proses handling atau tranportasi ke proses berikutnya.
7. Proses Reduksi (Rotary Kiln)
Proses ini bertujuan untuk memurnikan kandungan besi oksida menjadi besi
murni dengan cara proses reduksi external dengan gas alam (gas CO) dan reduksi
Internal dari Batubara.
Dengan temperatur 1700ºC akibat dari proses ini material oksida besi akan
terpisah membentuk besi murni (Fe 92%) dan oksidanya membentuk gas CO2.
Prinsip kerjanya material berbentuk pellet diumpankan ke silinder yang berputar
dengan RPM dan sudut kemiringan tertentu kemudian dihembuskan gas panas dari
arah berlawanan (counter current) kemudian dari titik titik tertentu di semprotkan gas
CO dari gas alam sehingga akan terjadi proses reduksi dari internal maupun external.
Kemudian material tersebut didinginkan di pendingin cooler sampai
temperatur 60ºC dan siap untuk dikemas atau curah. Hasil yang keluar dari alat ini
sudah merupakan produk sponge iron yang berupa pellet dengan qualitas sesuai
produk standart ASTM, JIS, DIN dan mempunyai kekuatan tekan 250 mpa dengan
diameter 12-15 mm.
8. Produksi Pig Iron
Hasil pellet (green pellet) yang dihasilkan dari proses pelletizer dimasukkan
dalam tungku (blast furnace) dimasukkan larutan kapur, gas CO sebagai zat
pereduksi dengan temperatur tertentu, kemudian akan mengalami
proses pelelehan (melting) sehingga terpisah antara kandungan yang banyak
mengandung logam besi (Fe) dan akan terpisah karena perbedaan berat jenis
dari kotorannya (slag), kemudian kandungan besinya akan masuk ke mesin casting
(cetak) sesuai kebutuhan dengan kandungan Fe total 95% dalam produk jadi Pig
Iron.

F. Kualitas Hasil Pengolahan dan Hilirisasi


Berdasarkan kadar karbon dan unsur-unsur lain yang terdapat didalamnya, besi dapat
dibedakan menjadi:
1. Besi Tuang, yaitu besi yang dihasilkan dari tanur tinggi. Sifat besi tuang antara lain:
a. Mengandung 3%-6% karbon serta sejumlah kecil silicon, mangan , fosfor, dan
belerang.
b. Sangat keras tetapi rapuh.
c. Tidak dapat ditempa
d. Titik leleh rendah.
Berdasarkan sifat ini, besi tuang mudah digunakan pada alat-alat yang dibuat dengan
cetakan, seperti kaki mesin jahit, setrika, lumpang besi , dan sebagainya. Karena titik
lelehnya rendah maka mudah dicairkan dan dituangkan ke dalam cetakan.
2. Besi Baja Sifat besi baja antara lain:
a. mengandung 0.02%-1.5% karbon.
b. keras tetapi dapat ditempa
c. tahan korosi
3. Besi tempa Sifat besi tempa, antara lain:
a. mengandung kurang dari 0.5% karbon.
b. kurang keras dan mudah ditempa.
Jenis besi ini banyak digunakan sebagai bahan baku untuk produk paku, kawat, besi
beton, dan sebagainya.

G. Manfaat
Kegunaan pasir besi selain menjadi logam besi juda dapat dimanfaatkan pada
industri semen. Penggunaan logam besi dapat dikatakan merupakan logam utama. Dalam
kehidupan sehari-hari, besi dimanfaatkan untuk bahan pembuatan baja Alloy, dengan
logam lain seperti tungsten, mangan, nikel, vanadium, dan kromium untuk menguatkan
atau mengeraskan campuran. Keperluan metalurgi dan magnet Katalis dalam kegiatan
industri Besi radiokatif (iron 59) digunakan di bidang medis, biokimia, dan metalurgi.
Pewarna, plastik, tinta, kosmetik, dan sebagainya.

H. Pemasaran
Ekspor bijih besi Indonesia terutama berasal dari Kalimantan Selatan, di mana pada
tahun 2009 mencapai 2.267.658,00 ton atau merupakan 74,9% dari total ekspor dengan
nilai US$ 48,06 juta. Sedangkan dari daerah lainnya, seperti Kalimantan Barat sebesar
483.624,60 ton, Banten 320.150,20 ton, Riau 405.568,20 ton, Jambi 378.891,00 ton,
Bangka Belitung 376.553,00 ton, Sulawesi Utara 385.026,60 ton, dan Sumatera Utara
serta Lampung masing-masing 319.248,60 ton, dan 315.645,80 ton. Negara tujuan
ekspor bijih besi Indonesia yang terbesar adalah ke negeri Cina (Hidayat, 2012). Pada
tahun 2009 lalu ekspor ke negara tersebut mencapai 4.689.090,00 ton, atau merupakan
80,9% dari total
ekspor dengan nilai US$ 86,44 juta. Sedangkan yang lain tertuju ke Swis, Singapura, dan
Hongkong.

I. Permintaan dan Penawaran


Impor bijih besi China naik 3,34 juta ton pada bulan lalu, lantaran sejumlah
pabrik baja menambah persediaan sehubungan pembatasan produksi musim
dingin mulai berakhir. Data pabean China menunjukkan hal tersebut, Jumat
(12/4/2019). Kedatangan bahan baku pembuatan bijih besi itu di pelabuhan
tercatat mencapai 86,42 juta pada Maret. Jumlah tersebut naik 3,34 juta ton dari
83,08 juta pada Februari 2019. Sementara itu, dibandingkan dengan periode yang
sama, impor tersebut naik 630.000 ton dari 85,79 juta ton. Sepanjang kuartal
I/2019, China telah mendatangkan 261 juta ton bijih besi. Angka itu turun 3,5%
dari 270,4 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

J. Tempat Terdapat di Indonesia


Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi (2009),
potensi bijih besi di Indonesia cukup besar. Jenis-jenis cadangan pada umumnya berupa
pasir besi, titan letakan, besi primer, dan besi laterit. Penyebaran bijih besi di Indonesia,
antara lain di Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, Nanggroe Aceh Darusalam,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Timur, Sumatera Barat, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi
Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Papua Barat, Jambi dan Papua.
NIKEL

A. Keadaan Umum
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan
murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi
menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan
dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta
komponen industri. Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral
yang disebutnya kupfernickel (nikolit). Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak
dalam meteorit dan menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral
lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar
5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan
Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel.
Deposit nikel lainnya ditemukan di
Kaledonia Baru, Australia, Cuba, dan Indonesia

B. Mineral Komersial dan Rumus Kimia


Mineral utama endapan nikel - tembaga sulfida adalah pentlandit dengan rumus
kimia (Fe, Ni)9S8. Mineral lainnya adalah nikolit (NiAs), skuterudit (Co, Fe, Ni)As3,
nikeliferus kobaltit (Co, Ni)AsS, breithauptit (NiSb), gerzdofit (Ni As S), ramelsbergit
(NiAs2), pararamelsbergit (Ni AS2) ulmanit (Ni, Co)Sb S, bravoit NiFeS2, milerit (NiS),
dan violurit (FeNi2S4). Mineral-mineral nikel tersebut biasanya berasosiasi dengan
mineral sulfida seperti pirotit, pirit, dan kalkopirit. Mineral utama endapan nikel -
tembaga sulfida yaitu pentlandite (kanan – kiri) Endapan nikel silikat sebagai hasil
konsentrasi residual pada umumnya tidak mempunyai komposisi yang tepat. Dari
pelapukan batuan ultrabasa, mineral-mineral nikel utama yang dihasilkan adalah gautit
(H4Ni2Mg2(SiO4)3.4H2O), konarit (H2Ni2Si3O10) dan garnirit (Mg, Ni) SiO3 + n
H2O. Dari ketiga mineral tersebut, garnirit mengandung nikel oksida sampai 32,52%.

C. Sifat Fisik dan Kimia


Nikel merupakan logam keras, ulet, bisa ditempa, dan berwarna putih keperakan.
Nikel merupakan konduktor panas dan listrik yang cukup baik. Senyawa nikel umumnya
bersifat bivalen, meskipun terdapat pula tingkat valensi lainnya. Unsur ini juga
membentuk
sejumlah senyawa kompleks. Sebagian besar senyawa nikel berwarna biru atau hijau.
Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi
jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat
yang keras.

D. Jumlah Cadangan di Indonesia


Berdasarkan publikasi Vale Indonesia yang mengutip Data US Geological Survey
menyebutkan, dari 80 juta metrik ton cadangan nikel dunia, hampir 4 juta metrik ton
tersimpan di Indonesia. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-6 dunia
dengan deposit nikel terbesar di dunia. Cadangan nikel ini sebagian besar berada di Pulau
Sulawesi. Indonesia sendiri saat ini menguasai lebih dari 20% total ekspor nikel dunia.
Negara ini menjadi eksportir nikel terbesar kedua untuk industri baja negara-negara Uni
Eropa.

E. Proses Pengolahan
Berdasarkan tahapan proses, pengolahan nikel dapat dilakukan dalam tiga tahapan
proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering. Kegiatan
pengolahan ini bertujuan untuk membebaskan dan memisahkan mineral berharga dari
mineral yang tidak berharga atau mineral pengotor sehingga setelah dilakukan proses
pengolahan dihasilkan konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing yang tidak berharga.
Metode yang dipakai bermacam-macam tergantung dari sifat kimia, sifat fisika, sifat
mekanik dari mineral itu sendiri. Nikel merupakan logam berwarna putih keperak –
perakan, ringan, kuat antin karat, bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis,
dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong
dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga.
Spesifik gravitynya 8,902 dengan titik lebur 14530C dan titik didih 27320C, resisten
terhadap oksidasi, mudah ditarik oleh magnet, larut dalam asam nitrit, tidak larut dalam
air dan amoniak, sedikit larut dalam hidrokhlorik dan asam belerang. Memiliki berat
jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04 untuk kristal tunggal.
Kominusi
Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi
lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut
dari mineral pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi bahan galian meliputi
kegiatan berikut:
1. Crushing yaitu suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang
diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain. Dimana proses ini
bertujuan juga untuk reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung dari
tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm)
menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Alat yang
digunakan pada Primary Crusher dan Secondery Crusher yaitu antara lain:
 Jaw crusher
 Gyratory crusher
 Cone crusher
 Roll crusher
 Impact crusher
 Rotary breaker
 Hammer mill

2. Grinding Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang
diinginkan. Tujuan Grinding yaitu Mengadakan liberalisasi mineral berharga,
Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri, Mendapatkan ukuran
yang memenuhi persyaratan proses.

Sizing

Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi sesuai ukuran
yang dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah satu pemisahan
berdasarkan ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing dibagi menjadi dua
antara lain:

1. Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)


Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala
industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium. Produk
dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu antara lain:

 Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).


 Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).
Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium yaitu antara lain:

 Hand sieve
 Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
 Sieve shaker / rotap
 Wet and dry sieving

Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri yaitu antara lain:

 Stationary grizzly
 Roll grizzly
 Sieve bend
 Revolving screen
 Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
 Shaking screen
 Rotary shifter

2. Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan pengendapannya
dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam suatu alat yang
disebut classifier. Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu antara lain:

 Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas


disebut overflow.
 Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah
(dasar) disebut underflow.

Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu:

 Partition concept
 Tapping concept
 Rein concept
Pengeringan (Drying)

Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari
konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).Peralatan atau cara yang
dipakai ada bermacam-macam, yaitu antara lain:
1. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas
lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
2. Shaft drier, ada dua macam, yaitu:

 tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran silindris
vertikal yang dialiri udara panas (800 – 1000).
 rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang diputar
pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah

F. Kualitas Hasil Pengolahan dan Hilirisasi


Paduan antara bahan nikel, besi dan krom menghasilkan baja yang tahan karat
atau stainless steel. Bahan ini banyak digunakan untuk peralatan dapur (sendok dan
peralatan memasak) hingga komponen industri. Penggunaan nikel secara masif juga
memengaruhi sumber dayanya di alam. Lalu, bagaimana cara menganalisa bahan
tambang logam nikel? Cara menganalisa bahan tambang logam nikel salah satunya
menggunakan teknik X-Ray Fluorescence (XRF) Spektrometri.
XRF adalah teknik analisis yang paling banyak digunakan untuk menganalisa unsur
dalam industri pertambangan. Hal ini digunakan untuk memastikan kualitas produk
tertinggi, membangun pemantauan ketat kegiatan penambangan dan pengolahan mineral,
dan survei geologi. Keuntungan dari menggunakan XRF meliputi elemen luas yang
berkisar dari berilium hingga uranium, kisaran konsentrasi luas dari 100% ke tingkat
jejak (ppm), akurasi dan presisi analitik terbaik, persiapan sampel yang sederhana dan
cepat, tingkat fleksibilitas analitis yang tinggi, dan integrasi yang mudah untuk segala
jenis otomatisasi proses.
Adapun cara tersebut telah berkembang pesat menjadi Energy Dispersive X-Ray
Fluorescence (EDXRF) dan Wavelength-Dispersive X-Ray Fluorescence (WDXRF),
saat ini metode tersebut telah dikenal luas untuk analisis mineral serta untuk mengakses
tingkat dalam operasi penambangan dan di pabrik peleburan untuk inspeksi bahan baku
yang sedang masuk. Secara khusus, kadar nikel sangat penting untuk optimasi biaya
ketika menjual atau membeli laterit nikel dan konsentrat nikel. Wavelength-Dispersive
X-Ray Fluorescence (WDXRF) dikenal karena tingkat akurasi, presisi, dan keandalannya
yang tak tertandingi. Wavelength-Dispersive X-Ray Fluorescence (WDXRF) telah
memenuhi
kebutuhan banyak aplikasi industri, di mana instrumentasi yang kuat dan presisi tinggi
adalah kunci keberhasilan dalam industri ini.
Terdapat berbagai contoh produk-produk EDXRF dan WDXRF dari Bruker sebagai
acuan peneliti untuk menganalisis mineral. Pertama, S2 Puma untuk EDXRF, alat ini
memiliki wadah dengan 20 posisi, tersedia benchtop, cepat, akurat dan reliable.
Kemudian untuk Benchtop Sequential WDXRF ada S6 Jaguar dengan fitur-fitur yang
membuatnya lebih kuat dan juga hemat energi dan biaya perawatan. Lalu untuk
Sequential WDXRF, S8 Tiger sangat cocok untuk ore, smelting lab, chemistry &
catalyst dan lain lain. Terakhir, untuk kecepatan dan keakuratan elemen sampel analisis
adalah Simultaneous WDXRF S8 Lion.

G. Manfaat
Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang
banyak diaplikasikan pada peralatan dapur, ornamen-ornamen rumah dan gedung,
elektronik, serta komponen industri.

H. Pemasaran
Indonesia sendiri saat ini menguasai lebih dari 20% total ekspor nikel dunia. Negara
ini menjadi eksportir nikel terbesar kedua untuk industri baja negara-negara Uni Eropa.
Nilai ekspor bijih nikel Indonesia mengalami peningkatan tajam dalam beberapa tahun
terakhir. Tercatat, ekspor bijih nikel Indonesia naik signifikan sebesar 18% pada kuartal
kedua 2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017.

I. Permintaan dan Penawaran


Pada penutupan perdagangan Jumat (20/1), harga nikel di bursa London Metal
Exchange anjlok 2,46% atau 249,5 poin menuju US$9.648,5 per ton. Angka itu masih
menunjukkan peningkatan 9,19% sepanjang tahun berjalan
Dari sejumlah data yang dihimpun Tirto, ekspor bijih nikel memang cukup besar,
baik dari sisi volume maupun nilainya. Apalagi, setelah pemerintah melakukan relaksasi
lewat Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2017 : ekspor ore nikel Indonesia langsung
mengalami lonjakan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (PBS), pada 2014 volume
ekspor bijih nikel Indonesia ke empat negara, yakni Jepang, China, Australia dan Yunani
mencapai 4,16 juta ton, atau senilai 85,9 juta dolar AS. Sementara tahun lalu,
berdasarkan data Internasional Trade Center, ekspor nikel meningkat drastis hingga 392
persen menjadi
19,7 juta ton. Valuasi ekspor ore nikel Indonesia ke China, Ukraina, dan Jepang pada 2018
mencapai 628 juta dolar AS. Terbesar di antara 42 negara pengekspor nikel di dunia.

J. Tempat Terdapat di Indonesia


1. Morowali, Sulawesi Tengah
Salah satu wilayah di Sulawesi Tengah yang memiliki kandungan nikel terbesar di
Indonesia. Hal itu yang membuat Morowali menjadi magnet sejumlah perusahaan
tambang darimanapun ingin mengeruk hasil buminya.
Banyak investor luar negeri beramai-ramai ikut menginvestasikan saham mereka.
Saat ini, pertambangan nikel di Morowali tersebar di wilayah Petasia Timur, Petasia,
Bungku Pesisir, Bungku Timur, Bahadopi, dan Menui Kepulauan.
2. Halmahera Timur, Maluku Utara
Di tanah Maluku, hasil bumi ada di Halmahera Timur, Kepulauan Maluku. Nikel
menjadi salah satu sumber perekonomian utama di wilayah ini. Sejumlah pertambangan
bisa dilihat di dua wilayah yang disebut sebagai tempat penghasil nikel terbesar
di Maluku yaitu Maba dan Wasile.
3. Kolaka, Sulawesi Tenggara
Sementara di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), sumber nikel bisa ditemui di
Kolaka. Daerah ini merupakan penghasil nikel dengan cadangan terbesar se-Sultra.
Pertambangan nikel di Kolaka bisa ditemukan di Pomala dan Latambaga.
4. Pulau Gag, Papua Barat
Pulau Gag berada di bagian gugusan pulau di Raja Ampat. Wilayah ini menjadi
salah satu penghasil nikel terbesar di daerah Indonesia paling timur. Selain itu, kondisi
alam Pulau Gag juga terkenal sangat indah dapat memesona wisatawan. Sehingga
sejumlah investor, selain berbisnis dapat juga sekaligus melancong di sini.
5. Pulau Ternate, Pulau Obi dan Pulau Gebe, Maluku Utara
Di Provinsi Maluku Utara terdapat tiga pulau yang menjadi penghasil nikel besar.
Hasilnya menjadi komoditas yang turut diekspor ke sejumlah negara tetangga di Asia.
Seperti Korea, Jepang, Tiongkok, Filipina dan lain sebagainya.
6. Luwu Timur, Sulawesi Selatan
Luwu Timur merupakan salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Selatan yang juga
menjadi penghasil nikel besar. Oleh sebab itu, Luwu Timur yang sebelumnya menjadi
bagian dari Kabupaten Luwu memekarkan diri. Pertambangan nikel banyak ditemukan
di Nuha dan Malili.
7. Sorowako, Sulawesi Selatan
Ini merupakan satu daerah terakhir yang menjadi penghasil nikel di Sulawesi
Selatan. Selain itu, keindahan alam di daerah ini juga sangat memesona mata.

Anda mungkin juga menyukai