Anda di halaman 1dari 7

Modul IV [CARA PENGUKURAN DI LAPANGAN]

MODUL TUGAS IV
PROSEDURE PENGUKURAN DI LAPANGAN

A. Nomor Praktikum : IV

B. Tujuan Praktikum :
Mendapatkan data-data penembakkan di suatu front penembakkan

C. Dasar Teori :
Metode Pengukuran Poligon
Poligon digunakan apabila titik - titik yang akan di cari koordinatnya terletak
memanjang sehingga terbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan
Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar
horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik -
titik pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode
penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk daerah
yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan yang
sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diti
dengan keadaan daerah/lapangan.
Koordinat Awal
Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu, haruslah dipilih
koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik triangulasi atau titik - titik
tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan dipatokkan. Bila
dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik, BM kemudian beri harga
koordinat tertentu dan tititk tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik - titik lainya.
Koordinat Akhir
Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat Geometri hitungan
koordinat dan tentunya harus di pilih titik yang mempunyai sistem koordinat yang
sama dengan koordinat awal

P r a k t i k u m I l m u U k u r Ta m b a n g Page 26
Modul IV [CARA PENGUKURAN DI LAPANGAN]

Azimuth Awal
Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari
system koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat di tempuh dengan
dua cara yaitu sebagai berikut :
 Hasil hitungan dari koordinat titik - titik yang telah diketahui dan akan dipakai
sebagai tititk acuan system koordinatnya.
 Hasil pengamatan astronomis (matahari).
Pada salah satu titik poligon sehingga didapatkan azimuth ke matahari dari titik
yang bersangkutan. Dan selanjutnya dihasilkan azimuth kesalah satu poligon
tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut mendatar (azimuth matahari).
Data Ukuran Sudut dan Jarak
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik kontrol perlu diukur
di lapangan. Data ukuran tersebut, harus bebas dari sistematis yang terdapat (ada
alat ukur) sedangkan salah sistematis dari orang atau pengamat dan alam di
usahakan sekecil mungkin bahkan kalau bisa di tiadakan.
Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
Poligon berdasarkan visualnya :
 poligon tertutup
 poligon terbuka
 poligon bercabang
Poligon berdasarkan geometriknya :
 poligon terikat sempurna
 poligon terikat sebagian
 poligon tidak terikat
Untuk mendapatkan nilai sudut - sudut dalam atau sudut-sudut luar serta jarak
jarak mendatar antara titik-titik poligon diperoleh atau diukur di lapangan
menggunakan alat pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.

P r a k t i k u m I l m u U k u r Ta m b a n g Page 26
Modul IV [CARA PENGUKURAN DI LAPANGAN]

Poligon digunakan apabila titik - titik yang akan dicari koordinatnya terletak
memanjang sehingga membentuk segi banyak (poligon). Metode poligon
merupakan bentuk yang paling baik di lakukan pada bangunan karena
memperhitungkaan bentuk kelengkungan bumi yang pada prinsipnya cukup di
tinjau dari bentuk fisik di lapangan dan geometriknya. Cara pengukuran polygon
merupakan cara yang umum dilakukan untuk pengadaan kerangka dasar pemetaan
pada daerah yang tidak terlalu luas sekitar (20 km x 20 km).
Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan berbagai
bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik – titik rujukan maupun pemeriksa.
Tingkat ketelitian sistem koordinat yang diinginkan dan kedaan medan lapangan
pengukuran merupakan faktor - faktor yang menentukan dalam menyusun
ketentuan poligon kerangka dasar.Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis
dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan. Sistem koordinat dikaitkan
dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran
menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan
dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik.
Penyiapan Alat Theodolite
Cara kerja penyiapan alat theodolit antara lain :
1. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
2. Tinggikan setinggi dada
3. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
4. Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
5. Kuatkan (injak) pedal kaki statif
6. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
7. Letakkan theodolite di tribar plat
8. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite
9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical
dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur
tersebut.

P r a k t i k u m I l m u U k u r Ta m b a n g Page 26
Modul IV [CARA PENGUKURAN DI LAPANGAN]

10. Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar
dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur
tersebut.
11. Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering
kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titi ikat
(BM), dilihat dari centering optic.
12. Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada
dinding.
13. Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan
melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai
kesalaha index tersebut.
PEMBACAAN RAMBU UKUR
1. Rambu ukur adalah alat bantu dalam pengukuran jarak optis maupun beda tinggi yang
bentuk fisiknya berupa mistar dengan panjang (pada umumnya) tiga meter atau enam
meter, berskala di dua sisi—sisi kanan dan sisi kiri dan bercat hitam putih atau merah
putih. Rambu terbuat dari bahan yang tahan terhadap kondisi lapangan;
2. Kedudukan rambu dalam pengukuran harus benar-benar vertikal diatas titik yang
diukur sebagai target pengukuran. Dalam pengukuran waterpas teliti, rambu ukur pada
umumnya dilengkapi dengan nivo kotak pada bagian belakangnya - berguna untuk
mendeteksi posisi rambu sedemikian hingga benar-benar vertikal serta dan dilengkapi
dengan statif rambu
3. Pembacaan rambu terdiri dari empat unit bacaan: meter, decimeter, centimeter dan
milimeter (dalam waterpas teliti unit bacaan sampai dengan micro meter). bacaan
meter sampai dengan centimeter ditunjukkan pada skalh rambu sedangkan tingkat
milimeternya didasarkan oleh perkiraan (estimasi) pengukuran terhadap posisi benang
silang (ba. bt dan bb) pada rambu.

P r a k t i k u m I l m u U k u r Ta m b a n g Page 26
Modul IV [CARA PENGUKURAN DI LAPANGAN]

D. Cara Pengerjaannya :
1. Menetukkan lokasi front penembakkan di sekitar wilayah universitas sriwjaya
2. Menentukan luas lokasi front penembakkan ( 120 m x 80 m ), harus terdapat
objek yang ditembak seperti bangunan, gedung, jalan dll.
3. Membuat titik penembakkan tiap 1 meter
3. Merencanakan titik – titik theodolit di lokasi penambakkan (minimal 5 titik)
4. Melakukan perangkaian alat thedolit dilokasi titk awal penembakkan
5. Pengaturan tinggi theodolit terhadap permukaan tanah (sebesar 1,4 meter)
6. Mengatur berdirinya thedolit agar seimbang dengan patokan nivo mata sapi
yang ada di alat thedolit
7. Mengatur patokan azimuth awal sebesar 00 pada arah utara yang sebenarnya
8. Mengukur batas atas dan bawah dengan menempatkan mistar di suatu titik
penembakkan
9. Pembacaan Azimuth pada alat thedolit tersebut
10. Pembacaan Sudut Alfa pada data tersebut
11. Begitu seterusnya sampai membentuk poligon tertutup dan penembakkan
terhadap sisi-sisi bangunan.
12. Masukkan data tersebut ke dalam tabel tabulasinya

E. Tugas IV :
1. Mengisi data di dalam tabel tabulasi yang terlampir.

Catatan :
Kerjakan Tugas sesuai dengan format yang telah ditentukan sebelumnya!

P r a k t i k u m I l m u U k u r Ta m b a n g Page 26
Modul IV [CARA PENGUKURAN DI LAPANGAN]

TABEL 1. PEROLEHAN DATA DI LAPANGAN

Pembacaan alat
Posisi Alat Titik Tuju Azimuth α
Ba Bt Bb
T1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
teodolit 1

Catatan :
Untuk mendapatkan data-data untuk mengisi tabel tabulasi diatas dilakukan
praktek langsung ke lapangan dengan menggunakan alat thedolit sebagai alat
ukurnya.
Untuk mendapatkan :
1. Nilai Batas Atas (BA), Batas Tengah (BT), dan Batas Bawah (BB)
Diperoleh dengan pembacaan rambuk ukur dengan memposisikan teropong
tepat pada batas tengah dan selanjutnya akan didapat nilai batas atas dan
batas bawahnya.
Rumus : Batas Bawah = (2 x batas Tengah) – Batas Atas

P r a k t i k u m I l m u U k u r Ta m b a n g Page 26
Modul IV [CARA PENGUKURAN DI LAPANGAN]

2. Nilai Azimuth didapat pada alat theodolit (biasanya menggunakan selisih


skala 0,25)
Untuk lebih jelas akan dijelaskan oleh asisten
3. Nilai Alfa didapat pada alat theodolit (biasanya menggunakan selisih skala
0,33)
Untuk lebih jelas akan dijelaskan oleh asisten.
Untuk Mendapatkan data tabel yang lengkap dapat diambil pada asisten
masing-masing!

P r a k t i k u m I l m u U k u r Ta m b a n g Page 26

Anda mungkin juga menyukai