Bismillahirrahmaanirrahiim.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Hutang Negara ini.
Kami menyusun makalah ini dengan hasil diskusi bersama dan dari beberapa
referensi buku serta jurnal yang kami dapatkan. Oleh karena itu, kami sangat
menghormati dan menghargai pikiran- pikiran penulis lain yang menjadi sumber acuan
dalam menulis makalah ini. Namun, bagaimana pun hal ini membuat kami berbuat hati-
hati dan tanggung jawab serta upaya yang maksimal demi terselesainya makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Dalam memenuhi unsur kemudahan dalam memahami isi
makalah ini, kami mengupayakan menggunakan bahasa yang relatif sederhana dan
mudah di pahami. Selain itu, kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam proses kontribusi untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Bagaimanapun, tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih butuh banyak
pembelajaran. Namun, kami berharap bahwasanya tugas makalah yang kami buat ini
dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membaca.
Penyusun
1
DAFAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................... 2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian....................................................... 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Utang Luar Negeri (ULN)............................................ 4
1. Definisi Utang Luar Negeri.................................... 4
2. Jenis –Jenis Utang Luar Negeri............................. 5
3. Teori Utang Luar Negeri........................................ 6
B. Penanaman Modal Asing............................................. 7
1. Definisi Penanaman Modal Asing......................... 7
2. Teori dan Model Penanaman Modal Asing........... 8
BAB III: PEMBAHASAN
A. Arus Masuk Modal Asing............................................. 11
B. Modal Asing di Indonesia............................................. 12
C. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia. 16
D. ULN, Pembiayaan Pembangunan, Beban Bunga dan
Cicilan Utang............................................................. 17
E. Perkembangan Utang Luar Negeri................................ 19
F. Sumber-Sumber Pembiayaan Utang Luar Negeri......... 20
G. Upaya Mengurangi Beban ULN................................... 21
BAB IV : PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ULN atau Utang luar Negeri saat ini menjadi perdebatan publik, khususnya dari
Negara berkembang tak terkecuali Indonesia, yang selama ini sering muncul adalah
besarnya beban hutang yang harus ditanggung, bahkan merugikan pembangunan atau
membuat rakyat di negara-negara peminjam menderita.Padahal tujuan utama peminjaman
adalah untuk menjalankan pembangunan ekonomi dan sosial sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan di negara-negara peminjam. (Tambunan,2001)
Pemanfaatan utang luar negeri (ULN) atau bantuan luar negeri sebagai sumber
pembiayaan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi sudah menjadi bagian tak
terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan sosial. Bukan hanya di negara-negara
berkembang (NB) termasuk Indonesia, melainkan juga di negara-negara yang sekarang
dikenal sebagain negara- negara maju (NM). Satu contoh yang sangat terkenal adalah
pembangunan kembali negara-negara Eropa Barat pascaperang dunia (PD) II pada
dekade 1950-an melalui bantuan dana yang sangat besar dari Amerika Serikat (AS),yang
dikenal dengan Marshall Plan. (Tambunan;2001;1)
Arus masuk modal asing (capital inflows) berperan dalam menutup gap devisa
yang ditimbulkan oleh defisit pada transaksi berjalan. Selain itu, masuknya modal asing
juga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu akibat kurangnya modal (saving
investment gap) bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi. Modal asing ini selain sebagai
perpindahan modal juga dapat memberikan kontribusi positif melalui aliran
industrialisasi dan modernisasi. Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat
membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan
belanja negara, akibat pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan
yang cukup besar. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai
1
dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Tetapi dalam jangka panjang, ternyata
utang luar negeri pemerintah tersebut dapat menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di
Indonesia. Beberapa negara bahkan tercatat “aktif” dalam hal memberikan bantuan
berupa pinjaman kepada Indonesia, baik di Asia, Eropa bahkan Amerika Serikat serta
beberapa lembaga keuangan internasional lainnya.
Utang Luar Negeri merupakan konsekuensi biaya yang harus dibayar sebagai
akibat pengelolaan perekonomian yang tidak seimbang, ditambah lagi proses pemulihan
ekonomi yang tidak komprehensif dan konsisten. Pada masa krisis ekonomi, utang luar
negeri Indonesia, termasuk utang luar negeri pemerintah telah meningkat drastis.
Sehingga, pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru untuk
membayar utang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo. Akumulasi utang luar
negeri dan bunganya tersebut akan dibayar melalui APBN RI dengan cara mencicilnya
pada tiap tahun anggaran. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat pada masa mendatang, sehingga jelas akan membebani masyarakat,
khususnya para wajib pajak di Indonesia.
Pada pertengahan dekade 1980-an, modal asing yang masuk ke Indonesia masih
didominasi oleh investasi langsung atau penanaman modal asing (PMA) dan pinjaman
luar negeri (terutama pinjaman pemerintah). Baru setelah pemerintah melakukan
deregulasi di sektor keuangan/perbankan yang dimulai sejak awal 1980-an, yang antara
lain membuat sektor tersebut, termasuk pasar modal, berkembang dengan pesat, arus
modal swasta jangka pendek dari luar negeri mulai mengalir ke dalam negeri. Penanaman
Modal Asing (PMA) sendiri, berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), sampai akhir Juli 2006 meningkat menjadi US$ 3.713.4 juta dengan realisasi
proyek yang telah disetujui pemerintah sebanyak 563 proyek.
Salah satu impak dari kehadiran PMA di Indonesia selama era Orde Baru adalah
pertumbuhan PDB yang pesat, yakni rata-rata per tahun antara 7% hingga 8% yang
membuat Indonesia termasuk negara di ASEAN dengan pertumbuhan yang tinggi. Tidak
bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan investasi dan PMA pada khususnya di Indonesia,
didorong oleh stabilitas politik dan sosial, kepastian hukum, dan kebijakan ekonomi yang
kondusif terhadap kegiatan bisnis di dalam negeri, yang semua ini sejak krisis ekonomi
1997 hingga saat ini sulit sekali tercapai sepenuhnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi yang telah dijelaskan diatas,maka rumusan masalah dalam
penelitian ini :
1. Apakah dana suntikan berupa ULN danPMA selama ini merugikan atau
menguntungkan bagi Indonesia ?
2. Apakah Indonesia semakin bergantung pada ULN?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaiaman perkembangan ULN dan PMA saat ini
2
2. Mengetahui apakah ULN dan PMA menguntungkan atau merugikan bagi Indonesia.
3. Mengetahui apakah Indonesia semakin bergantung pada dana pinjaman dari negara
luar
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan bahan masukan bagi
pemerintah dan instansi-instanis terkait dalam penyelesaian masalah Utang Luar
Negeri dan Penanaman Modal Asing.
2. Dari hasil penelitian ini kami berharap dapat menambahkan wawasan para
peneliti yang berhubungan dengan Utang Luar Neri dan Penaman Modal Asing
di Indonesia, dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
referensi untuk melakukan penelitian sejenis lainnya.
3. Untuk menambah wawasan penulis dalam perekonomian Indonesia khususnya
masalah Utang Luar Negeri dan Penanaman Modal Asing
4. Sebagai masukan kepada masyarakat agar mengetahui kondisi perekonomian
indonesia yang berhubungan dengan utang luar negeri (ULN) dan penanaman
modal asing (PMA)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ULN adalah seluruh pinjaman serta konsensional baik secara resmi dalam bentuk
uang tunai maupun bentuk bentuk aktiva yang lainnya secara umum ditujukan untuk
mengalihkan sejumlah sumber daya negara-negara maju ke negara berkembang untuk
kepentingan pembangunan atau mempunyai maksud sebagai distribusi pendapatan
(Todaro, 1998:163).
ULN adalah sebagai bantuan berupa program dan bantuan proyek yang diperoleh
dari negara lain. Pinjaman luar negeri atau utang luar negeri merupakan salah satu
alternatif pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan dan dapat digunakan untuk
meningkatkan investasi guna menunjang pertumbuhan ekonomi (Basri, 2000:127).
Selain pinjaman luar negeri, terdapat juga penerimaan dalam bentuk hibah.
Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dengan Ketua
BAPPENAS No.185/KMK.03/1995 dan No. KEP. 031/KET/5/1995 tanggal 5 Mei 1995
yang telah dirubah dengan SKB No. 459/KMK.03/1999 dan No.KEP.264/KET/09/1999
tanggal 29 September 1999 tentang Tatacara Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan
dan Pemantauan Pinjaman/Hibah Luar Negeri dalam Pelaksanaan APBN, pengertian
pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan
atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa
4
yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan
persyaratan tertentu. Sedangkan Hibah Luar Negeri, adalah setiap penerimaan negara
baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk
barang dan atau dalam bentuk jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang diperoleh
dari pemberi hibah luar negeri yang tidak perlu dibayar kembali.
a. Hadiah/Grant: yaitu bantuan luar negeri yang tidak bersyarat pengembalian atau
pelunasannya kembali.
b. Pinjaman Lunak : yaitu pinjaman dengan syarat yang sangat ringan, dimana
jangka waktu pengembaliannya antara 20 tahun sampai dengan 30 tahun dan
tingkat bunga antara 0 sampai dengan 4,5 persen per tahun.
c. Pinjaman/Kredit Ekspor : yaitu kredit yang diberikan oleh negara pengekspor
dengan jaminan tertentu untuk meningkatkan ekspor. Jangka waktu
pembayarannya adalah 7 tahun sampai dengan 15 tahun dan tingkat bunga
antara 4 persen sampai dengan 8,5 persen per tahun.
d. Kredit Komersial : yaitu kredit yang dipinjamkan oleh bank dengan tingkat
bunga dan lain-lain sesuai perkembangan pasar internasional.
2. Pinjaman/Kredit Bilateral/Multilateral
5
b. Pinjaman/Kredit Multilateral: misalnya bantuan/kredit dari peserta IBRD, IDA,
UNDP, ADB, dan lain-lain. Jangka waktu dan syarat pengembalian
bantuan/kredit bilateral/multilateral adalah berdasarkan perjanjian antara
pemerintah Indonesia dengan pihak-pihak yang memberikan bantuan/kredit.
6
1. Kesenjangan Tabungan
Dimulai dengan suatu persamaan atau identitas atas hubungan antara
pemasukan modal ( misalnya, selisih antara ekspor-impor ) dan dengan sumber –
sumber yang dapat digunakan untuk investasi, dengan tingkat investasi, dengan
tingkat investasi domestik, yang dapat di tulis sebagai berikut :
I < F + Sy ………………………………………… ( 1)
2. Kesenjangan Devisa
Jika setiap unit investasi yang dilakukan oleh negara – negara berkembang
menyebabkan kenaikan impor sebesar m1, yakni pangsa impor marjinal ( marginal
impor share ) di kebanyakan negara berkembang, pangsanya ini berkisar dari 30
sampai 60 persen dan kecenderungan marjnal terhadap impor ( marginal propensity
to impor) akibat naiknya 1 unit PDB dengan parameter m2, maka kesenjangan devisa
itu dirumuskan sebagai berikut :
Istilah penanaman modal asing sebenarnya adalah terjemahan dari bahasa inggris
yaitu investment. Penanaman modal asing atau investasi seringkali dipergunakan dalam
artian yang berbeda – beda. Perbedaan penggunaan istilah terletak pada cakupan dari
makna yang dimaksudkan.
7
c. Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan dimasa yang
akan datang.
Investasi dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang
ada. Istilah lain dari investasi adalah akumulasi modal atau pembentukan modal,
(Sukirno, 2000 :24)
PMA atau investasi asing merupakan investasi yang dilakukan oleh pemilik modal
asing di dalam negara untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilakukan. PMA
merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional disamping ekspor,
tabungan domestik dan bantuan luar negeri, (Kuncoro, 2000 : 367)
Menurut Undang-undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang
sekarang telah di sempurnakan menjadi Undang-undang No.1 tahun 1970 pada Pasal 1
menyebutkan :”Penanaman modal asing di dalam Undang-undang ini hanyalah meliputi
modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-
ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di
Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari
penanaman modal tersebut.” Sedangkan menurut Undang – Undang nomor 25 tahun
2007 tentang penanaman Modal Asing pada Pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa:
“Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.”
Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapan ahli untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA).
8
Setiap bangsa mempunyai kekhususan merk politisinya sendiri. Para politisi
mencermikan faktor spesifik lokasi bangsa dan bahkan menambahnya dengan suatu
cara khusus. Selalu terdapat keragaman dalam campur tangan pemerintah dengan
bisnis international.
Faktor lain yang mempengaruhi PMA adalah variabel internalisasi atau
keunggulan spesifik perusahaan (KSP). Variabel internalisasi ini merupakan
keunggulan internal yang memiliki perusahaan multinasional.
b. Teori Vernon
Vernon (1966) menjelaskan Penanaman Modal Asing dengan model yang
disebut Model siklus Produk. Dalam model ini introduksi dan pengembangan
produk baru di pasar mengikuti tiga tahap. Pendorong untuk mengembangkan
produk baru diberikan oleh kebutuhan dan peluang pasar.
Semula model Vernon dikembangkan untuk menerangkan pertumbuhan yyang
cepat dan penyebaran diseluruh dunia dari PMN yang berpangkal di AS dalam dua
dasawarsa yang pertama sesudah perang dunia II. Ia memodifikasi model itu secara
cukup berarti dalam Vernon (1971 dan 1977), dimana PMN dalam tahap satu
sekarang diidentifikasi sebagai suatu oligopoli yang muncul, dalam tahap dua
sebagai oligopoli yang dewasa, dan dalam tahap tiga sebagai suatu oligopoli yang
menua.
9
pengembangan teknologi/produk baru, ketergantungan pada sumber – sumber
bahanbaku, memanfaatkan mesin –mesin yang sudah usang, mencari pasar yang
lebih besar. Sedangkan kekuatan eksternal yang mempengaruhi PMA yaitu
pelanggan, pemerintah, ekspansi ke luar negeri dari pesaing dan pembentukan
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
Model Siklus produk
Model ini menerangkan bahwa penanaman modal asing melalui 3 tahap, yaitu
produk baru, tahap produk matang, dan tahap produk yang distandardisasi.
Pada tahap produk baru, produk yang dihasilakn di dalam negeri sedangkan
untuk pasar luar negeri dilayani dengan ekspor.
Pada tahap produk matang, harga produk menjadi penting. Pasar luar negeri telah
dilayani oleh produksi lokal.
Pada tahap ketiga, persaingan menjadi lebih penting, dan produksi diarahkan pada
lokasi/tempat yang biayanya rendah (kecil) dalam lingkup negara yang
berpenghasilan rendah. Disini barasng diekspor kembali ke negara asal PMN atau
ke pasar lain. Untuk industri yang padat karya, diarahkan pada negara yang upah
buruhnya paling murah. Teori ini dikemukakan oleh Raymon vernon.
f. Teori Kindleberger
Aspek yang paling sensitif dalam perekonomian internasional kini adalah
aspek investasi langsung. Amerika Serikat dan Inggris berusaha membatasi
investasi langsung oleh perusahaan – perusahaan yang berdomisili di dalam batas –
batas ke dua negara ini untuk membatasi tekanan pada neraca pembayaran mereka.
Kanada, negara – negara Eropa dan Jepang berusaha untuk membatasi penanaman
modal asing di dalam wilayah mereka, agar pengawasan mereka atas sumber –
sumber daya dalam negeri tidak sirna karena pemilikan asing. Negara – negara
berkembang khawatir, bahwa orang – orang asing akan melakukan investasi di
negara – negara ini. Larangan – larangan dan pembatasan – pembatasan ditentukan
terhadap investasi dalam garis – garis kegiatan tertentu yang dianggap lemah
terhadap pengaruh asing atau yang diangggap memboros- boroskan SDA,
perbankan, surat kabar. Ditentukan persyaratan – persyaratan bahwa harus ada
partsipasi dari pihak dalam negeri, valuta asing harus dibawa masuk, suku cadang
harus dibeli, riset dalam negeri, ekspor dan sebagainya. Dan masih saja terdapat
kecenderungan untuk internasionalisasi perusahaan. (Kindleberger,1982).
10
BAB III
PEMBAHASAN
Grafik 3.1
Indonesia : Arus Masuk Modal Asing Setelah Memperhitungkan Cicilan Hutang Luar
Negeri, Pembayaran-pembayaran Lain dalam Perkiraan Modal dan
Disinvestasi, 1970-1986.(dalam juta US $)
Angka-angka yang ditunjukan dalam Grafik 3.1 sering dianggap sebagai suatu deretan
net external resources flows yaitu Arus bersih sumber-sumber pembiayaan yang masuk
dari luar negeri sehingga sering pula dijadikan patokan sebagai sumber-sumber luar
negeri yang dapat digunakan sebagai penopang pembangunan nasional.
Menurut Sritua Arief dan Adi Sasono (1987) Untuk mendapatkan angka arus
masuk bersih sumber-sumber pembiayaan dari luar negeri haruslah diperhitungkan
pembayaran jasa-jasa modal yang dibayarkan ke luar negeri yang terdiri dari bunga
modal dan keuntungan modal. Grafik 3.2 menunjukkan arus bersih modal asing yang
11
masuk ke Indonesia setelah memperhitungkan bukan hanya cicilan hutang, pembayaran-
pembayaran lain yang tercantum dalam perkiraan modal dan disinvestasi, tetapi juga
setelah memperhitungkan pembayaran bunga hutang luar negeri dan keuntungan yang di
transfer ke luar negerioleh investor asing di Indonesia. Angka-angka inilah yang
merupakan angka-angka sumber pembiayaan dari luar negeri yang sebetulnya secara
netto dapat dimanfaatkan di dalam negeri untuk menunjang pembangunan nasional.
Grafik 3.2
Indonesia : Arus Bersih Modal Asing yang Masuk,1970-1986 (dalam juta US$)
Sumber :
Data diolah
Angka-
angka
dalan
Grafik 3.2
yang
didasarkan atas perkiraan modal termasuk alokasi spesial Drawing Rights dan perkiran
sedang berjalan, menunjukkan bahwa selama periode 1970-1986, arus bersih modal asing
yang masuk ke Indonesia secara kumulatif menunjukkan posisi yang negatif. Arus masuk
yang positif hanya berjumlah sebesar US $ 17,6 milyar. Dalam konteks ini, kita dapat
menyatakan bahwa Indonesia sebetulnya telah menjadi eksportir modal bukan importir
modal.
12
1971/1972 428,0 545 -117 135,5 18,5
1972/1973 585,1 735 -149,9 149,5 -0,4
1973/1974 967,7 1.164,2 -196,5 203,9 7,4
1974/1975 1753,7 1.977,9 -224,2 232 7,8
1975/1976 2241,9 2.730,3 -488,4 491,6 3,2
1976/1977 2906,0 3.684,3 -778,3 783,8 5,5
1977/1978 3534,4 4.305,7 -771,3 773,4 2,1
1978/1979 4266,1 5.299,3 -1.033,2 1.035,5 2,3
1979/1980 6696,8 8.076,0 -1.379,2 1.381,1 1,9
1980/1981 10227,0 11.716,0 -1.489,0 1.493,8 4,8
1981/1982 12.212,6 13.917,6 -1.705,0 1.709,0 4,0
1982/1983 12.418,3 14.355,9 -1.937,6 1.940,0 2,4
1983/1984 14.432,7 18.311,0 -3.878,3 3.882,4 4,1
1984/1985 15.905,5 19.380,8 -3.475,3 3.478,0 2,7
1985/1986 18.525,0 22.824,6 -4.299,6 3.572,6 -727,0
1986/1987 17.832,5 21.421,6 -3.589,1 3.589,1 0,0
a) Menurut anggaran belanja
Sumber : Departemen Keuangan RI
Tabel 3.1 menunjukan bahwa terdapat korelasi yang negatif diantara modal luar
negeri yang masuk untuk pembiayaan anggaran belanja negara dengan surplus anggaran
belanja negara (suplus dalam hal ini menunjukan angka – angka yang negatif). Dalam
konteks ini, dapat di kemukakan proporsi bahwa modal luar negeri lebih berfungsi
sebagai penyedia sumber – sumber yang dapat di investasikan (investible resources).
Ditambah dengan fungsinya sebagai pembiyaan surplus impor (setelah memperhitungkan
jasa-jasa), maka modal luar negeri yang masuk ke Indonesia, khususnya pinjaman luar
negeri yang diterima secara resmi oleh Pemerintah Indonesia, dapat dikatan lebih banyak
berfungsi sebagai penyedia sumber – sumber pembiayaan anggaran belanja negara dan
sebagai sumber – sumber pembiayaan surplus impor daripada berfungsi sebagai
penambah sumber – sumber yang dinvestasikan. Oleh karena pos – pos dalam anggaran
belanja negara yang dibiayai oleh modal luar negeri adalah pos pos yang menghendaki
impor, maka secara keseluruahan dapat juga dikatan bahwa pinjaman luar negeri yang
masuk kesektor resmi di Indonesia lebih banyak berfungsi untuk membiayai foreign
exchange gap dari pada membiayai savings gap.
Tabel 3.2 Indonesia : Pengeluaran Pemerintah yang Dibiayai Pihak Luar
Negeri,1970/1971-1986/1987 (miliar rupiah)
Jumlah
Pembiayaan Pengeluaran
Pengeluran ((A))/((B)) ((A))/((C))
Tahun Pihak Luar Pembangunan
Pemerintah (dalam %) (dalam %)
Fiskal Negeri (A) (B)
(C)
1970/1971 120,4 169,6 457,8 71 26,3
1971/1972 135,5 195,9 545 69,2 24,9
1972/1973 149,5 290,7 735 51,4 20,3
1973/1974 203,9 450,9 1164,2 45,2 17,5
1974/1975 232,0 961,8 1977,9 24,1 11,7
1975/1976 491,6 1.397,7 2730,3 35,2 18
1976/1977 783,8 2.054,5 3684,3 38,2 21,3
1977/1978 773,4 2.156,8 4305,7 35,9 18
1978/1979 1035,5 2.555,6 5.299,3 40,5 19,5
1979/1980 1381,1 4.014,2 8.076,0 34,4 17,1
13
1980/1981 1493,8 5.916,1 11.716,1 25,2 12,7
1981/1982 1.709,0 6.940,0 13.917,6 24,6 12,3
1982/1983 1.940,0 7.359,6 14.311,0 26,4 13,5
1983/1984 3.882,4 9.899,2 18.311,0 39,2 21,2
1984/1985 3.478,0 9.951,9 19.380,8 34,9 17,9
1985/1986 3.572,6 10.873,1 22.824,6 32,9 15,7
1986/1987 3.589,1 8.296,0 21.421,6 43,3 16,8
a) Menurut anggaran belanja
Sumber : Departemen Keuangan RI
Tabel 3.2 menunjukan perkembangan peranan modal luar negeri dalam membiayai
pengeluaran pembangunan dan keseluruhan pengeluaran dalam anggaran belanja negara
selama perioade 1970/1971-1986/1987. Dapat diliat bahwa kecenderungan menurunnya
peran relatif modal asing dalam membiayai pengeluaran pembanguna dilihat dari
persentase dalam pembiayaan pengeluaran pembangunan yang mengarah ke tingkat
dibawah 30% pada tahun 1982/1983, telah mulai meningkat kembali pada tingkat diatas
30% dan bahkan diatas 40% sesudah tahun 1982/1983. Situasi yang bersamaan terdapat
dalam posisi relatif modal asing dalam pembiayaan keseluruhan pengeluaran dalam
anggaran belanja negara yang telah berhasil menurun ke tingkat dibawah 15% pada tahun
1982/1983 tetapi mulai naik kembali ketingkat diatas 15% bahkan diatas 20% sesudah
tahun fiskal 1982/1983. Hal ini menunjukan bahwa masih ketergantungannya Indonesia
pada modal asing dalam pembiayaan anggaran belanja negara.
15
Arus sumber keuangan internasional dapat terwujud dalam dua bentuk. Yang
pertama adalah penanaman modal asing “langsung” atau PMA, yang biasa dilakukan oleh
perusahaanperusahaan raksasa multinasional (atau biasa juga disebut perusahaan
transnasional, yaitu suatu perusahaan besar yang berkantor pusat berada di negara-negara
maju asalnya, sedangkan cabang operasi atau anak-anak perusahaannya tersebar di
berbagai penjuru dunia). Dana investasi ini langsung diwujudkan dengan berupa
pendirian pabrik, pengadaan fasilitas produksi, pembelian
mesin-mesin dan sebagainya. Investasi asing swasta ini bisa juga berupa investasi
portofolio (portofolio investment) yang dana investasinya tidak diwujudkan langsung
sebagai alat-alat produksi, melainkan ditanam pada aneka instrumen keuangan seperti
saham, obligasi, sertifikatdeposito, surat promes investasi, dan sebagainya.
Sedangkan yang kedua adalah bantuan pembangunan resmi pemerintah (public
development assistance) atau bantuan/pinjaman luar negeri (foreign aid) yang berasal
dari pemerintahan suatu negara secara individual atau dari beberapa pihak secara bersama
(multilateral) melalui perantara lembaga-lembaga independen atau swasta.
Grafik 3.3
Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia (US $ Juta)
Sumber :Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, (Berbagai Edisi) (Data diolah)
Pembiayaan Pembangunan
Sejak krisis ULN dunia pada awal 1980-an, masalah ULN yang dialami oleh
banyak NB tidak semakin baik, banyak NB semakin terjerumus ke dalam krisi ULN
sampai negara-negara pengutang besar terpaksa melakukan program-program
penyesuaian struktural terhadap ekonomi mereka atas desakan dari Bank Dunia dan Dana
Moneter Internasional (IMF), sebagai syarat utama untuk mendapatkan pinjaman baru
atau pengurangan terhadap pinjaman lama, (Tambunan, 2001).
Tingginya ULN dari banyak NB disebabkan terutama oleh tiga jenis defisit :
17
a. Defisit transaksi berjalan (TB) atau bisa disebut dengan trade gap, yaitu
ekspor (X) lebih sedikit daripada impor (M).
b. Defisit investasi atau I-S gap, yaitu dana yang dibutuhkan untuk membiayai
investasi (I) di dalam negeri lebih besar daripada tabungan nasional atau
domestik (S).
c. Defisit fiskal (fiskal gap).
Dari faktor-faktor tersebut, defisit TB sering disebut didalam literatur sebagai
penyebab utama membengkaknya ULN dari bank NB. Besarnya defisit TB melibihi
surplus neraca modal (CA) (kalau salonya memang positif) mengkibatkan defisit neraca
pembayaran (BOP) yang berarti juga cadangan defisa (CD) dengan sendirinya akan habis
jika tidak ada sumber-sumber lain (misalnya modal investasidari luar negeri), seperti
yang dialami oleh negara-negara paling miskin di benua Afrika. Padahal devisa sangat
dibutuhkan terutama untuk membiayai impor barang-barang modal dan pembantu untuk
kebutuhan kegiatan produksi di dalam negeri.
Dari uraian diatas, dapat dimngerti bahwa defisit TB yang terjadi terus menerus
membuat banyak NB harus tetap bergantung pada pinjaman luar negeri (PLN), terutama
negara-negara yang kondisi ekonominya tidak menggairahkan investor-investor asing
sehingga sulit bagi negara-negara tersebut untuk mensubstitusikan PLN dengan investasi,
misalnya dalam bentuk penanaman modal asing (PMA).
Sejak pemerintahan Orde Baru hingga saat ini tingkat ketergantungan Indonesia pada
ULN tidak pernah menyurut, bahkan mengalami akselerasi yang pesat sejak krisis
ekonomi 1997/1998 karena pada periode tersebut pemerintah Indonesia terpaksa
membuat utang baru dalam jumlah yang besar dari IMF untuk membiayai pemulihan
ekonomi. Pada masa normal selama pemerintahan Soeharto, ULN dibutuhkan terutama
untuk membiayi pembangunan, defisit investasi, defisit TB, dan beberapa komponen dari
sisi pengeluaran pemerintah di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Beban Pembayaran
Sejak masa Orde Lama, sangat jelas utang luar negeri yang dibuat akan
menyulitkan pemerintah dalam membayarnya. Dengan tingkat kemampuan ekonomi
masyarakat yang sangat miskin, akumulasi utang pemerintah Orde Lama (selama 20
tahun) mencapai US$ 2,38 miliar. Jika dibandingkan dengan utang luar negeri yang
dibuat pada masa pemerintahan Soeharto,Habibie, ataupun Abdurahman Wahid
nilaiutang tersebut memang sangat kecil. Dari ketiga rezim terakhir ini, rata-rata pertahun
utang luar negeri yang dibuat pemerintah mencapai US$5 miliar. Namun pada masa orde
lama kapasitas ekonomi sangat rendah, dan lebih dari itu alokasi penggunaan utang luar
negeri tersebut banyak pada proyek-proyek mercusuar dan membiayai anggaran untuk
angkatan bersenjata, sehingga tidak menggerakan ekonomi dan tidak menghasilkan
devisa maupun langsung dan tidak langsung yang sebetulanya sangat diperlukan untuk
membayar kembali utang dari negara lain dan lembaga-lembaga internasional, dari
sinilah awal mula beban pembayaran dan warisan hutang luar negeri Indonesia yang
sampai saat ini dan entah kapan akan terselesaikan.
18
Tabel 3.3
Berbagai Data Makro dan Proyeksi
Kewajiban pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri ini sudah sangat
membebani anggaran belanja pemerintah. Sedangkan anggaran pemerintah tersebut
sumber penerimaannya sebagian besar berasal dari pajak yang ditarik dari masyarakat.
Dengan demikian, beban utang luar negeri pada akhirnya harus dibebankan pada
masyarakat luas, dalam bentuk pajak dan dan berbagai pungutan lainnya. Lebih dari itu,
pembayaran bunga dan cicilan utang tersebut berarti mengurangi dana pembanguna yang
tersedia. Akibatnya, aktifitas pembangunan terpaksa dikendurkan untuk memenuhi
kewajiban internasional tersebut. Demikian pula, fungsi alokasi dan distibutif dari
kewajiban fiskal menjadi berkurang, sebagai akibat alokasi sebagaian besar dana untuk
membayar bunga cicilan utang.
19
Sumber :Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, (Berbagai Edisi) (Data diolah)
Dilihat dari grafik di atas utang luar negeri dari tahun 1986 hingga 2011 senantiasa
perkembangan utang luar negeri masih dapat dikatakan dalam keadaanstabil. Namun
pada tahun 1997 hingga 2011 perkembangan utang luar negeri senantiasa fluktuaktif dan
nilai utang luar negeri tertinggi terjadi pada tahun 2011 yakni $154,505,9.
Utang luar negeri (foreign debt) pada dasarnya memiliki dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi juga merupakan salah satu penyebab utama
keterpurukan perekonomian Indonesia. Ini disebabkan karena semakin basarnya beban
utang luar negeri Indonesia baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta
asing yang harus ditanggung, ( Arwiny, 2011:41).
F. Sumber – sumber Pembiayaan ULN di Indonesia
Masalah ULN sebenarnya bukan hal baru bagi Indonesia, karena Indonesia sudah
mempunyai ULN bahkan semasa penjajahan Belanda. Namun, ULN baru menjadi
masalah serius setalah terjadi transfer negatif bersih pada pertengahan dekade 80-an,
yakni utang baru yang diterima lebih kecil daripada cicilan pokok dan bunganya yang
harus dibayar setiap tahun. Ini berati ULN yang baru sama sekali tidak bisa digunakan
sesuai tujuannya selain membayar sebagian cicilan pokok dan bunganya
(Samhadi,2006b).
Menurut catatan Samhadi (2006b), total ULN Indonsia pada akhir era Soekarno
sebesar 6,3 miliar dollar AS yang terdiri dari 4 milliar dolar AS yang dibuat pada masa
pemerintahan Belanda dan 2,3 miliiar dolar AS yang dibuat oleh pemerintah Soekarno,
dan membengkak menjadi 54 milliar dolar AS pada akhir pemerintahan Soeharto. Utang-
utang ini didapat dari berbagai sumber dari negara maupun kelembagaan.
Tabel 3.4
Sumber-Sumber Pembiayaan ULN Indonesia
Lembaga Pendonor Negara Pendonor
IBRD (International Bank for Reconstruction Pemerintah Jepang
and Development)
ADB (Asian Development Bank) German
20
Perancis
JBIC (Japan Bank for International
Coorperation)
IGGI Korea Selatan
IMF Amerika Serikat
WORLD BANK
Sumber : Bank Indonesia (2008)
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan memahami persoalan-persoalan yang berkaitan dengan PMA dan ULN
diatas, pertanyaan bagi Indonesia adalah: apakah Indonesia selama ini (Sejak orde baru)
lebih diuntungkan atau sebaliknya lebih dirugikan oleh ketergantungannya pada PMA
dan ULN? Tidak bisa dikatakan bahwa Indonesia selama ini sama sekali dirugikan oleh
PMA dan ULN, karena tidak ada kepastian absolut bahwa andaikan Indonesia sejak awal
tidak pernah mengandalkan modal asing dan pinjaman luar negeri, bisa tercapai tingkat
kemajuan pembangunan saat ini. Paling tidak hingga menjelang krisis ekonomi
1997/1998. PDB Indonesia mengalami laju pertumbuhan rata-rata sekitar 7% per tahun,
dan tingkat kemiskinan mengalami penurunan yang signifikan. Sangat sulit rezim
soeharto bisa bertahan selama 30 tahun lamanya tanpa ada pinjaman dari Bank Dunia,
IGGI/CGI dan negara-negara donor lainnya.
Anggapan bahwa selama ini Indonesia sepenuhnya diuntungkan dengan adanya
PMA dan ULN juga tidak tepat, melihat kenyataan dua hal.
Pertama, beban ULN pemerintah Indonesia semakin besar dan modal asing yang
masuk di Indonesia merugikan investor lokal. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya porsi
beban ULN didalam APBN dan masuknya modal asing dalam anggaran belanja negara.
Bahkan salah satu penyebab krisis ekonomi 1997/1998 yang dipici oleh anjloknya nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS adalah meningkatnya secara signifikan biaya ULN
pemerintah dan swasta dalam rupiah yang membuat banyak perusahaan besar
(konglomerat) bangkrut dan keuangan pemerintah jebol. Akhirnya pemerintah Indonesia
terpaksa memanggil IMF untuk penyelamatan.
Kedua, hingga saat ini Indonesia tetap saja masih tergantung pada ULN dan
modal asing. Jika Indonesia selama ini betul-betul diuntungkan oleh adanya PMA dan
ULN, sudah lama Indonesia mandiri seperti Korea Selatan. Pada awal pembangunannya
selama dekade 50-an dan 60-an, Korea juga sangat bergantung pada ULN khususnya dari
AS, tetapi sekarang bahkan sudah masuk didalam klub negara-negara donor.
Kita harus terus meminjam dari luar negeri untuk membiayai pembayaran kepada
pihak luar negeri. Kita terus meminjam dari luar negeri untuk dapat membayar cicilan
utang luar negeri, bunga utang luar negeri dan keuntungan investasi asing yang ditransfer
ke luar negeri. Dalam situasi seperti ini, kita sebetulnya berada dalam suatu ekonomi
tutup lubang gali lubang. Bisa dilihat bahwa secara pukul rata hampir seluruh nya kita
gunakan untuk pembayaran kepada pihak-pihak asing. kita sebetulnya sadar atau tidak
sadar bekerja untuk pihak asing. Ini sungguh merupakan sesuatu yang menyedihkan
sebagai bangsa yang berdaulat dan politis merdeka.
22
DAFTAR PUSTAKA
Al Maulidi, Iqbal. “Pengaruh Utang Luar Negeri dan Penanaman Modal Asing terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1990-2011” Jurnal Ilmiah, Juni 2013.
Anoraga Pandji, (1995), Perusahaan Multinasional Penanaman Modal Asing, Pustaka
Jaya,Jakarta.
Arief Sritua dan Sasono Adi, (1987), Modal Asing, Beban Utang Luar Negeri dan Ekonomi
Indonesia, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Majid, Khairin. “Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri (ULN) dan Penanaman Modal Asing
terhadap pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1986-2011”, Jurnal Ilmiah, Maret
2013.
TambunanT. Tulus, (2008), Pembangunan Ekonomi & Utang Luar Negeri, Rajawali Pers,
Jakarta.
23
24