Anda di halaman 1dari 28

TUGAS

MAKALAH EKONOMI MANAJERIAL

Disusun oleh :

Nama : Riki Supriatna


NPM : 12 31 00 13
Prodi : manajemen ekonomi

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Perilaku produsen dan Konsumen” ini tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
serta keluarganya, para sahabat dan seluruh umatnya yang berada di alam raya ini.
Makalah ini berisikan tentang perilaku-perilaku apa saja yang terjadi di dalam
masyarakat beserta beberapa penjabaran contoh kasus yang kerap dialami oleh
masyarakat luas.
Dengan demikian kiranya kami berharap agar makalah yang sederhana ini dapat
ikut ambil bagian dalam menumbuh kembangkan aspek informasi dan pengetahuan
kita semua. Tentunya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca senantiasa kami
harapankan untuk perbaikan di kemudian hari.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini baik secara moril maupun materiil.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami. Amin Ya Robbalalamin.

Terimakasih.
Hormat kami

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………… i


Daftar isi ………………………………………………….ii
BAB I
Pendahuluan ........................................................................iii
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II
Pembahasan …………………………………………………….iv
A . Perilaku produsen
B.Perilaku Konsumen
BAB III
Penutup………………………………………………………………….v

KESIMPULAN
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
a. Perilaku prudusen
Dalam organisasi perusahaan kita tidak akan bisa lepas dari ruang lingkup
ekonomi karena salah satu tujuan perusahaan teresebut didirikan adalah agar
mendapatkan suatu keuntungan dalam segi ekonomi, oleh karena itu perilaku
produsen adalah salah satu ruang lingkup ekonomi yang patut kita pelajari agar
tujuan dari organisasi perusahaan dapat terpenuhi.

Salah satu bagian dari ruang ekonomi adalah mempermasalahkan kemampuan


produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input) yang ada untuk
menghasilkan atau menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya.

Pembahasan tentang perilaku produsen inilah yang kemudian diangkat sebagai


tema untuk melihat sejauh mana sebuah perusahaan dalam memproduksi
kebutuhan konsumen-konsumennya. Sehingga kendala pada pengambilan
keputusan seberapa banyak peralatan produksi dan jumlah tenaga kerja untuk
memenuhi permintaan konsumen-konsumennya.

b. Perilaku konsumen

“Konsumen, bagaimana dengan perkiraan konsumen yang akan membeli produk


kita? Berapa prakiraan konsumen yang akan menggunakan produk ini jika kita
lakukan plan A? bagaimana jika plan B kita terapkan? Apakah ada bentuk
penanggulangan jika plan A maupun plan B tidak berhasil dilaksanakan?” itulah
kalimat-kalimat gundah yang seringkali terdengar di kalangan para pebisnis maupun
wirausahawan yang sedang menapaki ranah perdagangan barang dan jasa dalam
sebuah rapat perencanaan strategis mereka di bidang pemasaran.
Tak diragukan lagi, sasaran dari pebisnis dan wirausahawan tersebut ialah untuk
dapat menjaring konsumen sebanyak-banyaknya agar dapat menggunakan atau
membeli produk mereka.

Berbagai cara telah dilakukan oleh pebisnis dan wirausahawan untuk dapat
menaikkan rating penjualan atas produk mereka, ada sebagian yang berhasil
menarik simpati para konsumen. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang
akhirnya menemukan kegagalan dalam perencanaan strategi marketing mereka dan
terpuruk akibat sedikitnya minat konsumen terhadap produk mereka.

Lalu bagaimana sekarang? permasalahannya ialah, apa yang menyebabkan


mereka menjadi gagal dalam memasarkan produk mereka? Mengapa mereka bisa
gagal?

Jawaban dari pertanyaan diatas merupakan satu pertanyaan lagi yang memang
sudah menjadi pertanyaan klasik di dunia perdagangan barang & jasa. Pertanyaan
tersebut ialah bagaimana cara agar konsumen mau dan tertarik untuk membeli
produk dari para pebisnis maupun wirausahawan tersebut?

Memang terlihat sedikit lucu dikarenakan untuk menjawab sebuah pertanyaan kita
dihadapkan pada pertanyaan lagi. Namun, menurut kami itulah solusi terbaik yang
dapat diambil untuk memecahkan kendala-kendala yang dihadapi ketika sebuah
stategi marketing gagal dijalankan.
Hal inilah yang mendasari kelompok kami untuk melakukan analisa masalah dalam
bentuk makalah terhadap perilaku konsumen di era globalisasi seperti saat ini.

B. RUMUSAN MASALAH
a. perilaku produsen

1. Apa itu produsen dan produksi?

2. Apa saja faktor dan tujuan produksi?

3. Apa itu fungsi produksi?

4. Bagaimana pengaplikasian fungsi produksi?


5. Bagaimana cara mengoptimalkan produksi?

6. Bagaimana cara penghitungan fungsi produksi dan Least Cost Combination ?

7. Kenapa dibutuhkan penghitungan fungsi produksi dan Least Cost


Combination?

b. Perilaku konsumen

- Bagaimana cara memahami perilaku konsumen tentang pandangannya


akan suatu produk yang ada?
- Pendekatan-pendekatan apa saja yang sebaiknya dilakukan agar kita dapat
memahami seluk beluk perilaku konsumen.

C. TUJUAN
Penulisan makalah ini ditujukan agar pembaca mengetahui dan lebih memahami
perilaku produsen dan konsumen lebih mendalam .
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kegiatan Ekonomi
Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kalian sering mendengar perkataan ekonomi.
Coba sebutkan, apa saja yang mengandung perkataan ekonomi! Ya! Dapat juga
ditambahkan, misalnya: kegiatan ekonomi, pembangunan ekonomi, kesulitan
ekonomi, dan banyak lagi. Dalam materi yang pertama, kita membahas tentang
pengertian kegiatan ekonomi. Apakah kegiatan ekonomi itu? Dengan melihat
kehidupan di lingkungan sekitarmu, kalian akan tahu apa kegiatan ekonomi itu!
Istilah ekonomi mula-mula berasal dari Yunani. Oikos berarti rumah tangga, dan
nomos berarti aturan. Perubahan kata ekonomis menjadi ekonomi mengandung arti
aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga.
Dalam perkembangannya, kita mengenal seorang tokoh sekaligus sebagai Bapak
Ekonomi yaitu Adam Smith (1723-1790). Dalam bukunya An Inquiry into the Nature
and Causes of the Wealth of Nation, biasa disingkat The Wealth of Nation, yang
diterbitkan pada tahun 1776. Secara sistematis untuk pertama kalinya Adam Smith
menguraikan kehidupan eknnomi secara keseluruhan serta menunjukkan
bagaimana semua itu berhubungan satu sama lain.
Ilmu ekonomi terkait erat dengan kemakmuran. Telah diketahui, bahwa ilmu
ekonomi adalah bahan kajian yang mempelajari upaya memenuhi kebutuhan untuk
mencapai kemakmuran. Kalau begitu, jika masyarakat sejahtera berarti masyarakat
tersebut mengalami kemakmuran. Masyarakat dikatakan makmur apabila semua
kebutuhan materi dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya, dan tingkat kemakmuran
dapat diukur dari banyaknya barang dan jasa yang dihasilkan serta banyak barang
dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
B. Perilaku Konsumsi dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Pengertian Konsumsi

Sebenarnya apakah kalian tahu apa yang dimaksud dengan konsumsi itu?
Apakah dengan sekedar makan nasi, kalian bisa dikatakan telah melakukan
konsumsi? Seperti diketahui, motif utama konsumen dalam mengonsumsi barang
dan jasa adalah memperoleh kepuasan yang sebesar-besarnya. Pada dasarnya,
kepuasaan ini diperoleh karena adanya manfaat atau daya guna dari barang dan
jasa. Sepiring nasi yang kalian santap misalnya, dapat memberi rasa kenyang.
Dengan menyantap nasi tersebut, kalian telah menghabiskan manfaat atau daya
guna nasi tersebut.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, secara singkat konsumsi sering diartikan
sebagai kegiatan memakai, meng- gunakan, memanfaatkan barang atau jasa.
Dalam pengertian ekonomi, konsumsi diartikan sebagai kegiatan manusia
mengurangi atau menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan, baik secara berangsur-angsur maupun sekaligus habis.
2. Fungsi Konsumsi
Apa yang kalian tahu tentang fungsi konsumsi? Kegiatan-kegiatan konsumsi
yang pernah kalian lakukan pasti memiliki fungsi. Coba lakukan kegiatan konsumsi
di kehidupanmu! Kemudian pikirkan apa fungsi kegiatan konsumsi yang telah kalian
lakukan. Dari situlah kalian akan tahu fungsi konsumsi.
Kegiatan konsumsi yang dilakukan oleh konsumen pada dasarnya memiliki fungsi
sebagai berikut:

· Untuk memenuhi kebutuhan manusia.


· Memberikan kesenangan kepada manusia.
· Indikator untuk mengukur tingkat status sosial manusia.
· Menambah tingkat permintaan masyarakat.
Berbagai macam kebutuhan konsumsi sangat mempengaruhi tingkat permintaan
kebutuhan tersebut oleh masyarakat.Semakin banyak kebutuhan konsumsi yang
diperlukan oleh konsumen, semakin banyak pula permintaan barang kebutuhan
yang dikeluarkan.
3. Tujuan Konsumsi

Jika kalian melakukan kegiatan konsumsi, misalnya membeli baju, apakah kalian
dapat mengetahui tujuan konsumsi yang kalian lakukan?
Kegiatan konsumsi yang dilakukan manusia secara umum bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup atau untuk memperoleh kepuasan sebesar-besarnya
dan mencapai tingkat kemakmuran.Namun, dengan adanya tingkatan/lapisan
masyarakat yang berbeda-beda, tujuan konsumsi juga berbeda pula.
Pada masyarakat tradisional yang ditandai dengan peradaban yang belum maju
dan kebutuhan masih sederhana, kegiatan konsumsi bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari guna untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Contohnya
kehidupan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Pada masyarakat modern,
tujuan konsumsi sudah berubah bukan hanya sekedar mempertahankan hidup,
tetapi lebih banyak diarahkan untuk kepentingan kesenangan atau prestise (harga
diri). Contohnya konsumsi barang mewah.
4. Utilitas (Utility) Barang dan Jasa

a. Barang dan Jasa


Di dalam teori ekonomi, benda-benda yang dapat dipakai untuk memenuhi
kebutuhan manusia disebut barang. Syarat utama yang harus dipenuhi oleh suatu
benda untuk dapat disebut barang adalah dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
Barang dan jasa dapat dibedakan berdasarkan ketersediaannya, berdasarkan
daya tahannya, dan berdasarkan penggunaanya, berdasarkan hubungannya dengan
barang lain, berdasarkan jaminan, dan dari proses pembuatannya.
1) Berdasarkan ketersediaan
2) Berdasarkan hubungannya dengan barang/jasa lain
3) Berdasarkan jaminan
4) Berdasarkan proses pembuatan
5) Berdasarkan daya tahan
6) Berdasarkan penggunaannya
b. Utilitas Barang/Jasa
Setiap hari dalam kehidupan, kalian memanfaatkan barang seperti tas, sepatu,
televisi, jasa potong rambut dan sebagainya. Mengapa barang/jasa tersebut kalian
pakai? Karena barang/jasa berguna bagi kalian. Namun, apa saja bentuk-bentuk
kegunaan dari suatu barang/jasa yang sering kalian gunakan? Jawabannya adalah
sebagai berikut.
1) Time Utility (berguna karena waktu)
2) Place Utility (berguna karena tempat)
3) Form Utility (berguna karena bentuk)
4) Ownersheep Utility (berguna karena pemilikan)
5) Element Utility (berguna karena unsur)
5. Nilai Barang dan Jasa (Value of Good)

Barang dan jasa mempunyai nilai.Nilai dapat dibedakan menjadi dua jenis, sebagai
berikut.
Nilai Pakai Objektif
Adalah kemampuan dari suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Contoh
nasi bagi setiap penduduk Indonesia mempunyai nilai pakai objektif, sebab tanpa
membeda-bedakan orangnya, setiap penduduk Indonesia dapat memakan nasi
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya waktu lapar.
· Nilai Pakai Subjektif
Adalah arti yang yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu benda/jasa
sehubungan benda/jasa tersebut dapat dipakai memenuhi kebutuhan hidup pribadi
pemakainya (unsur psikologis pemakainya.
Unsur psikologis pemakai adalah kepercayaan pemakai terhadap barang yang
dipakainya.Misalnya barang yang dianggap menjadi jimat, menimbulkan kekuatan
supranatural, meningkatkan prestise atau dapat memberikan kepuasan yang sangat
mendalam bagi si pemakai. Contohnya benda antik, lukisan, batu akik, model
pakaian, dan kemenyan.
6. Bentuk-bentuk Perilaku Konsumsi

Bila dilihat dari segi pertimbangan rasional (akal sehat), perilaku konsumen
dalam berbelanja dibedakan menjadi dua macam: (1) perilaku konsumsi rasional;
dan (2) perilaku konsumsi irasional.
1.Perilaku Konsumsi Rasional.
Adalah perilaku konsumen yang didasari atas pertimbangan rasional (nalar)
dalam mengkonsumsi suatu produk. Suatu pembelian dapat dikatakan rasional, bila
dasar pertimbangannya adalah sebagai berikut.
a.Produk tersebut mampu memberikan kegunaan optimal (optimum utility) bagi
konsumen.
Suatu pembelian dapat dikatakan rasional bila dalam membeli barang, darang
tersebut benar-benar dapat memenuhi kebutuhan kita. Semakin lama jangka waktu
pemuasannya, maka akan semakin baik. Misalnya, akan lebih baik jika kita membeli
pakaian yang dapat digunakan dalam banyak acara daripada membeli pakaian yang
hanya bisa digunakan dalam satu acara.
b.Produk tersebut benar-benar dibutuhkan konsumen.
Butuh tidaknya kita akan barang tersebut dapat dilihat dari posisi barang tersebut
dalam skala prioritas kita. Bila manusia membeli barang yang ada di posisi paling
atas dalam skala prioritas, berarti manusia telah melakukan tindakan konsumsi yang
rasional.
c. Mutu produk terjamin.
Bagaimana kita tahu mutu produk itu terjamin? Bila barang tersebut merupakan
makanan, barang tersebut sudah terdaftar di Departemen Kesehatan. Bagi kaum
muslim, suatu produk dapat terjamin bila telah mendapatkan sertifikasi halal dari
MUI.
d. Harga terjangkau dan sesuai dengan kemampuan konsumen yang membeli.
Suatu pembelian dapat dikategorikan sebagai rasional, bila ada kesesuaian
antara harga yang harus dibayar dan uang yang dimiliki.
2. Perilaku Konsumsi Tidak Rasional (Irrasional)
Sebuah tindakan dalam berbelanja dapat dikatakan tidak rasional bila seorang
konsumen memutuskan membeli barang tanpa pertimbangan yang baik. Contoh
perilaku konsumsi irrasional:
a.Membeli barang hanya karena tertarik dengan iklannya.
Banyak iklan yang menipu atau menyembunyikan informasi. Kalau kalian
memperhatikan sebuah iklan dan keesokan harinya kalian membeli barang karena
barang itu kelihatan bagus di iklan, berarti kalian termasuk konsumen yang
irrasional.
b.Tertarik membeli barang hanya karena mereknya yang terkenal.
Banyak orang yang menganggap kalau mereka punya barang merek tertentu
mereka akan dianggap hebat. Namun, kalau kalian membeli jeans hanya karena
mereknya yang terkenal tanpa meneliti dan membandingkan kualitasnya dengan
produk lain, maka perilakumu dapat dikatakan irrasional.
c. Membeli barang hanya karena obral atau untuk memperoleh bonus.
Pikirkanlah tujuanmu saat membeli barang obral atau barang yang ada
bonusnya. Apakah kalian membeli barang memang karena membutuhkan barang
tersebut, ataukah karena obral? Karena bila kalian membeli hanya untuk obral atau
bonus, kalian dikategorikan sebagai konsumen yang irrasional.
d.Konsumsi hanya untuk pamer atau gengsi, bukan karena kebutuhan akan barang
tersebut.
Memiliki baju yang bermerek mungkin terlihat keren di mata teman-temanmu.
Tetapi bila baju itu telah kalian kenakan, apakah teman-temanmu masih dapat
mengenali mereknya sepintas lalu? Bila demikian, apakah pengeluaranmu
sebanding dengan penghargaan yang kalian peroleh?

C. Pola Perilaku Konsumen


Coba luangkan waktumu untuk mengamati kesibukan di pagi hari! Suasana pagi
yang ramai dengan kesibukan orang-orang yang ingin bergegas menuju tempat
beraktivitas. Siapa sajakah mereka? Bisakah kalian menemukan jawabannya? Betul!
Mereka adalah pegawai yang menuju kantor, guru dan murid yang tidak ingin
terlambat masuk sekolah, serta para pembeli yang ingin berbelanja.
Aktivitas yang mereka lakukan merupakan perwujudan dari pilihan yang telah
mereka ambil dengan harapan dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka
miliki untuk mencapai tujuan yang optimal.
Bila kita amati lebih jauh, mereka adalah para konsumen. Kegiatan utama
konsumen membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sudut
pandang ekonomi mikro, konsumen memiliki pola tertentu dalam menjalankan
kegiatannya. Berikut akan dibahas lebih dalam.
1.Pendekatan Teori

Kegiatan utama konsumen adalah membeli barang dan jasa dengan tujuan
memperoleh kepuasan (utility). Pola perilaku konsumen dalam membeli barang dan
jasa tersebut dapat dijelaskan dengan pendekatan:
1.Teori Kardinal
2. Teori Ordinal
3. Teori Atribut
Teori ke 2 dan 3 akan kalian pelajari di perguruan tinggi nanti. Sekarang kalian akan
mempelajari teori kardinal.
Untuk memahami teori kardinal perlu beberapa anggapan (asumsi) dasar, yaitu:
a. Kepuasan (utility) setiap konsumen dapat diukur dengan satuan tertentu. Sebagai
contoh, apabila kalian mengonsumsi sebatang coklat, maka kalian bisa menyatakan
kepuasan yang kalian peroleh sebesar misalnya 50 satuan utilitas. Lebih lanjut
kepuasan konsumen dianggap bersifat dapat dijumlahkan. Apabila bersama coklat
kalian juga mengonsumsi makanan kecil yang kalian nilai memberi kepuasan 25,
maka kepuasan total kalian akan menjadi 50 + 25 = 75 satuan kepuasan.
b.Dalam setiap kegiatan konsumsi berlaku The Law of Diminishing Marginal Utility yaitu
semakin banyak unit barang yang dikonsumsi maka tambahan kepuasan (marginal
utility) yang diperoleh dari setiap suatu tambahan barang yang dikonsumsi akan
menurun.
c.Konsumen selalu berusaha mendapatkan kepuasan maksimum.
d Konsumen menggunakan seluruh anggaran yang dimilikinya.
2. Teori Nilai Konsumen

Pada halaman sebelumnya, kita telah membahas tentang pendekatan teori


kardinal yang di dalamnya telah disinggung mengenai marginal utility, law of
diminishing marginal utility, dan total utility.Di dalam teori nilai konsumen, akan
dibahas secara lebih lanjut!
Dalam ilmu ekonomi, berbagai keputusan yang diambil oleh konsumen dalam
melakukan konsumsi dijelaskan dengan teori nilai guna. Nilai guna atau utilitas
berarti kepuasan yang diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang atau jasa.
Nilai guna total seorang konsumen biasanya meningkat saat ia mengkonsumsi suatu
produk dalam jumlah yang semakin meningkat, namun pada tingkat yang umumnya
lebih lambat. Artinya, setiap unit tambahan yang dikonsumsi menambahkan nilai
guna marjinal yang lebih kecil dibandingkan dengan unit sebelumnya, sejalan
dengan kejenuhan individu bersangkutan terhadap produk tersebut. Pada umumnya,
kita dapat menggolongkan teori nilai guna ke dalam empat macam sebagai berikut.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi
· Faktor Internal

1. Pendapatan
Pendapatan konsumen berpengaruh pada besarnya konsumsi yang dilakukan.
Semakin tinggi pendapatan konsumsi, konsumsi cenderung semakin besar pula.
Sebaliknya, konsumen yang berpendapatan rendah biasanya tidak akan banyak
melakukan kegiatan konsumsi karena daya belinya juga rendah. Pendapatan dan
konsumsi dapat digambarkan dengan rumus sebagai berikut:
2. Motivasi
Setiap orang mempunyai motivasinya sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan
konsumsi. Ada yang melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-
benar diperlukan. Namun ada pula orang yang membeli barang hanya karena ikut-
ikutan orang lain, padahal sebenarnya ia tidak membutuhkannya. Sebagian lain
mengkonsumsi barang/jasa tertentu demi memperlihatkan status sosial/gengsi.
Misalnya seorang siswa membeli handphone keluaran terbaru agar dianggap keren
oleh teman-temannya.
3. Sikap dan kepribadian
Sikap dan kepribadian individu juga mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang
yang hemat hanya akan membeli barang-barang yang telah direncanakan,
sementara orang yang boros seringkali membeli barang-barang diluar
perhitungannya. Orang yang menyukai barang kuno akan berani membeli barang itu
dengan harga tinggi, sementara orang yang tidak menyukai barang kuno tidak akan
membeli barang itu meskipun diberi gratis.
4. Selera
Masing-masing individu mempunyai selera yang berbeda-beda dalam memilih
berbagai jenis barang/jasa. Ini juga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Misalnya,
meskipun sama-sama remaja, kalian dan teman-temanmu memiliki selera yang
berbeda dalam pemilihan benda konsumsi. Dalam hal celana, misalnya. Temanmu
mungkin menyukai jins sementara kalian menyukai celana kargo.
· Faktor Eksternal

1. Kebudayaan
Kebudayaan yang terdapat di suatu daerah berpengaruh pada pola konsumsi
masyarakat di daerah tersebut.Di Jepang dan Cina, orang makan dengan
menggunakan dengan menggunakan sumpit. Sementara di negara barat, sendok
dan garpu sering ditemani pisau. Bagaimana dengan kalian sebagai orang
Indonesia? Apakah kalian makan dengan cara orang barat, cara orang Cina atau
makan dengan menggunakan tangan?
2. Status Sosial
Status/posisi seseorang di dalam masyarakat dengan sendirinya akan
membentuk pola konsumsi orang tersebut. Konsumsi seorang presiden, raja, atau
menteri sudah jelas berbeda dengan konsumsi sopir, tukang kayu, atau pengusaha
kecil. Bagi tukang kayu, makan nasi dan tempe sudah cukup. Namun bagi seorang
konglomerat, harus ada pilihan lauk hingga lima macam dan tempatnya harusnya
mewah.
3. Harga Barang
Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa bila harga barang naik, konsumsi akan
menurun, dan bila harga barang rendah, konsumsi akan tinggi. Ini juga berlaku untuk
tingkat harga barang substitusi, seperti yang sudah yang diuraikan dalam
pembahasan tentang hukum permintaan dan penawaran.
A.Perilaku produsen
Produsen adalah orang atau suatu badan perusahaan yang berperan dalam
menaikan nilai guna suatu barang atau jasa sehingga dapat menghasikan barang
konsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sedangkan Produksi adalah
kegiatan mengubah suatu bahan baku atau sumber daya alam menjadi suatu
barang yang dapat berguna bagi konsumen sehingga menaikkan nilai jual dan guna
barang tersebut, atau sumber daya manusia yang dapat menjadi suatu jasa yang
dapat berguna bagi konsumen sehingga menghasilkan nilai jual dan guna jasa
tersebut.
Contoh perilaku produsen :
1.Produsen mencari keuntungan dengan menghasilkan barang atau jasa
sebanyak-banyaknya dengan modal yang seminimum mungkin.

2.Produsen memberikan Diskon kepada pembeli atau konsumen yang membeli


barang dalam jumlah yang banyak yang telah diakantentukan produsen itu sendiri.

3.Produsen mematok biaya produksi berdasarkan faktor input produksi tersebut,


sehingga ketika harga salah satu faktor input naik, maka harga jual hasil produksi
pun akan ikut naik.

4. Selain produsen menghasilkan barang atau jasa sesuai kebutuhan konsumen,


produsen juga menghasilkan barang atau jasa sesuai trend atau sesuatu yang
sedang banyak diminati oleh masyarakat.

5. Produsen juga mengadaptasi isu global atau keadaan sosial yang sedang
terkenal saat itu untuk memasarkan barang atau jasa yang mereka jual.

6.Produsen juga memberikan diskon besar-besaran untuk barang yang sudah


lama disimpan di gudang atau biasa disebut cuci gudang.

1.Sumber daya alam

Contoh : Air, Tanah, Tanaman, Hewan, Udara, Matahari, Bahan-bahan tambang


mineral, dan lain-lain.

2.Sumber daya manusia.

Sumber daya manusia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

1.Tenaga Kerja Terdidik.


Contoh : Manajer Produksi yang tugasnya bertanggung jawab, mengatur dan
mengelola segala kegiatan produksi agar hasilnya maksimal.

2.Tenaga Kerja Terlatih.

Contoh : Tenaga Produksi atau buruh kerja, Security, Driver, dll.

3.Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih.

Contoh : Office Boy/Girl ,Buruh Angkut, dll.

3. Sumber modal.

Modal adalah sesuatu yang dibutuhkan seorang produsen atau perusahaan


produsen untuk bisa memulai produksi agar menghasilkan suatu barang atau jasa
yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, atau untuk menambah dan
memperluas produksi agar dapat memenuhi permintaan konsumen.

Dari kegiatan produksi ada beberapa tujuan yang akan tercapai yaitu :

1. Menghasilkan barang untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

2. Mendapatkan keuntungan.

3. Memaksimalkan sumber daya yang ada.

4. Meminimalkan biaya produksi.

5. Mengganti barang yang telah habis atau yang rusak.

6. Memaksimalkan hasil produksi.

7. Mencari tambahan modal.

Fungsi Produksi.

Fungsi produksi adalah model matematis yang menunjukkan hubungan antara


jumlah inputan produksi yang dipakai dengan jumlah output barang atau jasa yang
dihasilkan dari proses produksi. Secara matematis dapat dinyatakan :

X = f ( A1, A2, A3,...)

X : output yang dihasilkan

(A1,A2,A3,...) : input yang dipakai

Sifat fungsi produksi terdapat dalam suatu hukum ekonomi yaitu : "The Law of
Diminishing Returns" (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini menyatakan
bahwa jika salah satu input ditambah dengan input lain yang dianggap tetap maka
hasil output dari pertambahan input tadi mula-mula akan bertambah, tetapi lama
kelamaan akan menurun menurun setelah sampai pada titik maksimalnya jika input
terus menerus ditambah.

Kondisi hukum diatas dapat kita liat ketika suatu produsen Tahu menambahkan
jumlah kacang kedelai namun jumlah pekerja, mesin dan faktor inputan produksi
lainnya dalam kondisi tetap. Jumlah tahu yang dihasilkan memang akan meningkat
karena bahan baku kacang kedelai pun bertambah, tetapi ketika kacang kedelai
terus menerus ditambah maka proses produksi akan menjadi semakin tidak efektif
karena lama kelamaan para pekerja tidak akan sanggup mengerjakan tugas
membuat tahu yang semakin banyak ,dan bahan-bahan pembuat tahu yang lain juga
tidak bertambah sehingga kacang kedelai tidak semuanya dapat diproduksi menjadi
tahu dan akhirnya hasil produksi akan menurun seiring berjalannya waktu produksi.

B. PRODUKSI OPTIMAL

Produksi optimal dikaitkan dengan penggunaan factor produksi untuk


memproduksi output tertentu, posisi optimal akan tercapai ketika tidak mungkin
mengurangi output produksi yang lain untuk meningkatkan output.
Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantity (EPQ) adalah sejumlah
produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan.
Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya persiapan (set up cost) dan biaya
penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimun. Artinya, tingkat
produksi optimal akan memberikan total biaya persediaan atau total inventori cost
(TIC) minimum.
Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan
produk jadi. Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang
berpengaruh terhadap biaya persiapan. Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi
sebagai berikut:
1. Barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat
permintaan.
2. Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan
tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
3. Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena
penggunaan selama pemenuhan.
Penentuan Volume Produksi yang Optimal

Menurut Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan


biaya variable saja. Biaya variable dalam persediaan pada prinsipnya dapat
digolongkan sbb :

8. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan


proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).

9. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata


yang disebut biaya penyimpanan (holding cost).

Biaya penyimpanan terdiri atas biaya yang-biaya yang bervariasi secara langsung
dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar
apabila rata-rata persediaan semakin tinggi.

10. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau


pendingin)

11. Biaya modal (opportunity cost of capital)

12. Biaya keusangan

13. Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan

14. Biaya asuransi persediaan

15. Biaya pajak persediaan

16. Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan

17. Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.

kurva isoquant, contoh :


Sementara itu Isocost atau disebut juga garis ongkos sama adalah kombinasi faktor-
faktor produksi yang dapat diperoleh dengan cara mengeluarkan sejumlah biaya
tertentu. Untuk dapat menggambar grafik isocost ini harus diketahui uang yang
tersedia dan harga masing-masing faktor produksi.

Contoh : Modal tersedia $500, harga Tenaga Kerja $15,- per unit dan modal $8,- per
unit.
Untuk dapat mencapai tingkat produksi optimal dengan biaya minimum bisa
menggunakan kurva bersinggungan antara isoquant dan isocost dengan syarat :

disebut Marginal Rate Of Technical Subsitution (MRTS) yaitu jumlah input (x1)
harus ditambah jika input (x2) dikurangi agar output yang dihasilkan tetap. Syarat
inilah disebut Least Cost Combination.
Contoh dari cara meminimalkan ongkos produksi jika hasil output sudah di ketahui
dengan data sebagai berikut : Toko sepatu memiliki modal tersedia $8.000, harga
Tenaga Kerja $10,- per unit dan modal $25,- per unit dan jumlah yang diproduksi
200 unit sepatu.

B.Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan suatu proses dan aktivitas ketika seseorang
berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat
keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang
berharga jual tinggi (high involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi,
dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). perilaku
konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan
kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek
hidupnya. Dengan kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan
yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi.
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan
konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan
tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan
barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan,
menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah dan bergerak
sepanjang waktu.
Menurut Handi Irawan, Perilaku Konsumen Indonesia dikategorikan menjadi
sepuluh, yaitu :

1.Berpikir jangka pendek (short term perspective)


2.Tidak terencana (dominated by unplanned behavior).
3.Suka berkumpul
4.Gagap teknologi (not adaptive to high technology).
5.Berorientasi pada konteks (context, not content oriented).
6.Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect).
7.Beragama(religious)
8.Gengsi (putting prestige as important motive).
9.Budaya lokal (strong in subculture
10.Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment).
A. PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN
Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan
yaitu:
1.Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
2.Pendekatan nilai guna Ordinal

Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal


Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai
subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen
dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen
dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat
dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari
berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya.
Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan
kuantitatif.
- Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur
dengan satuan kepuasan. Misalnya: mata uang.
- Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan
yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
Kepuasan marginal (marginal utility). Tambahan kepuasan yang diperoleh dari
penambahan jumlah barang yang dikonsumsi. Hukum tambahan kepuasan yang
semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility). Besarnya kepuasan
marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang
dikonsumsi secara terus menerus.
Pendekatan nilai guna ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference :
manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak
kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan -
keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti
pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
Kelemahan pendekatan ordinal
Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan
kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.

Persamaan kardinal dan ordinal


Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen
dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan
konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility).
Perbedaan kardinal dan ordinal
Nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan
dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan
dalam bilangan / angka.
· Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal
utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis
indifferent curve atau kurva kepuasan sama.

B. KONSEP ELASTISITAS
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari
sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan kata lain, elastisitas
mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap
perubahan harga. Elastisitas juga merupakan salah satu konsep penting untuk
memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering
dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan,
penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi kemakmuran.
· Elastisitas Harga Permintaan (Price Elasticity of Demand) adalah tingkat
perubahan permintaan terhadap barang/jasa, yang diakibatkan perubahan harga
barang/jasa tersebut. Besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut dapat diukur
dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas.
· Elastisitas Silang (Cross Elasticity) menunjukkan hubungan antara jumlah
barang yang diminta terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai
hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat pengganti,
dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga macam respons prubahan permintaan
suatu barang.

1. Elastisitas silang positif


Peningkatan harga barang A menyebabkan peningkatan jumlah permintaan
barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi meningkatkan permintaan
terhadap teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang dapat saling menggantikan
(barang substitutif).

2. Elastisitas silang negatif


Peningkatan harga barang A mengakibatkan turunnya permintaan barang B.
Sebagai contoh, peningkatan harga bensin mengakibatkan penurunan permintaan
terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang tersebut bersifat komplementer
(pelengkap).

3. Elastisitas silang nol


Peningkatan harga barang A tidak akan mengakibatkan perubahan permintaan
barang B. Dalam kaus semacam ini, kedua macam barang tidak saling berkaitan.
Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak akan berpengaruh terhadap permintaan
kendaraan bermotor.

· Elastisitas pendapatan
Elastisitas pendapatan adalah suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada
pendapatan konsumer yang akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai
barang, besarnya pengaruh perubahan tersebut diukur dengan apa yang di sebut
elistisitas pendapatan
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Seluruh materi-materi yang disampaikan adalah hal-hal yang harus dilakukan


pengusaha untuk meningkatkan hasil produksi sehingga tujuan mendapat
keuntungan pun dapat tercapai. Untuk memaksimalkan hasil produksi harus
memenuhi beberapa konsep penting dalam perilaku produsen yaitu :

1. Faktor Produksi

2. Fungsi Produksi

3. Law of diminishing returns

4. Least Lost Combination

Perilku produsen juga mengajarkan kita untuk lebih teliti dalam memberikan harga
jual yang tidak merugikan produsen dan juga tidak memberatkan konsumen
sehingga daya konsumsi pun stabil karena selain konsumen membutuhkan barang
atau jasa yang dihasilkan produsen, konsumen juga mampu membeli barang atau
jasa yang di jual.

2. Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan


dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk
dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat
keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang
berharga jual tinggi (high involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari
pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakuk.an
pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran
dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA

http://bagus.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9993/Slide_BAB_V.ppt

http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/.../mikro-5-perilaku-produsen-nuhfil.pdf

http://ahmadsubagyo.com/...mikro/05-TEORI-PRODUKSI-1-DAN-2.pdf

http://dwizeru.wordpress.com/2011/05/28/perilaku-produsen/

http://ambrosiusnurhadiprasetyo.blogspot.com/2012/03/perilaku-produsen.html

Anda mungkin juga menyukai