PENGANTAR
Persaingan bisnis dalam segala jenis bisnis saat ini sangat kompetitif, yang dapat
memiliki konsekuensi bagi perusahaan untuk menemukan strategi yang tepat untuk
bersaing dan memenangkan persaingan. Kemampuan perusahaan untuk mengelola sumber
dayanya baik sumber daya keuangan, manusia, keunggulan teknologi serta produksi dan
pemasaran menentukan keberhasilan bisnis. Namun dalam makalah ini akan fokus pada sisi
pemasaran yang merupakan salah satu indikasi tujuan perusahaan, bagaimana produk
tersebut dapat dipasarkan dan dikonsumsi oleh konsumen secara berkelanjutan dan
berkelanjutan. Dalam konteks ini, dibutuhkan strategi sebagai pedoman untuk menyebarkan
misi dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Keterbatasan sumber daya dan
ketidakpastian kekuatan persaingan pasar yang lebih luas membutuhkan strategi pemasaran
yang tepat.
Implementasi strategi pemasaran oleh perusahaan tidak terlepas dari strategi
produk, promosi, tempat dan harga. Keempat strategi tersebut saling terkait dan
memberikan pertimbangan pada pola pikir dan perilaku konsumen dalam menentukan
pilihan produk (Tjiptono, 2008). Fenomena yang terjadi saat ini adalah bagaimana
memastikan Anda mendapatkan nilai lebih berpasangan dengan konsumsi produk lain. Nilai
yang dimaksud dapat berupa diferensiasi produk, eksklusif, diferensiasi layanan, gambar,
atau diferensiasi dalam hal penetapan harga. Penerapan diferensiasi tentu unik atau sesuatu
yang berbeda, yang dapat disorot, menarik, spesifik, dan memiliki nilai bagi pelanggan. Ini
adalah keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Harga adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ukuran atau indikasi nilai dan manfaat konsumen.
Strategi penetapan harga prestise, merupakan salah satu strategi penetapan harga
pada level harga tinggi. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pencitraan bahwa nilai produk yang
ditawarkan adalah nilai dan kualitas tinggi (Tjiptono, 2008). Artinya secara psikologis, harga
tinggi suatu produk mencerminkan tingkat kelas sosial konsumen yang tinggi. Keputusan
pembelian konsumen dipengaruhi oleh karakteristik konsumen itu sendiri. Mengacu pada
teori perilaku konsumen Kotler & Armstrong (1994) bahwa faktor di balik konsumen untuk
melakukan pembelian adalah faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Demikian pula
ketika berbicara tentang suatu faktor kelas sosial, yang merupakan bagian dari budaya
konsumen. Kelas Sosial memiliki karakteristik umum dalam anggota kelas, baik kesamaan
dalam nilai, minat dan perilaku. Kelas sosial dapat ditunjukkan melalui perilaku konsumen
dalam memilih jenis, kualitas, jumlah, jenis dan merek produk yang dikonsumsi. Salah satu
produk yang diteliti dalam penelitian ini adalah produk parfum, yang memiliki beragam
merek, harga, aroma, penampilan yang luar biasa (kemasan), dan lain-lain.
Produk parfum selain menunjukkan kelas sosial konsumen, juga bukan produk
primer dan persyaratan yang harus dipenuhi, tetapi merupakan bagian dari gaya hidup, yang
selalu dinamis dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta keberadaan pribadi di kualitas
asosiasi pemakainya. Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari keunikan penjualan produk
parfum itu sendiri, terutama parfum milik kelas premium, bahwa pembeli sebenarnya
tertarik dengan harga curam yang ditawarkan oleh produsen. Berbeda dengan pola
konsumsi produk lain, secara umum, pembeli cenderung mencari harga serendah mungkin,
terutama konsumen yang sensitif terhadap harga. Dari paparan, para peneliti tertarik untuk
mempelajari lebih lanjut tentang apa arti penerapan strategi harga prestise bagi konsumen
pada produk parfum. Kontribusi yang diinginkan dalam penelitian ini adalah memberi
makna pada penerapan strategi penetapan harga gengsi yang telah di berbagai penelitian,
lebih cermat sebagai strategi pemasaran dan analisis perilaku konsumen.
TINJAUAN LITERATUR
Studi Teoritis Ada penelitian sebelumnya yang memberikan inspirasi untuk penelitian
ini, penelitian yang dilakukan Hinterhuber & Liozu (2014) menyatakan bahwa inovasi
memberikan kontribusi harga yang paling kuat dan sebagai sumber keunggulan kompetitif
perusahaan dan kepuasan pelanggan. Penentuan harga suatu produk memiliki beberapa
tujuan yaitu untuk mendapatkan laba, meningkatkan volume penjualan, mencegah
masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, pencitraan / prestise yang
berorientasi dan tujuan lainnya. Strategi penetapan harga yang diterapkan oleh perusahaan
akan sangat mempengaruhi penguasaan pasar sasaran untuk memenangkan persaingan.
Studi kedua dilakukan Spann, et.al (2015), di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa
telah ada praktik dominasi harga pasar, penerapan strategi harga dinamis dalam fase
pertumbuhan dan pengenalan produk yang biasanya dilakukan pada peluncuran produk
baru. Spann menghubungkan praktik ini dengan teori skimming harga atau tingkat
penetrasi. Harga skimming adalah penetapan harga yang lebih tinggi untuk produk-produk
baru atau produk-produk inovatif selama tahap pengantar, kemudian menurunkan harga
ketika persaingan sengit terjadi. Sedangkan tingkat penetrasi adalah penetapan harga yang
lebih rendah untuk produk baru guna memperoleh volume penjualan yang cukup tinggi
dalam waktu yang relatif singkat. Penelitian lain adalah Beracha dan Seiler (2014), yang
menunjukkan temuan empiris bahwa pembeli dan penjual perumahan memiliki signifikansi
signifikan terhadap harga rumah baru daripada rumah yang ada. Tiga studi di atas
memberikan inspirasi bagi para peneliti, yang mana dari tiga penelitian yang tidak ada yang
secara khusus meneliti dan mengungkap strategi penetapan harga Prestige yang terkait
dengan kelas sosial dan makna lain dalam produk parfum bermerek internasional di
Denpasar.
Terkait dengan topik penelitian ini, perlu dikemukakan beberapa konsep sebagai
berikut. Strategi penetapan harga prestise, adalah strategi penetapan harga tinggi dari
produk yang ditawarkan kepada konsumen (Tjiptono, 2008). Kebijakan perusahaan ini,
sehingga produk terus mencerminkan dan dirasakan oleh konsumen sebagai merek dan
produk berkualitas tinggi. Ini akan memberikan prestise dan pencitraan yang tinggi bagi
konsumen yang mengkonsumsinya. Kelas sosial, dapat didefinisikan sebagai kelompok
permanen yang anggotanya memiliki nilai, minat, dan perilaku yang sama (Kotler &
Armstrong, 1994). Kelas sosial tidak ditentukan oleh kombinasi pekerjaan, pendapatan,
pendidikan, kesehatan dan lainnya. Dengan mengetahui kelas sosial pelanggan dapat dilihat
perilaku pembeliannya. Pendapat lain, Hawkins et.al. (2001) Kelas Sosial mendeklarasikan
tingkat masyarakat ke dalam kelompok yang berbeda dan membentuk kelompok yang
homogen terkait dengan sikap, nilai-nilai dan gaya hidup.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Perilaku Konsumen dan Teori
Praktik Sosial. Hawkins et.al. (2001) mengatakan bahwa perilaku konsumen didasarkan pada
pengakuan masalah proses keputusan pembelian, pencarian informasi, evaluasi alternatif
dan seleksi, pembelian dan proses postpurchase. Eksternal dan internal mempengaruhi
konsumen untuk dipertimbangkan dalam menentukan konsep diri dan gaya hidup. Hal ini
digunakan untuk meneliti fenomena pilihan konsumen dalam mengambil keputusan untuk
mengkonsumsi produk-produk yang berhubungan dengan parfum kelas sosial. Kedua,
adalah teori praktik sosial yang diprakarsai oleh Pierre-Felix Bourdieu (dalam Haryatmoko,
2003), mengatakan modal memiliki peran dalam hubungan sosial, sebagai sistem
pertukaran barang dalam bentuk material dan simbol. Kemudian, struktur sosial, meliputi
ranah modal ekonomi, budaya, sosial dan simbolik. Teori Singkat Praktik Sosial, yaitu
(habitus x capital) + domain = praktik.
Persaingan bisnis saat ini sangat kompetitif dan tentunya perusahaan harus
menemukan strategi agar dapat bertahan dan mendominasi pasar. Salah satu yang dibahas
dalam penelitian ini adalah terkait dengan penerapan strategi penetapan harga, khususnya
penetapan harga gengsi pada produk parfum. Membedah masalah dengan teori Perilaku
Konsumen dan Praktik Sosial yang selanjutnya dijelaskan pada Kelas Sosial, Gaya Hidup, Nilai
dan Prestise yang diterapkan konsumen untuk produk-produk parfum.
METODE
Penelitian ini mengungkap dan mengalamatkan, yaitu penerapan strategi harga
prestise sebagai simbol konsumen kelas sosial dalam produk parfum di Denpasar. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif, yang dianalisis dengan deskriptif kualitatif dan
interpretatif. Kota Denpasar sebagai lokus penelitian disebabkan oleh orang-orang yang
beragam karakteristik, termasuk etnis, tingkat pendapatan dan daya beli yang relatif tinggi,
pola gaya hidup metropolis, penduduknya modis, dan banyak lagi. Data kualitatif digunakan
sebagai data primer, dikumpulkan melalui informan. Data sekunder juga digunakan sebagai
data pendukung. Informan sebagai sumber data dalam penelitian ini berjumlah lima
informan, yang meliputi konsumen, pengecer dan manajer distributor produk parfum.
Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling dan data dikumpulkan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi.
KESIMPULAN
Mengacu pada pemaparan penentuan awal perumusan masalah, dan uraian diskusi
tentang makna strategi penerapan harga prestige bagi konsumen, saat mengambil produk
parfum adalah: pertama, makna kelas sosial yang terhubung dengan kelas sosial dengan
premium kelas parfum yang dikonsumsi oleh kelompok masyarakat tertentu, kelas sosial
berusaha dipertahankan dengan selalu membeli parfum meskipun harganya relatif tinggi.
Kedua, makna gaya hidup yang sekarang bagi orang yang menggunakan parfum bermerek
adalah suatu keharusan, dan telah menjadi kebiasaan dalam praktik kehidupan sehari-hari,
sehingga sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Penggemar parfum bermerek
diklasifikasikan sebagai masyarakat konsumen, orang-orang yang secara sosial dikonsumsi
oleh kaum kapitalis. Mereka adalah pasar produsen parfum. Ketiga, makna nilai dan harga
psikologis, yang oleh produsen, kepada penjual mempertahankan strategi penjualan harga
tinggi disertai layanan yang optimal. Ada kekhawatiran yang cukup besar di dalam penjual
jika parfum dijual dengan harga murah, maka pembeli benar-benar mempertanyakan dan
mengurangi kesan eksklusif parfum itu sendiri. Sehingga dalam berjualan pemasaran lebih
sering memberikan bonus atau hadiah untuk menarik pelanggan. Keempat adalah makna
gengsi, yaitu praktik membeli parfum bermerek dengan harga mahal untuk menambah atau
mempertahankan gengsi penggunanya. Mereka menukar modal ekonomi, hak sosial dan
budaya untuk mencapai modal simbolik yang prestise. Mengingat keterbatasan peneliti,
maka maknanya akan digali dan dipelajari lebih lanjut, guna menghasilkan keluaran yang
sesuai dengan konsep atau prinsip-prinsip pengetahuan ilmiah, terutama dalam
mengembangkan manajemen pemasaran dan perilaku konsumen. Studi yang
direkomendasikan dapat dilakukan oleh peneliti lain terkait faktor-faktor yang dianggap
pemasar dalam menerapkan strategi harga prestise dan faktor-faktor ke dalam daya tarik
konsumen serta dampaknya.
REFERENSI
Beracha, Eli & Seiler, Michael J. (2014). "Pengaruh Strategi Pencatatan Harga terhadap
Harga Jual Transaksi". Jurnal Keuangan dan Ekonomi Real Estat. Volume 49. Edisi 2.
Halaman 237 - 255.
Danziger, Shai., Hadar, Liat & Morwitz, Vicki G. (2014). "Strategi Harga Peritel dan Pilihan
Konsumen di bawah Ketidakpastian Harga".
Jurnal Penelitian Konsumen. Volume 41, Edisi 3. 1 Oktober. Halaman 761 - 774. Diperoleh
dari: http://jcr.oxfordjournals.org
Giri, B.C., & Sharma, S. (2014). "Strategi Harga Produsen dalam Rantai Pasokan Dua Tingkat
dengan Pengecer yang Bersaing dan Permintaan Tergantung Biaya Iklan".
Pemodelan Ekonomi. Volume 38. Halaman 102 - 111. Dihidupkan kembali:
http://www.sciencedirect.com
Harker, Richard., Mahar, Cheen. & Wilkes, Chris. (1990). (Habitus x Modal) + Ranah =
Praktik: Pengantar Paling Komprehensif untuk Pemikiran Pierre Bourdieu
(Penerjemah: Pipit Mizer) Yogyakarta: Jalasutra.
Haryatmoko. (2003). “Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa: Landasan Teoritis Gerakan
Sosial Menurut Pierre Bourdieu”. Dasar: Menembus Fakta. Edisi Nov-Des. 11-12
Jakarta. PT. Masif Indonesia.
Hawkins, Del I., Best, Roger J., & Coney, Kenneth A. (2001). Perilaku Konsumen: Bangunan
Strategi pemasaran. Edisi 8. Edisi Internasional ISBN 0-07-118039-7. Diterbitkan oleh
McGraw-Hill Companies, Inc.
Hinterhuber, Andreas & Liozu, Stephan M. (2014). "Apakah Inovasi dalam Menentukan
Harga Sumber Kompetitif Berikutnya?". Jurnal Bisnis Horizons. Volume 57. Edisi 3.
MayJune. Halaman 413-423. Diperoleh: http: // www. sciencedirect.com Sekolah
Bisnis Kelly, Universitas Indiana. Diterbitkan oleh Elsevier.
Jenkins, Richard. (2004). Membaca Pikiran Pierre Bourdieu (Penerjemah Nurhadi).
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Kotler, Philip. & Armstrong, Gary. (1994). Prinsip Pemasaran. Edisi Keenam. Prentice Hall
Edisi Internasional.
Lee, Martyn J. (2006). Budaya Konsumen Terlahir Kembali Arah Baru Modernitas dalam
Kajian Modal Konsumsi dan Kebudayaan. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Martin, Georgianna L. (2015). "Selalu di Wajahku: Sebuah Eksplorasi Kesadaran Kelas Sosial,
arti-penting, dan Nilai-nilai". Jurnal Pengembangan Mahasiswa. Volume 56. Nomor 5.
Juli. Pp. 471-487.
Diperoleh: http: // muse. jhu.edu Piliang, Yasraf Amir. (2004). Dunia Yang Dilipat Tamasya
Melampaui Batas-batas Kebudayaan.
Bandung: PT. Jalasutra. Quart, Alissa. (2008). Belanja Sampai Mati. Yogyakarta: Resist Book.
Ryden, Lars. (2015). "Pengembangan Teknologi dan Perubahan Gaya Hidup".
Pembangunan Berkelanjutan, Masyarakat Pengetahuan, dan Teknologi Pabrikasi
Masa Depan yang Cerdas. Seri Berkelanjutan Dunia. ISBN 978-3-31914883-0 Springer
International Publishing. Halaman 113-124.
Spann, Martin. Fischer, Marc. & Tellis, Gerard J. (2015). “Skimming atau Penetrasi? Strategis
Harga Dinamis untuk Produk Baru ”. Ilmu Pemasaran Jurnal. Volume 34. Edisi 2.
Maret. Halaman 235-249. Diperoleh kembali: http: // www.dl.acm.org Institut untuk
Riset Operasi dan Ilmu Manajemen (INFORMS),
Linthicum, Maryland, AS. Steger, Manfred B. (2006). Globalisme: Bangkitnya Ideologi Pasar
(Penerjemah: Heru Prasetia). Yogyakarta: Lafadi Pustaka.
Subawa, Nyoman Sri. (2015). “Geliat Hedonisme Era Postmodern” (dalam Ragam Wacana:
Bahasa, Sastra, dan Budaya), Editor: Erfiani, Ni Made Diana. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Halaman 901-912 Tjiptono,
Fandy. (2008). Strategi Pemasaran. Penerbit CV. ANDI OFFSET. Edisi III. Yogyakarta.
Wagner, Bernhard & McLaughlin, Kenneth, (2015). "Politisasi Psikologi Kelas Sosial:
Relevansi Habitus Pierre Bourdieu untuk Penelitian Psikologis". Jurnal Sage. Halaman
147-166. Diperoleh kembali: http: // ketuk. sagepub.com