Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Kebutuhan Belajar


Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat
digali dari riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui
informasi dari orang yang dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup
karakteristik klien yang mungkin akan mempengaruhi proses belajar,
misalnya kesiapan belajar, motivasi untuk belajar, dan tingkat
kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui wawancara,
perawat juga harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan
kebutuhan-kebutuhan klien. Kebutuhan belajar dapat juga diidentifikasi
dari pertanyaan klien terhadap perawat tentang sesuatu hal yang tidak
mereka ketahui atau tidak terampil dalam melakukannya.
Pengkajian kebutuhan belajar meliputi 3 faktor, yakni faktor yaitu
faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat.
1. Pengkajian Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan
sebagainya.
a. Pengkajian Riwayat Keperawatan
Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai
status perkembangan seseorang, sehingga dapat memberikan arah
mengenai isi pendidikan kesehatan dan pendekatan yang harus
digunakan. Pertanyaan yang diajukan hendaknya sederhana. Pada
klien lanjut usia (lansia), pertanyaan diajukan dengan perlahan dan
diulang. Status perkembangan, terutama pada klien anak, dapat
dikaji melalui observasi ketika anak melakukan aktivitas atau

1
2

bermain, sehingga perawat mendapat data tentang kemampuan


motorik dan perkembangan intektualnya.
Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat ini
dan bagaimana mereka menaruh perhatian terhadap masalahnya
dapat memberikan informasi kepada perawat tentang seberapa jauh
pengetahuan mereka mengenai masalahnya dan pengaruhnya
terhadap kebiasaan aktivitas sehari-hari. Informasi ini dapat
memberi petunjuk kepada perawat untuk memberi arahan yang
tepat serta sumber-sumber lain yang dapat digunakan oleh klien.
Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang
agama yang dianut, dan peran gender merupakan faktor penting
dalam mengembangkan rencana pendidikan kesehatan.
Kepercayaan yang penting digali pada klien, contohnya adalah
kepercayaan tidak boleh menerima tranfusi darah, tidak boleh
menjadi donor organ tubuh, dan tidak boleh menggunakan alat
kontrasepsi.
Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktik-
praktik tersendiri. Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat
berhubungan dengan kebiasaan makan, kebiasaan
mempertahankan kesehatan, kebiasaan menangani keadaan sakit,
serta gaya hidup. Perawat sangat penting mengetahui hal tersebut,
namun demikian tidak boleh menarik asumsi bahwa setiap
individu dalam suatu etnik dengan kultur tertentu mempunyai
kebiasaan yang sama, karena hal ini tidak selalu terjadi. Oleh
karena itu, perawat tetap harus mengkaji dan menilai klien secara
individual.
Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses
belajar klien. Bagaimanapun, perawat harus mengkaji hal ini
dengan baik, karena perencanaan pendidikan kesehatan dirancang
sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada klien agar tujuan
tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan sesuai dan sulit untuk
dilaksanakan. Bagaimana cara klien belajar adalah hal yang sangat
penting untuk diketahui. Cara belajar yang terbaik bagi setiap
individu bervariasi. Cara terbaik seseorang dalam belajar mungkin
dengan melihat atau menonton untuk memahami sesuatu dengan
baik. Dilain pihak, yang lain mungkin belajar tidak dengan cara
melihat, tetapi dengan cara melakukan secara actual dan
menemukan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu hal. Yang
lain mungkin dapat belajar dengan baik dengan membaca sesuatu
yang dipresentasikan oleh orang lain.
b. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk
terhadap kebutuhan belajar klien. Contohnya: status mental,
kekuatan fisik, status nutrisi. Hal lain yang mencakup pengkajian
fisik adalah pernyataan klien tentang kapasitas fisik untuk belajar
dan untuk aktivitas perawatan diri sendiri. Kemampuan melihat
dan mendengar memberi pengaruh besar terhadap pemilihan
substansi dan pendekatan dalam mengajar.
Pengkajian fisik pada promosi kesehatan yang berkaitan
dengan proses keperawatan menggunakan proses pengkajian fisik
fokus. Pengkajian fisik fokus hanya fokus pada bagian atau organ
yang bermasalah saja.
c. Pengkajian Kesiapan Belajar
Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan
dengan klien yang tidak siap. Seorang klien yang siap belajar
mungkin mencari informasi, misalnya melalui bertanya, membaca
buku atau artikel, tukar pendapat dengan sesama klien yang pada
umumnya menunjukkan ketertarikan. Dilain pihak, klien yang
tidak siap belajar biasanya lebih suka untuk menghindari masalah
atau situasi. Kesiapan fisik penting di kaji oleh perawat apakah
klien dapat memfokuskan perhatian atau lebih berfokus status
4

fisiknya, misalnya terhadap nyeri, pusing, lelah, mengantuk, atau


lain hal.
1.) Kesiapan Emosi
Klien dalam keadaan cemas, depresi, atau dalam keadaan
berduka karena keadaan kesehatannya atau keadaan
keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar. Perawat tidak
dapat memaksakan, tetapi harus menunggu sampai keadaan
klien memungkinkan dapat menerima proses pembelajaran.
2.) Kesiapan Kognitif
Apakah klien dalam keadaan sadar penuh, apakah klien
tidak dalam pengaruh zat yang mengganggu tingkat
kesadaran? Pertanyaan itu sangat penting untuk dikaji.
3.) Kesiapan Komunikasi
Klien belum mau menjalin komunikasi karena masih
belum menaruh rasa percaya. Hubungan saling percaya antara
perawat dank lien menentukan komunikasi dua arah yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar.
Perawat perlu menentukan bahasa apa dan teknik
komunikasi seperti apa yang akan digunakan untuk
berkomunikasi dengan klien.
d. Pengkajian Motivasi
Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan
bagian dari pengkajian kesehatan secara umum atau diangkat
sebagai msalah yang spesifik. Seorang perawat ketika mengkaji
motivasi dan kemampuan klien harus betul-betul mengerti
sepenuhnya tentang subjek belajar.
Motivasi dan memberi rangsangan atau jalan untuk belajar
merupakan faktor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan
dalam mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan
kebutuhan klien. Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh
masalah keuangan, penolakan terhadao status kesehatan,
kurangnya dorongan dari lingkungan social, pengingkaran
terhadap penyakit, kecemasan, ketakutan,rasa malu atau adanya
konsep diri yang negatif. Motivasi juga dipengaruhi oleh sikap
dan kepercayaan.
e. Pengkajian Kemampuan Membaca
Bagaimana seorang perawat dapat menentukan tingkat
kemampuan membaca klien? Melakukan pengujian secara
langsung adalah cara yang terbaik, tetapi sering sulit dipraktikkan.
Berikut ini dijelaskan cara mengkaji tingkat kemampuan membaca
klien.
1.) Mengkaji tingkat kesenangan membaca klien
2.) Gunakan kata-kata yang lebih pendek
3.) Hindari kata-kata yang menggunakan suku kata
4.) Tulis kalimat-kalimat pendek
5.) Gunakan kata-kata yang mudah dan sering digunakan
2. Pengkajian Faktor Pemungkin
Faktor pemungkin mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat yang
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
kesehatan.
3. Pengkajian Faktor Penguat
Faktor – faktor ini meliputi faktor sikap dan prilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan.
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah
tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber
penguat tersebut bergantung kepada tujuan dan jenis program.
Di dalam pendidikan kesehatan klien di rumah sakit, misalnya,
penguat diberikan oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien
lain dan keluarga. Di dalam pendidikan kesehatan di sekolah
penguat mungkin berasal dari guru, teman sebaya, pimpinan
sekolah, dan keluarga.
6

B. Penegakan Diagnosis Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar
dikelompokkan di bawah kategori. Kurang Pengetahuan. Defenisi Kurang
Pengetahuan adalah pernyataan pada saat individu, keluarga, atau
komunitas tidak dapat memahami, tidak dapat belajar, dan tidak dapat
menunjukkan pengetahuannya tentang tindakan-tindakan keperawatan
kesehatan yang penting untuk mempertahankan kesehatan (NANDA).
Karakteristik definisi tersebut adalah adanya pengungkapan secara
verbal tentang masalah ketakakuratan mengikuti suatu instruksi
ketakakuratan penampilan dalam suatu uji ketaksesuaian perilaku atau
adanya perilaku berlebihan, misalnya hysteria, permusuhan, agitasi, atau
apatis.
Faktor-faktor yang berhubungan atau menjadi penyebab dari
kurangnya pengetahuan mencakup kurangnya keterpaparan informasi,
kurang mengulang pelajaran, adanya kesalahan penafsiran, keterbatasan
pengetahuan, kurangnya ketertarikan dalam belajar , tidak familiarnya
klien dengan sumber informasi.
Dua cara dalam menentukan Diagnosa Keperawatan Promosi
Kesehatan :
1. Jadikan kurang pengetahuan sebagai problem dan penyebab
kurang pengetahuan sebagai etiologi.
2. Jadikan resiko tinggi sebagai problem dan kurang pengetahuan
sebagai etiologi.
C. Perencanaan Promosi Kesehatan
1. Menentukan Prioritas Pengajaran
Kebutuhan belajar klien harus diurut berdasarkan prioritas.
Perawat dan klien hendaknya melakukannya secara bersama-sama.
Salah satu yang menjadi criteria yang diprioritaskan adalah motivasi
klien untuk berkonsentrasi pada kebutuhan belajar kebutuhan belajar
yang telah diidentifikasikan.
Perawat juga dapat menggunakan kerangka pikir lain, seperti
hierarki kebutuhan menurut teori Maslow untuk menetapkan prioritas
belajar. Jika klien adalah sebuah keluarga, kelompok, atau komunitas
yang lebih besar, penentuan prioritas belajar hendaknya secara lebih
luas mempertimbangkan faktor lain yang telah dikaji yakni, faktor
predisposisi, pemungkin, dan penguat.
2. Menentukan Tujuan Belajar
Tujuan belajar yang ditetapkan dapat disamakan dengan tujuan
pada proses asuhan keperawatan. Ketika menetapkan hal ini baik
sekali diingat mengenai tiga ranah belajar yaitu kognitif; afektif; dan
psikomotor. Tujuan belajar yang dirancang dengan baik akan
menuntun perencanaan tentang isi atau substansi, metode, strategi,
aktivitas, dan perencanaan metode evaluasi belajar.

Beberapa ketentuan umum dalam merumuskan tujuan belajar


adalah sebagai berikut:

a. Tujuan belajar dinyatakan di dalam perilaku atau penampilan yang


dikehendaki, contohnya: klien dapat menunjukkan atau
mendemonstrasikan teknik pemberian ASI dengan benar
(psikomotor), klien dapat menjelaskan alas an ia harus makan
dalam porsi sedikit, tetapi frekuensinya sering (kognitif), klien
dapat menguraikan perasaan meningkatnya rasa nyaman setelah
pemberian obat (afektif). Tujuan tidak dinyatakan dalam perilaku
perawat, misalnya: perawat tidak mengajari klien tentang diet.
b. Tujuan belajar dapat diobservasi, sementara aktivitasnya dapat
diukur.
c. Dalam tujuan harus terkandung kondisi yang diinginkan untuk
mengklarifikasi dimana, kapan, atau bagaimana perilaku
ditampilkan. Contohnya klien dapat berjalan dari ujung tempat
tidur ke ujung lainnya tanpa menggunakan tongkat pembantu.
8

d. Dalam tujuan harus tercakup criteria waktu yang spesifik.


Contohnya: Klien akan menyebutkan tiga hal yang mempengaruhi
kadar gula darah. Pada akhir diskusi kedua, klien dapat
mendemonstrasikan injeksi insulin sendiri dalam dosis dan cara
yang benar sebelum pasien dipulangkan.
3. Memilih Isi Materi
Isi pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang
hendak dicapai, atau dengan kata lain, informasi yang dibutuhkan
mencapai tujuan dengan baik harus diseleksi dari berbagai sumber
informasi. Pengetahuan yang dibutuhkan perawat dapat diperoleh
melalui pendidikan, buku, jurnal keperawatan, dan perawat lain atau
dokter atau anggota tim pelayanan kesehatan lain. Sumber yang
dipilih hendaknya: akurat, terbaru, didasarkan atas tujuan belajar,
disesuaikan dengan usia klien, budaya, dan kemampuan, konsistensi,
serta dipilih dengan mempertimbangkan waktu dan sumber daya yang
kungkin untuk mengajar.
4. Memilih Strategi / Metode Belajar
a. Pengertian
Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu. Di dalam suatu
proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi kesehatan
yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor
metode, faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang
melakukannya, dan alat-alat bantu atau media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan. Metode dan teknik promosi kesehatan, adalah dengan
cara dan alat bantu apa yang digunakan oleh pelaku promosi kesehatan untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan atau mentransformasikan perilaku
kesehatan kepada sasaran atau masyrakat (Notoatmojo, 2007).

B. Jenis Metode
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode
sokraktik.
Metode Didaktif. Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah
atau one way method. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit dievaluasi
karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif (misalnya,
ceramah, film, leaflet, buklet, poster, dan siaran radio (kecuali siaran radio yang
bersifat interaktif, dan tulisan di media cetak).
Metode Soraktif. Metode ini dilakukan secara dua arah atau two ways
method. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidikan dan peserta didik
bersikap aktif dan kreatif (misalnya, diskusi kelompok, debat, panel, forum,
Buzzgroup, seminar bermain peran, sosiodrama, curah pendapat (brain storming),
demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan perorangan.

A. Aspek Pemilihan Metode

Pemilihan metode belajar yang efektif dan efisien harus mempertimbangkan hal-
hal berikut.

1. Hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan.


2. Bergantung pada kemampuan guru atau pendidikannya.
3. Kemampuan pendidik.
4. Bergantung pada besarnya kelompok sasaran atau kelas.
5. Harus disesuaikan dengan waktu pemberian atau penyampaian pesan
tersebut.
6. Hendaknya mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada.

B. Klasifikasi Metode

Menurut Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992), metode pendidikan


kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu metode pendidikan
individual, kelompok, dan massa.

1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)

Dalam pependidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual


ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai
10

tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang
baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap
imunisasi TT karena baru saja memperoleh atau mendengarkan penyuluhan
kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari
atau ibu hamil tersebut segera minta imunisasi, maka harus didekati secara
perorangan. Perorangan di sini tidak hanya berarti kepada ibu-ibu yang
bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga dari ibu tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui
dengan tepat, serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara ini).

Bentuk dari pendekatan ini, antara lain:

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling).


Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan
berdasarkan kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(mengubah perilaku).
b. Wawancara (Interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan peyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali
informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik
atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang
sudah atau yang akan diadopsi itu belum mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam lagi.
2. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya


kelompok sasaran serta tingkah pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok
yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu
metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok Besar:

Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan


itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar itu, antara
lain:

1) Ceramah : Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi


maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode ceramah:
a) Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasi
materi dari yang akan diceramahkan diri dengan:
- Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik
lagi jika disusun dalam diagram atau skema.
- Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya, makalah
singakat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.

b) Pelaksanaan
Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila
penceramah tersebut dapat menguasai sasaran penceramah. Untuk
dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah
dapat melakukan hal-hal sebgai berikut:
- Sikap dan penampilan yang menyakinkan, tidak boleh bersikap
ragu-ragu, dan gelisah.
- Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
- Pandangan harus tertuju keseluruh peserta ceramah.
- Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk.
12

- Menggunakan alat-alat bantu lain (AVA) semaksimal


mungkin.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang
dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara
lain:

1) Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur
sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling
memandang satu sama lain, misalnya, dalam bentuk lingkaran atau
segi empat. Pimpinan diskusi atau penyuluh juga duduk diantara
peserta, sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi.
Tepat mereka dalam taraf yang sama, sehingga tiap anggota kelompok
ada kebebasan atau keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan
pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus
sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang
hidup, pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur
sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbiacara,
sehingga tidak menimbulkan dominasi dari seorang peserta.
2) Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
Prinsipnya sama dengan diskusi kelompok. Bedanya pada permulaan
pemimpin kelompok memancing dengan suatu masalah, kemudian
tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (cara
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan
ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta
mencurahkan pendapatnya tidak boleh diberikan komentar oleh
siapapun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya,
tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadilah diskusi.
3) Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah kurang
lebih 5 menit tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seharusnya
akhirnya menjadi diskusi seluruh kelas.
4) Kelompok Kecil-kecil (Bruzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (bruzz
group) kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama atau tidak
dengan kelompok lain dan masing-masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut. Selanjutanya kesimpulan dari tiap kelompok
tersebut dan dicari kesimpulannya.
5) Role Play (Memainkan Peran)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjukan sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya,
sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebgainya,
sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.
Meraka meragakan misalnya bagaimana interaksi atau komunikasi
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6) Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gambaran antara role play dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajiakan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis
seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk
14

arah), selain beberan atau paparan main. Beberapa orang menjadi


permain, dan sebagaian lagi berperan sebagai narasumber.
3. Metode Pendidikan Massa (Public)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengomsumsikan pesan-
pesan kesehatan yang ditunjukan kepada masyarakat yang sifatnya massa
atau publik, maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh
karena sasaran pendidikan ini bersifat umum dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat
pendidik, dan sebagaiannya maka pesan-pesan kesehatan yang akan
dismpaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh
massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah
‘awareness’ atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, belum begitu
diharapkan sampai dengan perubahan perilaku. Namun demikian bila sudah
sampai berpengaruh terhadap perubahan perilaku adalah wajar.
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung.
Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode
ini, antara lain.
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional
Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan
massa untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga
merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakikatnya adalah bentuk pendidikan kesehatan
massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau
radio juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh :
‘Praktik Dokter Herman Susilo’ di televisi.
d. Sinetron ‘Dokter Sartika’ di dalam acara TV juga merupakan bentuk
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun
tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga
merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan
sebagainya juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh: Billbord
‘Ayo ke Posyandu’.

C. Alat Bantu Dan Media Pendidikan Kesehatan


1. Alat Bantu (Peraga)
a. Pengertian
Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau
pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut ‘alat peraga’, karena
fungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses
pendidikan pengajaran.
Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahawa pengetahuan
yang ada pada setiap manusia itu diterima atau di tangkap panca indra.
Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sessuatu maka
semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan
yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk
mengerahkan indra sebanyak mungkin kepada suatu objek, sehingga
mempermudah persepsi.
Dalam rangkat pendidikan kesehatan masyarakat pedidikan
kesehatan masyarakat sebagai konsumer juga dapat dilibatkan dalam
pembuatan alat peraga (alat bantu pendidikan). Untuk itu, petugas
kesehatan berperan untuk membimbing dan membina, bukan hanya
dalam hal kesehatan sendiri, tetapi juga memotivasi mereka sehingga
meneruskan informasi kesehatan kepada anggota masyarakat lain.
Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar
pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, dan masyarakat
sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan jelas dan tepat.
16

Dengan alat peraga orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang
dianggap rumit, sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya
kesehatan itu bagi kehidupan.
b. Faedah Alat Bantu Pendidikan

Secara terperinci, faedah alat peraga antara lain :

1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.


2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3) Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan
kesehatan.
5) Membantu sasar pendidikan untuk belajar lebih banyak dan tepat.
6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang
diterima kepada orang lain.
7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan atau informasi oleh
para pendidik atau pelaku pendidikan.
8) Mempermudah penerimaan oleh sasaran pendidikan.
9) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih
mengalami, dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik.
c. Macam-macam Alat Bantu Pendidikan

Pada garis besarnya, hanya ada dua macam alata bantu pendidikan (alat
peraga):

1) Alat Bantu Lihat (Visual Aids)


Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indra mata
(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2
bentuk:
a) Alat yang diproyeksikan, misalnya: slide, film, film strip, dan
sebagainya.
b) Alat-alat yang tidak diproyeksikan:
(1) Dua dimensi, gambar peta, bagan, dan sebagainya.
(2) Tiga dimensi misal, bola dunia, boneka, dan sebagainya.
2) Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids), ialah alat yang dapat
membantu menstimulasi indara pendengar, pada waktu proses
penyampaian bahan pendidikan atau pengajaran. Misalnya:piring
hitam, radio, pita suara dan sebagainya.
3) Alat Bantu Lihat-Dengar, seperti televisi dan video cassette. Alat-
alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids
(AVA).

Di samping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi


dua macam menurut pembuatannya dan penggunaannya.

1) Alat perga yang ‘complicated’ (rumit), seperti film, film stripe slide, dan
sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.
2) Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri, dengan bahan-
bahan setempat yang mudah diperoleh seperti: bambu, karton, kaleng
bekas, kertas koran, dan sebgainya. Beberapa contoh alat peraga yang
sederhana yang dapat dipergunakan diberbagai tempat, misalnya:
a) Dirumah tangga seperti: leaflet, model buku bergambar, benda-benda
yang nyata seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan sebagainya.
b) Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan tulis, flipchart,
poster, leaflet, buku cerita dan bergambar, kotak gambar gulung,
oneka, dan sebagainya.
c) Di masyarakat umum: misalnya poster, spanduk,leaflet, flanel graph,
boneka wayang, dan sebagainya.

d. Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan

Menggunakan alat peraga harus didasari pengetahuan tentang sasaran


pendidikan yang akan dicapai alat peraga tersebut.

1) Individu atau kelompok.


18

2) Kategori-kategori sasaran seperti: kelompok umur, pendidikan,


pekerjaan, dan sebagainya.
3) Bahasa yang mereka gunakan.
4) Adat-istiadat serta kebiasaan.
5) Minat dan perhatian.
6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan
diterima.

Tempat memasaang (menggunakan) alat-alat peraga:

1) Di dalam keluarga: antara lain dalam kesempatan kunjungan rumah,


waktu menolong persalinan merawat bayi, atau menolong orang sakit,
dan sebagainya.
2) Di masyarakat, misalnya seperti pada waktu perayaan hari-hari besar,
arisan-arisan, pengajaran dan sebagainya, serta dipasang juga tempat-
tempat umum yang strategis.
3) Di instansi-instansi, antara lain: puskesmas, rumah sakit, kantor-kantor,
sekolah-sekolah, dan sebgainya.
Alat-alat peraga tersebut sedapat mungkin diperagakan oleh:
a) Petugas-petugas Puskesmas atau kesehatan
b) Kader Kesehatan
c) Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya
d) Pamong Desa.
e. Cara Mempergunakan Alat Peraga

Pada waktu menggunakan AVA hendaknya memperhatikan hal-hal


berikut:

1) Senyum adalah lebih baik, untuk mencari simpati.


2) Tunjukan perhatian, bahwa hal yang akan dibicarakan atau diragakan
itu, adalah penting.
3) Pandangan mata hendaknya ke seluruhan pendengar, agarmereka
tidak kehilangan kontrol dari pihak pendidik.
4) Nada suara hendaknya ditukar-tukar agar pendengar tidak bosan dan
tidak mengantuk.
5) Ikut serta para serta atau pendengar, berikan kesempatan untuk
memegang dan atau mencoba alat-alat tersebut.
6) Jika perlu berilah sering humor, guna menghidupkan suasana dan
sebagainya.
2. Media Pendidikan Kesehatan
Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada
hakikatnya adlah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut media pendidikan
karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk
mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau
‘klien’. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan
(media), media ini dibagi menjadi 3, yakni :
a. Media cetak
b. Media elektronik
c. Media papan (Bill Boord)
1) Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan
visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata,
gambar atau foto dalam tata warna. Adapun macam-macamnya adalah:
a) Booklet: ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan dalam dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
b) Leaflet: ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan
melalui lembaran yang dilipat.
c) Flyer (selembaran): ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk
lipatan. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar,
kombinasi.
d) Flip chart (lembar balik): biasanya dalam bentuk lembar balik atau
dalam bentuk buku, di mana tiap lembar (halaman) berisi gambar
peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi
berkaitan dengan gambar tersebut.
20

e) Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan
sutu masalah kesehatan.
f) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan yang ditempel di
tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
g) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan
menghibur.
Kelebihan dan kelemahan media cetak.

Kelebihannya:

- Tahan lama
- Mencakup banyak orang.
- Biaya tidak tinggi.
- Tidak perlu listrik.
- Dapat dibawa kemana-mana
- Dapat mengungkit rasa keindahan.
- Mempermudah pemahaman.
- Meningkatkan gairah belajar.

Kelemahan:

- Media ini tidak dapat menstimulier efek suara dan efek gerak.
- Mudah terlipat
2) Media elektronik, yatu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat
dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu
elektronika.adapun macam-macam media tersebut adalah:
a) Televisi: penyampaian informasi kesehatan melalui televisi dalam
bentuk: sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekita
masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV, sport, quiz atau cerdas
cermat.
b) Radio: penyampaian informasi kesehatan melalu radio dalam bentuk:
obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot.
c) Video
d) Slide
e) Film strip
f) CD/VCD

Kelebihan dan kelemahan media elektronik.

Kelebihannya:

- Sudah dikenal masyarakat.


- Mengikut sertakan semua panca indra.
- Lebih mudah dipahami.
- Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.
- Bertatap muka.
- Penyajian dapat dikendaliakan.
- Jangakauan relatif lebih besar.
- Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ualang.

Kelemahannya:

- Biaya lebih tinggi.


- Sedkit rumit.
- Perlu listrik.
- Perlu alat canggih untuk produksinya.
- Perlu persiapan matang.
- Peralatan selalu berkembang dan berubah.
- Perlu keterampilan penyimpanan.
- Perlu keterampilan dalam pengoperasian.
3) Media papan (Bill board)
Papan (Bill board) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai
dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media
papan ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran pada
lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan
taksi).
22

a) Papan reklame (seperti poster).


b) Spanduk
c) Banner.

Kelebihan dan kelemahan media ini :

Kelebihannya:

- Sebagai informasi umum dan hiburan.


- Mengikutsertakan semua panca indra.
- Lebih mudah dipahami.
- Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.
- Bertatap muka.
- Penyajian dapat dikendalikan.
- Jangkauan relatif besar.

Kelemahannya:

- Biaya lebih tinggi.


- Rumit.
- Ada yang memerlukan listrik.
- Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya.
- Perlu persiapan matang.
- Peralatan selalu berkembang dan berubah.
- Perlu keterampilan penyimpanan.
- Perlu keterampilan dalam pengoperasian.

D. Rencana Evaluasi Perencanaan


Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perencanaan kegiatan
pendidikan kesehatan, misalnya waktu dan sasaran yang akan dievaluasi,
dan indikator apa yang akan dipakai dalam evaluasi itu. Evaluasi dapat
dibedakan:
1. Evaluasi pendidikan kesehatan, yakni menilai langkah-langkah yang
telah dijadwalkan dalam perencanaan, apakah sesuai atau terjadi
perubahan dalam pelaksanaannya. Misalnya tentang jadwal waktu,
tempat, dan alat bantu peraga.
2. Evaluasi hasil kegiatan, yakni sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dengan pendidikan kesehatan yang dimaksud. Misalnya terjadinya
perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakanny
24

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Faktor Predisposisi
a. Pengkajian riwayat kesehatan
Di sebuah dusun, terdapat keluarga yang salah satu anggota
keluarganya menderita penyakit TBC. Anggota keluarga tersebut
adalah Nn.C sedang menjalani pengobatan selama 2 minggu. Nn. C
bekerja sebagai pengasuh anak keluarga Tn. A yang merupakan
salah satu tetangga dari Nn.C keluarga Tn.A merupakan golongan
keluarga yang mampu,hanya saja Tn.A dan istri sangat sibuk serta
tidak memiliki waktu untuk mengurusi rumahnya. Setiap hari Tn.A
membiarkan jendela tertutup rapat dan jarang sekali dibuka, kasur
tempat tidurpun jarang sekali di jemur. Dua faktor tersebut bisa
menyebabkan bakteri TBC berkembang. Hal ini di tambah dengan
anak pasien yang melakukan kontak penderita TBC. Orientasi pola
makan keluarga Tn. A adalah penting yang penting kenyang,
sehingga kurangmemperhatikan kandungan gizinya. Keluarga Tn.A
belum mengertiapa itu TBC, apa penyebab TBC, apa penyebab, apa
gejala yang timbul dari TBC, penularan TBC, dan Cara pencegahan
TBC. Pendidikan terakhir Tn.A adalah Sekolah Menengah Kejuruan
Teknik Mesin. Dan Penghasilan Tn.A min.Rp.2.800.000 perbulan.
Tn.A percaya bahwa penyakit yang diderita oleh Nn.C adalah batuk
biasa dan tidak menular.
b. Pengkajian Fisik
Keluarga Tn.A tinggal dengan isteri dan dua orang anak balitanya
di daerah yang terbilang padat penduduk dan kumuh. Kondisi rumah
keluarganya Tn.A sangatlah lembab di karenakan kurangnya
ventilasi yang mengakibatkan sinar matahari dan sirkulasi udara
yang masuk dalam rumah sangatlah kurang. Kondisi kasur kapuk
lembab, berbau. Tidak ditemukan scar BCG pada kedua lengan anak
balitanya. Pada KMS, anak belum mendapat BCG.
c. Pengkajian kesiapan klien untuk belajar
Keluarga banyak bertanya tentang cara penanganan TBC dan cara
pencegahannya agar keluarga pasien tidak tertular. Keluarga Tn.A
bersedia menerima informasi kesehatan yang akan disampaikan
dengan waktu sesuai kesepakatan. Keluarga akan mengatur waktu,
sehingga waktunya sesuai dengan waktu perawat yang akan
memberi penyuluhan.
d. Pengkajian motivasi belajar

Hasil wawancara dengan keluarga Tn.A tentang motivasi terhadap


motivasi terhadap informasi kesehatan menggambarkan bahwa Tn.A
memiliki motivasi untuk menerima informasi tentang hal-hal yang
berhubugan dengan kesehatan, terutama apabila informasi yang
diberikan berkaitan dengan TBC. Keluargapun minta sesegera
mungkin penyuluhan dilaksanakan.

e. Pengkajian kemampuan membaca

Anggota keluarga Tn.A dapat membaca dan mengerti bahasa


Indonesia dengan baik. Kelurgapun dapat memahami informasi
yang disampaikan melalui media yang digunakan. Anggota keluarga
Tn.A diberikan leaflet dan booklet tentang TBC mencakup
informasi tentang materi, yaitu pengertian TBC,penyebab
TBC,gejala TBC, proses penularan TBC,pencegahan TBC.

2. Faktor Pemungkin
Keluarga Tn.A merespon dengan baik rencana penyuluhan
kesehatan. Proses belajar difasilitasi dengan adanya tenaga perawat
lulusan D III keperawatan yang berkompeten untuk penyuluhan tentang
TBC. Selain hal tersebut, tersedia media belajar yang dapat menarik
perhatian dan mudah dipahami oleh keluarga. Waktu dilaksanakannya
26

penyuluhan tidak mengganggu waktu istirahat dan keluarga bersedia


bekerjasama dengan perawat.

3. Faktor penguat

Rencana penyuluhan didukung oleh ketua RT, dan ketua desa


wisma serta keluarga penderita TBC yang mengasuh anak keluarga Tn.A
selain itu, keluarga menyatakan dengan senang hati menganggapi
penyuluhan TBC yang dilakukan.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Risiko keluarga tertular TBC berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


tentang pencegahan dan penularan yang ditandai dengan adanya salah satu
tetangga keluarga Tn.A diasuh oleh tetangganya yang menderita TBC

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan kebutuhan belajar terdiri dari tujuan umum,khusus,


metode,media,dan alat pendukung,tempat serta rencana evaluasi.

1. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 60 menit, keluarga
dapat mengetahui penyakit TBC.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 60 menit, keluarga
dapat

a. Menyebutkan pengertian TBC dengan benar

b. Menyebutkan penyebab TBC

c. Menyebutkan minimal 4 tanda dan gejala TBC dengan benar

d. Menjelaskan penularan TBC dengan benar

e. Menjelaskan pencegahan TBC dengan benar


2. Materi/ Substansi
Dalam penyuluhan materi yang disampiakan adalah

1. Pengertian TBC

2. Penyebab

3. Tanda dan gejala

4. Penularan TBC

5. Pencegahan TBC

3. Metode
Metode yang digunakan adalah metode diskusi dan tanya jawab untuk
penyampaian materi diatas
4. Alat bantu pembelajaran
Alat bantu yang digunakan adalah leaflet dan booklet yang berisi
gambar dan penjelasan mengenai TBC.
D. EVALUASI PERENCANAAN
1. Prosedur : post tes
2. Bentuk : tanya jawab
3. Jenis : lisan
4. Bentuk pertanyaan :

Jelaskan Pengertian TBC

Jelaskan Penyebab dari TBC

Sebutkan Tanda dan gejala dari TBC

Jelaskan Penularan TBC

Sebutkan Pencegahan TBC


28

E. KEGIATAN PENYULUHAN

Waktu Tahap kegiatan


5 menit Pembukaan 1. Memeberikan 1. Pasien
salam menjawab salam
2. Memperkenalka 2. Pasien
n diri mendengarkan
3. Menyampaikan 3. Pasien
tujuan menjawab
4. Menyepakati menyepakati
kontrak waktu kontrak

50 menit Pelaksanaan 1. Menjelaskan 1. Pasien


pengertian TBC mendengarkan
kepada sasaran secara seksma
2. Menjelaskan 2. Pasien
penyebab TBC memperhatikan
3. Menjelaskan 3. Pasien
tanda dan gejala menjabab
TBC beberapa
4. Menjelaskan pertanyaan yang
cara penularan dilontarkan
TBC
5. Menjelaskan
cara pencegahan
TBC
6. Tanya jawab
7. Menyimpulkan
materi penyuluhan
8. Mengevaluasi
hasil penyuluhan
9. Menyampaikan
hasil penyuluhan
kepada keluarga
5 menit penutup 1. mengakhiri 1. Pasien

kegiatan dengan memperhatikan

salam 2. Pasien

2. Menyampaikan menjawab salam

rencana tindak

lanjut
30

DAFTAR PUSTAKA
Chafton,j.2002.tuberculosis klinis. Jakarta: Widya Medika.
Soedarto. 2009, Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.
Misnardialy. 2007. Mengenal, Mencegah, Menangulagi TBC.
Semarang: Yayasan Obor Indonesia.
LAMPIRAN ISI MATERI

A. Pengerian TBC
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh hasil tahan asam (BTA) Nama lengkap bakteri
mikobakterium tuberkulosa. Bakteri hasil merupakan bakteri yang sangat
kuat, sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinnya, bkteri ini
telah sering menginfeksi organ paru-paru,namun dapat juga menyerang
organ lain, seperti ginjal, tulang limpa dan otak.
Tuberkulosis berasal dari bahasa latin Tuberkel yang artinnya tonjolan
kecil dan keras yang terbentuk sewaktu kekebalan tubuh membangun
dinding pegaman untuk membungkus bakteri mikobakterium tuberkulosis
didalam paru ( Chofton,2012 )
B. Penyebab TBC
Penyebab penyakit TBC ialah bakteri mikobakterium tuberkulosis,
pada jaringan, bakteri mikobakterium tuberkulosis berada pada keadaan
dormonan, yaitu tidak aktif atau tertidur dalam waktu beberapa tahun.
Mikrobakteri tuberkulosis akan mati dengan cepat jika terkena sinar
matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam bila
berada di tempat yang gelap dan lembab ( Chofton,2012 ).
C. Gejala TBC
1. Gejala umum
a. Batuk lebih dari 4 minggu. Pengibatan biasa yang dilakukan
seperti biasa tak mampu meredakan frekuensi batuk.
b. Batuk menahun dan berlendir, terutama pada waktu bangun tidur
c. Panas ringan pada sore hari dan berkeringat pada malam hari.
d. Terdapat rasa sakit pada dada atau punggung atas.
e. Berat badan turun dan badan semakin lemah dalambeberapa tahun
berturut-turut.
f. Pada anak-anak, sering kali diraba pada tepi kanan atau kirinya
terdapat benjolan (pembekuan kelenjar-kelenjar)
32

2. Gejala khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang tersarang bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus ( saluran yang menuju ke paru-paru )
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “meng!”,suara nafas melemah yang disertai
sesak.
b. Jika ada cairan dirongga pleura ( pembungkus paru-paru ): dapat
disertai dengan keluhan sakit di dada.
c. Jika mengenai tulang,akan terjadi gejala,seperti tulang yang suatu
saat dapat membentuk sakuran dan bermuara, pada kulit
dibawahnya. Pada muara ini,akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat menegnai otak ( lapisan pembungkus otak )
dan disebut sebagai meningitis ( radang selaoput otak ), gejalannya
adalah demam tinggi,adanya penurunan kesadaran, dan kejang-
kejang.
D. Proses penularan TBC
Tuberkulosis ditularkan melalui droplet ( percikan dahak ) atau
titik-titik air dari bersin atau dbatuk dari batuk orang yang terinfeksi
kuman tuberkulosi. Bakteri TBC terhisap melalui saluran pernafasan
masuk kedalam paru, kemudian bakteri masuk lagi kesaluran limfa paru
dan dari ini, bakteri TBC menyebar keseluruih tubuh melalu aliran darah.
Melalui aliran darah inilah bakteri TBC menyebar ke berbagai organ
tubuh. Anak-anak sering mendapatkan penukaran dari orang dewasa
disekitar rumah maupun saat berada difasilitas umum, seperti kendaraan
umum, rumah sakit, dan dari libngkungan sekitar rumah ( misnadiarly,
2007 )
E. Pencegahan TBC
Menurut misnadiarly ( 2007 ), cara pencegahan TBC adalah:
1. Makanan-makanan yang baik dengan gixi yang seimbang
2. Olahraga teratur
3. Istirahat yang cukup
4. Mengkonsumsi multivitamin yang memnbantu daya tahan tubuh
5. Membiasakan mencuci tangan
6. Berhenti merokok,hindari minuman-minuman beralkohol, dan obat
bius atau penenang.
7. Mengatur sistem sirkulasi udara dirumah
8. Membiarkan jendela terbuka agar sinar matahari dapat masuk.
9. Menggunakan masker saat kontak atau berada didalam suatu ruangan
dengan penderita TBC.
10. Pemberian vaksin BCG ( Bacille Calmette-Guerin )

Anda mungkin juga menyukai