Anda di halaman 1dari 12

BAHAYANYA JAJAN SEMBARANGAN

FG 3

Amyra Luthfia Mumpuni 1706977903

Nadia Luthfania 1706978194

Yustika Rini 1706978452

Yushlihah Rofiati Yusuf 1706039111

PRAKTIKUM PROMOSI KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

DEPOK

FEBRUARI 2020

Rancangan Promosi Kesehatan


1. Pengkajian Kebutuhan Belajar Klien
a. Karakteristik klien : Anak sekolah di Sebuah Keluarga
Usia : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tingkat Pendidikan : Kelas 1 SMP
b. Motivasi :
Klien belum mengetahui dampak dari jajan sembarangan dan kebutuhan gizi
seimbang sehingga pemenuhan nutrisi klien tidak adekuat. Orang tua juga sibuk
bekerja sehingga tidak memfasilitasi bekal untuk anaknya dan sekolah tidak
memiliki kebijakan untuk pedagang di sekitar sekolah.
c. Gaya Belajar :
Klien memiliki gaya belajar auditori, visual, dan kinestetik.
d. Tahap Perkembangan :
Anak usia sekolah

2. Diagnosis Keperawatan

Data Pengkajian Diagnosis

1. tidak semua siswa membawa 1. Perilaku kesehatan cenderung


bekal tetapi anak dibekali uang beresiko b.d konsumsi jajanan
jajan serta banyaknya jajanan sembarangan
di sekitar sekolah tanpa 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
pengawasan sekolah tubuh
2. rata-rata BB anak dibawah 3. Kurangnya pengetahuan
normal keluarga tentang gizi seimbang
3. Keluarga belum memahami
gizi seimbang

3. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan membuat perubahan yang signifikan,
dalam hal ini Anak SMP dan keluarganya mempunyai pengetahuan mengenai
gizi seimbang, pentingnya membawa bekal, serta dampak dari jajan
sembarangan.( NOC sesuai diagnosis)
4. Tujuan Khusus
Dalam 1x45 menit:
1. Keluarga dan anak sekolah dapat mengtahui definsi dampak dari jajan
sembarangan.
2. Keluarga dan anak sekolah dapat memahami jajanan sehat dan manfaat dari
membawa bekal.
3. Keluarga dan anak sekolah dapat mengambil keputusan terkait pemenuhan
gizi seimbang mereka.
4. Keluarga dan anak sekolah dapat merubah pola pemenuhan nutrisi sesuai
dengan “isi piringku”. ( sesuaikan sub topik, tambahkan skoring)
5. Metode
a. Role Play
Role Play adalah bermain peran memerankan peran yang ditugaskan,
namun tidak ada skrip seperti dalam permainan, tetapi peserta tidak bebas
untuk bertindak dengan cara apa pun yang mereka inginkan, mereka diberi
parameter dengan fleksibilitas terbatas (Gilbert et al, 2011). Kelebihan dari
metode role play adalah tidak memerlukan peralatan, dapat membahas topik-
topik sulit dan domain afektif, serta menarik dan menghibur. Namun,
kekurangan dari role play adalah akan gagal jika orang menolak untuk
berpartisipasi dan mungkin tidak dianggap serius oleh peserta.
Pada metode ini perawat akan memberikan sebuah kertas bertuliskan
peran sebagai ibu, anak, dan pedagang makanan sembarangan dimana
skenarionya adalah “terdapat pedagang jajanan sembarangan, apa yang harus
dilakukan?”. Dalam role play ibu tidak membawakan bekal dan memberikan
uang jajan untuk anak. Anak membeli makanan di pedagang jajanan yang
berjualan di sekitar area saluran air, makanan tidak disajikan secara tertutup,
dan jenis jajanan banyak mengandung penyedap rasa dan karbohidrat seperti
sagu, tepung, dan lainnya. Setelah itu akan ditanyakan pendapat ibu setelah
bermain peran hal selanjutnya yang akan terjadi kepada anaknya jika terus
mengkonsumsi jajan sembarangan.
b. Personal Improvement Project
Personal Improvement Project dapat berfungsi sebagai insentif untuk
membuat perubahan pribadi positif dalam perilaku kesehatan yang
ditargetkan. Tujuannya adalah untuk memberi klien kesempatan untuk
mempelajari teknik yang tepat untuk mengubah perilaku kesehatan seperti
yang terlibat dalam nutrisi dan memungkinkan mereka untuk menggabungkan
keterampilan baru ini ke dalam gaya hidup sehat. Dengan metode ini perawat
memberikan sebuah buku diary yang berisi tabel tentang jadwal makan dan
jenis makanan yang dimakan oleh keluarga. Dalam buku diary tersebut juga
tersedia kolom untuk ibu atau anggota keluarga yang bertugas untuk
menyiapkan makanan yang dapat diisi tentang hal yang dirasakan dan kendala
saat melakukan perubahan pola pemenuhan gizi seimbang (tambahkan contoh
tantangan yang diberikan untuk anak).

6. Media
Untuk menjadi seorang pengedukasi yang berkualitas, perawat harus
mengetahui hal yang perlu dipelajari oleh klien, kebutuhan klien, serta
menemukan suatu sumber yang tepat untuk menyampaikan edukasi atau
pembelajaran tersebut kepada klien. Keberadaan media sangat penting pada
tahap ini, dengan adanya media, edukasi atau pembelajaran dapat berlangsung
dengan lebih mudah. Media yang paling baik untuk digunakan saat mengedukasi
klien adalah menggunakan alat peraga. Beberapa alat peraga yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Video
Perawat dapat menyajikan sebuah video tentang dampak tidak
memperhatikan nutrisi seimbang dan bahaya jajanan yang dijual secara
sembarangan. Pada video tersebut harus memuat kandungan berbahaya
makanan yang dijual sembarangan, alasan mengapa orang tua harus melarang
anaknya untuk jajan sembarangan, serta dampak yang terjadi jika anak-anak
jajan sembarangan. Video juga dapat berperan sebagai suatu pemicu sebelum
memulai untuk mengedukasi klien (Redman, 2007).
b. Leaflet
Leaflet adalah salah satu media cetak yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau pesan-pesan kesehatan dalam bentuk lembaran
yang dilipat, isi informasi dapat berupa kalimat, gambar, atau kombinasi
keduanya (Maulana, 2009). Leaflet dapat membantu klien untuk lebih
memahami mengenai materi yang disampaikan oleh pengajar. Klien tersebut
dapat membaca atau melihat leaflet sambil mendengarkan pengajar berbicara
dan menonton video.

7. Evaluasi
a. Cara Evaluasi
Setelah melakukan edukasi, perawat atau pengajar dapat melakukan
suatu evaluasi pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengkaji efektifitas
pengajaran yang dilakukan perawat atau pengajar, serta untuk mengetahui
seberapa jauh klien telah belajar (DeLaune & Ladner, 2011). Evaluasi dalam
pembelajaran akan berjalan efektif jika dilakukan secara sistematis dan
berkelanjutan. Terdapat lima teknik evaluasi menurut Craven & Hirnle
(2007), yaitu tes tertulis, tes lisan, mendemonstrasikan kembali, check-off
lists, dan simulasi. Perawat atau pengajar dapat menentukan teknik evaluasi
mana yang lebih cocok digunakan. Pada kasus ini, oral test dianggap efektif
karena perawat dapat menanyakan secara langsung kepada klien tentang apa
yang telah klien pelajari dan dapat mengoreksinya jika jawaban klien salah.
b. Instrumen Evaluasi (evaluasi sesuaikan tujuan khusus)
Instrumen yang akan digunakan pada evaluasi ini berupa pertanyaan-
pertanyaan yang berfungsi untuk menilai pencapaian dari setiap jenis evaluasi.
Perawat dapat menentukan apakah pendidikan kesehatan telah berhasil, masih
perlu dilanjutkan, atau perlu mengganti metode pengajarannya melalui
evaluasi. Instrumen evaluasi terdiri dari evaluasi persiapan, evaluasi kerja, dan
evaluasi hasil.
1. Evaluasi Persiapan
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan?
2. Bagaimana persiapan tempat dan waktu edukasi terhadap klien?
3. Media apa yang akan digunakan untuk mendukung proses edukasi?

2. Evaluasi Kerja
1. Apakah klien mendengarkan dan memperhatikan dengan baik
penjelasan perawat?
2. Apakah klien mengamati perawat saat melakukan asuhan,
pengajaran, dan pemeriksaan pada klien?
3. Apakah klien aktif bertanya setelah dipersilahkan untuk bertanya?
4. Apakah metode yang digunakan untuk memberi pemahaman efektif
pada klien?
5. Apakah media dapat digunakan dengan efektif baik oleh perawat
maupun klien?
6. Bagaimana tanggapan klien mengenai edukasi yang dilakukan
perawat?
3. Evaluasi Hasil
1. Apakah klien mampu menjelaskan kembali mengenai bahayanya jajan
sembarangan?
2. Apakah klien mampu menjelaskan kembali mengenai definisi gizi
seimbang?
3. Apakah klien mampu menjelaskan kembali mengenai pembagian porsi
makan?
4. Apakah klien mampu menjelaskan kembali mengenai komponen apa
saja yang termasuk dalam gizi seimbang?
5. Apakah klien mampu menjelaskan kembali mengenai akibat yang
ditimbulkan apabila anak kelebihan berat badan?
6. Apakah klien mampu menjelaskan kembali mengenai berapa
kebutuhan anak di setiap komponen gizi seimbang?
7. Apakah klien mampu menjelaskan kembali mengenai strategi untuk
menyediakan gizi seimbang?
8. Apakah klien mampu menjelaskan kembali mengenai pemilihan dan
menata makanan yang sesuai dengan gizi seimbang?

8. Daftar Pustaka

Craven, R.F., Hirnle, C.J. (2007). Fundamentals of nursing: human health


and function. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
DeLaune, S.C., Ladner, P.K. (2011). Fundamentals of nursing: Standards &
practice fourth edition. Cengage Learning.
Maulana, H. (2009). Promosi kesehatan. Jakarta: EGC.
Rankin, S.H., Stallings, K.D. (2001). Patient education: Principles &
practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Redman, B.K. (2007). The practice of patient education: A case study
approach. Elsevier Health Science.

9. Lampiran: Satpel dan Media


Satuan Acara Pembelajaran ( SAP dibuat individu materi dibagi -bagi misal
yustika definisi dan manfaat gizi seimbang dll)

Pokok bahasan : Pendidikan kesehatan mengenai bahayanya jajan


sembarangan, dan pemenuhan gizi seimbang

Sub pokok bahasan : Bahaya jajan sembarangan, pemenuhan gizi seimbang serta
pentingnya membawa bekal dengan berpedoman “Isi
Piringku”.

Sasaran : Keluarga dan anak sekolah

Tempat : Rumah keluarga

Waktu : 45 menit

a. Tujuan Instruksional Umum (sesuaikan NOC)


Untuk meningkatkan pengetahuan dan membuat perubahan yang signifikan,
dalam hal ini Anak SD dan keluarganya mempunyai pengetahuan mengenai
gizi seimbang, bahayanya jajan sembarangan, pentingnya membawa bekal.
b. Tujuan Instruksional Khusus (Sesuaikan noc menggunakan skoring)
- Keluarga dan anak sekolah dapat memahami dampak dari jajan
sembarangan.
- Keluarga dan anak sekolah dapat memahami gizi seimbang dan manfaat
dari membawa bekal.
- Keluarga dan anak sekolah dapat mengambil keputusan terkait pemenuhan
gizi seimbang mereka.
- Keluarga dan anak sekolah dapat merubah pola pemenuhan nutrisi sesuai
dengan “isi piringku”.
c. Materi (ditambahin hal rinci yang ingin disampaikan ke keluarga)
- Bahayanya jajan sembarangan
- Pentingnya mengetahui dan memenuhi pemenuhan gizi yang seimbang
- Faktor yang dapat meningkatkan pemenuhan gizi seimbang
- Dampak dari tidak menerapkan gizi seimbang
- Merancang jadwal makanan
d. Metode (metode tambahin 2 lagi jadi perindividu metodenya beda)
Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan mengenai bahayanya
jajan sembarangan, pemenuhan kebutuhan gizi dan pentingnya membawa
bekal adalah role play dan personal improvement project dengan
partisipannya yaitu anak beserta salah satu orang tuanya terutama yang
mengetahui pemenuhan gizi anaknya sehari-hari.
e. Media dan Alat
Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Audio-visual. Leaflet dan
video tentang “Nutrisi seimbang untuk anak sekolah”,“Isi Piringku”, dan
bahayanya jajan sembarangan.
f. Kegiatan Intervensi

Waktu Kegiatan Respon Klien


Pembukaan: Menjawab salam

1. Menyapa keluarga dan anak Mendengarkan


sekolah
5 menit Menonton
2. Perkenalan
3. Kontrak Waktu Memperhatikan

4. Menjelaskan tujuan Memahami


5. Menjelaskan topik
30 menit Jadwal utama: Menonton

1. Menonton video mengenai Memperhatikan


bahayanya jajan
Memahami
sembarangan.
2. Memberikan materi Bermain Peran
mengenai pentingnya gizi
yang seimbang
3. Menjelaskan mengenai
pentingnya membawa bekal
4. Memberi tahu mengenai “Isi
Piringku”
5. Roleplay dan Memberikan
pemahaman tentang bahaya
jajan sembarangan kepada
orang tua dan anak.
6. Memberikan project untuk
mengikuti isi piringku dan
menyiapkan bekal
5 menit Sesi tanya jawab: Bertanya

Menanyakan kepada keluarga dan Memperhatikan


anak sekolah apakah masih ada
Memahami
materi yang kurang jelas dan perlu
di klarifikasi
5 menit Penutupan: Mendengarkan

- Terminasi Memperhatikan
- Kesimpulan
Memahami
- Mengucapkan salam

g. Evaluasi ( state liat perlengkapan dan hal yang berkaitan dengan


jalannya pendkes), Cara meraih keberhasilan pendkes, keluarga mampu
menyebutkan …...
evaluasi persiapan
evaluasi kerja
Metode evaluasi hasil:
- Oral Test
Oral question yaitu untuk mengevaluasi perubahan pengetahuan klien
mengenai pentingnya gizi seimbang untuk anak usia sekolah.
Kriteria evaluasi hasil yang didapatkan yaitu:
• Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil → sasaran mampu menjawab

≥ 80% pertanyaan yang diberikan.

• Pendidikan kesehatan dikatakan cukup berhasil → sasaran mampu

menjawab 50 – 80% pertanyaan yang diberikan.

• Pendidikan kesehatan dikatakan kurang berhasil → sasaran hanya

mampu menjawab < 50% pertanyaan yang diberikan.


Pertanyaan metode evaluasi hasil:
- Oral Test
Apa bahaya jajan sembarangan? Apa definisi gizi seimbang? Bagaimana
membagikan porsi makan? Apa saja komponen yang termasuk dalam gizi
seimbang? Apa saja akibat yang ditimbulkan apabila anak kelebihan berat
badan? Berapa kebutuhan anak di setiap komponen gizi seimbang? Bagaimana
strategi untuk menyediakan gizi seimbang? Bagaimana memilih dan menata
makanan yang sesuai dengan gizi seimbang?

Anda mungkin juga menyukai