Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan
BAB II

ISI

A. Konsep Klien dan Peserta Didik


Pengertian klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang
menggunakan jasa pelayanan keperawatan (UU Kep. Bab 1). Sedangkan, peserta didik
adalah salah satu komponen dalam pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat
dikatakan bahwa peserta didik adalah komponen yang terpenting karena peserta didik
adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya peserta didik,
sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebab peserta didiklah yang
membutuhkan pengajaran dan bukan pendidik, pendidik hanya berusaha memenuhi
kebutuhan yang ada pada peserta didik. Tanpa adanya peserta didik, pendidik tak akan
mungkin mengajar. Sehingga peserta didik adalah komponen yang penting dalam
hubungan proses belajar mengajar.
Klien sebagai peserta didik mencakup individu, keluarga, atau masyarakat yang
merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
belajar. Klien sebagai peserta didik juga mempunyai aspek-aspek yang harus dikenali
oleh perawat sebagai penidik, yaitu aspek fisik yang meliputi kemampuan intelegensi,
kesehatan fisik, dan aspek emosional yang meliputi karakter pribadi individu dan
motivasi yang dapat dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi, sosial, dan budaya peserta
didik.

B. Karakteristik Peserta Didik

Karakteristik peserta didik adalah variabel dalam diri peserta didik yang
berdampak pada pembelajaran, dengan demikian adalah penting untuk “mengenal siapa
yang perawat hadapi” untuk memilih media yang paling sesuai dengan kebutuhan
mereka. Perawat juga perlu mempertimbangkan kemampuan persepsi, kemampuan
membaca, lokus kontrol, tahap perkembangan, dan gaya belajar peserta didik. Perawat
sebagai edukator atau pemberi edukasi pada level Primary Prevention sangatlah berperan
penting dalam proses belajar, hal ini juga terkait kemampuan perawat dalam mengenali
kebutuhan belajar peserta didik. Peserta didik sendiri bisa dalam bentuk kelompok atau
komunitas tertentu, dimana perawat perlu mengetahui informasi terkait data
kelompok/komunitas tersebut yang meliputi usia, jenis kelamin, suku/ras, status sosial
ekonomi, dan level pendidikan, selain itu juga informasi mengenai kelompok/komunitas
beresiko tinggi, seperti anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas. Selain itu
karakteristik peserta didik juga dipengaruhi oleh sistem pendukung klien, kesiapan
belajar, dan motivasi. Sistem pendukung klien yang dimaksud adalah anggota keluarga
atau teman dekat yang dapat membantu klien melakukan keterampilan yang dibutuhkan
dan mempertahankan perubahan gaya hidup yang diinginkan.

Karakteristik klien sebagai peserta didik dalam kaitannya dengan health promotion
mempunyai karakter atau kepribadian yang unik dan berbeda-beda antara satu dan yang
lainnya. Karakteristik tersebut, diantaranya adalah:

1. Kondisi fisik yang dapat disesuaikan menurut umur


2. Jumlah dan jenis pengalaman/pengetahuan klien sebelumnya
3. Kehidupan klien dalam berkelompok, berkeluarga, dan bermasyarakat
4. Perbedaan kognitif atau kemampuan berpikir yang mengarah pada proses belajar,
dimana seseorang memiliki kemampuan cara belajar yang berbeda-beda juga, seperti
cara belajar visual atau melihat, auditorial atau mendengar, dan kinestetik.
5. Kemampuan berbahasa yang dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor
lingkungan
6. Pandangan klien terhadap sikap, nilai, dan moral yang berlaku di masyarakat

Menurut Dunn and Dunn Learning Style Inventory (1967) ada empat unsur yang
mempengaruhi kemampuan belajar seseorang, yaitu unsur lingkungan (seperti suara,
cahaya, suhu, desain), yang sifatnya biologis, unsur emosional (seperti motivasi,
ketekunan, dan tanggung jawab), yang berkembang dan telah ada sepanjang masa
sebagai suatu hasil perkembangan pengalaman yang telah terjadi di rumah, sekolah dan
dalam permainan atau pekerjaan. Pola sosiologis, yang menunjukkan hasrat untuk
bekerja sendirian atau dalam kelompok atau kombinasi kedua pendekatan ini. Unsur fisik
(seperti kekuatan persepsi, asupan makanan, waktu dalam sehari, mobilitas) yang juga
bersifat biologis dan berhubungan dengan cara peserta didik berfungsi secara fisik.

Banyak hal yang hal yang harus dipahami oleh perawat dalam memberikan
edukasi, salah satu yang terkadang luput dan tidak teridentifikasi adalah kemampuan
gaya belajar setiap orang. Sebaiknya perawat menanyakan terlebih dahulu kepada klien
tentang cara terbaik yang mereka lakukan untuk mempelajari berbagai hal atau cara
belajar yang mereka inginkan agar perawat dapat menyusun rencana yang tepat dalam
memberikan edukasi atau penyuluhan dengan memanfaatkan berbagai teknik dalam
sejumlah aktivitas penyuluhan kesehatan.

C. Tujuan Edukasi Kepada Peserta Didik

Secara umum tujuan memberikan edukasi adalah mengubah perilaku individu dan
masyarakat di bidang kesehatan, serta tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga,
dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
keberhasilan pendidikan dalam pelayanan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan,
tingkat sosial eknomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu
dari masyarakat (Potter&Perry, 2009).

Pendidikan dalam pelayanan kesehatan mengacu juga pada edukasi pada klien.
Klien semakin menyadari kesehatan dan ingin dilibatkan dalam pemeliharaan kesehatan
(Potter&Perry, 2009). Adapun klien sebagai perspektif keperawatan yaitu, klien secara
individu, keluarga, kelompok dan komunitas dalam rentang kehidupan sehat maupun
sakit.

D. Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar Klien


Pengetahuan pribadi perawat tentang kebutuhan belajar yang biasannya diperlukan
oleh klien dengan masalah kesehatan yang sama merupakan sumber informasi lain yang
dapat kita gunakan. Kebutuhan belajar berubah seiring perubahan status kesehatan klien,
oleh karena itu perawat harus terus mengkaji kondisi klien.
Beberapa elemen dalam riwayat keperawatan menjadi petunjuk untuk kebutuhan belajar.
Elemen tersebut meliputi:
1. Usia
Usia memberikan informasi mengenai status perkembangan seseorang yang dapat
menjadi indikator isi dan pendekatan penyuluhan kesehatan khusus yang akan
digunakan. Pertanyaan sederhana yang diajukan kepada anak usia sekolah dan remaja
akan menginformasikan apa yang mereka ketahui mengobservasi anak ketika bermain
dapat memberikan informasi mengenai perkembangan motorik dan intelektual dan
juga hubungannya dengan anak-anak lainnya. Untuk lansia, percakapan serta
pertanyaan yang diajukan akan menggambarkan kondisi ingatan yang lambat atau
keberhasilan keterampilan psikomotor, defisit motorik, serta kesulitan belajar.
2. Pemahaman klien tentang masalah kesehatan
Persepsi klien tentag masalah kesehatan yang mereka alami saat ini dapat
mengindikasikan adanya defisit kognitif atau kesehatan informasi. Selain itu, efek dari
masalah kesehatan tersebut pada aktivitas yang biasa klien lakukan akan
nenumbuhkan kewaspadaan perawat terhadap area yang memerlukan intruksi.
Sebagai contoh, individu yang tidak melakukan perawatan diri di rumah kerap
memerlukan informasi tentang sumber - sumber dan layanan di komunitas.
3. Kepercayaan dan praktik kesehatan
Kepercayaan dan parktik kesehatan klien penting dipertimbangkan dalam setiap
rencana penyuluhan. Model kepercayaan kesehatan yang dijelaskan, menjadi perilaku
kesehatan preventif. Akan tetapi, sekaligus perawat merasa yakin bahwa keyakinan
tertentu klien tentang kesehatan harus dirubah, mungkin mustahil bagi perawat untuk
melakukannya karena banyak sekali banyak faktor yang terkait dengan kepercayaan
kesehatan klien.
4. Faktor budaya
Sebagian besar kelompok budaya memiliki keyakinan dan praktik tradisional sendiri,
dan beberapa diantaranya berkaitan dengan diet, kesehatan, penyakit, dan gaya hidup.
Oleh sebab itu penting untuk diketahui bagaimana praktik dan nilai – nilai yang
dianut oleh klien akan berdampak akan kebutuhan belajar mereka. Meskipun klien
mudah memahami informasi kesehatan yang tengah diajarkan, pembelajaran tersebut
mungkin tidak akan di implementasikan dilingkungan rumah tangga yang menerapkan
praktik medis tradisional.
5. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi pembelajaran klien. Sebagai contoh,
seseorang yang tidak mampu membeli spuit steril baru untuk setiap injeksi insulin
mungkin akan merasa kesulitan untuk mempelajari cara pemberian insulin apabila
perawatan mengajarkan spuit harus digunakan setiap kali injeksi.
6. Gaya belajar
Banyak penelitian telah dilakukan terkait gaya belajar seseorang. Cara terbaik untuk
belajar bervariasi pada masing – masing individu. Sebagian individu adalah peserta
didik visual dan paling baik belajar dengan cara melihat. Individu yang tidak
memvisualisasikan suatu aktivitas dengan baik, mereka belajar paling baik dengan
memanipulasi langsung peralatan dan mencari tahu kerjanya. Individu yang lain dapat
belajar dengan membaca hal-hal yang disajikan secara berurut, belajar dengan
kelompok. Sebagian orang, menekankan bagian berpikir dari suatu keterampilan dan
juga logika – logika serta sebagian perasaan atau aspek interpersonal akan
memotivasi dan meningkatkan pembelajaran.
7. Sistem pendukung klien
Perawat menggali sistem pendukung klien guna menentukan sejauh mana orang lain
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan memberikan dukungan. Anggota
keluarga atau teman dekat dapat membantu klien melakukan keterampilan yang
dibutuhkan di rumah dan mempertahankan perubahan gaya hidup yang diinginkan.
8. Pemeriksaan fisik
Survei keseluruhan pemeriksaan fisik memberikan petunjuk yang bermanfaat bagi
kebutuhan belajar klien, seperti status mental, tingkat energi, dan status nutrisi. Dari
pemeriksaan fisik juga diperoleh data tentang kapasitas fisik klien untuk belajar dan
melakukan aktivitas perawatan diri. Contohnya: kemampuan visual dan pendengaran,
serta koordinasi otot mempengaruhi pemilihan materi dan pendekatan yang digunakan
dalam memberikan penyuluhan.
9. Kesiapan belajar
Klien yang siap untuk belajar sering kali menunjukkan perilaku yang berbeda dari
mereka yang belum siap. Seorang klien yang siap belajar mungkin akan berusaha
mendapatkan informasi, misalnya dengan bertanya, mendapatkan informasi, misalnya
dengan bertanya, membaca buku atau artikel, berbicara dengan orang lain, dan
umumnya menunjukkan minat.
Perawat mengkaji adanya karakteristik kesiapan berikut:
a. Kesiapan fisik
b. Kesiapan emosi
c. Kesiapan kognitif
10. Motivasi
Motivasi berkaitan dengan keinginan klien untuk belajar. Motivasi paling besar
biasanya dirasakan ketika klien siap untuk belajar, kebutuhan belajar bisa dari dan
informasi yang diberikan bermanfaat bagi klien. Akan tetapi, pengkajian motivasi
mungkin sulit dilakukan. Keterampilan berkomunikasi yang digunakan oleh perawat
dapat memberikan informasi bermanfaat yang menunjukan kesiapan klien untuk
berubah.
Perawat dapat meningkatkan motivasi klien melalui beberapa cara:
a. Dengan mengaitkan pembelajaran dengan sesuatu dengan klien anggap bernilai
dan membantunya melihat relevansi dari pembelajaran tersebut.
b. Dengan membentu klien menciptakan situasi belajar yang menyenangkan dan
tidak mengancam.
c. Dengan mendorong upaya pengarahan diri dan kemandirian.
d. Dengan menunjukkan sikap positif tentang kemampuan klien untuk bejar.
e. Dengan memberikan dukungan serta motivasi yang berkelanjutan saat klien untuk
belajar (misal, penguatan positif).
f. Dengan menciptakan situasi belajar yang memungkinkan klien untuk berhasil
(keberhasilan dalam melakukan tugas kecil memotivasi klien untuk terus belajar).
g. Dengan membantu klien mengidentifikasi manfaat dan perubahan perilaku.
11. Tingkat kemampuan membaca
Meyer dan Rushton (2002), melaporkan bahwa jutaan orang dewasa membaca pada
tingkat kemampuan siswa kelas 5 atau kurang, sedangkan hampir semua literatur
kesehatan ditulis pada tingkat kemampuan siswa kelas 7 sampai 9 ke atas. Individu
dengan kemampuan baca tulis yang rendah akan memiliki kosakata yang terbatas
serta mengalami kesulitan dalam memahami informasi lisan maupun tulisan.
Keterampilan baca tulis yang rendah sangat berkaitan dengan kondisi kesehatan
yang buruk (Schultz, 2002, Winslow, 2001).
Suatu tantangan bagi perawat untuk mengajarkan klien dengan keterampilan baca
tulis yang rendah atau tidak memiliki keterampilan sama sekali. Akan tetapi, metode
penyuluhan semacam itu mutlak diperlukan karena klien keterampilan baca tulis
yang rendah juga memerlukan penyuluhan untuk meningkatkan praktik kesehatan
mereka.
Faktor resiko baca tulis rendah yang teridentifikasi meliputi kemiskinan,
pengangguran, minoritas dan status imigran, tidak menempuh pendidikan menengah
dan usia lanjut (Schultz, 2002, hal 46). Akan tetapi sulit untuk mengkaji
keterampilan baca tulis klien sebab mereka mungkin terlalu malu untuk mengakui
bahwa mereka tidak dapat membaca.

E. Memotivasi Klien sebagai Peserta Didik


Dalam hal memotivasi klien sebagai peserta didik dapat dilakukan melalui
wawancara motivasi yang dirancang untuk membantu pasien mengubah perilaku mereka.
Fokusnya adalah membantu orang berbicara tentang ambivalensi mereka terhadap
perubahan dan kemudian menggunakan motivasi, energi, dan komitmen mereka sendiri
untuk mempelajari keterampilan baru dan membuat perubahan yang dibutuhkan dalam
kehidupan mereka.
Ini pertama kali digunakan dengan pasien yang memiliki masalah dengan
penggunaan alkohol dan narkoba, namun sejak itu telah berkembang dan terbukti sangat
efektif dalam mengelola berbagai penyakit fisik, kesulitan kepatuhan pengobatan, dan
berbagai masalah kejiwaan. Unsur yang paling penting adalah sikap perawat. Ini
berfokus pada penggunaan empat teknik komunikasi yang efektif:
1. Meminta pasien untuk membuka pertanyaan tentang apa yang mereka ingin tanyakan
2. Mendengarkan secara aktif dan reseptif pada setiap pasien
3. Menginformasikan pasien tentang pilihan dan peluang mereka
4. Menghormati pilihan dan pengambilan keputusan pasien dan menawarkan bantuan
yang sesuai
Selain itu, perawat dapat meningkatkan motivasi klien sebagai peserta didik
melalui beberapa cara, yaitu:
1. Dengan mengaitkan pembelajaran dengan sesuatu yang klien anggap bernilai dan
membantunya melihat relevansi dari pembelajaran tersebut
2. Dengan membantu klien meneiptakan situasi belajar yang menyenangkan dan tidak
mengancam
3. Dengan mendorong upaya pengarahan-diri dan kemandirian
4. Dengan menunjukkan sikap positif tentang kemampuan klien untuk belajar
5. Dcngan memberikan dukungan serta motivasi yang berkelanjutan saat klien mencoba
untuk belajar (misal penguatan positif)
6. Dengan membantu klien mengidentifikasi manfaat dari perubahan perilaku.
F. Peran Perawat kepada Klien Mencapai kebutuhan
Peran perawat adalah mendukung hak individu untuk mengetahui status kesehatan
mereka dan untuk menilai serta membantu respons fisik, psikososial, dan spiritual
seseorang terhadap pengetahuan tersebut. Perawat juga memberikan bimbingan
kesehatan dan konseling kesehatan berdasarkan minat dan keputusan individu. (Bandman
& Bandman, 2002).
Perawat sebagai pendidik memainkan peran kunci dalam meningkatkan kesehatan
bangsa dengan menerapkan pengetahuan tentang kesehatan. proses berubah, teori
pembelajaran. serta proses keperawatan dan penyuluhan sewaktu memberikan
penyuluhan pada klien dan keluarga. Mendidik orang merupakan bagian integral dari
peran perawat dalam setiap praktik yang mengatur sekolah, komunitas, tempat kerja,
tempat persalinan perawatan kesehatan dan rumah. Pendidikan kesehatan melibatkan
tidak hanya menyediakan informasi yang relevan, namun juga memfasilitasi perubahan
perilaku terkait kesehatan.
Perawat yang menggunakan prinsip pendidikan kesehatan dapat membantu orang
dalam mencapai tujuan kesehatan mereka yang sesuai dengan gaya hidup, nilai, dan
kepercayaan pribadi mereka. Sebagai seorang pendidik, perawat membantu klien
mengenal kesehatan dan prosedur asuhan kesehatan yang perlu mereka lakukan guna
memulihkan atau memelihara kesehatan tersebut. Perawat mengkaji kebutuhan belajar
dan kesiapan belajar klien, menentukan tujuan belajar khusus bersama kilen, menerapkan
strategi pendidikan, dan mengukur hasil belajar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Bastable, Susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pembelajaran dan


Pengajaran. Jakarta: EGC.

Edelman, C. L., Kudzman, E. C., dan Mandle, C. L. 2017. Health Promotion Throughout the
Life Span (9th Edition). St. Louis: Elsevier.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A. J., dan Snyder. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik (Edisi Ke-7). Jakarta: EGC.

Nies, M. A. dan McEwen, M. 2015. Community/Public Health Nursing: Promoting the


Health of Population (6th Edition). St. Louis: Elsevier.

Stuart, Gail W. (2013). Principles And Practice Psychiatric Nursing 10th Edition. St Louis,
Missouri: Elsevier.

Timby, Barbara Kuhn. (2013). Fundamental Nursing Skills And Concepts 10th Edition. USA:
Library Of Congress Cataloging In Publication Data.

Anda mungkin juga menyukai