Anda di halaman 1dari 19

UPAYA PENCEGAHAN

PRIMER, SEKUNDER, DAN


TERSIER PADA SISTEM
REPRODUKSI
NS. NEDRA WATI ZALY, S.KEP., M.KEP
UPAYA PENCEGAHAN PRIMER

• Pencegahan primer adalah pencegahan yang sebenarnya, pencegahan ini dilakukan sebelum
terjadi penyakit dan gangguan fungsi dan diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan
mental.
• Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu
penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer juga diartikan sebagai
bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada seseorang dengan faktor risiko.
• Tahap pencegahan primer diterapkan dalam fase pre pathogenesis yaitu pada keadaan dimana
proses penyakit belum terjadi
• Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah dengan promosi kesehatan dan spesific
protection.
SPESIFIC PROTECTION

1. Pencegahan HIV
2. Pencegahan kanker payudara
3. Pencegahan Vulvaginitis
4. Pencegahan Gonorrhea
5. Pencegahan Sifilis
6. Pencegahan Herpes Genitalia
7. Pencegahan Kanker Serviks
1. PENCEGAHAN HIV

• Untuk menurunkan angka kasus HIV/A IDS di Indonesia, ada rumus ABCDE yang
selama ini disosialisasikan sebagai cara pencegahan HIV/AIDS oleh Kementerian
Kesehatan RI:
• A (abstinance): tidak berhubungan seks di luar nikah
• B (be faithful): saling setia pada pasangan
• C (condom): penggunaan kondom saat berhubungan seksual
• D (don't use drugs): tidak memakai narkoba
• E (education): aktif mencari informasi yang benar
2. PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA

• Merupakan promosi kesehatan yang sehat.


• Yaitu melalui upaya menghindarkan diri dari faktor risiko serta melakukan pola
hidup sehat.
• Termasuk juga dengan pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI.
3. PENCEGAHAN VULVAGINITIS

a. Gunakan celana dalam bersih, tidak ketat dan kering


b. Membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang air besar dengan air
bersih (gunakan air mengalir kalau sedang di toilet umum), cara pembersihan
dengan gerakan dari depan ke belakang
c. Hindari penggunaan bahan kima atau parfum yang biasanya terdapat pada
sabun pembersih kewanitaan atau sabun mandi
d. Jangan menggunakan pembalut yang mengandung perfum
e. Jangan mengusap area vagina terlalu keras saat membersihkan
4. PENCEGAHAN GONORRHEA

• Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain


a. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
b. Hindari kontak seksual dengan beberapa orang yang memiliki resiko penyakit
seksual menular ( seperti pekerja seks komersil)
c. Obati sedini mungkin patner yang sudah terkena infeksi atau pastikan partner
seksual bebas dari penyakit sebelum berhubungan seksual
5. PENCEGAHAN SIFILIS

• sifilis dapat dicegah dengan cara melakukan hubungan seksual secara aman,
misalnya menggunakan kondom
6. PENCEGAHAN HERPES GENITALIA

• Cara untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang untuk mencegah
penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi
dengan HSV, yang sangat menular, pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk
mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi
hubungan seksual denagn hanya satu orang yang bebas infeksi.
7. PENCEGAHAN KANKER SERVIKS

• Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu bergati pasangan seksual lebih dari satu dan
berhubungan seks dibawah usia 20 karena secara fisik seluruh organ intim dan yang terkait
pada wanita baru matang pada usia 21 tahun.
• Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah berhubungan seksual, dianjurkan
untuk melakukan tes HPV, Pap Smear, atau tes IVA, untuk mendeteksi keberadaan Human
Papilloma Virus (HPV), yang merupakan pencetusnya penyakit kanker serviks.
• Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, atau anak-anak perempuan dan laki-laki
yang ingin terbentengi dari serangan virus HPV, bisa menjalani vaksinasi HPV. Vaksin HPV
dapat mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18. Dan dapat diberikan mulai dari usia 9-26 tahun,
dalam bentuk suntikan sebanyak 3 kali (0-2-6 bulan).
• Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta menjalani gaya hidup sehat (berolahraga)\
UPAYA PENCEGAHAN SEKUNDER

• Pencegahan sekunder berfokus pada individu yang mengalami masalah


kesehatan atau penyakit, dan individu yang beresiko mengalami komplikasi atau
kondisi yang lebih buruk. Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan
pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara
menghindarkan atau menunda akibat yang timbul dari perkembangan penyakit.
• Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya
adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan
menderita penyakit tertentu.
TUJUAN PENCEGAHAN SEKUNDER

• Tujuan pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.
• Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada fase awal
patogenik yang bertujuan untuk:
1. Mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan penyakit pada tahap ini
2. Mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit bila penyakit ini
merupakan penyakit menular
3. Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit serta
untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat
yang lebih buruk lagi.
PENCEGAHAN SEKUNDER TERDIRI DARI

1. Diagnosis dini dan pengobatan segera


2. Pembatasan ketidakmampuan (disability limitation)
1. DIAGNOSIS DINI DAN PENGOBATAN SEGERA

• Contohnya adalah pap smear, merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi gejala


kanker serviks secara dini. Dengan melakukan pemeriksaan pap smear setiap
tahun, jika ditemukan adanya kanker serviks baru pada tahap awal sehingga
kesempatan untuk sembuh lebih besar. Artinya semakin dini penyakit kanker
serviks diketahui maka semakin mudah menanganinya.
• Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara mendeteksi dini
penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka segera dilakukan
pemeriksaan diagnostic untuk memastikan diagnosa seperti pemeriksaan biopsy,
USG atau mamografi.
1. DIAGNOSIS DINI DAN PENGOBATAN SEGERA
LANJUTAN…
• Tujuan utama dari upaya yang dilakukan ini adalah:
1. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit
sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
2. Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
3. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit
2. PEMBATASAN KETIDAKMAMPUAN (DISABILITY LIMITATION)

• Disability Limitation (pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan


kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu masalah kesehatan dan penyakit). Usaha ini
merupakan lanjutan dari usaha Early diagnosis And Promotif Treatment yaitu dengan
pengobatan dan perawatan yang sempuran agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat
(tidak terjadi komplikasi).
• Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat dan
fungsi dari alat tubuh yang cacat dapat dipertahankan semaksimal mungkin.
• Hal ini juga dapat disebabkan karena tidak lengkapnya pemeriksaan dan pengobatan terhadap
penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang
bersangkutan cacat atau mengalami ketidak mampuan. Sehingga sangat diperlukan pendidikan
kesehatan juga pada tahap ini.
TUJUAN PENCEGAHAN TERSIER

• Pencegahan tersier dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan yang permanen
dan tidak dapat disembuhkan. Kegiatan ini ditujukan untuk melaksanakan tindakan rehabilitasi
yang bertujuan membantu klien mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan
keterbatasan yang ada akibat penyakit atau kecacatan.
• Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari pencegahan
tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi.
• Menurut Kodim dkk (2004), tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi
penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah ditegakkan.
• Pencegahan tersier terhadap penyakit masalah sistem reproduksi dapat dengan melakukan
perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan terapi untuk meminimalisis kecacatan.
• Pencegahan tersier adalah rehabilitasi.
REHABILITASI TERDIRI ATAS

1. Rehabilitasi fisik yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal -
maksimalnya.
2. Rehabilitasi mental yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat
badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental.Untuk hal ini bekas penderita perlu
mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelumkembali ke dalam masyarakat.
3. Rehabilitasi sosial vokasional yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan
dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal- maksimalnya sesuai dengan
kemampuan dan ketidak mampuannya.
4. Rehabilitasi aesthesis yaitu usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan
UPAYA PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, DAN
TERSIER PADA SISTEM REPRODUKSI WANITA
1. Kegel Exercise
2. Nutrisi gizi seimbang
3. Manajemen Stres

Anda mungkin juga menyukai