Anda di halaman 1dari 49

Upaya-upaya Pencegahan pada Sistem Reproduksi

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan dilakukan
sebelum terjadi penyakit dan gangguan fungsi dan
diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan
mental
Pencegahan primer meliputi segala bentuk
kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu
penyakit atau gangguan sebelum terjadi.
Pencegahan primer juga diartikan sebagai bentuk
pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit
pada seseorang dengan faktor risiko.
Tahap pencegahan primer diterapkan dalam
fase pre pathogenesis yaitu pada keadaan
dimana proses penyakit belum terjadi atau
belum mulai

Pencegahan pada tahap ini dilakukan dengan


bentuk promosi kesehatan seperti penyuluhan
dan spesific protection misalnya dengan
pendidikan kesehatan reproduksi tentang
menghindari seks bebas kanker serviks dll
Pencegahan Primer pada Wanita a.l:

1.Pencegahan HIV

A (abstinace): tidak berhubungan seks di luar nikah.


B (be faithful): saling setia pada pasangan
C (condom): penggunaan kondomsaat berhubungan seksual
D (don't use drugs): tidak memakai narkoba
E (education): aktif mencari informasi yang benar

2.Pencegahan Kanker Payudara


Melalui upaya menghindarkan diri dari faktor risiko serta
melakukan pola hidup sehat.
Termasuk juga dengan pemeriksaan payudara sendiri alias
SADARI.
3. Pencegahan Vulvavaginitis

a. Gunakan celana dalam bersih, tidak ketat dan kering


b. Membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang
air besar dengan air bersih (gunakan air mengalir
kalau sedang di toilet umum), cara pembersihan
dengan gerakan dari depan ke belakang
c. Hindari penggunaan bahan kima atau parfum yang
biasanya terdapat pada sabun pembersih kewanitaan
atau sabun mandi
d. Jangan menggunakan pembalut yang mengandung
perfume
e. Jangan mengusap area vagina terlalu keras saat
membersihkannya
4. Pencegahan Gonorrhea
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara
lain
a.Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
b.Hindari kontak seksual dengan beberapa orang yang
memiliki resiko penyakit seksual menular ( seperti pekerja
seks komersil)
c.Obati sedini mungkin patner yang sudah terkena
infeksi atau pastikan patner seksual bebas dari penyakit
sebelum berhubungan seksual

5. Pencegahan Sifilis
Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis
dapat dicegah dengan cara melakukan hubungan
seksual secara aman, misalnya menggunakan kondom.
6. Pencegahan Herpes Genitalis

Cara untuk mencegah herpes genital terhindar


terinfeksi dengan HIV, yang sangat menular, pada
waktu ada lesi.
Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah
menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau
membatasi hubungan seksual dengan hanya satu
orang yang bebas infeksi.
Cara yang dapat dilakukan antara lain :
a.Gunakan, atau pasangan gunakan, sebuah kondom
lateks selama setiap kontak seksual
b.Batasi jumlah pasangan seks
c.Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena
herpes di daerah genital atau di mana pun
7. Pencegahan Kanker Serviks

a.Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu berganti


pasangan seksual lebih dari satu dan tidak berhubungan
seks di bawah usia 20 karena secara fisik seluruh organ
intim dan yang terkait pada wanita baru matang pada
usia 21 tahun.
b.Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah
berhubungan seksual, dianjurkan untuk melakukan tes HPV,
Pap Smear, atau tes IVA, untuk mendeteksi keberadaan
Human Papilloma Virus (HPV), sebagai penyebab terjadinya
kanker serviks.
c.Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, mencegah
terjadinya HPV dengan menjalani vaksinasi HPV. Vaksin HPV
diberikan mulai usia 9 – 26 tahun, dalam bentuk suntikan
sebanyak 3 kali (0 – 2 – 6 bulan).
d.Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta
menjalani gaya hidup sehat (berolahraga).
2. Pencegahan Sekunder 
Pencegahan sekunder berfokus pada individu yang mengalami
masalah kesehatan atau penyakit, dan individu yang beresiko
mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih buruk.
Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan
pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan
dengan cara menghindarkan atau menunda akibat yang timbul dari
penyakit.
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran
utamanya adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau
yang terancam akan menderita penyakit tertentu.
Tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat.
Dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini atau dengan melakukan skrinning.
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang
dilakukan pada fase awal patogenik yang bertujuan
untuk:
1.Mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna
menghentikan penyakit pada tahap ini
2.Mencegah penyebaran penyakit menurunkan
intensitas penyakit bila penyakit ini merupakan
penyakit menular
3.Mengobati dan menghentikan proses penyakit,
menyembuhkan orang sakit serta untuk mencegah
penyakit menjadi berkelanjutan hingga
mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk
Pencegahan sekunder terdiri dari:
Diagnosis dini dan pengobatan segera
Contohnya adalah pap smear, merupakan pemeriksaan
untuk mendeteksi gejala kanker serviks secara dini.
Semakin dini penyakit kanker serviks diketahui maka
semakin mudah menanganinya.
Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari
sebagai cara mendeteksi dini penyakit kanker.
Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka segera
dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk memastikan
diagnosa seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi
atau kolposcopy.
Beberapa usaha deteksi dini di antaranya:
a.Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam
pemeriksaan : misalnya pemeriksaan darah, roentgent paru-
paru dan sebagainya serta segera memberikan pengobatan
b.Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan
penderita penyakit yang telah berhubungan dengan penderita
penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar
derita penyakitnya timbul dapat segera diberikan
pengobatan.
c.Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat
mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan segera
mencari pengobatan.
d.Disability Limitation (pembatasan kecacatan dan
berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja
yang diakibatkan suatu masalah kesehatan dan penyakit). Bila
sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut
tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini
dipertahankan semaksimal mungkin.
3.  Pencegahan Tersier
Dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidak
mampuan yang permanen dan tidak dapat disembuhkan.
Kegiatan ini ditujukan untuk melaksanakan tindakan
rehabilitasi yang bertujuan membantu klien mencapai
tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan
keterbatasan yang ada akibat penyakit atau kecacatan.
Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi
kembali.
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah
mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi.
Pencegahan testier biasanya diarahkan pada individu
yang telah positif menderita kanker payudara.
Pencegahan tersier dilakukan dengan melakukan tindakan
pengobatan dan mencegah komplikasi lebih lanjut
Rehabilitasi ini terdiri atas:
1.Pencegahan Tersier dengan Rehabilitasi fisik yaitu agar
bekas penderita memperoleh perbaikan fisik yang
maksimal.
2.Rehabilitasi mental yaitu agar bekas penderita dapat
menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan
social secara memuaskan.
3.sosial vokasional yaitu agar bekas Rehabilitasi penderita
menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat
dengan kapasitas kerja yang maksimal sesuai dengan
kemampuan dan ketidak mampuannya.
4.Rehabilitasi aesthesis yaitu usaha rehabilitasi
aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan walaupun kadang-kadang fungsi dari alat
tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan.
“PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI”
• Teraba benjolan
• Penebalan kulit
• Perubahan ukuran dan bentuk payudara
• Pengerutan kulit
• Keluar cairan dari puting susu
• Penarikan puting susu
• Nyeri
• Pembengkakan lengan atas
• Teraba benjolan pada ketiak atau di leher
1. Jika menemukan kelainan seperti yang
telah disebutkan di atas atau terasa
ada perubahan dibandingkan dengan
keadaan pada bulan sebelumnya, maka
segera periksakan diri ke layanan
kesehatan untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
2. Bagi wanita yang masih haid,
pemeriksaan dilakukan setelah selesai
haid.
3. Bila wanita sudah menopause, SADARI
dilakukan setiap tanggal tertentu yang
mudah diingat, misalnya setiap tanggal 1
atau setiap tanggal kelahiran.
A. Melihat Perubahan di Depan Cermin
Melihat pada cermin, bentuk dan
keseimbangan bentuk payudara
(simetris atau tidak).
Tahap 1
1. Periksa payudara dengan posisi kedua lengan
lurus ke bawah
– Melihat perubahan bentuk dan besarnya
payudara, perubahan puting susu, serta kulit
payudara di depan kaca.
– Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi
kedua lengan lurus ke bawah disamping badan
Perubahan pada puting susu
Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada
puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula
terjadi retak dan pembentukan celah-celah
Gambar – 2 Kerutan atau
Gambar – 1 Tampilan Payudara
(Kedua Tangan di Sisi Tubuh) Lekukan Pada Payudara
2. Angkat tangan ke belakang kepala,
gerakkan lengan kedepan secara
bersamaan, teliti apakah ada perubahan
bentuk payudara atau benjolan.
3. Menekan Pinggul.
Gunakan tangan untuk menekan pinggul ke
bawah. Perhatikan setiap perubahan
dalam ventuk, tekstur, maupun ukuran
payudara
Menegangkan otot-otot bagian dada dengan
berkacak pinggang/ tangan menekan
pinggul dimaksudkan untuk menegangkan
otot di daerah axilla
Tahap 2
Angkat lengan kiri, raba payudara kiri
dengan 3 jari kanan yang dirapatkan.
Lakukan pemeriksaan yang sama pada
payudara yang kanan
Tahap 3
Perabaan dapat dilakukan dengan cara:
Tekan lembut tetapi mantap payudara
dengan gerakan memutar searah jarum jam
darih arah keluar hingga kebagian puting
susu
Gerakkan jari pada payudara bagian atas
kebawah ataupun sebaliknya.
Gerakan jari dari area sekitar puting
menuju sisi luar payudara
Tahap 4
Pencet perlahan pada daerah sekitar
puting susu.
Amati perubahan yang terjadi, termasuk
keluarnya cairan tak normal.
Tahap 5
B. Pemeriksaan dengan Posisi Berbaring
• Berbaring dengan posisi tangan kiri
berada di bawah kepala, letakkan bantal
kecil di bawah bahu kanan, kemudian raba
seluruh permukaan payudara kiri dengan
gerakan seperti tahap 3
• Ulangi pada payudara sebelah kanan
Tahap 6
• Perhatikan khusus pada payudara
sebelah atas (pada ketiak) karena
daerah tersebut sering ditemukan
tumor.
• Segera memeriksakan diri bila ada
gejala yang mencurigakan
Perhatikan
• Pemeriksaan payudara sebaiknya
dilakukan beberapa hari setelah
menstruasi berakhir atau tanggal
yang mudah untuk diingat.
Skrining adalah tes dan pemeriksaan
untuk menemukan kanker pada orang-
orang yang belum menunjukkan gejala
kanker. 
Skrining sangat baik dilakukan pada
wanita yang memiliki faktor risiko untuk
kanker payudara, kanker serviks.
Test skrining dapat dilakukan dengan cara :
1.Pertanyaan/kuesioner
2.Pemeriksaan Fisik
3.Pemeriksaan Laboratorium
4.X-ray, termasuk Diagnostic Imaging
Syarat-syarat skrining :
1.Penyakit harus merupakan masalah kesehatan
yang penting
2.Harus ada cara pengobatan yang efektif
3.Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosis
4.Diketahui stadium prepatogenesis dan
pathogenesis
5.Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit
ketidaknyamanan, dapat diterima oleh masyarakat
6.Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit
7.Harus ada Policy yang jelas
8.Biaya harus seimbang, biaya skrining harus
sesuai dengan hilangnya konsekuaensi kesehatan
3 cara yang dapat membantu
mendeteksi kanker payudara
dan juga permasalahan lainnya
secara dini
1. MAMMOGRAM
Mammogram merupakan cara yang paling
efektif dalam mendeteksi ada tidaknya
kanker sejak dini.
Proses ini tidak menyakitkan, meskipun
akan kurang nyaman karena payudara akan
ditekan untuk beberapa saat.
Mamografi dilakukan bila ada indikasi, sebagai
berikut:
1.Skrining pada wanita yang mempunyai faktor
resiko tinggi untuk mendapat kanker payudara.
2.Jika massa / benjolan yang teraba pada
payudara tidak jelas.
3.Jika teraba adanya benjolan pada kelenjar
getah bening aksila (ketiak) dan supra klavikula
(diatas tulang klavikula / leher) walaupun tidak
disertai terabanya massa / benjolan pada
payudara.
4.Wanita usia 40 - 50 tahun dilakukan 2 tahun
sekali, sedangkan lebih dari 50 tahun dilakukan
setahun sekali
2.PEMERIKSAAN KLINIS
Ini merupakan pemeriksaan payudara
secara klinis oleh ahli kesehatan.

3.PEMERIKSAAN SENDIRI (SADARI)


Pemeriksaan dilakukan secara pribadi
dengan mengenali payudara sendiri sehingga
dapat mendeteksi dengan cepat
Apabila terjadi perubahan dan dapat
segera menindak lanjutinya.
Jadwal Pemeriksaan Payudara
Umur Jenis Tes & Frekuensi

40 tahun ke Mammogram tahunan dan


atas Pemeriksaan Klinis

20 - 39 Tahun Pemeriksaan Klinis


setidaknya per tiga tahun
Awal 20 Tahun Pemeriksaan Sendiri secara
berkala
Pemeriksaan Radiologi yang lain yaitu:

Ultrasonografi (USG)

USG payudara adalah pemeriksaan payudara


menggunakan gelombang suara.
USG dapat membedakan benjolan berupa tumor
padat atau kista.
USG biasa digunakan untuk mengevaluasi masalah
payudara yang tampak pada mammogram dan lebih
direkomendasikan pada wanita usia muda (di bawah
30 tahun).
Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak
direkomendasikan untuk deteksi kanker payudara.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Wanita dengan risiko tinggi kanker payudara,


pemeriksaan MRI direkomendasikan bersamaan dengan
mammografi tahunan.
MRI menggunakan magnet dan gelombang radio untuk
memproduksi gambar irisan tubuh.
Pemeriksaan MRI akan jauh lebih bermanfaat bila
menggunakan zat kontras.
MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih
sensitif dari mammografi, tetapi MRI memiliki nilai
positif palsu yang lebih tinggi.
Sering muncul gambaran kelainan payudara yang
ternyata bukan kanker.
MRI tidak direkomendasikan sebagai alat skrining untuk
wanita tanpa risiko tinggi kanker payudara.
PET Scan (Positron Emission Tomography)

Adalah pemeriksaan terbaru yang dapat


menggambarkan anatomi dan metabolisme sel
kanker.
Zat kontras disuntikkan lewat vena dan akan
diserap oleh sel kanker.
Derajat penyerapan zat kontras oleh sel
kanker dapat menggambarkan derajat histologis
dan potensi agresivitas tumor.
PET Scan tidak direkomendasikan untuk
skrining rutin kanker payudara.
 Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan
yang akan diperiksa oleh dokter ahli
Patologi Anatomi.
 Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop
sehingga dapat ditentukan ada tidaknya
sel kanker.
 Biopsi dilakukan ketika tes lainnya
memberikan indikasi kuat terkena kanker
payudara.
Pemeriksaan Pap Smear
Pap smear ditemukan sekitar 40 tahun lalu oleh Dr.
Geroge Papanicolaou.
Waktu itu pap smear dilakukan untuk mengetahui
kondisi sel-sel dalam serviks (leher rahim) seorang
wanita.
Pap smear untuk mengetahui berbagai masalah dalam
rahim.
Pemeriksaan pap smear dilakukan dengan cepat, tidak
sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya
akurat.
Pemeriksaan pap smear dilakukan kapan saja, kecuali
pada masa haid atau sesudah petunjuk dokter, minimal
setahun sekali.
Pemeriksaan Visual dengan
Asam Asetat (IVA)

yaitu pemeriksaan leher rahim dengan cara


melihat langsung leher rahim setelah
memulas leher rahim dengan larutan asam
asetat 3-5 %.
Bila setelah pulasan asam asetat 3-5% ada
perubahan warna, yaitu tampak bercak
putih yang disebut dengan aceto white
ephitelum, maka kemungkinan ada kelainan
pada tahap pra kanker.
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan
untuk analisis IVA, yaitu:
1.IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
2.IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis),
atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
3.IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white
epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran
temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA
karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-
pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).
4. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini, untuk upaya
penurunan temuan stadium kanker serviks, masih
akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat
kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium
invasif dini (stadium IB-IIA).
Gambar:Berbagai hasil test IVA
• Wanita berisiko tinggi kanker payudara (lebih
dari 20% resiko seumur hidup) harus
mendapatkan pemeriksaan MRI dan mamografi
setiap tahun.
• Wanita dengan tingkat resiko moderat (15-20%
resiko seumur hidup) harus mendiskusikan dengan
dokternya tentang tambahan pemeriksaan MRI
pada mamografi tahunan mereka.
• Pemeriksaan MRI tahunan tidak disarankan bagi
wanita dengan resiko kanker kurang dari 15%.
• 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal
kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari
lima tahun setelah terdiagnosis direkomendasikan
agar para wanita menjalani ‘sadari’

Anda mungkin juga menyukai