Disusun oleh :
Strategi promosi kesehatan secara global dari WHO (1984) dikenal dengan
strategi ABG (Advokasi, Bina suasana, Gerakan masyarakat). Advokasi kesehatan
merupakan upaya pendekatan kepada pimpinan atau pengambil keputusan supaya
dapat memberikan dukungan, kemudahan dan semacamnya pada upaya
pembangunan kesehatan. Bina suasana merupakan upaya membuat suasana yang
kondusif atau menunjang pembangunan kesehatan sehingga masyarakat terdorong
untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Gerakan masyarakat merupakan
upaya memandirikan individu, kelompok, masyarakat agar berkembang
kesadaran, kamauan dan kemampuan di bidang kesehatan atau agar secara
proaktif, masyarakat mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Secara manual yang dimaksud wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang
keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun.
Dimanan dalam masa ini petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan pada
WUS yang memiliki masalah mengenai organ reproduksinya. Petugas kesehatan
harus menjelaskan mengenai personal hyegiene yaitu pemeliharaan keadaan alat
kelaminnya dengan rajin membersihkan dan penyakit yang dapat diakibatkan dari
hal tersebut. WUS dianjurkan untuk menjaga diri agar tidak terikut menjadi WTS
(Wanita Tunasusila).
1. Penyakit Gonorhoe
2. Penyakit Sifilis
3. Radang Panggul
4. Kanker pada vagina, kanker payudara , kanker ovarium . Dan masih banyak
penyakit yang rentan di alami pada wanita di usia subur .
Berikut ini adalah contoh promosi kesehatan wanita di usia subur dan dalam masa
childbearing dengan mengangkat tema :
SADARI
( periksa payudara sendiri )
Pada saat melakukan SADARI, keadaan yang harus menjadi perhatian adalah :
1. Teraba benjolan
2. Penebalan kulit
6. Nyeri
3. Suara
4. Aroma
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
d. Tugas perkembangan Childbearing
d) Peningaktan perselisihan
1. Rahim
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur sisa
ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu pekan darah
berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning kecoklatan lalu lendir
keruh sampai keluar cairan bening di akhir masa nifas. Darah nifas yang
berbau sangat amis atau busuk dapat menjadi salah satu petunjuk adanya
infeksi dalam rahim.
4. Payudara
5. Sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain
khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat
penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun usahakan tetap kencing
secara teratur, buang rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang
terlalu penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi
perdarahan.
6. Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan
menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB
(buang air besar). Terkadang muncul wasir atau ambein pada ibu setelah
melahirkan, ini kemungkinan karena kesalahan cara mengejan saat bersalin
juga karena sembelit berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan. Dengan
memperbanyak asupan serat (buah-sayur) dan senam nifas insyaalloh akan
mengurangi bahkan menghilangkan keluhan ambein ini.
7. Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin
(keeping darah) akan berkurang, ini akan normal kembali setelah 1 minggu.
Tekanan dan jumlah darah ke jantung akan lebih tinggi dan kembali normal
hingga 2 pekan.
9. Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam
akan kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi panas tinggi, karena
dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi atau tanda bahaya lain.
Hal ini juga diperkuat oleh sebuah jurnal yang dikemukan oleh (Tengland,
2010) bahwa promosi kesehatan terutama berkaitan dengan mempromosikan
kesehatan yang positif, khususnya melalui meningkatkan kesehatan sebagai lawan
mencegah penyakit melalui penghapusan terhadap factor pathogen. Pelayanan
keperawtan yang berorientasi kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
dapat dipahami melalui berbagai aktivitas kesehatan menurut Pender (1993) dalam
Potter & Perry (2005), pencegahan penyakit digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan yang sebenarnya, pencegahan ini
dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguan fungsi dan diberikan kepada
klien yang sehat secara fisik dan mental
Contoh :
Dilakukan pada orang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari kontak
karsinogen dan berbagai faktor risiko, serta melaksanakan pola hidup sehat
untuk menurunkan insidens kanker payudara yang dapat dilakukan dengan
cara :
Contoh :
Pencegahan ini dapat dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan deteksi dini.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan
yang permanen dan tidak dapat disembuhkan. Kegiatan ini ditujukan untuk
melaksanakan tindakan rehabilitasi yang bertujuan membantu klien mencapai
tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada akibat
penyakit atau kecacatan.
Contoh :