Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2019). Tanda dan gejala yang sering dialami Gejala yang dapat diamati atau dirasakan oleh
orang yang terkena penyakit kanker payudara ini antara lain adanya semacam benjolan yang
tumbuh pada payudara, yang lama kelamaan bisa menimbulkan rasa nyeri dan mendenyut.
Gejala lainnya seperti munculnya benjolan tidak normal, pembengkakan, rasa nyeri di bagian
putting, pembengkakan kelenjar getah bening, keluar cairan aneh di putting, dan putting
tenggelam (nipple retraction)(Claudino and Biganzoli, 2007)
KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data Kanker di
Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan
Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan
angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar
92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari
kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan
frekuensi sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang
lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang
upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi
yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.
Penyebab dari kanker payudara belum dapat dijelaskan secara pasti, namun sudah banyak
penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan
resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara. Faktor resiko yang paling sering
dikaitkan dengan kanker payudara yaitu keadaan hormonal (esterogen dominan dan genetic),
sedangkan beberapa faktor resiko yang lain yaitu :
Setelah kita mengetahui penyebab dan pencegahan dari kanker payudara selanjutnya
yang juga tidak kalah penting sebagai dasar pengetahuan dari kanker payudara yaitu cara untuk
mengetahui dan mendeteksi apakah seorang wanita tengah menderita kanker payudara. Deteksi
awal atau yang biasa disebut sebagai metode SADARI (periksa payudara sendiri) harus
dilakukan secara dini dengan melihat serta meraba payudara. Jika kanker tersebut kita temui
secara dini dan segera mendapat penanganan secara cepat dan tepat maka harapan untuk sembuh
hampir mendekati 100% loh! Maka dari itu, pendeteksian ini harus segera dilakukan secara rutin
setiap 1 bulan sekali dan sebaiknya dilakukan pada hari ke 7 sampai 10 hari yang dihitung dari
awal menstruasi. Kalian bisa memulai melakukan pendeteksian ini sejak haid pertama kalian
atau dari usia 12 tahun.
Untuk melakukan SADARI cukup mudah dan cara ini bisa kalian lakukan secara mandiri di
rumah. Terdapat 6 langkah yang bisa kalian lakukan, mari simak langkah-langkah tersebut.
1. Amati dengan teliti payudara di depan cermin, tanpa berpakaian dengan kedua tangan
diangkat keatas kepala. Perhatikan bila ada benjolan, perubahan bentuk pada kulit dan
puting, serta payudara secara keseluruhan. Amati dengan teliti, karena kalian sendiri yang
mengetahui dan lebih mengenal bentuk tubuh kalian.
2. Rapatkanlah telapak tangan dengan kuat sehingga payudara menonjol ke depan dan amati
kembali apakah ada benjolan, kulit mengerut seperti kulit jeruk atau cekungan seperti
lesung pipi dan puting susu yang tertarik ke dalam.
3. Pencet dan urutlah pelan-pelan daerah di sekitar puting sampai ke arah ujung puting dan
amatilah apakah keluar cairan yang tidak normal, seperti putih kekuning-kuningan yang
terkadang bercampur darah seperti nanah. Pada wanita menyusui, bedakan dengan ASI
4. Pada posisi berbaring letakkan bantal dibelakang punggung, Tangan kanan diletakkan
dibelakang kepala, dan gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara sebelah kanan
5. Rabalah dengan ujung dari tiga jari tengah yang dirapatkan. Lakukan gerakan memutar
dengan tekanan lembut tetapi mantap, dimulai dari pinggir luar sampai ke puting dengan
mengikuti arahputaran jarum jam.
6. Lakukan hal yang sama seperti pada gambar 4 dan 5, tetapi dengan tangan kiri dibawah
kepala, sedang tangan kanan meraba payudara kiri Anda
Perubahan dan kepadatan pada payudara memang sering kali terjadi terutama pada sebelum
dan selama masa menstruasi yang membuat payudara terasa lebih kencang dan padat. Perubahan
dapat pula terjadi pada masa menopause, payudara akan menjadi kendur dan lembut. Karena hal
itu kepekaan pada perubahan bentuk tubuh yang tidak normal harus di sadari dan selalu waspada
terhadap segala bentuk perubahan yang terjadi. Jika ditemukan terdapat benjolan atau perubahan
yang tidak normal pada payudara segera periksakan perubahan yang ada pada dokter.
Referensi :
CLAUDINO, W.M., BIGANZOLI, L., 2007. Cancer: Principles and Practice of Oncology,
European Journal of Cancer Care. https://doi.org/10.1111/j.1365-2354.2006.00680.x
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara
(Breast Cancer Treatment Guideline). J. Kesehat. Masy. 4, 1–50.
Kemenkes RI. (2016). Enam Langkah SADARI untuk Deteksi Dini Kanker Payudara. (Online).
Diakses dari http://www.p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/enam-langkah-sadari-untuk-deteksi-
dini-kanker-payudara.
Kemenkes RI. (2020). Mengapa harus melakukan SADARI?. (Online). Diakses dari
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainan-
darah/page/5/mengapa-harus-melakukan-sadari.
Kemenkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2015
Tentang Penanggulangan Kanker Payudara Dan Kanker Leher Rahim.
Kemenkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2015
Tentang Penanggulangan Kanker Payudara Dan Kanker Leher Rahim