Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN SINDROM


STEVEN JOHNSON DAN
SISTEMIC LUPUS
ERITEMATOSUS

Kelompok 1
DEFINISI
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ)
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di
orifisium, dan mata dengan keadaan umum yang bervariasi dari ringan hingga berat (Nastiti,
2019). Sindrom Steven Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir
diorifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Kelainan
pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura. (Muttaqin, 2012).

Etiologi
Menurut (Porth & Maffin, 2009 dalam Brunner & Suddarth,
2010) sindrom steven johnson dipicu oleh reaksi obat.
Etiologinya tidak diketahui, tetapi kemungkinan
berhubungan dengan sistem imun dan bisa berupa suatu
reaksi terhadap obat atau kelainan sekunder akibat infeksi
virus. Antibiotik, antikonvulsan, butazon dan sulfonamid
merupakan obat yang paling sering terlibat.
Patofisiologi
Patogenesisnya belum jelas, diperkirakan karena reaksi alergi tipe III
dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya kompleks antigen-
antibodi yang membentuk mikropresipitasi sehingga terjadi aktivasi
sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi netrofil yang kemudian
melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ
sasaran. Reaksi tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersensitisasi
berkontak kembali dengan antigen yang sama, kemudian limfokin
dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang (Muttaqin, 2012).
Manifestasi KLINIK
Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) tanda-tanda awal
sindrom steven johnson antara lain konjungtiva terasa panas
atau gatal, nyeri tekan kutaneus, demam, sakit kepala,
batuk, sakit tenggorokan, malaise ekstrem, dan mialgia
(nyeri dan sakit). Dilanjutkan dengan awitan eritema yang
cepat yang mengenai sebagian besar
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan untuk mendukung ditegakkannya diagnosis sindrom steven
johnson menurut (Kusuma & Nurarif, 2015), yaitu :

1. Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia. Bila


disangka penyebabnya infeksi dapat dilakukan kultur darah.
2. Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema, dan
esktravasasi sel darah merah. Degenerasi lapisan basalis. Nekrosis sel
epidermal dan spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
3. Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh darah dermal
superficial serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
Penatalaksanaan
Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) sasaran penanganan antara lain
mengontrol keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah sepsis, dan
mencegah komplikasi pada mata. Fokus utama penanganan adalah pemberian

asuhan yang suportif, diantaranya yaitu :


1. Semua pengobatan yang tidak penting dihentikan dengan segera.
2. Jika memungkinkan, pasien dirawat di pusat pengobatan luka bakar.
3. Operasi debridemen atau hidroterapi yang dilakukan di awal untuk
mengangkat kulit yang rusak.
4. Sumpel jaringan dari nasofaring, mata, telinga, darah, urine, kulit, dan
lepuhan yang tidak pecah digunakan untuk mengidentifikasi pathogen.
5. Cairan intravena diberikan untuk mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
Kasus : Stevens Johnson Syndrome

Seorang perempuan Nn. RR berusia 24 tahun datang ke UGD


RSUD SS dengan keluhan bibir melepuh sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit (SMRS). Keluhan disertai dengan mata
perih dan sulit dibuka serta kulit wajah terasa panas dan
sekujur tubuh terasa menggigil. Pasien merasakan bibirnya
melepuh seperti terbakar sehingga ia menjadi sulit untuk
makan dan berbicara.
--selanjutnya--

Satu minggu SMRS, pasien merasakan tidak enak badan dan sakit
kepala, saat itu pasien hanya minum obat dari warung
(Paracetamol). Sore harinya pasien merasakan panas pada
wajahnya lalu muncul gelembung-gelembung berisi air berukuran
kecil seperti cacar air pada wajah, leher, dada, dan punggung
bawah. Sejak 5 hari SMRS, gelembung pada wajah, leher, dada,
dan punggung bawah pasien pecah dan menjadi bercak-bercak
kehitaman. Pasien juga merasakan perih dan gatal pada wajah,
leher dada, dan punggung bawahnya.
--selanjutnya--

Keluhan seperti ini sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit


tumor, hipertensi, kencing manis, dan penyakit berat lainnya
disangkal. Riwayat alergi dan asma bronkhial disangkal. Riwayat
penyakit seperti ini pada keluarga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
berat, kesadaran komposmentis, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 84
x/menit, RR: 17 x/menit dan Suhu : 36,1 ˚C.
Pada pemeriksaan status kesehatan secara umum (generalis):
kepala, leher, toraks, abdomen, dan ekstremitas dalam batas
normal.
--selanjutnya--

dermatologis didapatkan pada regio fasial,
Pada pemeriksaan status
regio coli pars anterior, regio toraks, regio abdomen pars epigastrium
dan, regio lumbal, terdapat krusta hemoragik, sedikit tebal, sulit
dilepas, batas ireguler, multipel, ukuran 0,5 sampai 1 cm. Pada regio
coli pars anterior dan toraks, terdapat bula flaccid [Nikolsky sign (-)],
berukuran 0,5 sampai 1 cm, multipel, iregular, diskret, simetris. Pada
regio labiaris superior ad inferior terdapat krusta hemoragik, multiple,
tebal, sulit dilepas, batas irregular, sebagian erosi, berukuran 0,5
sampai 1 cm. Total Body Surface Area yang terkena yaitu: Regio
kepala-leher 3% dan regio trunkus 3% sehingga jumlahnya 6%.
Lampiran Gambar
Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan:

hemoglobin 13,1 gr/dL,


hematokrit 40%,
eritrosit 5,4 juta/µL,
leukosit 12.900/µL,
trombosit 194.000/µL,
ureum 19, Kreatinin 28
SGOT 16 u/L, SGPT 28 u/L,
Kalium 4 mEq/L.
Penatalaksanaan umum pada
pasien meliputi:
1.) PERAWATAN DI TEMPAT KHUSUS UNTUK MENCEGAH
INFEKSI,
2.) MENGIDENTIFIKASI DAN MENGHENTIKAN PENGGUNAAN
OBAT PENYEBAB, SERTA
3.) MEMBERIKAN INFORMASI MENGENAI PENYAKIT PASIEN.
4.) PASIEN DAN KELUARGA JUGA DIBERIKAN EDUKASI BAHWA
PENYAKIT INI BUKANLAH PENYAKIT MENULAR, MELAINKAN
DISEBABKAN KARENA ADANYA ALERGI OBAT, SEHINGGA
DIPERLUKAN IDENTIFIKASI OBAT YANG DIKONSUMSI OLEH
PASIEN. BILA GEJALA MUNCUL, SEBAIKNYA PASIEN SEGERA
DIBAWA KE RUMAH SAKIT.
Penatalaksanaan khusus meliputi:
pemberian IVFD RL 20 tetes/menit,
kortikostreroid topikal Triamsinolon 0,1% yang dioleskan
pada bibir pasien dan
kortikosteroid sistemik berupa deksametason dengan dosis
awal 5 mg/8 jam yang diberikan selama 7 hari, lalu
dilakukan tappering off sampai dosis 5 mg/hari , kemudian
diganti dengan kortikosteroid oral saat pasien pulang.
Diberikan pula antibiotik sistemik berupa gentamisin 80
mg/12 jam diberikan selama 5 hari.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN Stevens Johnson Syndrome

Identitas Pasien
Nama : Nn. RR
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : -
Suku/Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : -
Alamat : -
No. RM : 02051304
Tanggal Masuk : -
RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
keluhan bibir melepuh sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
(SMRS). Keluhan disertai dengan mata perih dan sulit dibuka serta
kulit wajah terasa panas dan sekujur tubuh terasa menggigil. Pasien
merasakan bibirnya melepuh seperti terbakar sehingga ia menjadi
sulit untuk makan dan berbicara.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Keluhan disertai dengan mata perih dan sulit dibuka serta kulit wajah
terasa panas dan sekujur tubuh terasa menggigil. Pasien merasakan
bibirnya melepuh seperti terbakar sehingga ia menjadi sulit untuk
makan dan berbicara.
Riwayat Kesehatan
3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Keluhan seperti ini sebelumnya disangkal.


Satu minggu SMRS, pasien merasakan tidak enak badan dan sakit kepala,
saat itu pasien hanya minum obat dari warung (Paracetamol). Sore harinya
pasien merasakan panas pada wajahnya lalu muncul gelembung-gelembung
berisi air berukuran kecil seperti cacar air pada wajah, leher, dada, dan
punggung bawah. Sejak 5 hari SMRS, gelembung pada wajah, leher, dada,
dan punggung bawah pasien pecah dan menjadi bercak-bercak kehitaman.
Pasien juga merasakan perih dan gatal pada wajah, leher dada, dan
punggung bawahnya.
Riwayat Kesehatan
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit seperti ini pada keluarga disangkal.

5. Riwayat Pengobatan
Saat itu pasien hanya minum obat dari warung (Paracetamol).
REVIEW of SISTEM (ROS)

Keadaan umum : Tampak sakit berat


Kesadaran : Compos mentis
TB / BB : -
Tanda-tanda vital :
Ø TD: 120/80 mmHg
Ø Nadi: 84 x/menit,
Ø RR: 17 x/menit
Suhu : 36,1 ˚C.
Sistem Immune

Gejala (Subyektif) : keluhan bibir melepuh sejak


4 hari sebelum masuk rumah sakit, Keluhan
disertai dengan mata perih dan sulit dibuka serta
kulit wajah terasa panas dan sekujur tubuh terasa
menggigil. Pasien merasakan bibirnya melepuh
seperti terbakar sehingga ia menjadi sulit untuk
makan dan berbicara.
Sistem Immune

Tanda (Obyektif) :
Ø hemoglobin 13,1 gr/dL,
Ø hematokrit 40%,
Ø eritrosit 5,4 juta/µL, (+)
Ø leukosit 12.900/µL, (+)
Ø trombosit 194.000/µL,
Ø ureum 19, Kreatinin 28 (+)
Ø SGOT 16 u/L, SGPT 28 u/L,
Ø Kalium 4 mEq/L.

Sistem Integumen

Gejala (Subyektif) :
a. Riwayat Gangguan
Kulit : pasien merasakan panas pada wajahnya lalu
muncul gelembung-gelembung berisi air berukuran kecil seperti cacar air
pada wajah, leher, dada, dan punggung bawah. Sejak 5 hari SMRS,
gelembung pada wajah, leher, dada, dan punggung bawah pasien pecah
dan menjadi bercak-bercak kehitaman. Pasien juga merasakan perih dan
gatal pada wajah, leher dada, dan punggung bawahnya.
Keluhan Klien : Keluhan disertai dengan mata perih dan sulit dibuka serta
kulit wajah terasa panas dan sekujur tubuh terasa menggigil. Pasien
merasakan bibirnya melepuh seperti terbakar sehingga ia menjadi sulit
untuk makan dan berbicara.

Sistem Integumen
Tanda (Obyektif) :

a. Penampilan Lesi Kulit


: tampak gelembung-gelembung berisi air berukuran kecil
seperti cacar air pada wajah, leher, dada, dan punggung bawah. Tampak punggung
bawah pasien pecah dan menjadi bercak-bercak kehitaman.
b. Lokasi Lesi Kulit : wajah, leher, dada,punggung bawah
Regio : regio fasial, regio coli pars anterior, regio toraks, regio abdomen pars
epigastrium dan, regio lumbal, terdapat krusta hemoragik, sedikit tebal, sulit
dilepas, batas ireguler, multipel, ukuran 0,5 sampai 1 cm. Pada regio coli pars
anterior dan toraks, terdapat bula flaccid [Nikolsky sign (-)], berukuran 0,5 sampai 1
cm, multipel, iregular, diskret, simetris. Pada regio labiaris superior ad inferior
terdapat krusta hemoragik, multiple, tebal, sulit dilepas, batas irregular, sebagian
erosi, berukuran 0,5 sampai 1 cm. Total Body Surface Area yang terkena yaitu:
Regio kepala-leher 3% dan regio trunkus 3% sehingga jumlahnya 6%.

Sistem Sensori

Gejala (Subyektif) : pasien mengatakan bahwa


sistem sensori masih normal


Tanda (Obyektif) : pasien bisa mendengar dengan


normal, tidak bisa melihat dengan normal, bisa
merasakan rasa asin manis pahit dan merangsang
saat disentuh
ANALISA DATA
(D.0192) Gangguan integritas kulit / jaringan.
Inflamasi dermal & epidermal ditandai dengan
kelainan kulit ( eritema , vesikel , bula dan krusta).
DS:

•Pasien mengatakan wajah terasa panas dan sekujur tubuh terasa


menggigil.
•Pasien mengatakan panas pada wajahnya lalu muncul gelembung-
gelembung berisi air berukuran kecil seperti cacar air pada wajah, leher,
dada, dan punggung bawah.
• Sejak 5 hari SMRS, gelembung pada wajah, leher, dada, dan punggung
bawah
Lanjutan--
• pasien pecah dan menjadi bercak-bercak kehitaman.
• Pasien mengatakan mata perih dan sulit dibuka.
• Satu minggu SMRS ,Pasien mengatakan tidak enak badan dan sakit kepala, pasien hanya
minum obat dari warung (paracetamol).

DO :
· Wajah, leher, dada dan punggung bawah pasien tampak ada gelembung-gelembung kecil
seperti cacar, punggu bawah pasien tampak pecah dan menjadi bercak-bercak kehitaman
keadaan umum
· tampak sakit berat, kesadaran komposmentis
· TTV
TD: 120/80 mmHg,
Nadi: 84 x/menit,
RR: 17 x/menit
Suhu : 36,1 ˚C.
ANALISA DATA
(D.0032) Risiko Defisit Nutrisi
Ketidakmampuan menelan makanan.
DS:
· Pasien mengatakan bibirnya melepuh seperti terbakar sehingga ia menjadi sulit untuk
makan dan berbicara.
DO:
· Pasien tampak sulit untuk membuka bibirnya karena terasa terbakar
keadaan umum tampak sakit berat, · kesadaran komposmentis
· TTV
TD: 120/80 mmHg,
Nadi: 84 x/menit,
RR: 17 x/menit
Suhu : 36,1 ˚C.
ANALISA DATA
(D.0074) Gangguan Rasa Nyaman
Efek Samping Medikasi.
DS :
· Pasien mengatakan perih dan gatal pada wajah, leher dada, dan punggung bawahnya.
Satu minggu SMRS ,Pasien mengatakan tidak enak badan dan sakit kepala, pasien hanya minum
obat dari warung (paracetamol).
DO :
· Pasien tampak merasakan perih pada wajah, punggung bawah,leher dan dada.
· keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran komposmentis
TTV
TD: 120/80 mmHg,
Nadi: 84 x/menit,
RR: 17 x/menit
Suhu : 36,1 ˚C.

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

(D.0192) Gangguan Integritas Kulit / jaringan b.d


Inflamasi dermal & epidermal ditandai dengan
kelainan kulit ( eritema , vesikel , bula dan krusta).
(D.0032) Risiko Defisit Nutrisi b.d
Ketidakmampuan menelan makanan.
(D.0074) Gangguan Rasa Nyaman b.d Efek
Samping Medikasi
Rencana Keperawatan

Catatan Perkembangan
Keperawatan

Pembahasan
Pada BAB ini berisi pembahasan kasus dan asuhan keperawatannya beserta jurnal terkait .
Stevens-Johnson Syndrome (SJS) adalah sindrom yang mengenai kulit, mukosa orifisium,
dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat; kelainan kulit berupa
eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura. Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskripta,
khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi (garis kulit tampak lebih menonjol).
Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun.

Keluhan utama pada pasien adalah bibir yang terasa melepuh sejak kurang lebih 4 hari
SMRS yang disertai dengan keluhan bercak kehitaman dan gelembung-gelembung kecil
pada wajah, dada, dan punggung. Pada SJS, terlihat gejala trias kelainan yang terdiri dari
kelainan kulit, kelainan mukosa orifisium, dan kelainan mata. Pada bibir, kelainan yang
sering tampak adalah krusta berwarna hitam yang tebal. Kelainan kulit pada SJS terdiri atas
eritema, vesikel, dan bula. Vesikel dan bula kemudian pecah menjadi erosi yang luas. Hal ini
sesuai dengan manifestasi klinis yang terjadi pada pasien.
-- Lanjutan --
Satu minggu sebelumnya pasien merasa tidak enak badan sehingga pasien membeli obat
paracetamol, lalu sore harinya pasien merasakan panas pada wajahnya lalu muncul
gelembung-gelembung berisi air berukuran kecil-kecil seperti cacar air pada wajah, leher,
dada, dan pungung pasien. Keesokan harinya pasien merasakan bibirnya seperti terbakar
dan melepuh. Pasien juga mengeluh matanya seperti lengket dan sulit untuk dibuka. Dua
hari SMRS gelembung-gelembung tersebut pecah dan meninggalkan bercak-bercak
kehitaman pada wajah pasien. Pasien mengkonsumsi paracetamol yang merupakan obat
golongan antipiretik, dimana hal ini sesuai dengan teori bahwa antipiretik merupakan salah
satu obat penyebab terjadinya SJS.

Dari pemeriksaan fisik pasien ditemukan beberapa kelainan pada kulit, mata, dan bibir
pasien. Pada kulit pasien terdapat krusta pada regio fasial, regio coli pars anterior, regio
toraks, regio abdomen pars epigastrium dan regio lumbal, batas irreguler, multiple, ukuran
0,5 sampai 1 cm. Terdapat juga bula extended pada
-- Lanjutan --
regio coli pars anterior dan toraks, berukuran 0,5 sampai 1 cm, multiple, irregular, diskret,
simetris. Pada pemeriksaan fisik mata terlihat konjungtiva hiperemis dan mengeluarkan
sekret purulen berwarna kuning kehijauan. Bibir pasien terlihat berwarna kehitaman dan
menebal, dimana dari hasil pemeriksaan terdapat krusta tebal hiperpigmentasi pada
labium oris.
Dari Hasil pemeriksaan laboratorium pasien , eritrosit pasien yaitu 5,4 juta/µL, (normal
pada pria 4,3-5,6 juta/mcl, wanita 3,9-5,1 juta/mcl) yang menunjukkan terjadinya
polistemia sekunder , biasanya terjadi karena adanya kondisi medis yang mendasarinya
seperti dehidrasi atau efek dari obat-obatan. Selanjutnya didapatkan hasil leukosit pasien
yaitu 12.900/µL (normal 3.500-10.500), ini menunjukkan adanya peningkatan sel darah
putih yang disebabkan adanya infeksi pada tubuh pasien. Selanjutnya didapatkan jumlah
Kreatinin pasien yaitu 28 mg/dL(normal pada pria 0,7-1,3 mg/dL , wanita 0,6-1,1mg/dL ) ini
menunjukkan bahwa adanya gangguan pada ginjal . Salah satu penyebab kreatinin tinggi
adalah dehidrasi. Tingginya eritrosit dan kreatinin pasien dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami dehidrasi. Serta tingginya leukosit pasien menunjukkan adanya infeksi ditubuh
pasien.
-- Lanjutan --
Patofisiologi dari SJS sendiri masih belum diketahui, namun penyebab utama SJS adalah alergi obat,
lebih dari 50%. SJS yang diduga alergi obat tersering ialah analgetik/antipiretik (45%), disusul
karbamazepin (20%), dan jamu (13,3%). Kausa yang lain adalah amoksisilin, kotrimoksasol, dilantin,
klorokuin, seftriakson, dan adiktif. Pada kasus ini penyebab utama SJS yang diderita pasien adalah
obat paracetamol.
Secara teori, SJS memiliki trias kelainan berupa kelainan pada kulit, kelainan mata, dan kelainan pada
selaput lendir di orifisium. Kelainan kulit dapat berupa adanya eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan
bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat pula terjadi purpura.
Pada mukosa mulut dapat pula terbentuk pseudo membran. Kelainan yang paling sering tampak di
bibir adalah krusta berwarna hitam yang tebal. Lesi di mukosa mulut dapat pula terdapat di faring,
traktus respiratorius bagian atas dan esofagus. Dapat pula terjadi stomatitis yang menyebabkan pasien
sukar/tidak dapat menelan. Adanya pseudomembran di faring dapat menyebabkan keluhan berupa
sulit bernapas.Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus, yang tersering adalah
konjungtivitis kataralis. Selain itu dapat pula berupa konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron,
ulkus kornea, iritis, dan iridosiklitis.
-- Lanjutan --

Pada kasus ini diberikan terapi berupa terapi umum dan terapi khusus. terapi umum berupa terapi
nonfarmakalogi, meliputi perawatan pasien selama berada di rawat inap yaitu perawatan ditempat
khusus untuk mencegah infeksi, mengidentifikasi dan menghentikan penggunaan obat penyebab serta
memberikan informasi mengenai penyakit pasien. Obat penyebab terjadinya SJS pada pasien sudah di
identifikasi, dan bila gejala muncul pasien segera dibawa kerumah sakit.
EVALUASI
pada kasus ini menyampaikan kesimpulan dari makalah asuhan keperawatan SSJ yang telah di buat.

Penatalaksanaan yang telah diberikan untuk pasien ini sudah tepat karena sudah mencakup terapi
utama pada SJS yaitu rawat inap, pemberian kortikosteroid dan antibiotik.

Patogenesis dan penyebab SJS belum diketahui secara pasti, namun salah satunya bisa diakibatkan
oleh obat. Pada kasus ini penyebab utama SJS yang diderita pasien adalah obat paracetamol.

Pada Sindrom Stheven Jhonson, terlihat gejala trias kelainan yang terdiri dari kelainan kulit, kelainan
mukosa orifisium, dan kelainan mata.

Patogenesis dan penyebab SJS belum diketahui secara pasti, namun salah satunya bisa diakibatkan
oleh obat. Pada kasus ini penyebab utama SJS yang diderita pasien adalah obat paracetamol.

Penatalaksanaan yang telah diberikan untuk pasien ini sudah tepat karena sudah mencakup terapi
utama pada SJS yaitu rawat inap, pemberian kortikosteroid dan antibiotik
TERIMA KASIH 🙏🏻

Anda mungkin juga menyukai